Laporan Pendahuluan Fraktur Zygomaticus
A. Kons Konsep ep Dasa Dasar r 1. Definisi Fraktu Frakturr adalah adalah hilang hilang atau atau putusn putusnya ya kontinu kontinuit itas as jaring jaringan an keras keras tubuh. tubuh. Fraktur maksilofasial adalah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang wajah yaitu yaitu tula tulang ng fron fronta tal, l, temp tempor oral al,, orbi orbito tozi zigo goma mati tiku kus, s, nasal nasal,, maks maksil ilaa dan dan mandibula. Fraktur maksilofasial lebih sering terjadi sebagai akibat dari faktor yang datangn datangnya ya dari dari luar luar sepert sepertii kecelak kecelakaan aan lalu lalu lintas lintas,, kecelak kecelakaan aan kerja, kerja, kecelakaan akibat olah raga dan juga sebagai akibat dari tindakan kekerasan. Fraktur midfasial terdiri dari ari fraktu ktur zigoma omatikomaksilar zygomaticoma!illary comple! "#$%& termasuk fraktur 'e fort, dan fraktur nasoorbitoe nasoorbitoethmoi thmoid d nasoorbita nasoorbitalethm lethmoid oid "()*&. "()*&. Fraktur Fraktur midfasial midfasial cenderung cenderung terjad terjadii pada sisi bentur benturan an terjad terjadii dan bagian bagian yang yang lemah lemah sepert sepertii sutura sutura,, foramen, dan apertura. Fraktur zigoma merupakan salah satu fraktur midfasial yang paling sering terjad terjadi, i, umumny umumnyaa sering sering terjad terjadii pada pada trauma trauma yang melibat melibatkan kan +" bagian bagian tengah wajah, hal ini dikarenakan posisi zigoma agak lebih menonjol pada daerah sekitarnya. Fraktur #$% biasanya melibatkan dinding bawah orbita tepat diatas diatas nerus aleolaris aleolaris inferior inferior,, sutura sutura zigomatikof zigomatikofrontal rontal,, sepanjang sepanjang arkus pada sutura zigomatikotemporal, dinding lateral zigomatikomaksila, dan sutura zigomatikosplenoid yang terletak di dinding lateral orbita, sedangkan dinding medial orbita tetap utuh.
2. Klas Klasif ifik ikas asii Frak Fraktu turr Klasifikasi fraktur komplek zigomatikus adalah a. fraktu frakturr stab stable le after after eleat eleation ion +& hanya hanya arkus arkus per perges gesera eran n ke medial& medial&,, /& rotasi rotasi pada sumbu sumbu ertika ertikal, l, bisa ke ke medial medial atau ke lateral. lateral. b. Fraktur unstable after eleation +& hanya hanya arkus arkus per perges gesera eran n ke medial& medial&00
/& rotasi pada sumbu ertikal, medial atau lateral0 & dislokasi en loc, inferior, medial, posterior, atau lateral0 1& comminuted fracture. 3. Etiologi Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan
pada tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak langsung dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang di sebabkan oleh kendaraan bermotor. $enurut %arpenito /2+/& adapun penyebab fraktur antara lain +& Kekerasan langsung Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring. /& Kekerasan tidak langsung Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. 3ang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran ektor kekerasan. & Kekerasan akibat tarikan otot 4atah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan. Fraktur zigoma merupakan salah satu fraktur midfasial yang paling sering terjadi, umumnya sering terjadi pada trauma yang melibatkan +" bagian tengah wajah, hal ini dikarenakan posisi zigoma agak lebih menonjol pada daerah sekitarnya. Fraktur #$% biasanya melibatkan dinding bawah orbita tepat diatas nerus aleolaris inferior, sutura zigomatikofrontal, sepanjang arkus pada sutura zigomatikotemporal, dinding lateral zigomatikomaksila, dan sutura zigomatikosplenoid yang terletak di dinding lateral orbita, sedangkan dinding medial orbita tetap utuh. 4. anifestasi Klinis $anifestasi klinik dari faktur ,menurut 5runner and 6uddarth,/2+/&
