LAPORAN PENDAHULUAN “CRUSH INJURY OF CRURIS”
A. Anatomi dan Fisiologi Fisiologi Regio C!is C!is Tulang tibia merupakan tulang besar dan utama pada tungkai bawah. Tulang ini mempunyai kondilus besar tempat berartikulasi. Pada Pada sisi depan depan tulang hanya terbungkus kulit dan dan peri perios oste teum um yang yang sang sangat at ny nyer erii jika jika terb terben entu turr. Pada ada pangkal proksimal berartikulasi dengan tulang femur pada send sendii lutu lutut. t. Ba Bagi gian an dist distal al berb berben entu tuk k agak agak pipi pipih h untu untuk k berartikulasi dengan tulang tarsal. Pada tepi luar terdapat perlekatan dengan tulang bula. Pada ujung medial terdapat maleolus medialis. medialis. Tulang bula merupakan tulang panjang dan dan
keci kecill
denga engan n
kep kepala ala
tum tu mpul pul
tulan lang
bula bula
tid tidak
berartikulasi dengan tulang femur ( tidak ikut sendi lutut ) pada ujung distalnya terdapat maleolus lateralis. lateralis.
1
Tulang tibia bersama-sama dengan otot-otot yang ada di sekitarnya berfungsi menyangga seluruh tubuh dari paha ke atas mengatur pergerakan untuk menjaga keseimbangan tubuh pada saat berdiri. !an berakti"itas lain disamping itu tulang tibia juga merup merupaka akan n tempat tempat depos deposit it minera minerall ( kalsiu kalsium m fosfor fosfor dan dan hematopoisis). #ungsi tulang adalah sebagai berikut yaitu $ %) &ena &enaha han n jari jaring ngan an tu tubu buh h dan dan memb member erii bent bentuk uk kepa kepada da kerangka tubuh ') &elin elindu dun ngi
orga rgan-o n-orga rgan
tub tu buh
(
cont contoh oh
teng engkor korak
melindungi otak ) ) ntu ntuk k perg perger erak akan an ( otot otot mele meleka katt kepa kepada da tu tula lang ng untu untuk k berkontraksi dan bergerak. *) &erup &erupaka akan n gudang gudang untuk untuk menyim menyimpan pan mineral mineral ( conto contoh h kalsium) +) ,ema ,emato topo poei eisi sis s ( temp tempat at pemb pembua uattan sel sel dara darah h mera merah h dalam sumsum tulang )
2
askularisasi askularisasi
regio
a.Tibialis anterior dan dari
arteri
cruris
posterior
besar
cabang
poplitea. !an "ena
saphena
magna
dan sapena par"a serta dengan
oleh
cabang-
Persarafa ersarafan n di regio cruris cruris
"ena
poplitea
cabangnya. oleh n.tibiali n.tibialis s anterior anterior dan n.
perone peroneus us mengin menginer" er"asi asi otot otot etens etensor or dan abduct abductor or serta serta n. tibialis posterior n.poplitea menginer"asi /eksor dan otot tricep surae.
Gbr. N. Tibialis posterior
3
0truktur
1tot
Bagian
posterior
region
crurys
supercial terdiri dari 2 lapisan 2 m.Gastrocnemius tendon dan muskulus plantaris muskulus soleus lapisan posterior paling dalam muskulus fexor digitorum longus bagian lateral muskulus peroneus longus dan muskulus brevis bagian anterior lagi 2 muskulus tibialis anterior muskulus extensor digitorum longus dan muskulus
brevis. !ari
masing-masing otot memiliki tendon dibagian origo dan insertionya. B. Crush Injury ". De#nisi Crush Injury didensikan sebagai luka yang hancur pada etremitas atau anggota badan lain yang mengakibatkan terjadinya kerusakan yang serius meliputi2 kulit dan jaringan lunak dibawa kulit kerusakan pembuluh darah persarafan tendon, ascia , bone joint (lokasi penghubung anatara tulang )
kerusakan
tulang serta komponen
didalam tulang. Crush injury lebih sering mengenai anggota gerak dibanding anggota tubuh yang lain. $. Pato#siologi Pada crush injury kerusakan lapisan kulit dan subkutan dapat mempermudah masuknya kuman melalui lokasi luka yang terbuka sehingga sangat penting pada ada anamnesis dapat diketahui mengenai mekanisme trauma dan lokasi kejadian agar dapat mengetahui risiko terjadinya infeksi. 3erusakan pembuluh darah dapat disebabkan oleh kekuatan crush injury yang mengakibatkan hilangnya suplai darah ke otot. Biasanya otot dapat bertahan selama * jam tanpa aliran darah ( warm ischemia time) masuk dalam
sel
otot
kemudian
sel-sel
otot
akan
mati.
