BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai pembunuh terbesar,
meskipun adanya vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu,
virus campak ini menyerang 50 juta orang setiap tahun dan menyebabkan lebih
dari 1 juta kematian. Insiden terbanyak berhubungan dengan morbiditas dan
mortalitas penyakit campak yaitu pada negara berkembang, meskipun masih
mengenai beberapa negara maju seperti Amerika Serikat.
Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan
imunisasi dan masih masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini umumnya
menyerang anak umur di bawah lima tahun ( balita ) akan tetapi campak bisa
menyerang semua umur. Campak telah banyak diteliti, namun masih banyak
terdapat perbedaan pendapat dalam penanganannya. Imunisasi yang tepat pada
waktunya dan penanganan sedini mungkin akan mengurangi komplikasi penyakit
ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian campak?
2. Bagaimana riwayat alamiah dari penyakit campak?
3. Bagaimana etiologi,dan patofisiologi penyakit campak?
4. Bagaimana masa inkubasi dan diagnosis penyakit campak?
5. Bagaimana cara penularan dan pencegahan penyakit campak?
6. Bagaimana penanggulangan serta pengobatan penyakit campak?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian campak.
2. Untuk mengetahui riwayat alamiah dari penyakit campak.
3. Untuk mengetahui etiologi, dan patofisiologi penyakit campak.
4. Untuk mengetahui masa inkubasi dan diagnosis penyakit campak.
5. Agar kita mengetahui cara penularan dan pencegahan penyakit campak.
6. Agar kita mengetahui penanggulangan serta pengobatan penyakit
campak.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Penyakit campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin
dan measles dalam bahasa inggris atau dikenal dengan sebutan gabagen (dalam
bahasa Jawa) atau kerumut (dalam bahasa Banjar) atau disebut juga rubeola
(nama ilmiah) merupakan suatu infeksi virus yang sangat menular, yang di
tandai dengan demam, lemas, batuk, konjungtivitas (peradangan selaput ikat
mata /konjungtiva) dan bintik merah di kulit (ruam kulit)
Ada beberapa pengertian tentang campak menurut beberapa ahli, yaitu :
a. Campak atau morbili adalah penyakit virus akut , menular yang di
tandai dengan 3 stadium yaitu stadium prodromal (kataral), stadium erupsi
dan stadium konvalisensi, yang di manifestasikan dengan demam,
konjungtivitis dan bercak koplik (Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991.
FKUI ).
b. Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai
dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau
demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi (Ilmu Kesehatan Anak vol
2, Nelson, EGC, 2000).
c. Campak adalah penyakit menular yang ditularkan melalui rute udara
dari seseorang yang terinfeksi ke orang lain yang rentan (Brunner &
Suddart, vol 3, 2001).
2.2 RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT CAMPAK
Riwayat alamiah penyakit campak melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap prepatogenesis
b. Tahap pathogenesis
c. Tahap Akhir/ pasca pathogenesis.
1. Tahap prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/ sehat tetapi mereka
Pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen
Penyakit (stage of susceptibility). Walaupun demikian pada tahap ini
sebenarnya telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit.
Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit
masih ada diluar tubuh pejamu dimana para kuman mengembangkan potensi
infektifitas, siap menyerang pejamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda
sakit sampai sejauh daya tahan tubuh pejamu masih kuat. Namun begitu
pejamunya 'lengah' ataupun memang bibit penyakit menjadi lebih ganas
ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan pejamu, maka
keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan perjalanannya
memasuki fase berikutnya, tahap pathogenesis.
2. Tahap pathogenesis
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap yaitu : - Tahap Inkubasi, - Tahap Dini, -
Tahap
Lanjut, dan –Tahap Akhir.
Tahap Inkubasi
Masa inkubasi dari penyakit campak adalah 10-20 hari. Pada tahap
Ini individu masih belum merasakan bahwa dirinya sakit.
Tahap Dini
Mulai timbulnya gejala dalam waktu 7-14 hari setelah infeksi, yaitu Berupa
:
Panas badan
Nyeri tenggorokan
Hidung meler (coryza)
Batuk (cough)
Bercak koplik
Nyeri otot
Mata merah (conjunctivitis)
Tahap Lanjut
Munculnya ruam-ruam kulit yang berwarna merah bata dari mulai Kecil-
kecil dan jarang kemudian menjadi banyak dan menyatu Seperti pulau-pulau.