a. (yeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai tulang diimobilisasi. 6pasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai almiah yang di rancang utuk meminimalkan gerakan antar fregmen tulang b. 6etelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat di gunakan dan cenderung bergerak secara alamiah gerak luar biasa& bukanya tetap rigid seperti normalnya. 4ergeseran fragmen tulang pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas terlihat maupun teraba& ekstermitas yang bisa diketahui membandingkan ekstermitas yang normal dengan ekstermitas yang tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot. c. 4ada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu samalain sampai /,7-7 cm +-/ inchi& d. 6aat ekstermitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya uji krepitus dapat mengaibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat&. e. 4embengkakan dan perubahan warna lokal terjadi sebagai akibat trauma dari pendarahan yang mengikuti fraktur. 8anda ini baru bisa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera. 4emeriksaan zigoma termasuk inspeksi dan palpasi. 9nspeksi dilakukan dari arah frontal, lateral, superior, dan inferior. Diperhatikan simetri dan ketinggian pupil yang merupakan petunjuk adanya pergeseran pada dasar orbita dan aspek lateral orbita, adanya ekimosis periorbita, ekimosis subkonjungtia, abnormal sensitiitas nerus, diplopia dan enoptalmus0 yang merupakan gejala yang khas efek pergeseran tulang zigoma terhadap jaringan lunak sekitarnya. 8anda yang khas dan jelas pada trauma zigoma adalah hilangnya tonjolan prominen pada daerah zigomatikus. 6elain itu hilangnya kuratur cembung yang normal pada daerah temporal berkaitan dengan fraktur arkus zigomatikus. Deformitas pada tepi orbita sering terjadi jika
terdapat pergeseran, terutama pada tepi orbital lateral dan infraorbita. Ahli bedah juga meletakkan jari telunjuk dibawah margin infraorbita, sepanjang zigoma, menekan ke dalam jaringan yang oedem untuk palpasi secara simultan dan mengurangi efek isual dari oedem saat melakukan pemeriksaan ini.
!. Patofisiologi 8ulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. 8api apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. 6etelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. 4erdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. :aringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. :aringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan asodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur a. Faktor *kstrinsik Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yan g dapat menyebabkan fraktur. b. Faktor 9ntrinsik 5eberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang. ". Pemeriksaan Penun#ang a. ;.
d. %t 6can pada potongan a!ial maupun coronal merupakan gold standard pada pasien dengan kecurigaan fraktur zigoma, untuk mendapatkan pola fraktur, derajat pergeseran, dan ealuasi jaringan lunak orbital. $. Penatalaksanaan medis dan kepera%atan 4enatalaksanaan fraktur zigoma tergantung pada derajat pergeseran
tulang, segi estetika dan defisit fungsional. 4erawatan fraktur zigoma berariasi dari tidak ada interensi dan obserasi meredanya oedem, disfungsi otot ekstraokular dan parestesi hingga reduksi terbuka dan fiksasi interna. 9nterensi tidak selalu diperlukan karena banyak fraktur yang tidak mengalami pergeseran atau mengalami pergeseran minimal. 4enelitian menunjukkan bahwa antara =72> dari fraktur zigoma tidak membutuhkan perawatan operatif. :ika interensi diperlukan, perawatan yang tepat harus diberikan seperti fraktur lain yang mengalami pergeseran yang membutuhkan reduksi dan alat fiksasi. a. 4enatalaksanaan $edis 4erbaikan fraktur komplek zigoma sering dilakukan secara elektif. Fraktur arkus yang terisolasi bisa diangkat melalui pendekatan ?illies klasik. Adapun langkah-langkah teknik ?illies yang meliputi +& $embuat sayatan dibelakang garis rambut temporal, /& $engidentifikasi fasia temporalis, & $enempatkan eleator di bawah fasia mendekati lengkungan dari aspek dalam yakni dengan menggeser eleator di bidang dalam untuk fasia, cedera pada cabang frontal dari syaraf wajah harus dihindari. 6ehingga arkus dapat kembali ke posisi anatomis yang lebih normal.