0elanjutnya terjadi kebocoran membrane plasma sel otot
4
serta
kerusakan
pembuluh
darah
yang
akan
mengakibatkan cairan intra"askuler akan terakumulasi ke jaringan yang cedera. ,al ini dapat dapat menyebabkan hipo"elemia
yang signikan
terjadi syo hipovolemi, (4a5)
sehingga
sehingga mengakibatkan
serta kehilangan ion calcium
berpotensi
menyebabkan
terjadinya
hipokalsemia. 3erusakan
saraf tibialis,
dapat
mengakibatkan
hilangnya re/ek neurologis yang signkan pada sebelah distal
regio
cruris
sebab
cabang
n.!ibialis dapat
menginer"asi regio pedis. 6ika tulang patah maka periosteum dan pembuluhh darah pada kortek
sum-sum dan jaringan lunak
sekitarnya mengalami gangguan 7 kerusakan. Perdarahan terjadi dari ujung tulang yang rusak dan dari jaringan lunak (otot) yang ada disekitarnya. ,ematoma terbentuk pada annal medullary antara ujung fraktur tulang dan bagian
bawah
periosteum.
6aringan
nekrotik
ini
menstimulasi respon in/amasi yang kuat yang dicirikan oleh "asodilasi eksudasi plasma dan lekosit dan inltrasi oleh sel darah putih lainnya. 3erusakan pada periosteum dan sum-sum tulang dapat mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang sumsum kuning yang keluar akibat fraktur masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti aliran darah sehingga mengakibatkan
terjadi
emboli
lemak
("at
emboly #.
8pabila emboli lemak ini sampai pada pembuluh darah kecil sempit dimana diameter emboli lebih besar dari pada
diameter
hambatan
pembuluh
aliran-aliran
darah
darah
maka yang
akan
terjadi
mengakibatkan
perubahan perfusi jaringan. 9mboli lemak dapat berakibat
5
fatal apabila mengenai organ-organ "ital seperti otak jantung dan paru-paru. 3erusakan pada otot dan jaringan lunak juga dapat menimbulkan nyeri yang hebat karena adanya spasme otot.
0edangkan
kerusakan
pada
tulang
itu
sendiri
mengakibatkan terjadinya perubahan ketidakseimbangan dimana tulang dapat menekan persyarafan pada daerah yang
terkena
penurunan
fraktur fungsi
sehingga syaraf
dapat
yang
menimbulkan
ditandai
dengan
kesemutan rasa baal dan kelemahan. 0elain itu apabila perubahan susunan tulang dalam keadaan stabil atau benturan akan lebih mudah terjadi proses penyembuhan fraktur dapat dikembalikan sesuai dengan anatominya. Biasanya jika penanganan awal tidak dilakukan dengan baik akan berkembang timbul tanda-tanda dari crush syndrome yang mana akibat kerusakan sel-sel otot sebagai akibat dari crush injury . Crush syndrome ditandai dengan adanya gangguan sistemik. %. &e'ala dan (anda :ejala dan tanda jelas berbeda tergantung dari keparahan crush injury . Pada trauma yang ringan dapat ditandai dengan adanya luka robek nyeri terlokasir dan ringan. ;amun
pada trauma crush injury yang berat
dapat terlihat kerusakan hebat dibawa kulit lokasi lesi dan sering dijumpai kerusakan hebat terhadap kulit jaringan lunak fascia saraf pembuluhh darah tulang serta tendon dan organ lainnya. Beberapa tanda mungkin dan
sering timbul
yaitu2 klinis
yang
pada kulit
mungkin hampir sama dengan trauma bukan crush injury bengkak
daerah
trauma
paralisis
(
jika
mengenai
"ertebra) parestesi nyeri pulsasi ujung distal dari lokasi
6
trauma mungkin ada atau tidak ada mioglobinuri yang mana warna urine menjadi merah gelap atau coklat. ). *elainan +eta,oli
,ipokalsemia sistemik2 akibat kalsium masuk kedalam sel otot melalui membrane yang bocor
,iperkalemia 2 kalium dilepaskan oleh sel otot iskemik ke sirkulasi sistemik
8sidosis metabolic 2 akibat pelepasan asam laktat dari sel otot iskemik ke sirkulasi sistemik
3etidakseimbangan 3alsium dan kalium menyebabkan aritmia jantung memperburuk kondisi penderita ( cardiac arrest # dan asidosis metabolic memperburuk kondisi pasien.