Ruam umumnya muncul pertama dari daerah wajah dan tengkuk, dan segera
menjalar menuju dada, punggung, perut serta terakhir kaki-tangan. Pada saat
ruam ini muncul, panas si anak mencapai puncaknya (bisa mencapai 40C),
ingus semakin banyak, hidung semakin mampat, tenggorokan semakin sakit dan
batuk-batuk kering dan juga disertai mata merah.
3. Tahap akhir/ pasca pathogenesis
Berakhirnya perjalanan penyakit campak. Dapat berada dalam lima pilihan
keadaan, yaitu :
Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh
menjadi pulih, sehat kembali.
Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit
sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas
gangguan yang permanen berupa cacat.
Carrier, dimana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit
masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
Penyakit tetap berlangsung kronik.
Berakhir dengan kematian.
2.3 ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI PENYAKIT CAMPAK
1. ETIOLOGI
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan
paramyxovirus genus morbilivirus merupakan salah satu virus RNA. Virus ini
terdapat dalam darah dan secret (cairan)nasofaring (jaringan antara
tenggorokan dan hidung) pada masa gejala awal (prodromal) hingga 24 jam
setelah timbulnya bercak merah di kulit dan selaput
lendir.
1.1 Bentuk virus
Virus berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm dan di
bungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya
terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang
mengelilingi asam nukleat (RNA ), merupakan struktur heliks nucleoprotein
dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek, satu
protein yang berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin.
1.2 Ketahanan virus
Pada temperature kamar virus campak kehilangan 60 % sifat infeksifitasnya
selama 3-5 hari pada 37oC waktu paruh umurnya 2 jam, pada 56oC hanya satu
jam. Pada media protein ia dapat hidup dengan suhu -70oC selama 5,5 tahun,
sedangkan dalam lemari pendingin dengan suhu 4- 6oC dapat hidup selama 5
bulan. Virus tidak aktif pada PH asam. Oleh karena selubung luarnya terdiri
dari lemak maka ia termasuk mikroorganisme yang bersifat ether labile, pada
suhu kamar dapat mati dalam 20 % ether selama 10 menit dan 50% aseton dalam
30 menit. Dalam 1/4000 formalin menjadi tidak efektif selama 5 hari, tetapi
tidak kehilangan antigenitasnya. Tripsin mempercepat hilangnya potensi
antigenik.
1.3 Struktur Antigenik
Infeksi dengan virus campak merangsang pembentukkan neutralizing antibody,
complement fixing antibody, dan haemagglutinine inhibition antibody.
Imunoglobulin kelas IgM dan IgG muncul bersama-sama diperkirakan 12 hari
setelah infeksi dan mencapai titer tertinggi sekitar 21 hari. Kemudian IgM
menghilang dengan cepat sedangkan IgG tinggal tidak terbatas dan jumlahnya
terukur, sehingga IgG menunjukkan bahwa pernah terkena infeksi walaupun
sudah lama. Antibodi protektif dapat terbentuk dengan penyuntikan antigen
haemagglutinin murni.
2. PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran
pernafasan dan masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan
selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala
pada saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan
gejala patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang
terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus
dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam
eliminasi virus.
2.4 MASA INKUBASI DAN DIAGNOSIS PENYAKIT CAMPAK
1. Masa inkubasi
Masa tunas/ inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih 10 – 20 hari dan
kemudian timbul gejala-gejala yang di bagi dalam 3 stadium, yaitu :
1. Stadium Kataral atau Prodromal
Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu, batuk-batuk dan
mata merah. Pada akhir stadium, kadang-kadang timbul bercak Koplik`s
(Koplik spot) pada mukosa pipi/daerah mulut, tetapi gejala khas ini tidak
selalu dijumpai. Bercak Koplik ini berupa bercak putih kelabu, besarnya
seujung jarum pentul yang dikelilingi daerah kemerahan. Koplik spot ini
menentukan suatu diagnose pasti terhadap penyakit campak.
2. Stadium Erupsi
Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi, kadan-
kadang anak kejang-kejang, disusul timbulnya rash (bercak merah yang
spesifik), timbul setelah 3 – 7 hari demam. Rash timbul secara khusus yaitu
mulai timbul di daerah belakang telinga, tengkuk, kemudian pipi, menjalar
keseluruh muka, dan akhirnya ke badan. Timbul rasa gatal dan muka bengkak
3. Stadium Konvalensi atau penyembuhan
Erupsi (bercak-bercak) berkurang, meninggalkan bekas kecoklatan yang
disebut hiperpigmentation, tetapi lama-lama akan hilang sendiri. panas
badan menurun sampai normal bila tidak terjadi komplikasi.