5ila hanya arkus zigoma saja yang terkena fraktur, fragmen @ fragmen harus direduksi melalui suatu pendekatan memnurut ?illies. Fiksasi tidak perlu dilakukan karena fasia temporalis yang melekat sepanjang bagian atas lengkung akan melakukan imobilisasi fragmen-fragmen secara efektif. ?illies untuk mengurangi fraktur arkus zigomatikus, A. 9nsisi temporal melalui fasia subkutan dan fasia superfisial dibawah fasia temporal bagian dalam, 5.
b. 4enatalaksanaan Keperawatan 4emeriksaan klinis pada fraktur kompleks zigoma dilakukan dalam
dua pemeriksaan yakni secara ekstra oral dan intra oral. 4ada pemeriksaan
ekstra oral, pemeriksaan dilakukan dengan isualisasi dan palpasi. 6ecara isualisasi dapat terlihat adanya kehitaman pada sekeliling mata, mata juling, ekhimosis,
proptosis,
pembengkakan
kelopak
mata,
perdarahan
subkonjungtia, asimetris pupil, hilangnya tonjolan prominen pada daerah zigomatikus. 6edangkan secara palpasi terdapat edema dan kelunakan pada tulang pipi. 4ada pemeriksaan intra oral, pemeriksaan dilakukan secara isualisasi dan palpasi. 6ecara isualisasi dapat terlihat adanya ekimosis pada sulkus bukal atas di daerah penyangga zigomatik, kemungkinan penyumbatan oklusi didaerah molar pada sisi yang terkena injuri. 6edangkan secara palpasi terdapat kelunakan pada sulkus bukal atas di daerah penyangga zigomatik, anestesia gusi atas. 4emeriksaan fraktur komplek zigomatikus dilakukan dengan foto rontgen submentoerteks, proyeksi waters dan %8 scan
4emeriksaan dengan proyeksi waters dari fraktur kompleks zigomatik
&'()&* KEPE+&,&-&* 1. Pengka#ian a. 'urei &%al
6urey awal digunakan untuk melihat kondisi sistemik pasien dan prioritas perawatan pasien berdasarkan luka, tanda-tanda ital, dan
mekanisme terjadinya luka. Advance Trauma Life Support A8'6& yang dianjurkan oleh American College of Surgeon ialah perawatan trauma A5%D*. A Airway maintenance with cervical spine control/ protection +& $enghilangkan fragmen-fragmen gigi dan tulang yang fraktur. /& $emudahkan intubasi endotrakeal dengan mereposisi segmen fraktur wajah untuk membuka jalan nafas oral dan nasofaringeal. & 6tabilisasi sementara posisi rahang bawah ke arah posterior dengan fraktur kedua kondilus dan simfisis yang menyebabkan obstruksi jalan nafas atas. 5 Breathing and adequate ventilation +& 6tabilisasi sementara posisi fraktur rahang bawah ke arah posterior dengan fraktur kedua kondilus dan simfisis yang menyebabkan obstruksi jalan nafas pada pasien yang sadar. % Circulation with control of hemorrhage +& Kontrol
perdarahan
dari
hidung
atau
luka
intraoral
untuk
meningkatkan jalan nafas dan mengontrol perdarahan. /& $enekan dan mengikat perdarahan pembuluh wajah dan perdarahan di kepala. & $enempatkan pembalut untuk mengontrol perdarahan dari laserasi wajah yang meluas dan perdarahan kepala. D Disability neurologic e!amination +& 6tatus neurologis ditentukan oleh tingkat kesadaran, ukuran pupil, dan reaksi. /& 8rauma periorbital dapat menyebabkan luka pada okular secara langsung maupun tdak langsung yang dapat dilihat dari ukuran pupil, kontur, dan respon yang dapat mengaburkan pemeriksaan neurologis pada pasien dengan sistem saraf pusat yang utuh. & $enentukan perubahan pupil pada pasien dengan perubahan sensoris alkohol
atau obat&
intrakranial.
