1.
DEFINISI Hematuri adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah atau sel
darah merah dalam urin. Secara klinis, hematuri dapat dikelompokkan menjadi: Hematuri makroskopis (gross hematuria) adalah suatu keadaan urin bercampur darah dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Keadaan ini dapat terjadi bila 1 liter urin bercampur dengan 1 ml darah. Hematuri mikroskopis yaitu hematuri yang hanya dapat diketahui secara mikroskopis atau tes kimiawi. Hematuria bisa menjadi indikasi adanya gangguan yang serius pada tubuh dan biasanya terjadi tanpa adanya gejala yang muncul sehingga sering diabaikan. Selain itu, mengonsumsi air putih yang banyak sehingga warna urinenya lebih jernih tidak bisa menyembuhkan hematuria (Sunarka, 2002). Penyebab hematuria dapat disebabkan oleh kelainan di dalam sistem saluran kencing atau di luar sistem saluran kencing. Kelainan yang berasal dari sistem saluran kencing antara lain berupa batu saluran kencing, tumor jinak atau tumor ganas seperti tumor ginjal, tumor ureter, tumor buli-buli, buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak. Kelainan bawaan seperti kista ginjal, trauma yang menciderai sistem saluran kencing dan Infeksi Saluran Kencing (ISK) juga merupakan
penyebab
hematuria
yang
berasal
sistem
saluran
kencing.
Ditambahkan, nyeri yang menyertai hematuria dapat berasal dari nyeri di saluran kemih bagian atas berupa kolik atau gejala iritasi irit asi dari saluran kemih bagian bawah. Gejala khas dari hematuria yang disebabkan tumor ginjal, prostat, dan kandung kencing adalah hematuria yang hilang timbul dan hematuria tanpa disertai rasa nyeri. Lebih lanjut dikatakan, kencing darah merupakan pertanda dari penyakit yang perlu segera ditindak lanjuti secara serius (Digital Urology Channel, 2006). 2.
KLASIFIKASI Ada 3 tipe hematuria, hematuria, yaitu (Irwana, (Irwana, 2009) : 1. Initial hematuria, hematuria, jika darah yang yang keluar keluar saat awal awal kencing. kencing. 2. Terminal hematuria, jika darah yang keluar saat akhir kencing. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya tekanan pada akhir kencing yang membuat pembuluh darah kecil melebar. 3. Total hematuria, jika darah keluar keluar dari awal awal hingga akhir akhir kencing. Hal Hal ini kemungkinan akibat darah sudah berkumpul dari salah satu organ seperti ureter atau ginjal.
3.
ETIOLOGI Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam
system urogenitalia atau kelianan yang berada di luar urogenitalia. Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain (Irwana, 2009) :
Infeksi/inflamasi, antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan uretritis
Tumor jinak/tumor ganas, antara lain tumor Wilm, tumor Grawitz, tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak.
Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain kista ginjal dan ren mobilis
4.
Trauma yang mencederai sistem urogenitalia
Batu saluran kemih
MANIFESTASI KLINIS Saat pasien datang dengan keluhan hematuria maka perlu digali apa saja
yang terjadi saat hematuria itu berlangsung guna mencari penyebabnya. Misalnya saja dengan mengetahui apakah warna merah keluar di sepanjang episode berkemih atau hanya di bagian awal atau akhir saja kita dapat mengetahui lokasi penyakit primernya. Selain itu dapat pula kita tanyakan mengenai kualitas warna Pertanyaan yang biasanya diajukan adalah mengenai warna urin yang keluar, apakah saat urin keluar disertai dengan clotting, apakah pasien merasa nyeri saat berkemih, dan di bagian mana saat berkemih urin terlihat berwarna merah (Purnomo, 2007).
Terjadi pada
Inisial
total
Terminal
Awal miksi
Seluruh proses
Akhir miksi
miksi Tempat kelainan
Uretra
Buli-buli, ureter atau ginjal
Leher buli-buli
Hematuria tanpa gejala lainnya (silent hematuria) harus dipikirkan sebagai gejala tumor buli atau ginjal sampai dibuktikan bukan keganasan. Hematuria biasanya terjadi intermitten dan mungkin tidak tuntas dalam sebulan. Penyebab lain yang dapat menyebabkan hematuria tanpa gejala adalah kalkulus staghorn, ginjal polikistik, kista renal, sickle cell disease, dan hidronefrosis (Purnomo, 2007). 5.
