BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakay terdiri atas kepala keluarga, serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes, 1988). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan atas adopsi (Bailon dan Maolaya, 1978). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengindentifikasi diri mereke sebagai bagian dari keluarga. (Friedman, 1998). Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hbungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta se rta lingkungannya. (Menurut BKKBN, 1999).
BAB II PEMBAHASAN
1.
Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. ISPA adalah masuknya mikroorgamisme (bakteri, virus, riketsia) ke dalam saluran pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari.
2.
3.
Tanda dan Gejala
-
Pilek biasa
-
Keluar sekret cair dan jernih dari hidung
-
Kadang bersin-bersin
-
Sakit tenggorokan
-
Batuk
-
Sakit kepala
-
Sekret menjadi kental
-
Demam
-
Nausea
-
Muntah
-
Anoreksia
ETIOLOGI
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan. Penyebaran Penyakit Pada ISPA, dikenal 3 cara penyebaran infeksi, yaitu: 1.
Melalui areosol areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk
2.
Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk batuk-batuk dan bersin
3.
Melalui kontak kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda benda-benda yang yang telah dicemari oleh jasad renik.
1.
Pengkajian
Riwayat kesehatan: -
Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)
-
Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
-
Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang)
-
Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien)
-
Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)
Pemeriksaan fisik yang difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan a.
Inspeksi -
Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
-
Tonsil tampak kemerahan dan edema
-
Tampak batuk tidak produktif
-
Tidak ada jaringan parut pada leher
-
Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.
b.
Palpasi -
Adanya demam
-
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
c.
Perkusi -
d.
Suara paru normal (resonance)
Auskultasi -
2.
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
Diagnosa Keperawatan Keperawatan
1)
Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi 37,5 °C Tujuan : suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37,5 Intervensi:
a.
Observasi tanda-tanda vital
b.
Anjurkan klien/keluarga untuk kompres kompres pada kepala/aksila
c.
Anjurkan klien untuk menggunakan menggunakan pakaian yang yang tipis dan dapat menyerap keringat seperti pakaian dari bahan katun.
d.
Atur sirkulasi udara
e.
Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 2500 ml/hari
f.
Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.
g.
Kolaborasi dengan dokter: -
Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial
-
Antipiretika
Rasionalisasi:
a.
Pemantauan tanda vital vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya
b.
Dengan
memberikan
kompres,
maka
akan
terjadi
proses
konduksi/perpindahan panas dengan bahan perantara. c.
Proses hilanganya hilanganya panas akan terhalangi untuk untuk pakaian yang yang tebal dan tidak akan menyerap keringat.
2)
d.
Penyediaan udara bersih
e.
Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat
f.
Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas
g.
Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan panas
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia Tujuan:
-
Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BB normal.
-
Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan
-
Tidak menunjukkan tanda malnutrisi
Intervensi:
a.
Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari.
b.
Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
c.
Tingkatkan tirah baring
d.
Kolaborasi: konsultasi ke ke ahli gizi untuk untuk memberikan memberikan diet sesuai kebutuhan klien.
Rasionalisasi:
a.
Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun menyusun tujuan BB dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
b.
Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total
c.
Nafsu
makan
dapat
dirangsang dirangsang
pada
situasi
rileks,
bersih,
dan
menyenangkan. d.
Untuk mengurangi kebutuhan metabolik
e.
Metode makan dan kebutuhan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal.
3)
Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil Tujuan: nyeri berkurang/terkontrol Intervensi:
a.
Teliti keluhan keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10 ), faktor yang
memperburuk
atau
meredakan
nyeri,
lokasi,
lama,
dan
karakteristiknya. b.
Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokkok, dan mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.
c.
Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat
d.
Kolaborasi: berikan berikan obat obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, IV, dan dan inhalasi, inhalasi, & analgesik)
Rasionalisasi:
a.
Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
b.
Mengurangi bertambahberatnya penyakit
c.
Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi mengurangi nyeri tenggorokan.
d.
Kortikosteroid digunakan digunakan untuk mencegah reaksi alergi/menghambat pengeluaran histamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri.
4)
Risiko tinggi tinggi penularan penularan infeksi b.d tidak kuatnya kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun) Tujuan: tidak terjadi penularan, tidak terjadi komplikasi Intervensi:
a.
Batasi pengunjung sesuai indikasi
b.
Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas
c.
Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin
d.
Tingkatkan daya tahan tubuh, tubuh, terutama anak dibawah usia 2 tahun, lansia, dan penderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh menurun/asupan makanan berkurang.
e.
Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur
Rasionalisasi:
a.
Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius
b.
Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan O ₂ dan memperbaiki pertahanan klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan. penyembuhan.
c.
Mencegah penyebaran patogen melalui cairan
d.
Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan kesehatan umum dan menurunkan menurunkan tahanan terhadap infeksi.
e.
Dapat diberikan untuk organisme organisme khusus yang yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas atau diberikan secara profilaktik karena risiko tinggi.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi ISPA adalah masuknya mikroorgamisme (bakteri, virus, riketsia) ke dalam saluran pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Penyebab ISPA Antara lain : 1.
genus streptokokus
2.
stafilokokus
3.
pnemokokus
4.
hemofilus
5.
bordetella
6.
korinebacterium
DAFTAR PUSTAKA
Suharto, s. kp. m. kes.2007. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural.Jakarta:ego Suprajitno, s. kp. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga.Jakarta:ego www.google/asuhan keperawatan keluarga dengan ISPA.com