3.1. Komplikasi Penyakit Campak
Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya tahan
tubuh secara umum sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan. Hal yang tidak
diinginkan. adalah terjadinya komplikasi karena dapat mengakibatkan
kematian pada balita, keadaan inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi
komplikasi sekunder seperti : Otitis media akut, Ensefalitis,
Bronchopneumonia, dan Enteritis
Bronchopneumonia
Bronchopneumonia dapat terjadi apabila virus Campak menyerang epitel
saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan disebut radang paru-paru
atau Pneumonia. Bronchopneumonia dapat disebabkan virus Campak sendiri atau
oleh Pneumococcus, Streptococcus, dan Staphylococcus yang menyerang epitel
pada saluran pernafasan maka Bronchopneumonia ini dapat menyebabkan
kematian bayi yang masih muda, anak dengan kurang kalori protein.
Otitis Media Akut
Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus Campak ke dalam telinga
tengah. Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodormal dan stadium
erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak
karena invasi virus terjadi otitis media purulenta.
Ensefalitis
Ensefalitis adalah komplikasi neurologic yang paling jarang terjadi,
biasanya terjadi pada hari ke 4 – 7 setelah terjadinya ruam. Kejadian
ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus Campak, dengan CFR berkisar antara
30 – 40%. Terjadinya Ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun
melalui invasi langsung virus Campak ke dalam otak
Enteritis
` Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita Campak,
penderita mengalami muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat
invasi virus ke dalam sel mukosa usus.
2. Diagnosis penyakit campak
Diagnosis dapat di tegakkan dengan :
anamnese (berdasarkan riwayat timbulnya penyakit seperti adanya
kontak dengan penderita)yaitu :
1.Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi,mendadak) batuk
Pilek, harus dicurigai atau di diagnosis banding morbili (artinya
kemungkinan penyakit lain yang mirip campak, misal :
german
. measles,eksentema subitum,infeksi virus lain).
2. Mata merah, mukopurulen, menambah kecurigaan.
3. Dapat disertai diare dan muntah.
4. Dapat disertai gejala perdarahan (pada kasus yang berat) :
Epitaksis, petekie, ekimosis.
5. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili
(1 atau 2 minggu sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi
Campak.
Gejala klinis
Meliputi pemeriksaan fisik (physic diagnostic ) yaitu :
1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin
hanya demam ( biasanya tinggi ) dan tanda-tanda nasofaringitis
dan konjungtivitis.
2. Pada umumnya anak tampak lemah
3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas ( akhir stadium kataral )
4. Pada stadium erupsi timbul ruam ( rash ) yang khas : ruam
makulopapular yang munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti
pertumbuhan rambut di dahi, muka dan kemudian ke seluruh tubuh.
Pemeriksaan laboratorium
Meliputi :
1. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni, Dimana
jumlah leukosit cenderung menurun disertai limfositosis relative.
2. Pemeriksaan serologic dengan cara hemaglutination inhibition test
dan complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik
dalam 1-3 hari setelah timbulnya ras dan puncaknya pada 2-4 minggu
kemudian.
Biakan virus ( mahal )
Isolasi dan identifikasi virus : Swab nasofaring dan sampel darah yang
diambil dari pasien 2-3 hari sebelum onset gejala sampai 1 hari setelah
timbulnya ruam kulit (terutama selama masa demam campak) merupakan sumber
yang memadai untuk isolasi virus. selama stadium prodromal, dapat terlihat
sel raksasa berinti banyak pada hapusan mukosa hidung.
2.5 CARA PENULARAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT CAMPAK
1. Cara Penularan
Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni karena
menghirup
Percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita
morbili atau campak. Artinya seseorang dapat tertular campak bila menghirup
virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau dimana saja.
Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum
timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14
hari sebelum gejala muncul.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi
setiap 2-3 tahun, terutama pada anak usia pra- sekolah dan anak-anak SD.
Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal
terhadap penyakit ini. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah
vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang
lahirdari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah :
Bayi berumur lebih dari 1 tahun
Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
2. Cara Pencegahan Penyakit Campak
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya factor
predisposisi/ resiko terhadap penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan
primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang
tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit Campak.