yang tidak berhubungan
dengan trauma
* "!posure/ enviromental control +& $enghilangkan gigi tiruan, tindikan wajah dan lidah. /& $enghilangkan lensa kontak. /. Penilaian 0' #ada
umumnya$ %lasgow
coma
scale &%CS'
diguna(an
untu(
memeri(sa (esadaran yang dila(u(an untu( mengetahui ada tida(nya gangguan neurologis pada saat pertama (ali ter)adi trauma ma(silofasial* Ada tiga variabel yang diguna(an pada s(ala ini$ yaitu respon membu(a mata$ respon verbal$ dan respon motori(* +ilai %CS ditentu(an berdasar(an s(or yang diperoleh berdasar(an tabel beri(ut* c. +i%ayat penyakit Keluhan utama dan pemeriksaan klinis
'ima pertanyaan yang harus diketahui untuk mengetahui riwayat penyakit pasien penderita fraktur maksilofasial ialah +& 5agaimana kejadiannya /& Kapan kejadiannya & 6pesifikasi luka, termasuk tipe objek yang terkena, arah terkena, dan alat yang kemungkinan dapat menyebabkannya 1& Apakah pasien mengalami hilangnya kesadaran 7& ?ejala apa yang sekarang diperlihatkan oleh pasien, termasuk nyeri, sensasi, perubahan penglihatan, dan maloklusi *aluasi menyeluruh pada sistem, termasuk informasi alergi, obatobatan, imunisasi tetanus terdahulu, kondisi medis, dan pembedahan terdahulu yang pernah dilakukan. :ejas pada sepertiga wajah bagian atas dan kepala biasanya menimbulkan keluhan sakit kepala, kaku di daerah nasal, hilangnya kesadaran, dan mati rasa di daerah kening. :ejas pada sepertiga tengah wajah menimbulkan keluhan perubahan ketajaman penglihatan, diplopia, perubahan oklusi, trismus, mati rasa di daerah paranasal dan infraorbital, dan obstruksi jalan nafas.
:ejas pada sepertiga bawah wajah menimbulkan keluhan perubahan oklusi, nyeri pada rahang, kaku di daerah telinga, dan trismus. 4emeriksaan klinis pada struktur wajah terpenuhi setelah seluruh pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan
jantung dan
paru,
fungsi
neurologis, dan area lain yang berpotensi terkena trauma, termasuk dada, abdomen, dan area pelis. *aluasi pada wajah dan kranium secara hati-hati untuk melihat adanya trauma seperti laserasi, abrasi, kontusio, edema atau hematoma. *kimosis di periorbital, terutama dengan adanya perdarahan subkonjungtia, merupakan sebagai indikas dari adanya fraktur zigomatikus kompleks dan fraktur rima orbita. 4emeriksaan neurologis pada wajah diealuasi secara hati-hati dengan memeriksa penglihatan, pergerakan ekstraokular, dan reaksi pupil terhadap cahaya. 4emeriksaan mandibula dengan cara palpasi ekstraoral semua area inferior dan lateral mandibula serta sendi temporomandibular. 4emeriksaan oklusi untuk melihat adanya laserasi pada area gingia dan kelainan pada bidang oklusi. Bntuk menilai mobilisasi maksila, stabilisasi kepala pasien diperlukan dengan menahan kening pasien menggunakan salah satu tangan. Kemudian ibu jari dan telunjuk menarik maksila secara hati-hati untuk melihat mobilisasi maksila. #emeri(saan regio atas dan tengah wa)ah dipalpasi untu( melihat adanya (erusa(an di daerah se(itar (ening$ rima orbita$ area nasal atau ,igoma* #ene(anan dila(u(an pada area tersebut secara hati-hati untu( mengetahui (ontur tulang yang mung(in sulit dipredi(si (eti(a adanya edema di area tersebut* .ntu( melihat adanya fra(tur ,igomati(us (omple(s$ )ari telun)u( dimasu(an (e vestibula ma(sila (emudian palpasi dan te(an (earah superior lateral* d. Pemeriksaan Radiografis
4ada pasien dengan trauma wajah, pemeriksaan radiografis diperlukan untuk memperjelas suatu diagnosa klinis serta untuk mengetahui letak fraktur. 4emeriksaan radiografis juga dapat memperlihatkan fraktur dari sudut dan perspektif yang berbeda. 4emeriksaan radiografis pada mandibula biasanya memerlukan foto radiografis panoramic iew, open-mouth 8owneCs iew, postero-anterior iew, lateral obliue iew. 5iasanya bila foto-foto diatas kurang memberikan informasi yang cukup, dapat juga digunakan foto oklusal dan periapikal. %omputed 8omography %8& scans dapat juga memberi informasi bila terjadi trauma yang dapat menyebabkan tidak memungkinkannya dilakukan teknik foto radiografis biasa. 5anyak pasien dengan trauma wajah sering menerima atau mendapatkan %8-scan untuk menilai gangguan neurologi, selain itu %8-scan dapat juga digunakan sebagai tambahan penilaian radiografi. 4emeriksaan radiografis untuk fraktur sepertiga tengah wajah dapat menggunakan EaterCs iew, lateral skull iew, posteroanterior skull iew, dansubmental erte! iew.