. Etiologi Penyebab utama dari crush injury adalah banyak faktor antara lain 2 tertindih oleh objek berat kecelakaan lalu lintas kecelakaan kerja pada jam setelah kejadian jika tidak dapat ditangani dengan baik akan menyebabkan kondisi pasien semakin memburuk dan terjadi banyak komplikasi lain yang dapat memperberat kondisi pasien dan penanganan selanjutnya menjadi semakain sulit. Penanganan pada crush injury dapat dimulai dari tempat kejadian yaitu dengan prinsip primary ( 8B4) terutama
surace
mempertahankan atau mengurangi
perdarahan dengan cara bebat tekan sementara dilarikan ke rumah sakit. Penanganan di rumah sakit harus di awali dengan prinsip 8T?0. Pemberian oksigen (1') guna mencegah 7
terjadinya hipoksia jaringan serta terutama organ-organ "ital. 3emudian dilanjutkan dengan terapi cairan terapi cairan awal harus diarahkan untuk mengoreksi takikardia atau hipotension dengan memperluas "olume cairan tubuh dengan cepat dengan
menggunakan cairan
( isotonic) atau ringer laktat diguyur dilanjutkan
perlahan
@
%-%.+
;a4l
dan kemudian
?7jam
(
BarberaA
&acintyre %=2 :onCaleC 'DD+2 :unal et 8l. 'DD*2 &alinoski et 8l. 'DD*2 0tewart 'DD+). ntuk mencegah gagal ginjal dengan hidrasi yang sesuai anjuran
terapi akhirEakhir ini berupa pemberian
cairan
sebagai
penolong
kematian
dimana dapat
memperbaiki perfusi jaringan yang iskemik sebagai akibat crush injury . ;atrium bikarbonat berguna pada pasien dengan Crush $yndrome.
8
Pemberian &anitol intra"ena memiliki tindakan yang menguntungkan beberapa korban crush syndrome guna melindungi ginjal dari efek rhabdomyolisis peningkatan "olume
cairan
ekstraselular
dan
meningkatkan
kontraktilitas jantung. 0elain itu intra"ena manitol selama *D menit berhasil mengobati sindrom kompartemen dengan menghilangkan gejala dan mengurangi bengkak ( edema). &anitol dapat diberikan dalam dosis % gram 7 kg atau ditambahkan ke cairan intra"ena
pada pasien
sebagai infuse lanjutan. !osis maksimum adalah 'DD gm7d dosis yang lebih tinggi dari ini dapat merusak fungsi ginjal. &annitol boleh diberikan hanya setelah aliran urin baik yang dikoreksi dengan cairan < lain sebelumnya. ?uka harus dibersihkan debridemen dan ditutup dengan dressing sterile dengan kain kasa. ?okasi cedera diangkat lebih tinggi dari posisi jantung akan membantu untuk membatasi edema dan mempertahankan perfusi. 8ntibiotik intra"ena sering digunakan guna mencegah infeksi
obat-obatan
untuk
mengontrol
rasa
sakit
( analgetik) dapat diberikan yang sesuai. Torniket yang kontro"ersial perlu jika perdarahan aktif namun biasanya jarang digunakan.
9
8mputasi
di
lapangan
atau
tempat
kejadian
digunakan hanya sebagai upaya terakhir.
yang
berkompeten berdasarkan keahlian. Pada amputasi bawah lutut dapat dilakukan jika ada kerusakan yang sulit untuk dipertahan lagi dan kerusakan fungsi komponen yang terdapat pada daerah bawah lutut ( under o nee# yang melibatkan kerusakan kulit sot tissue otot "askularisasi persarafan tendon ascia serta tulang. 0ehingga amputasi pada daerah bawah lutut dapat dilakukan
dengan
cara
mempertahankan
otot
dan
komponen lainnya serta kondilus tulang paha namun pada kasus crush injury ( %egio cruris) mencapai
tulang
patella
dapat
yang kerusakannya dilakukan
tindakan
amputasi daerah diatas lutut ( &mputation above the nee).Pastikan berlatih
tindakan ini membantu pasien untuk
seketika
setelah
amputasi
supaya
dapat
memperkuat$ otot adductor sisa mencegah prosthesis gerakkan keluar ketika ia berjalan dan otot etensors sebab kedua fungsi otot ini akan pasien dan prosthesis yang mana
melebarkan pinggul untuk membentuk
lututnya dan juga harus belajar untuk menyeimbangkan pinggulnya sebagai ganti otot yang diamputasi. Tujuan operasi amputasi bawah lutut adalah untuk menghasilkan sebuah alat gerak yang padat berbentuk silindris bebas dari jaringan parut yang sensitif dengan tulang yang cukup baik ditutupi oleh otot dan jaringan subkutan yang
10
sesuai dengan panjangnya. jung puntung sebaiknya dilapisi oleh jaringan kulit subkutan fasia dan otot yang sehat dan tidak melekat. !alam hal ini sangat penting pengetahuan yang lebih
mengenai
anatomi
dan
siologi
pada
lokasi
amputasi. 1leh karena itu tindakan ini harus dilakukan oleh ahli orthopedic.
8dapun indikasi yang sangat penting diketahui yaitu $ (%) 'ive saving (menyelamatkan jiwa) contoh trauma disertai keadaan yang mengancam jiwa (perdarahan dan infeksi). 0angat mengancam nyawa bila dibiarkan misalnya pada crush injury sepsis yang berat dan adanya tumor ganas. (') 'imb saving (memanfaatkan kembali kegagalan fungsi ekstremitas secara maksimal) seperti pada kelainan kongenital
dan
keganasan.