Edukasi kepada orang tua anak sangat penting peranannya dalam upaya
pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan
mengenai pendidikan kesehatan, konselling nutrisi dan penataan rumah yang
baik.
b. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok
beresiko, yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk
terkena penyakit Campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya Campak dan upaya untuk
mengeliminasi faktor-faktor tersebut.
.
b.1. Penyuluhan
Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai
Campak. Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan kepada
anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak
perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada
pasien campak adalah definisi penyakit Campak, faktor-faktor yang
berpengaruh pada timbulnya campak dan upaya-upaya menekan campak,
pengelolaan Campak secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi Campak
b.2. Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan
vaksinasi Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 – 15
bulan. Vaksin yang digunakan adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup
yang dioleh menjadi lemah. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak
0,5 ml. vaksin campak tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan
TBC yang tidak diobati, penderita leukemia. Vaksin Campak dapat diberikan
sebagai vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella
(MMR). vaksin monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan, sedangkan
vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan. Penting diperhatikan
penyimpanan dan transportasi vaksin harus pada temperature antara 2ºC - 8ºC
atau ± 4ºC, vaksin tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari. Mudah
rusak oleh zat pengawet atau bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4
jam.
Dimana imunisasi ini terbagi atas 2 yaitu :
1. Imunisasi aktif
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif
pada bayi berumur 9 bulan atau lebih. Pada tahun 1963 telah
dibuat dua macam vaksin campak, yaitu (1) vaksin yang berasal dari
virus campak hidup yang dilemahkan (tipe Edmonstone B), dan (2) vaksin
yang berasal dari virus campak yang dimatikan (dalam larutan
formalin dicampur dengan garam alumunium). Namun sejak tahun 1967,
vaksin yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak
digunakan lagi, oleh karena efek proteksinya hanya bersifat
sementara dan dapat menimbulkan gejala atypical measles yang hebat.
Vaksin yang berasal dari virus campak yang dilemahkan berkembang
dari Edmonstone strain menjadi strain Schwarz (1965) dan kemudian menjadi
strais Moraten (1968). Dosis baku minimal pemberian vaksin campak yang
dilemahkan adalah 0,5 ml, secara subkutan,namun dilaporkan bahwa pemberian
secara intramuskular mempunyai efektivitas yang sama. Vaksin ini biasanya
diberikan dalam bentuk kombinasi denganondongan dan campak Jerman
(vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau
lengan atas. Jika hanya mengandung campak vaksin diberikan pada umur 9
bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15
bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
Vaksin campak sering dipakai bersama-sama dengan vaksin rubela
dan parotitis epidemika yang dilemahkan, vaksin polio oral, difteri-tetanus-
polio vaksin dan lain-lain. Laporan beberapa peneliti menyatakan bahwa
kombinasi tersebut pada umumnya aman dan tetap efektif.
2. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum
konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah
efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan
Immune serum globulin (gamma globulin) dengan dosis 0,25 ml/kgBB
intramuskuler, maksimal 15 ml dalam waktu 5 hari sesudah terpapar, atau
sesegera mungkin. Perlindungan yang sempurna diindikasikan untuk bayi, anak-
anak dengan penyakit kronis, dan para kontak di bangsal rumah sakit serta
institusi penampungan anak. Setelah hari ke 7-8 dari masa inkubasi, maka
jumlah antibodi yang diberikan harus ditingkatkan untuk mendapatkan derajat
perlindungan yang diharapkan.Kontraindikasi vaksin : reaksi anafilaksis
terhadap neomisin atau gelatin, kehamilan imunodefisiensi (keganasan
hematologi atau tumor padat, imunodefisiensi kongenital, terapi
imunosupresan jangka panjang, infeksi HIV dengan imunosupresi berat.
b .3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit
campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi
penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna
menghindari penularan lingkungan sekitar.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan
yang ditujukan untuk pendeteksian dini campak serta penanganan segera
dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah
untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau
penderita yang beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah
penyakit. Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin
dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan
pengelolaan campak memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan
pasien berobat.
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat
komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan
dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini
mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan. Dalam upaya ini
diperlukan kerjasama yang baik antara pasien-pasien dengan dokter maupun
antara dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan
penyakit campak. Dalam penyuluhan ini hal yang dilakukan adalah :
d.1. Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik
d.2. Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
d.3. Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan
keadaan hidup dengan komplikasi kronik.
Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait
juga sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para
ahli sesama ilmu.
