KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HIPERTENSI
Disusun Oleh : 1.Reni Dwi Susanti 2.Rizkiana Rahmawati 3.Septiana Rahmawati 4.Siti Laelatul Mardiah 5.Vian Vidiyanto 6.Vivin Melasani Putri 7.Wahyu Wibowo Agung
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PRODI-DIII KEPERAWATAN 2008/2009
HIPERTENSI
A. Definisi Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan diastole dan syistole lebih dari batas normal tekanan darah normal untuk systole berkisar antara 140160mmHg dan diastole berkisar 90-95 mmHg, nilai yang dapat diterima sesuai dan berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin(Silvia AndersonPrice 1991) Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg (WHO) Hipertensi adalah tekanan systole lebih dari 140mmHg / tekanan dyastole lebih dari 90mmHg. ( sumber lain). B. Tanda dan Gejala Gejala yang timbul bervariasi, tergantung dari tinggi rendahnya derajat hipertensi. Pada hipertensi esensial dapat berjalan tanpa gejala dan umumnya baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala yang sering dijumpai berupa: 1. Sakit kepala
8. Pucat dan mudah lelah
2. Vertigo
9. Gelisah
3. Perdarahan retina
10. Pegal pada bahu
4. Gangguan penglihatan
11. jantung berdebar-debar
5. Proteinuria
12. sukar tidur
6. Hematuria
13. mudah tersinggung
7. Tachicardi, palpitasi C. Etiologi Menurut penyebabnya, hipertensi dapat dibagi dua yaitu: a. Hipertensi Esensial Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui dan keadaan ini dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
b. Hipertensi Sekunder Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder: 1. Penyakit Ginjal a.
Stenosis arteri renalis
b.
Pielonefritis
c.
Glomerulonefritis
d.
Tumor-tumor ginjal
e.
Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
f.
Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g.
Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal a.
Hiperaldosteronisme
b.
Sindroma Cushing
c.
Feokromositoma
3. Obat-obatan a.
Pil KB
b.
Kortikosteroid
c.
Siklosporin
d.
Eritropoietin
e.
Kokain
f.
Penyalahgunaan alkohol
g.
Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
.
Penyebab Lainnya a.
Koartasio aorta
b.
Preeklamsi pada kehamilan
c.
Porfiria intermiten akut
d.
Keracunan timbal akut.
Penyebab hipertensi secara umum: Hipertensi primer tidak memiliki sebab khusus tetapi multi faktor. Respon terhadap cardiac output atau adanya tekanan perifer faktor yang berpengaruh ada dua kekuatan tersebut : -
Genetik
-
Obesitas
-
Stres lingkungan
-
Kehilangan jaringan elastis dan arteriosclerosis aorta dan arteri besar lainnya.
Hipertensi sekunder dapat sebagai akibat barmacam- macam sebab primer. Faktor Resiko : a. Usia
:
Paling tinggi Usia 30-40 tahun
b. Jenis kelamin
:
Komplikasi hipertensi mengikat pada laki-laki
c. Riwayat kliyen
:
75% riwayat kliyen memilike hipertensi
d. Obesitas
:
Meningkatnya berat badan masa anak anak atau pertengahan resiko hipertensi meningkat
e. Serum Lipid
:
Meningkatnya
triglicerida
atau
kolesterol
meningkatkan resiko hipertensi f. Diet
:
Diet sodium tinggi dan kalori tinggi
g. Merokok
:
Berkaitan dengan jumlah rokok, lamanya berapa tahun merokok
C. Patofisiologi Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor yaitu aliran darah dan resistensi darah. Tekanan darah arteri sama dengan tehanan cardiac output. Meningkatnya tekanan
darah
menyebabkan
meningkatnya
tekanan
vaskuler
perifer,
meningkatnya kardiac output atau kombimasi keduanya. Sistem venin angiosten aldosteron karena adanya vasokontriksi ketika aliran darah keginjal menurun. Ini karena sekresi renin dan bentuk angiostensin. Bentuk angiostensin menyebabkan meningkatnya sekresi adosreron, menyebabkan retensi air dan sodium ginjal. Akibatnya peningkatan volume ekstra seluler. Hal ini akan meningkatkan cardiac output dan tekanan arteri. Sistem saraf syimpatik juga menontrol tekanan darah oleh neropineprin dalam situasi stres menyebabkan vasolonstriksi. Hipertensi primer biasanya mulai dengan meningkatnya secara intermitten tekanan darah diastolik dan hal lain yang menopang meningkatnya tekanan darah biasanya tanpa gejala.