8nggota
gerak
tidak
berfungsi sama sekali sensibilitas anggota gerak hilang
sama
malformasi
sekali
hebat
adanya
atau
nyeri
ostemielitis
yang yang
hebat disertai
11
dengan
kerusakan
tulang
hebat.
0erta
kematian
jaringan baik akibat diabetes melitus (!&) penyakit "askuler setelah suatu trauma dapat di indikasikan amputasi. 0. *om1li-asi
ypotensi Crush $yndrome %enal ailure
Compartmen $yndrome
Cardiac &rres
2. Pat34a5s
CRUSH
3erusaka n saraf
3erusakan embuluh
Periosteu m ada
Ge/ek
0uplai
Terbentuk hematoma bag bawah
!istal region ;er"us
;ekrotik sel 3ebocoran membran
4airan intra"ascular akan ,ipo"ole
,ipokalse
0 ok !esit "olume cairan
&enstimula si res on
0umsum kuning masuk ke embuluh
Pembul
8liran 3etidakefektifan erfusi arin an 12
6. +asala3 *e1ea4atan a. !esit "olume cairan b.d kehilangan cairan secara aktif b. 3etidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran darah "ena arteri c. ,ambatan mobilitas sik b.d gangguan muskuloskeletal patahnya jaringan tulang
"7.
As!3an *e1ea4atan
Etiologi !esit "olume cairan b7d kehilangan cairan secara aktif kurangnya intake cairan
NOC NIC #luid balance "luid management ,ydration Timbang ;utritional 0tatus $ popok7pembalut #ood and #luid
•
•
• •
• •
•
13
•
•
•
•
•
•
•
•
3etidakefek tifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran darah "ena arteri
4irculation status Tissue Prefusion $ cerebral *iteia Hasil 8 mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan $ Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang diharapkan Tidak ada ortostatikhiperte nsi Tidk ada tanda tanda peningkatan tekanan
Berikan cairan < pada suhu ruangan !orong masukan oral Berikan penggantian nesogatrik sesuai output !orong keluarga untuk membantu pasien makan Tawarkan snack ( jus buah buah segar ) 3olaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk 8tur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi
Pei13eal Sensation +anagement 9+ana'emen sensasi 1ei:e; &onitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas7dingin7taja m7tumpul &onitor adanya paretese
14
intrakranial (tidak lebih dari %+ mm,g) mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan$ berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan menunjukkan perhatian konsentrasi dan orientasi memproses informasi membuat keputusan dengan benar menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh $ tingkat kesadaran mambaik tidak ada gerakan gerakan in"olunter
Batasi gerakan pada kepala leher dan punggung &onitor kemampuan B8B 3olaborasi pemberian analgetik &onitor adanya tromboplebitis !iskusikan menganai penyebab perubahan sensasi
,ambatan 0etelah diberikan asuhan E
3ekuatan kontraksi otot meningkat
8jarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi 3aji kemampuan pasien dalam mobilisasi ?atih pasien dalam pemenuhan kebutuhan 8!?s secara mandiri sesuai kemampuan !ampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan 8!?s ps. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan. 8jarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
16
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN *EPERA>A(AN PASIEN CRUSH INJURY OF CRURIS DEN&AN +ASALAH HA+?A(AN +O?ILI(AS FISI* A. Pengetian &obilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan akti"itas guna mempertahankan kesehatannya.
0edangkan
gangguan
mobilisasi
sik
(imo,ilisasi) didenisikan oleh )orth &merican )ursing *iagnosis &ssociation (;8;!8) sebagai suatu keadaan ketika indi"idu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak sik (3im et al %+ dalam #undamental 3eperawatan Potter dan Perry 9d. * ol. ').&obilisasi dan
pada
suatu
rentang
dengan
banyak
tingkatan
imobilisasi parsial di antaranya.Beberapa klien mengalami kemunduran dan selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi tetapi pada klien lain berada pada kondisi mobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas (Perry dan Potter %*). Perubahan dalam tingkat
mobilisasi
sik
dapat
mengakibatkan
instruksi
pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring pembatasan gerak sik selama penggunaan alat bantu eksternal (mis. :ips atau traksi rangka) pembatasan gerakan "olunter atau kehilangan fungsi motorik. B. Jenis +o,ilisasi dan Imo,ilisasi %. 6enis &obilisasi a. +o,ilisasi 1en!3 merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. &obilisasi penuh ini merupakan
17
fungsi saraf motorik "olunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang. b. +o,ilisasi
se,agian@
merupakan
kemampuan
seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak
mampu
bergerak
secara
bebas
karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada tubuhnya. ,al ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilisasi sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. &obilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu $ %. &obilisasi
sebagian
temporer
kemampuan indi"idu untuk batasan
yang
sifatnya
merupakan
bergerak dengan sementara.
