1.1 PENGERTIAN
Campak merupakan penyakit infeksi akut, kebanyakan menyerang anak-anak dan disebabkan oleh virus (WHO, 2004). Virus penyebab penyakit campak termasuk ke dalam genus morbilivirus dan famili paramixovirus. Karateristik penyakit campak pada umumnya adalah : demam dengan suhu >38ºC, rash dan disertai satu atau lebih gejala batuk, pilek, atau mata merah/konjungtivitis (WHO, 2004). Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh 3 stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2001). Morbili adalah penyakit virus aku dengan demam, radang selaput lendir dan timbulnya erupsi kulit berupa bercak dan bintik merah, disusul pengelupasan (Ramali Ahmad, 2002). Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena paramyxovirus yang ditandai oleh prodromal infeksi saluran pernafasan atas dan bercak koplik yang diikuti dengan rash makula popular kehitaman (Catzel dan Robert, 1995). Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang sangat menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalensi yang pada umumnya menyerang pada anak.
1.2 ETIOLOGI
Menurut Suriadi (2001), penyebab morbili adalah virus morbili yang berasal dari sekret saluran pernafasan, darah dan urine dari yang terinfeksi. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan droplet dari orang yang terinfeksi. Masa inkubasi selama 10 – 20 20 hari, dimana periode yang sangat menular adalah dari hari pertama hingga hari k eempat setelah timbulnya rash (pada umumnya pada stadium kataral).
1.3 MANIFESTASI KLINIK
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium : 1. Stadium Kataral (Prodormal) Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut: a. Panas b. Malaise c. Batuk d. Fotofobia e. Konjungtivitis f. Koriza Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah: a. Koriza dan Batuk bertambah b. Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole c. Kadang terlihat bercak koplik d. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan e. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening f. Splenomegali g. Diare dan muntah Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang disertai pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalensensi a. Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi) b. Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI Volume 2,1985).
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium : sel darah putih cenderung turun. 2. Dalam sputum, sekresi nasal, sedimen urin dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas. 3. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan complemen fixation test akan ditemukan adanya antibodi Ig M yang spesifik dalam 13 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian. 4. Punksi lumbal pada penderita dengan encephalitis campak biasanya menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit. 5. Pemerisaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopenia.
1.5 PENATALAKSANAAN MEDIS
Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat. Penatalaksanaan Teraupetik : a.
Pemberian vitamin A
b.
Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik
c.
Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi
d.
Pemberian obat batuk dan sedativum
1.6 KOMPLIKASI
Pada penderita campak dapat terjadi komplikasi yang terjadi sebagai akibat replikasi virus atau karena superinfeksi bakteri antara lain. 1. Otitis Media Akut Dapat terjadi karena infeksi bakterial sekunder. 2. Ensefalitis Dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita campak atau dalam satu bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus campak hidup, pada penderita yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif dan sebagai Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi campak adalah 1 : 1.000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus campak hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis. SSPE jarang terjadi hanya sekitar 1 per 100.000 dan terjadi beberapa tahun setelah infeksi dimana lebih dari 50% kasus-kasus SSPE pernah menderita campak pada 2 tahun pertama umur kehidupan. Penyebabnya tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus campak memegang peranan dalam patogenesisnya. SSPE yang terjadi setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. 3. Bronkopneumonia Dapat disebabkan oleh virus morbilia atau oleh Pneuomococcus, Streptococcus, Staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun misalnya tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. 4. Kebutaan Terjadi karena virus campak mempercepat episode defisiensi vitamin A yang akhirnya dapat menyebabkan xeropthalmia atau kebutaan.
1.7 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CAMPAK 1. Pengkajian
a. Identitas Biasanya Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis dan identitas penanggung jawab. b. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari. (Pusponegoro, 2004 : 96).Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan palatum mole. c. Riwayat kesehatan dahulu Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakit atau pernah mengalami operasi (Potter, 2005 : 185). Anamnesa riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak (Wong, 2003 : 657). Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi campak. (Suriadi, 2001 : 213). Biasanya Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi c ampak dan pernah kontak dengan pasien campak. d. Riwayat kesehatan sekarang Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari, batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96). Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu. (Suriadi, 2001 : 213 Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
e. Riwayat kesehatan keluarga Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial. (Potter, 2005 : 185) f. Riwayat imunisasi Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
g. Pengkajian Fungsional Gordon Pola-pola fungsional kesehatan Gordon : 1) Persepsi kesehatan – pola managemen kesehatan
Menggambarkan pola pemahaman klien tentang kesehatan, dan kesejahteraan, dan bagaimana kesehatan mereka diatur. a) Riwayat imunisasi. b) Riwayat kontak dengan penderita morbili. c) Riwayat pengobatan/upaya pengobatan. 2) Pola metabolik – Nutrisi Menggambarkan konsumsi relatif terhadap kebutuhan metabolik dan suplai gizi, meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa, suhu tubuh, tinggi, dan berat badan. 3) Pola eliminasi Menggambarkan pola fungsi ekskresi (usus besar, kandung kemih, dan kulit); termasuk pola individu sehari-hari, perubahan atau gangguan, dan metode yang digunakan untuk mengendalikan ekskresi. 4) Pola aktivitas – olahraga Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang, dan rekreasi, termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas olah raga, dan faktorfaktor yang mempengaruhi pola aktivitas (seperti otot – saraf, respirasi, dan sirkulasi). 5) Pola tidur – istirahat Menggambarkan pola persepsi-sensori dan pola kognitif; meliputi keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif.