PATOFISIOLOGI
6.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Anamnesa (Tanagho, 2004) Dalam mencari penyebab hematuria perlu digali data yang terjadi pada saat episode hematuria, antara lain:
Bagaimanakah warna urine yang keluar?
Apakah diikuti dengan keluarnya bekuan-bekuan darah?
Di bagian manakah pada saat miksi urine berwarna merah?
Apakah diikuti dengan perasaan sakit ?
Pemeriksaan Fisis (Tanagho, 2004) Pada
pemeriksaan
diperhatikan
adanya
hipertensi
yang
mungkin
merupakan manifestasi dari suatu penyakit ginjal. Syok hipovolumik dan anemia mungkin disebabkan karena banyak darah yang keluar. Diketemukannya tandatanda perdarahan di tempat lain adalah petunjuk adanya kelainan sistem pembekuan darah yang bersifat sistemik. Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya pembesaran ginjal akibat tumor, obstruksi, ataupun infeksi ginjal. Massa pada suprasimfisis mungkin disebabkan karena retensi bekuan darah pada buli-buli. Colok dubur dapat memberikan informasi adanya pembesaran prostat benigna maupun karsinoma prostat. Pemeriksaan penunjang (Tanagho, 2004) a. Pemeriksaan urinalisis Pemeriksaan ini dapat mengarahkan kita kepada hematuria yang disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun non glomeruler. Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urine yang sangat asam mungkin berhubungan dengan batu asam urat. Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan sel-sel urotelial.
b. Pielografi Intra Vena (PIV) Merupakan pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus hematuria. Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan adanya batu saluran kemih, kelainan bawaan saluran kemih, tumor-tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksi saluran kemih. Adanya bekuan darah atau tumor urotelium sering kita jumpai sebagai gambaran filling defect yang bisa dilihat pada sistem pelvikaliseal, u/reter, dan bulibuli. c. Pemeriksaan USG Pemeriksaan ini berguna untuk melihat adanya massa yang solid atau kistus, adanya batu non opak, bekuan darah pada buli buli/pielum, dan untuk mengetahui adanya metastasis tumor di hepar. d. Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi Pemeriksaan ini dikerjakan jika pemeriksaan penunjang di atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria. Tindakan itu biasanya dilakukan setelah bekuan darah yang ada di dalam buli-buli dibersihkan sehingga dapat diketahui asal perdarahan.
7.
PENATALAKSANAAN (Purnomo, 2007) Saat terjadi gumpalan pada urin yang menimbulkan retensi maka perlu
dilakukan kateterisasi dan bilasan buli dengan memakai cairan garam fisiologis. Jika gagal maka sebaiknya pasien dirujuk untuk ditangani lebih lanjut dengan evakuasi bekuan darah dan menghentikan sumber perdarahan. Jika perdarahan sampai menyebabkan anemia maka perlu dipikirkan transfusi darah. Jika terjadi infeksi maka harus diberikan antibiotik. Setelah gejala hematuria ditangani selanjutnya dicari penyebab primernya (Purnomo, 2007). Tidak ada pengobatan spesifik untuk hematuria. Pengobatannya tergantung pada penyebabnya:
Infeksi saluran kemih, biasanya diatasi dengan antibiotik.
Batu ginjal, dengan banyak minum. Jika batu tetap tidak keluar, dapat dilakukan ESWL atau pembedahan.
Pembesaran prostat, diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan.
Kanker, dilakukan pembedahan, untuk mengangkat jaringan kanker, atau kemoterapi.
8. KOMPLIKASI
Retensi urine karena bekuan darah
Infeksi
Anemia yang berat, bila hematuria profus atau berlangsung lama (Tanagho, 2004)
DAFTAR PUSTAKA
Sunarka N. Hematuria pada anak. Cermin Dunia Kedokteran no.134. 2002. 2731 Digital Urology Channel. 2006. Hematuria. Http://www.duj.com. [diakses 20 April 2017) Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi edisi ke-2. Jakarta : Sagung Seto. 2007.170175 Irwana, Olva. 2009. Hematuria pada Karsinoma Buli. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Tanagho E.A., Mc Annich J.W., Smith’s General Urology 16Th ed, The McGraw Hill Companies 2004, hal 367-374