2.6 PENANGGGULANGAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT CAMPAK
1. Penanggulangan Campak
Pada sidang CDC/ PAHO / WHO, tahun 1996 menyimpulkan bahwa penyakit
Campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya pejamu/ reservoir campak
hanya pada manusia serta tersedia vaksin dengan potensi yang cukup
tinggi yaitu effikasi vaksin 85% dan dirperkirakan eradikasi dapat
dicapai 10 – 15 tahun setelah eliminasi.
World Health Organisation (WHO) mencanangkan beberapa tahapan dalam
upaya eradikasi (pemberantasan) penyakit Campak dengan tekanan strategi
yang berbeda-beda pada setiap tahap yaitu :
a. Tahap Reduksi
Tahap ini dibagi dalam 2 tahap :
1. Tahap Pengendalian Campak
Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi
campak rutin dan upaya imunisasi tambahan di daerah dengan morbitas
campak yang tinggi. Daerah ini masih merupakan daerah endemis
campak, tetapi telah terjadi penurunan insiden dan kematian, dengan pola
epidemiologi kasus Campak menunjukkan 2 puncak setiap tahun.
2 Tahap Pencegahan KLB
Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi 80% dan merata,terjadi
penurunan tajam kasus dan kematian, insidens campak telah bergeser kepada
umur yang lebih tua, dengan interval KLB antara 4-8 tahun.
b. Tahap Eliminasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi 95% dan daerah-daerah dengan cakupan
imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya, kasus campak sudah
sangat jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang
dicurigai rentan (tidak terlindung) harus diselidiki dan diberikan
imunisasi campak.
c. Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus Campak sudah tidak
ditemukan.
Pada siding The World Health Assambley (WHA) tahun 1998, menetapkan
kesepakatan Eradikasi Polio (ERAPO), Eliminasi Tetanus Noenatorum (ETN)
dan Reduksi Campak (RECAM). Kemudian pada Technical Consultative Groups
(TGC) Meeting di Dakka Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi
campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan Kejadian
Luar Biasa (KLB).
Strategi operasional yang dilakukan ditingkat Puskesmas untuk mencapai
reduksi Campak tersebut adalah :
a. Imunisasi rutin pada bayi 9 –11 bulan (UCI Desa 80)
b. Imunisasi tambahan (suplemen)
b.1 Catch up compaign : memberikan imunisasi Campak sekali saja pada anak
SD kelas 1 s/d 6 tanpa memandang status
imunisasi.
b.2 Selanjutnya untuk tahun berikutnya secara rutin diberikan imunisasi
campak pada murid kelas 1 SD (bersama dengan pemberian DT) pelaksanaan
secara rutin dikenal dengan istilah BIAS (bulan imunisasi anak sekolah)
Campak. Tujuannya adalah mencegah KLB pada anak sekolah dan memutuskan
rantai penularan dari anak sekolah kepada balita.
b.3 Crash program Campak : memberikan imunisasi Campak pada anak
umur 6 bulan - > 5 tahun tanpa melihat status imunisasi di daerah
risiko tinggi campak.
b.4 Ring vaksinasi : Imunisasi Campak diberikan dilokasi pemukiman
di sekitar lokasi KLB dengan umur sasaran 6 bulan (umur kasus campak
termuda) tanpa melihat status imunisasi.
c. Surveilans (surveilan rutin, system kewaspadaan dini dan respon
kejadian luar biasa).
d. Penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa Setiap
kejadian luar biasa harus diselidiki dan dilakukan penanggulangan
secepatnya yang meliputi pengobatan simtomatis pada kasus, pengobatan
dengan antibiotika bila terjadi komplikasi, pemberian vitamin A dosis
tinggi, perbaikan gizi dan meningkatkan cakupan imunisasi campak/ring
vaksinasi (program cepat, sweeping) pada desa-desa risiko tinggi.
e. Pemeriksaan laboratorium
Pada tahap reduksi Campak dengan pencegahan kejadian luar biasa :
Pemeriksaan laboratorium dilakukan terhadap 10 – 15 kasus baru
pada setiap kejadian luar biasa.
Pemantauan kegiatan reduksi Campak pada tingkat Puskesmas
dilakukan dengan cara kenaikan sebagai berikut :
1. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Imunisasi untuk mengetahui
pencapaian cakupan imunisasi.
2. Pemetaan kasus Campak untuk mengetahui penyebaran lokasi kasus
Campak.
3. Pemantauan data kasus campak untuk melihat kecenderungan kenaikan
kasus campak menurut waktu dan tempat.
4. Pemantauan kecenderungan jumlah kasus campak yang ada untuk melihat
dampak imunisasi campak.