6) Pola persepsi – kognitif Menggambarkan pola persepsi sensori dan pola kognitif; meliputi keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai persepsi nyeri, dan kemampuan fungsi kognitif. a) Apakah anak rewel/cengeng/cemas b) Konjungtivitis c) Rasa gatal 7) Pola persepsi diri – konsep diri Menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri; kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan. 8) Pola hubungan peran
Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan; meliputi persepsi terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan saat ini. 9) Pola reproduksi – seksualitas Menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam seksualitas 10) Pola koping – toleransi stress Menggambarkan pola koping umum dan keefektifan keterampilan koping dalam mentoleransi stres. 11) Pola nilai – kepercayaan Menggambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk kepercayaan spiritual)
yang
mengarahkan
pilihan
dan
keputusan
gaya
hidup.
(Potter, 1996 : 16)
h. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainnya serta pemeriksaan semua bagian tubuh dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. (Potter, 2005 : 159) 1) Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tandatanda vital. 2) Kepala dan leher -
Inspeksi : Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
-
Palpasi : Adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher belakang,
3) Mulut Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus. 4) Toraks -
Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza. -
Auskultasi : Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
5) Abdomen -
Inspeksi : Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
-
Auskultasi Bising usus.
-
Perkusi Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau pembengkakan.
6) Kulit -
Inspeksi : Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
-
Palpasi : Turgor kulit menurun
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret 2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat 3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rash 4) Hipertermi berhubungan dengan efek hipotalamus 5) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan akti f
3. Rencana Keperawatan No
1.
Hari,
Diagnose
Tujuan
(NOC)
tgl/jam
keperawatan
dan Kriteria Hasil
Ketidakefekti NOC : Setelah dilakukan fan bersihan asuhan jalan nafas keperawatan 3 x berhubungan 24 jam diharapkan
Intervensi (NIC)
1. Kaji
Rasional
status 1. Mempengaruh
pernapasan
i
status
(irama,
kesehatan
kedalaman,
umum
dengan penumpukan sekret
masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat teratasi dengan Kriteria Hasil : 1. Mendemonstra sikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) 2. Menunjukkan jalan nafas yang paten(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) 3. Mampu mengidentifika sikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
2.
Gangguan nutrisi kurang
suara
napas, 2. Mengetahui
penggunaan otot
status
bantu
kesehatan
pernapasan,
umum
bernapas melalui 3. Memudahkan mulut).
klien
2. Kaji
Tanda-
Tanda
bernapas
Vital 4. Membantu
pasien
klien
3. Berikan semi
untuk
posisi
fowler
beraktivitas
/ 5. Mengurangi
fowler
batuk
4. Bantu
klien 6. Memudahkan
untuk
pernapasan
melakukan
7. Mengurangi
aktivitas sehari-
batuk
hari
sehingga
sesuai
dengan
memudahkan
kemampuannya.
pernapasan.
5. Anjurkan untuk
anak banyak
minum 6. Berikan
O2
sesuai indikasi 7. Berikan obatan
obatyang
dapat meningkatkan efektifnya jalan napas.