!apat
disebabkan oleh trauma re"ersible pada sistem musculoskeletal
contohnya
adalah
adanya
dislokasi sendi dan tulang. '. &obilisasi
permanen
merupakan kemampuan
indi"idu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. ,al tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang ire"ersible contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke paraplegi karena cedera tulang belakang poliomyelitis karena terganggunya system saraf motorik dan sensorik. '. 6enis
#si- merupakan
secara
sik
dengan
pembatasan untuk tujuan
mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak mampu
18
mempertahankan
tekanan
di
daerah
paralisis
sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan. b. Imo,ilisasi intele-t!al@ merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit. c. Imo,ilisasi emosional keadaan ktika seseorang mengalami adanya
pembatasan secara emosional perubahan
secara
tiba-tiba
karena dalam
menyesuaikan diri. 4ontohnya keadaan stress berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai. d. Imo,ilisasi sosial keadaan indi"idu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat memengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
C. Fa-to 5ang +em1enga!3i +o,ilisasi ". &a5a
Hid!1.
memengaruhi
Perubahan kemampuan
gaya
hidup
mobilisasi
dapat
seseorang
karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari. $. Poses Pen5a-itCedea.
Proses penyakit dapat
memengaruhi kemampuan mobilisasi karena dapat memengaruhi fungsi sistem tubuh. 0ebagai contoh orang yang mengalami fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bawah. %. *e,!da5aan.
3emampuan
melakukan
mobilisasi
dapat juga dipengaruhi kebudayaan. 4ontohnya orang
19
yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilisasi yang kuat2 sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilisasi (kaki) karena adat dan kebudayaan tertentu dilarang untuk berakti"itas. ). (ing-at
Enegi.
melakukan
9nergi
mobilisasi.
adalah
8gar
sumber
untuk
seseorang
dapat
melakukan mobilisasi dengan baik dibutuhkan energi yang cukup. . Usia
dan
Stat!s
Pe-em,angan.
Terdapat
perbedaan kemampuan mobilisasi pada tingkat usia yang berbeda. ,al ini dikarenakan kemampuan atau kematangan
fungsi
alat
gerak
sejalan
dengan
perkembangan usia. D. Pe!,a3an Sistem (!,!3 A-i,at Imo,ilisasi 8pabila ada perubahan mobilisasi maka setiap sistem tubuh berisiko terjadi gangguan.Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung dari umur klien dan kondisi kesehatan secara keseluruhan serta tingkat
imobilisasi
perkembangan
yang
dialami.
pengaruh
&isalnya
imobilisasi
lansia
berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan klien yang lebih muda (Perry dan Potter %*). ". Pe!,a3an +eta,olisme 0ecara
umum
imobilisasi
dapat
mengganggu
metabolisme secara normal mengingat imobilisasi dapat
menyebabkan
turunnya
kecepatan
metabolisme di dalam tubuh. ,al tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basal metabolism rate (B&G) yang menyebabkan berkurangnya energi untuk perbaikan sel-sel tubuh sehingga dapat
20
memengaruhi gangguan oksigenasi sel. Perubahan metabolisme proses
imobilisasi
anabolisme
meningkat.
dapat
menurun
3eadaan
ini
mengakibatkan
dan
juga
katabolisme
dpat
berisiko
meningkatkan gangguan metabolisme. $. *etida-seim,angan =aian dan Ele-tolit Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai
dampak
dari
imobilisasi
akan
mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. !i samping itu berkurangnya perpindahan cairan dari
intra"ascular
menyebabkan
ke
edema
interstisial sehingga
dapat terjadi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. 9kskresi kalsium dalam urine ditingkatkan melalui resorpsi tulang.
menyebabkan
pelepasan
kalsium ke dalam sirkulasi. !alam keadaan normal ginjal dapat mengekskresi kelebihan kalsium. 6ika ginjal tidak mampu berespon dengan tepat maka terjadi
hiperkalsemia
(,olm
%>
dalam
#undamental 3eperawatan Perry dan Potter 9d.* ol.'). %. &angg!an F!ngsi &astiointestinal
,al
ini
disebabkan
karena
imobilisasi dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan seperti perut kembung mual dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan
gangguan
proses
eliminasi.
21
:angguan fungsi gastrointestinal ber"ariasi dan mengakibatkan
penurunan
motilitas
saluran
gastrointestinal.
3onstipasi
merupakan
gejala
umum dari diare sering terjadi akibat impaksi fekal. Perawat harus waspada terhadap temuan penemuan seperti ini yaitu bukan diare yang normal tetapi lebih cairan feses yang berjalan melalui area yang terjepit. 6ika dibiarkan tidak ditangani
impaksi
obstruksi
usus
keseluruhan
fekal
dapat
mekanik
yang
mengakibatkan
sebagian
menyumbat
ataupun
lumen
usus
menutup dorongan normal dari cairan dan udara. 8kibat adanya cairan dalam usus menimbulkan distensi dan peningkatan tekanan intraluminal. 0elanjutnya fungsi usus menjadi tertekan terjadi dehidrasi terhentinya absorbsi dan gangguan cairan dan elektrolit semakin memburuk. ). Pe!,a3an Sistem Pena1asan 8kibat imobilisasi kadar hemoglobin menurun ekspansi paru menurun dan terjadinya lemah otot yang
dapat
menyebabkan
terganggu.