2. &0*5'& KEPE+&,&-&*
+. (yeri akut berhubungan dengan Agen injuri biologi, kimia, fisik, psikologis&, kerusakan jaringan /. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan ?angguan sirkulasi, iritasi kimia ekskresi dan sekresi tubuh, medikasi&, deficit cairan, . syo( hipoolemik sehubungan dengan perdarahan yang banya( 1.
3. *-E+6E*' KEPE+&,&-&*
*
+
iagnosa *yeri akut berhubungan
dengan Agen injuri biologi, kimia,
*5
()% ❖
(9%
4ain 'eel,
❖ pain
control,
fisik, psikologis&, kerusakan jaringan D6
❖
comfort leel
6etelah dilakukan tinfakan
- 'aporan secara erbal selama . 4asien tidak mengalami - 4osisi untuk menahan nyeri - 8ingkahlaku berhatihati - ?angguan tidur mata sayu,
penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan& - 8ingkah laku distraksi, contoh jalanjalan,menemui orang lain dan"atau aktiitas, aktiitas berulangulang& -
komprehensif termasuk lokasi,
kualitas dan faktor presipitasi - )bserasi reaksi nonerbal dari ketidaknyamanan - 5antu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan - Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri, dengan kriteria
mempengaruhi nyeri seperti suhu
hasil
ruangan, pencahayaan dan
tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai& - 8erfokus pada diri sendiri - Fokus menyempit
- 'akukan pengkajian nyeri secara
karakteristik, durasi, frekuensi,
keperawatan D)
*
- $ampu mengontrol nyeri tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan& - $elaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
kebisingan - Kurangi faktor presipitasi nyeri - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan interensi - Ajarkan tentang teknik non farmakologi napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat" dingin - 5erikan analgetik untuk mengurangi nyeri ... 8ingkatkan istirahat 5erikan informasi tentang nyeri
manajemen nyeri - $ampu mengenali nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan
skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri& - $enyatakan rasa
antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur $onitor ital sign sebelum dan
tonus otot mungkin dalam
nyaman setelah nyeri
rentang dari lemah ke kaku& - 8ingkah laku ekspresif
berkurang - 8anda ital dalam
contoh gelisah, merintih,
rentang normal - 8idak mengalami
menangis, waspada, iritabel, nafas panjang"berkeluh
sesudah pemberian analgesic pertama kali
gangguan tidur
kesah& - 4erubahan dalam nafsu /
makan dan minum Kerusakan integritas #aringan
berhubungan dengan ?angguan sirkulasi, iritasi kimia ekskresi dan sekresi tubuh, medikasi&, deficit cairan,
()% ❖
8issue integrity skin
and mucous membranes ❖
Eound healing
primary and secondary intention
kerusakan mobilitas fisik, keterbatasan pengetahuan,
6etelah dilakukan tindakan
faktor mekanik tekanan,
keperawatan selama .