Setelah dilakukan 1. Nutrition asuhan Management
a. Untuk menentukan
dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
keperawatan 3 x 24 jam diharapkan masalah keperawatan ketidakseimbanga n nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan Kriteria Hasil : 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 3. Mampu mengidentifika si kebutuhan nutrisi 4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan 6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
a. Kaji adanya alergi makanan b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C d. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) e. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian f. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori g. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi h. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
b.
c.
d.
e.
f.
makanan yang tepat yang akan diberikan kepada pasien Untuk membantu pasien mendapatkan kalori dan nutrisi secara tepat. Makanan yang mengandung protein akan lebih cepat membantu pasien meningkatkan zat pembangunan tubuh. Untuk memberikan makanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan tubuh pasien. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrsi Menjaga agar jumlah nutrisi dan kalori tetap terjaga
g. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi h. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisinya. 3.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rash
NOC Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan masalah keperawatan kerusakan integritas kulit dapat teratasi dengan Kriteria Hasil : 1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) 2. Tidak ada luka/lesi pada kulit 3. Perfusi jaringan baik 4. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
1. Anjurkan pasien
1. Pakaian
untuk
yang
menggunakan
longgar
pakaian yang
dapat
longgar
meningkatka
2. Jaga kebersihan
n kenyaman
kulit agar tetap
dalam
bersih dan
melakukan
kering
pergerakan
3. Monitor kulit
2. Menghindari
akan adanya
infeksi pada
kemerahan
kulit yang
4. Monitor aktifitas dan mobilisasi pasien 5. Memandikan
rash 3. Mengetahui adanya kemerahan
pasien dengan
pada kulit
sabun dan air
4. Mengetahui
hangat
aktifitas dan mobilisasi pasien
4.
Hipertermi berhubungan dengan efek hipotalamus
secara berulang 5. Mampu melindungi kulit dan mempertahan kan kelembaban kulit dan perawatan alami NOC Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan masalah keperawatan hipertermi dapat teratasi dengan Kriteria hasil: 1. Suhu dalam rentang Normal 2. Nadi dan RR dalam rentang normal
5. Mengurangi rasa gatal
1. Monitor suhu sesering mungkin 2. Monitor nadi dan RR 3. Monitor WBC, Hb, dan Hct 4. Monitor intake dan output 5. Berikan anti piretik & Antibiotik 6. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
1. Mengeta hui suhu sesering mungkin 2. Mengeta hui nadi dan RR 3. Mengeta hui WBC,H b,dan Hct 4. Mengeta hui intake dan output 5. Membat u menurun kan suhu tubuh pasien 6. Membat u menurun
kan suhu tubuh pasien
5.
Kekurangan
NOC:
volume
Setelah dilakukan NIC: 1. Identifikasi tindakan kemungkinan keperawatan faktor penyebab selama 3x24 jam kekurangan diharapkan pasien volume cairan. memenuhi 2. Lakukan indicator sebagai pemeriksaan berikut : fisik: turgor kulit, 1. Mempertahan mukosa mulut, kan kecekungan keseimbanga mata. n cairan. 3. Cek tanda vital 2. Menunjukkan setiap empat jam adanya atau sesuai keseimbanga kebutuhan. n cairan 4. Anjurkan pasien seperti output minum 2.000urine 3000 ml/hari adekuat, sesuai batas tekanan darah toleransi. stabil, 5. Laksanakan membran program mukosa pemberian obat. mulut 6. Kolaborasi lembap, dan dengan dokter turgor kulit dalam pemberian baik. cairan intravena.
cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
1. Penanganan kekurangan cairan tergantung dari
faktor
penyebabnya. 2. Menentukan status atau
cairan derajat
dehidrasi. 3. Perubahan tanda data
vital terjadi
dengan cepat pada kekurangan cairan seperti hipotensi, peningkatan nadi, pernapasan, maupun suhu tubuh. 4. Meningkatka n
intake
cairan tubuh. 5. Mengatasi penyebab
3. Secara
7. Monitor
intake
masalah
verbal, pasien
dan output cairan,
kekurangan
mengatakan
catat
cairan, seperti
penyebab
jenis cairan yang
obat
kekurangan
diberikan,
antimuntah,
cairan
warna
teratasi.
dapat
jumlah,
serta dan
keadaan urine. 8. Monitor
hasil
laboratorium seperti
antidiare, insulin,
dan
lain-lain. 6. Memenuhi
gula
darah,
kebutuhan cairan tubuh.
hematokrit, berat 7. Menentukan jenis urine dan
keseimbangan
elektrolit,
cairan tubuh.
serta
BUN. 9. Berikan
8. Hiperglikemi a
pendidikan
menyebabkan
kesehatan tentang
diuresis
tanda dan gejala
osmotic, serta
dehidrasi, intake
hematocrit
dan output cairan,
dan BJ urine
serta terapi yang
meningkat
diberikan.
pada dehidrasi. Elektrolit dapat
keluar
tubuh bersama hilangnya cairan seperti adanya muntah diare.
atau
9. Meningkatka n dan
informasi kerja
sama pasien.
3. Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan
yang
telah
ditetapkan
meliputi
tindakan
independent,
depedent,
interdependent. Pada pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencan keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data (Susan Martin, 1998)
4. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).