Terjadinya
proses
metabolisme
penurunan
kadar
hemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliran oksigen
dari
al"eoli
ke
jaringan
sehingga
menyebabkan anemia. . Pe!,a3an *adioBas-!la 0istem
kardio"askular
imobilisasi. hipotensi
8da
tiga
ortostatik
juga
dipengaruhi
oleh
perubahan
utama
yaitu
peningkatan
beban
kerja
jantung dan pembentukan thrombus. ,ipotensi ortostatik adalah penurunan tekanan darah sistolik
22
'+ mm,g dan diastolik %Dmm,g ketika klien bangun dari posisi berbaring atau duduk ke posisi berdiri. Pada klien imobilisasi terjadi penurunan sirkulasi "olume cairan pengumpulan darah pada ekstremitas bawah dan penurunan respon otonom. #aktor-faktor tersebut mengakibatkan penurunan aliran balik "ena diikuti oleh penurunan curah jantung yang terlihat pada penurunan tekanan darah
(&c4ance
and
,uether
%*
dalam
#undamental 3eperawatan Perry dan Potter 9d. * ol.'). 6ika beban kerja jantung meningkat maka konsumsi oksigen juga meningkat. 1leh karena itu jantung bekerja lebih keras dan kurang esien selama masa istirahat yang lama. 6ika imobilisasi meningkat
maka
curah
jantung
menurun
penurunan esiensi jantung yang lebih lanjut dan peningkatan beban kerja.3lien juga berisiko terjadi pembentukan thrombus. 3elainan aliran darah "ena
yang
imobilisasi
lambat
akibat
tirah
dapat
menyebabkan
baring
dan
akumulasi
trombosit brin faktor-faktor pembekuan darah dan elemen sel-sel darah yang menempel pada dinding bagian anterior "ena atau arteri kadangkadang menutup lumen pembuluh darah. /. Pe!,a3an Sistem +!s-!los-eletal Perubahan
yang
terjadi
dalam
sistem
musculoskeletal sebagai dampak dari imobilisasi adalah sebagai berikut $ a. Penga!3 Otot. 8kibat pemecahan protein klien mengalami kehilangan massa tubuh yang membentuk sebagian otot. 1leh karena itu
23
penurunan
massa
otot
tidak
mampu
mempertahankan akti"itas tanpa peningkatan kelelahan.
&assa
otot
menurun
dan
tidak
digunakan.
metabolisme
akibat 6ika
imobilisasi berlanjut dan otot tidak dilatih maka akan
terjadi
berkelanjutan. akibat
penurunan Penurunan
kehilangan
daya
massa
yang
stabilitas
terjadi
tahan
penururnan
massa otot atro dan kelainan sendi yang aktual. 0ehingga klien tersebut tidak mampu bergerak terus menerus dan sangat berisiko untuk jatuh. ,. Penga!3 S-elet.
dua perubahan terhadap skelet $ gangguan metabolisme
kalsium
3arena
imobilisasi
tulang
sehingga
dan
berakibat jaringan
kelainan
sendi.
pada
resorpsi
tulang
menjadi
kurang padat dan terjadi osteoporosis (,olm %>
dalam #undamental 3eperawatanPerry
dan Potter 9d.* ol.'). 8pabila osteoporosis terjadi
maka
klien
berisiko
terjadi
fraktur
patologis.
tubuh tulang.
meningkatkan Gesorpsi
kecepatan
tulang
juga
menyebabkan kalsium terlepas ke dalam darah sehingga mengakibatkan terjadi hiperkalsemia.
dapat
mengakibatkan
kontraktur
sendi dimana terjadi kondisi abnormal dan biasanya permanen yang ditandai oleh sendi /eksi dan terksasi. ,al ini disebabkan tidak digunakannya atro dan pemendekan serat otot. 6ika terjadi kontraktur maka sendi tidak
24
dapat mempertahankan rentang gerak dengan penuh.
0ayangnya
menjadikan berfungsi
sendi
kontraktur
pada
(?ehmkuhl
posisi
et
al
sering
yang %D
tidak dalam
#undamental 3eperawatan Perry dan Potter 9d. * ol. '). 0atu macam kontraktur umum dan lemah yang terjadi adalah oot drop, dimana kaki terksasi pada posisi plantar/eksi secara permanen. 8mbulasi sulit pada kaki dengan posisi ini.