gesekan&, kurangnya nutrisi,
Kerusakan integritas
radiasi, faktor
jaringan
(9% 4ressure ulcer preention Eound care - Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar - :aga kulit agar tetap bersih dan kering - $obilisasi pasien ubah posisi pasien& setiap dua jam sekali - $onitor kulit akan adanya kemerahan - )leskan lotion atau minyak"baby
suhu suhu yang ekstrim&
pasien teratasi dengan
D)
kriteria hasil
oil pada daerah yang tertekan - $onitor aktiitas dan mobilisasi
- Kerusakan jaringan
- 4erfusi jaringan normal - 8idak ada tandatanda
pasien - $onitor status nutrisi pasien - $emandikan pasien dengan
membrane mukosa, integumen, subkutan&
infeksi - Ketebalan dan tekstur jaringan normal - $enunjukkan pemahaman dalam
sabun dan air hangat - Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan - )bserasi luka lokasi, dimensi,
proses perbaikan kulit
kedalaman luka,
dan mencegah terjadinya
karakteristik,warna cairan,
cidera berulang - $enunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka
granulasi, jaringan nekrotik, tandatanda infeksi lokal, formasi traktus - Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka Kolaborasi ahli gizi pemberian diet 8K84, itamin - %egah kontaminasi feses dan urin - 'akukan tehnik perawatan luka dengan steril - 5erikan posisi yang mengurangi
*
iagnosa
+ #otensial ter)adinya syo( sehubungan dengan perdarahan yang banya(
nterensi
tekanan pada luka - Gindari kerutan pada tempat tidur +asional
9(D*(4*(D*(
)bserasi tanda-tanda ital.
$engkaji sumber, lokasi, dan banyaknya per darahan $emberikan posisi supinasi $emberikan banyak cairan minum&
K)'A5)
4emberian cairan per infus 4emberian obat koagulan sia it.K, Adona& dan penghentian perdarahan
Bntuk mengetahui tanda-tanda syok sedini mungkin Bntuk menentukan tindakan Bntuk mengurangi per darahan dan mencegah kekurangan darah ke otak.
Bntuk mencegah kekurangan cairan mengganti cairan yang hilang.
$embantu proses pembekuan darah dan untuk meng hentikan perdarahan
Bntuk mengetahui kadar Gb, Gt
dengan fiksasi. 4emeriksaan laboratorium Gb, Gt&
#otensial infe(si sehubungan dengan lu(a terbu(a*
apakah perlu transfusi atau tidak.
9(D*4*(D*( Kaji keadaan luka kontinuitas dari kulit& terhadap adanya edema, rubor, kalor, dolor, fungsi laesa. Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka. $erawat luka dengan meng-gunakan tehnik aseptik $ewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema lokal, eritema pada daerah luka.
Bntuk mengetahui tanda-tanda infeksi.
$eminimalkan terjadinya kontaminasi.
K)'A5)
4emeriksaan darah leokosit
%angguan a(tivitas s/d (eru sa(an neuromus(uler s(eletal$ nyeri$ immobilisasi*
4emberian obat-obatan antibiotika dan 88 8oksoid 8etanus& 4ersiapan untuk operasi sesuai indikasi
$encegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang. $erupakan indikasi adanya osteomilitis.
'ekosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi Bntuk mencegah kelanjutan terjadinya infeksi dan pencegahan tetanus. $empercepat proses penyembuhan luka dan dan penyegahan peningkatan infeksi.
9(D*4*(D*(
Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi tersebut.
4asien akan membatasi gerak karena salah persepsi persepsi tidak proporsional $emberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi,
$endorong partisipasi dalam aktiitas rekreasi menonton 8H, membaca koran dll &.
$enganjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak. $embantu pasien dalam perawatan diri
Auskultasi bising usus, monitor kebiasaan eliminasi dan menganjurkan agar b.a.b. teratur. $emberikan diit tinggi protein , itamin , dan mineral.
aftar Pustaka
memusatkan perhatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial. $eningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur " atropi dan reapsorbsi %a yang tidak digunakan. $eningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh. 5edrest, penggunaan analgetika dan perubahan diit dapat menyebabkan penu-runan peristaltik usus dan konstipasi. $empercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan 55, karena pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan 55
5runner, 6uddarth. /2+/. 5uku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi I ol.. *?%. :akarta %arpenito, ':. /2++. 5uku 6aku Diagnosa Keperawatan edisi J . :akarta *?% Doengoes, $.*., /2++,