Evaluasi kegiatan reduksi campak dilakukan dengan menggunakan beberapa
indikator yaitu :
a. Cakupan imunisasi tingkat desa/kelurahan. Apakah cakupan imunsasi
campak sudah > 90 %.
b. Jumlah kasus Campak (laporan W2). Diharapkan kelengkapan laporan W2>
90 %.
c. Indikator manajemen kasus campak dengan kecepatan rujukan.
Diharapkan CFR < 3%.
d. Indikator tindak lanjut hasil penyelidikan. Dimana cakupan sweeping
hasil Imunisasi di daerah potensial KLB > 90 %, dan cakupan sweeping
vitamin A dosis tinggi > 90 %.
2. Pengobatan Penyakit Campak
Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat
jalan.Sehingga pengobatannya bersifat symptomatic, yaitu memperbaiki
keadaan umum atau untuk mengurangi gejalanya saja dalam hal ini :
¬ anak memerlukan istirahat di tempat tidur
¬ kompres dengan air hangat bila demam tinggi namun dapat diberikan
antipiretik bila suhu tinggi parasetamol 7,5-10 mg/kgBB/kali, interval 6-8
jam
¬ ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50-100 mg tiap
2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari.
¬ Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu
¬ narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan.
¬ Mukolitik bila perlu.vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A
pada stadium kataral sangat bermanfaat. Pemberian vitamin A 100.000 IU per
oral satu kali. Vitamin A dosis tinggi ( menurut rekomendasi WHO dan
UNICEF)
Usia 6 bln-1 thn :100.000 unit dosis tunggal p.o
Umur > 1 thn : 200.000 unit dosis tunggal p.o
Dosis tersebut diulangi pada hari ke-2 dan 4 minggu kemudian bila telah
didapat tanda defisiensi vitamin A. Apabila terdapat malnutrisi maka
pemberian vitamin A ditambah dengan 1500 IU tiap hari.
¬ Mempertahankan status nutrisi dan hidrasi (cukup cairan dan kalori)
Dan bila terdapat komplikasi, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi
komplikasi yang timbul seperti :
Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi
sekunder, maka perlu mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol.
Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan ¾ kebutuhan
untuk mengurangi edema otak, di samping pemberian kortikosteroid dosis
tinggi yaitu :
Hidrokostison 100 – 200 mg/hari selama 3 – 4 hari.
Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu., perlu
dilakukan koreksi elektrolit dan ganguan gas darah.
Bronchopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100
mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat
minum obat per oral. Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda.
Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian
cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan
dehidrasi
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Pengumpulan data dilakukan melalui pemeriksaan klinis penderita
campak, dan pengambilan serum darah untuk pemeriksaan IgM campak serta
pemeriksaan protein albumin dalam serum darah. Selama 6 bulan dilakukan
pengamatan terhadap 21 anak yang menderita campak dan 21 anak yang tidak
menderita campak sebagai kontrol. Berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium dari 21 serum darah responden dengan gejala klinis campak
didapatkan hasil IgM campak negatif pada semua responden. Karena gejala
klinis penyakit campak ini menyerupai gejala klinis Rubela, maka peneliti
mengadakan pemeriksaan laboratorium yang dilanjutkan pada pemeriksaan IgM
Rubela. Pada 21 serum darah responden, didapatkan IgM Rubela positif
sebanyak 9 responden.
Tabel 2. Diskripsi Jenis Kelamin, Umur, Kadar Albumin dan Frekuensi
Kejadian Infeksi
"Status responden "campak "Tidak campak "total "
" "N "% "n "% " "
" "13 "6 "12 "5 "25 "
"Jenis kelamin : laki – "8 "3 "9 "4 "17 "
"laki " " " " " "
" " " " " " "
"perempuan " " " " " "
"Umur : 1-5 "5 "2 "0 "0 "5 "
"tahun "9 "4 "8 "3 "17 "
" "7 "3 "13 "6 "20 "
"6-10 tahun " " " " " "
" " " " " " "
"11-14 tahun " " " " " "
"Status gizi : baik "5 "2 "4 "1 "10 "
" "15 "7 "17 "8 "32 "
" Lebih " " " "1 " "
"Frekuensi infeksi : <3 x /"0 "0 "5 "2 "22 "
"3 bulan "21 "100 "16 "7 "20 "
" " " " " " "
" 3 x / 3 bulan " " " " " "
Hasil analisis deskriptif untuk jenis kelamin, umur, kadar albumin
dan frekuensi kejadian infeksi dalam 3 bulan terakhir (januari-juni 2008)
dikota Kediri dapat dilihat pada tabel 2. Dari tabel tersebut terlihat
bahwa sebagian besar penderita campak adalah laki-laki (62 %). Sebagian
besar penderita campak (81%) mempunyai kadar albumin lebih.