0. Pe!,a3an Sistem Integ!men Perubahan sistem integument yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilisasi dan terjadinya iskemia serta nekrosis jaringan supercial dengan adanya luka decubitus sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan. 2. Pe!,a3an Eliminasi 9liminasi
urine
klien
berubah
oleh
adanya
imobilisasi. Pada posisi tegak lurus urine mengalir keluar dari pel"is ginjal lalu masuk ke dalam ureter dan kandung kemih akibat gaya gra"itasi. 6ika klien dalam posisi rekumben atau datar ginjal dan ureter membentuk garis datar seperti pesawat. :injal yang membentuk urine harus masuk ke dalam kandung kemih melawan gaya gra"itasi. 8kibat kontraksi peristaltik ureter yang tidak cukup kuat melawan gaya gra"itasi pel"is ginjal menjadi terisi sebelum urine masuk ke dalam ureter.
3ondisi
ini
disebut
statis
urine
dan
25
meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal.3lien dengan imobilisasi berisiko terjadi
pembentukan
batu
karena
gangguan
metabolisme kalsium dan akibat hiperkalsemia. 0ejalan dengan masa imobilisasi yang berlanjut asupan cairan yang terbatas dan penyebab lain seperti
demam
akan
mengakibatkan
dehidrasi. 8kibatnya
haluaran urine
umunya
diproduksi
urine
yang
resiko
menurun
berkonsentrasi
tinggi.rine yang pekat ini meningkatkan risiko terjadi batu dan infeksi.Perawatan perineal yang buruk setelah defekasi terutama pada wanita meningkatkan perkemihan
risiko oleh
kontaminasi
bakteri
saluran
+scherechia
Coli.
Penyebab lain infeksi saluran perkemihan pada klien imobilisasi adalah pemakaian kateter urine menetap. 6. Pe!,a3an Peila-! Perubahan perilaku sebagai akibat imobilisasi antara lain timbulnya rasa bermusuhan bingung cemas emosional tinggi depresi perubahan siklus tidur
dan
menurunnya
koping
mekanisme.
Terjadinya perubahan perilaku tersebut merupakan dampak
imobilisasi
karena
selama
proses
imobilisasi seseorang akan mengalami perubahan peran konsep diri kecemasan dan lain-lain. E. *onse1 Dasa As!3an *e1ea4atan I.
Peng-a'ian %. Giwayat 3eperawatan 0ekarang Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien
yang
menyebabkan
terjadi
26
keluhan7gangguan
dalam
mobilisasi
dan
imobilisasi seperti adanya nyeri kelemahan otot kelelahan
tingkat
mobilisasi
dan
imobilisasi
daerah terganggunya mobilisasi dan imobilisasi dan lama terjadinya gangguan mobilisasi. '. Giwayat
3eperawatan
Penyakit
yang
Pernah
!iderita Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilisasi misalnya adanya
riwayat
(kecelakaan
penyakit
sistem
cerebro"ascular
neurologis
trauma
kepala
peningkatan tekanan intracranial miastenia gra"is guillain barre cedera medulla spinalis dan lainlain)
riwayat
penyakit
sistem
kardio"askular
(infark miokard gagal jantung kongestif) riwayat penyakit musculoskeletal (osteoporosis fraktur artritis)
riwayat
penyakit
sistem
pernapasan
(penyakit paru obstruksi menahun pneumonia dan lain-lain)
riwayat
pemakaian
obat
seperti
sedati"e hipnotik depresan sistem saraf pusat laksania dan lain-lain. . 3emampuan #ungsi &otorik Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri kaki kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan kekuatan atau spastis. *. 3emampuan &obilisasi Pengkajian kemampuan mobilisasi dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring duduk berdiri
bangun
dan berpindah
tanpa
27
bantuan. 3ategori tingkat kemampuan akti"itas adalah sebagai berikut $
Tingkat 8kti"itas7&obilisasi Tingkat D Tingkat % Tingkat ' Tingkat
Tingkat *
3ategori &u merawat diri sendiri secara penuh. &emerlukan penggunaan alat. &emerlukan bantuan atau pengawasan orang lain. &emerlukan bantuan pengawasan orang lain dan peralatan. 0angat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan.
+. 3emampuan Gentang :erak Pengkajian rentang gerak (range of motion-G1&) dilakukan pada daerah seperti bahu siku lengan panggul dan kaki.