PATWAY Obsefitas kurang Olah Raga
Stress, rokok, kopi, Alkohol, cemas
Penumoukan lemak dalam Pembuluh darah Vaso konstruksi pembuluh darah Penurunan aliran darah ke ginjal Pelepasan renin Angiotensis I Angiotensis II Sekresi aldosteron Retensi Na+ dan air Vaso pembuluh darah meningkat HIPERTENSI
Kurang informasi Kurang Pengetahuan
Ginjal Tekanan meningkat
Otak Vasodilatasi cerebral
Glomerolus Glomerolus rusak
Edema cerebral Tekanan Intra Kranial meningkat
Protein Uria
Nyeri akut (sakit kepala)
Tekanan osmotik plasma menurun O2 menurun Edema, BB meningkat Sesak nafas
Letih, lemah
Gangguan cairan tubuh
Gangguan pola istirahat tidur
Intoleransi aktifitas
D. Pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium : a.
Kolesterol :
meningginya kolesterol menyebabkan
pembuluh nadi b.
gula darah :
mengeras gula darah yang tinggi meninjukksn
keicing manis, hal ini merupakan faktor predisposisi c.
ureum
:
kadar ureum yang tinggi menunjukkan
fungsi ginjal d.
terganggu
asam urat : kadar asam urat perlu diperiksa karena hiperrurisemia merupakan raktor resiko
e.
creatinin : kadar creatinin yang tinggi dalam darah menunjukkan fungsi ginjal terganggu
E. Pengkajian Pengkajian a.
Aktivitas/ Istirahat. Gejala
: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda
: Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi Gejala
: Riwayat
Hipertensi,
aterosklerosis,
penyakit
jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi. Tanda
: Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
c. Integritas Ego. Gejala
: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda
: Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi Gejala
: Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu.) e. Makanan/cairan Gejala
: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini (meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
Tanda
: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
f. Neurosensori Gejala
: Keluhan
pening
pening/pusing,
berdenyu,
sakit
kepala,
subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis). Tanda
: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman Gejala
: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit kepala.
h. Pernafasan Gejala
: Dispnea
yang
berkaitan
dari
kativitas/kerja
takipnea,
ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok. Tanda
: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
i.
Keamanan Gejala
j.
: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
Pembelajaran/Penyuluhan Gejala
: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM.
F. FOKUS INTERVENSI Diagnosa 1 Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien. Intervensi: 1. Observasi tekanan darah (perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler). 2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer (Denyutan karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati / palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena). 3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik). 4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler. (adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung). 5. Catat adanya demam umum / tertentu. (dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler). 6. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. (membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi). 7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
(dapat
menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah). 8. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi anti hipertensi,deuritik. (menurunkan tekanan darah).
Dignosa 2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. Kriteria Hasil : Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur. Intervensi 1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja / jantung). 2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas
dan perawatan diri.
(Stabilitas
fisiologis
pada istirahat
penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual). 3. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung). 4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan energi
menurunkan
penggunaan
energi
dan
sehingga
membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen). 5. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas. (Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan).
Diagnosa 3 Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
Kriteria Hasil : Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol, mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan, mengikuti regiment farmakologi yang diresepkan. Intervensi: 1. Pertahankan tirah baring selama fase akut. (Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi). 2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi. (Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya). 3. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk. (Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral). 4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. (Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien). 5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah makan. (menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan). 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll. (Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis).
Diagnosa 4 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton. Kriteria Hasil : klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan, menunjukan perubahan pola makan, melakukan / memprogram olah raga yang tepat secara individu.
Intervensi: 1. Kaji emahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan kegemukan. (Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan masa tumbuh). 2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,garam dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi). 3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. (motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil). 4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. (mengidentivikasi kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan). 5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya : penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan). 6. Dorong
klien
untuk
mempertahankan
masukan
makanan
harian
termasukkapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan. (memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol perubahan). 7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan). (Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis).
8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual).
Diagnosa 5 Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
Kriteria Hasil : Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekkuensinya, menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi, mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya. Intervensi: 1. Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan. (Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari). 2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi / menyelesaikan masalah. (Manifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic). 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya. (pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor). 4. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisifasi maksimum dalam rencana pengobatan. (keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik. 5. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan ?. (Fokus perhtian klien pada realitas situasi yang relatif terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada kurang perhatian pada
kebutuhan-kebutuhan personal). 6. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang membatalkan tujuan diri / keluarga. (Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya).
Diagnosa 6 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi Kriteria hasil : 1. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan. 2. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal. 3. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc / hari dengan teratur) pola hidup penuh stress. (Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal). 4. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat. (kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien / orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan). 5. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut. (mengidentivikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi). 6. Jelaskan
pada
klien
tentang
proses
penyakit
hipertensi
(pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi).
DAFTAR PUSTAKA
Doanges, Marilyna, 1999. Rencana asuhan keperawatan, EGC, Jakarta. Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta. Ganang, William, 1999, Buku ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta. Brunner dan Suddorth . 2002 . Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran Wilkinson , Judith M . 2007 . Buku Saku Diagnosis Keperawatan ( NIC NOC ) . Jakarta : EGC www.medicastore.com