Gambar 1 menampilkan kadar albumin lebih dan normal menurut jenis kelamin.
"AL BUMI N"
Gambar 1 Kadar Albumin menurut jenis kelamin anak yang terserang
campak
Frekuensi terjadinya infeksi pada anak yang menderita campak dan
tidak menderita campak menurut jenis kelamin dan umur dapat dilihat pada
table 3, yang menunjukkan bahwa 42 (100 %) anak pernah menderita infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) pada 3 bulan terakhir dan tidak ada (0%)
responden yang menderita Dengue Hemoragie Fever (DHF). Tampak pula bahwa
gejala klinis TBC pernah dialami oleh 21 (50%) responden.
Tabel 3. Frekuensi Kejadian Penyakit Infeksi pada infeksi Anak 1-14
tahun
Hasil uji chi square ( table 4) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara status gizi dengan gejala klinis campak (p =1,00). Hasil uji square
(table 5) menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi kejadian infeksi
dengan gejala klinis campak (p=0,048). Besarnya resiko gejala klinis campak
pada anak yang sering mengalami infeksi adalah dua kali lipat jika
dibandingkan dengan anak yang tidak sering mendapatkan infeksi.
Tabel 4. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Gejala Klinis Campak
"Status Gizi "Campak "Tidak Campak "Total "
"Baik "5,(23,8%) "4(19,2%) "9,(21,4%) "
"Lebih "16(76,2%) "17(81,0%) "33,(78,6%) "
"Total "21(100%) "21(100%) "42(100%) "
P = 1,00 OR = 0,753 95% CI =0,171-3,312
Tabel 5. Hubungan Antara Frekuensi Kejadian Infeksi Dengan Kejadian
Klinis Campak.
"Status Gizi "Campak "Tidak Campak "Total "
"Sering "21 (100%) "16 (6,2%) "37 (88,1%) "
"Tidak sering "0 (0%) "5 (23,8%) "5 (11,9%) "
"Total "21 (100% "21 (100%) "42 (100%) "
P = 0,048 OR = 2,213 95% CI = 1,599-3,345
A. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui serum darah pada 21
responden sebagai kasus dan 21 responden sebagai responden control.
Didapatkan hasil kadar protein serum dengan nilai normal dan protein serum
lebih. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi pada 42 responden tersebut
baik. Keadaan ini dapat terjadi karena 80% responden berusia 6-14 tahun,
yaitu masa sekolah. Anak usia sekolah memiliki pola makan yang selalu ingin
mencoba jenis makanan baru, pemberian makanan dalam bentuk junk food baik
di rumah maupun di sekolah. Makanan tersebut banyak mengandung gula, garam,
lemak dan kolesterol, dan kebutuhan tinggi kalori pada anak memicu
tingginya kadar albumin serum ( Muscari, M,2001 ).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
status gizi dengan gejala klinis campak. Hal ini menunjukkan bahwa
status gizi anak tidak cukup mampu untuk melawan infeksi virus.
Pertahanan tubuh terhadap infeksi virus memerlukan pertahanan yang
bersifat spesifik, sedangkan protein serum merupakan pertahan tubuh
yang bersifat non spesifik. Kekebalan terhadap infeksi virus
didasarkan pada pembentukan respon imun terhadap antigen khusus
yang terletak pada permukaan partikel virus atau sel yang terinfeksi
oleh virus. Virus akan menimbulkan respon jaringan yang berbeda dari
respon terhadap bakteri pathogen. Pada infeksi virus akan terjadi
infiltrasi sel berinti satu dan limfosit. Protein yang disandikan
oleh virus, biasanya protein kapsid, merupakan sasaran dari respon imun.
Sel yang terinveksi oleh virus dapat menjadi lisis oleh limfosit T
sitotoksik yang mengenali polipeptida-poipeptida virus pada permukaan
sel. Imunitas humoral akan melindungi inang terhadap infeksi ulang
oleh virus yang sama (Jawetz, Melnick, Aldelberg's, 2001).