Tipe :erakan Le3e@ S1ina@ SeBi-al #leksi $ menggerakkkan dagu menempel ke dada 9kstensi $ mengembalikan kepala ke posisi tegak ,iperekstensi $ menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin #leksi ?ateral $ memiringkan kepala sejauh mungkin ke arah setiap bahu Gotasi $ memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler ?a3! #leksi $ menaikkan lengan dari posisi di
!erajat Gentang ;ormal *+ *+ %D *D-*+ %>D
%>D
28
samping tubuh ke depan ke posisi di atas kepala 9kstensi $ mengembalikan lengan ke posisi semula 8bduksi $ menaikkan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala 8dduksi $ menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin Gotasi dalam $ dengan siku /eksi memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang Gotasi luar $ dengan siku /eksi menggerakkan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping kepala Lengan ?a4a3 0upinasi $ memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas Pronasi $ memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah Pegelangan (angan #leksi $ menggerakkan telapak tangan ke sisi dalam lengan bawah 9kstensi $ menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari tangan dan lengan bawah berada dalam arah yang sama 8bduksi (/eksi radial) $ menekuk pergelangan tangan miring (medial) ke ibu jari 8dduksi (/eksi luar) $ menekuk pergelangan tangan miring (lateral) ke arah lima jari Jai'ai (angan #leksi $ membuat pergelangan 9kstensi $ meluruskan jari tangan ,iperekstensi $ menggerakkan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin I,! Jai #leksi $ menggerakkan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan 9kstensi $ menggerakkan ibu jari lurus menjauh dari tangan Pingg!l #leksi $ menggerakkan tungkai ke depan dan
%>D %>D
'D D
D
HD-D HD-D
>D-D >D-D
0ampai D D-+D
D D D-=D
D D
D-%'D
29
atas 9kstensi $ menggerakkan kembali kesamping tungkai yang lain L!t!t #leksi $ menggerakkan tumit ke arah belakang paha 9kstensi $ mengembalikan tungkai ke lantai +ata *a-i !orsi/eksi $ menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas Plantar/eksi $ menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk kebawah
D-%'D
%'D-%D %'D-%D 'D-D *+-+D
=. Perubahan
thorak
adanya
mucus
batuk
yang
produktif diikuti panas dan nyeri saat respirasi. Pengkajian
intoleransi
akti"itas
terhadap
perubahan sistem kardio"askular seperti nadi dan tekanan darah gangguan sirkulasi perifer adanya thrombus serta perubahan tanda "ital setelah melakukan akti"itas atau perubahan posisi. H. 3ekuatan 1tot dan :angguan 3oordinasi !alam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral
atau tidak. !erajat
kekuatan otot dapat ditentukan dengan $
D
Persentase 3ekuatan ;ormal D
%
%D
'
'+
0kala
3arakteristik Paralisis sempurna. Tidak ada gerakan kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat :erakan otot penuh melawan gra"itasi dengan topangan
30
II.
+D
*
H+
+
%DD
:erakan yang normal melawan gra"itasi :erakan penuh yang normal melawan gra"itasi dan melawan tahanan minimal 3ekuatan normal gerakan penuh yang normal melawan gra"itasi dan tahanan penuh
Diagnosa *e1ea4atan %. ,ambatan mobilitas sik berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal
patahnya
jaringan
tulang III.
Ren=ana *e1ea4atan
D< (!'!an ,ambata 0etelah n diberikan mobilitas asuhan sik keperawatan berhubun selama '* gan jam klien dapat dengan melakukan patahnya akti"itas secara jaringan bertahap sesuai tulang dengan batas kemampuannya dengan kriteria hasil $ +. Pasien menunjukan peningkatan mobilitas =. Pasien menggunakan alat bantu dengan benar H. Pasien dapat mempertahank an kekuatan
%.
'.
. *. +.
=.
H.
InteBensi 3aji pergerakan atau akti"itas klien. Berikan latihan G1& aktif dan G1& pasif. kur kekuatan otot klien. 8jarkan teknik berjalan khusus 3olaborasi dengan sioterapi dalam melatih pasien. !orong klien agar aktif menjalankan akti"itas seharihari secara mandiri sesuai kemampuan !orong melakukan akti"itas dengan alat bantu
%.
'.
.
*.
+.
Rasional &engetahui tingkat kemandirian akti"itas klien &elatih dan menjaga massa otot agar tidak atro. &engetahui perkembangan otot klien Teknik berjalan khusus dapat mengimbangi gaya berjalan menyeret dan kecenderungan tubuh condong ke depan pada klien &emberi terapi sik pada pasien untuk menjaga dan meningkatkan akti"itas
31
otot >. Pasien dapat mempertahank an /eksibilitas sendi . 3ekuatan kontraksi otot meningkat
I.
=. &oti"asi yang tinggi dari diri pasien dan latihan yang sering dilakukan akan mempercepat perbaikan mobilitas tubuh H. Penggunaan alat dapat membantu dalam menghindari akti"itas yang sedikit akibat keterbatasan mobilisasi
EBal!asi 9"aluasi yang dihharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah gangguan mobilitas adalah sebagai berikut $ %. Peningkatan fungsi sistem tubuh '. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot . Peningkatan /eksibilitas sendi *. Peningkatan fungsi motorik perasaan nyaman pada pasien dan ekspresi pasien menunjukkan keceriaan.
32
Bagan &obilitas
Tidak
Terbatas
0ehat
!isebabkan karena faktor-faktor yang berhubungan seperti$ pengobatan terapi pembatasan gerak kurang pengetahuan mengenai pembatasan gerak sik<&T H+I sesuai dengan usia kerusakan sensori
3eterbatasan dalam pergerakan sik pada bagian tubuh tertentu atau ada satu atau lebih Tanda7gejala sesuai dengan batasan karakteristik 33seperti $ keterbatasan G1& keterbatasan kemampuan