Epidemiologi penyakit Campak
Epidemiologi penyakit Campak mempelajari tentang frekuensi,
penyebaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1. Distribusi Penyakit Campak
a. Orang
Campak adalah penyakit menular yang dapat menginfeksi anak-anak pada
usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja. Penyebaran
penyakit Campak berdasarkan umur berbeda dari satu daerah dengan daerah
lain, tergantung dari kepadatan penduduknya, terisolasi atau tidaknya
daerah tersebut. Pada daerah urban yang berpenduduk padat transmisi virus
Campak sangat tinggi.
b. Tempat
Berdasarkan tempat penyebaran penyakit Campak berbeda, dimana daerah
perkotaan siklus epidemi Campak terjadi setiap 2-4 tahun sekali,
sedangkan di daerah pedesaan penyakit Campak jarang terjadi, tetapi bila
sewaktu-waktu terdapat penyakit Campak maka serangan dapat bersifat
wabah dan menyerang kelompok umur yang rentan. Berdasarkan profil
kesehatan tahun 2008 terdapat jumlah kasus Campak yaitu 3424 kasus
di Jawa barat, di Banten 1552 kasus, di Jawa tengah 1001 kasus.
c. Waktu
Dari hasil penelitian retrospektif oleh Jusak di rumah sakit umum
daerah Dr. Sutomo Surabaya pada tahun 1989, ditemukan Campak di
Indonesia sepanjang tahun, dimana peningkatan kasus terjadi pada
bulan Maret dan mencapai puncak pada bulan Mei, Agustus, September dan
oktober.
2. Frekuensi Penyakit Campak
Campak merupakan penyakit endemis, terutama di Negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia. Karena hampir semua anak Indonesia yang
mencapai usia 5 tahun pernah terserang penyakit campak, walaupun yang
dilaporkan hanya sekitar 30.000 kasus pertahun.
Mortalitas/kematian kasus campak yang dirawat inap di Rumah Sakit pada
tahun 1982 adalah sebesar 73 kasus kematian dengan angka fatalitas kasus
atau case fatality rate (CFR) sebesar 4,8%. Kemudian pada tahun 1984-1988
berdasarkan studi kasus di rawat inap di rumah sakit terjadi peningkatan
kasus pada bulan maret,dan mencapai puncak pada bulan mei,agustus,September
dan oktober. Dengan menunjukkan proporsi yang terbesar dalam golongan umur
balita dengan perincian 17,6% berumur<1 tahun, 15,2% berumur 1 tahun, 20,3%
berumur 2 tahun, 12,3% berumur 3 tahun dan 8,2% berumur 4 tahun. Wabah
terjadi pada kelompok anak yang rentan terhadap campak,yaitu daerah dengan
populasi balita banyak mengidap gizi buruk dan daya tahan tubuh yang lemah
serta daerah dengan cakupan imunisasi yang rendah.
Distribusi kelompok umur pada KLB umumnya terjadi pada kelompok umur 1-4
tahun dan 5-9 tahun, dan pada beherapa daerah dengan cakupan imunisasi
tinggi dan merata cenderung bergeser pada kelompok umur yang lebih tua (10-
I4 tahun)
Selanjutnya kasus campak mengalami penurunan sebesar 80% pada tahun 1996
(16 kematian,CFR 0,6%).
3. Determinan Penyakit Campak
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kasus Campak pada balita di
suatu daerah adalah :
a. Faktor Host
1. Status Imunisasi
Balita yang tidak mendapat imunisasi Campak kemungkinan kena penyakit
Campak sangat besar. Dari hasil penyelidikan tim Ditjen PPM & PLP dan
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tentang KLB penyakit Campak
di Desa Cinta Manis Kecamatan Banyuasin Sumatera Selatan (1996) dengan
desain cross sectional, ditemukan balita yang tidak mendapat
imunisasi Campak mempunyai risiko 5 kali lebih besar untuk terkena
campak di banding balita yang mendapat Imunisasi.
2. Status Gizi
Balita dengan status gizi kurang mempunyai resiko lebih tinggi untuk
terkena penyakit Campak dari pada balita dengan gizi baik.
Menurut penelitian Siregar (2003) di Bogor, anak berumur 9 bulan
sampai dengan 6 tahun yang status gizinya kurang mempunyai risiko
4,6 kali untuk terserang Campak dibanding dengan anak yang status
gizinya baik.
b. Faktor Agent
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam secret (cairan)
nasofaring(jaringan antara tenggorokan dan hidung) dan darah selama masa
prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa
virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus.
c. Faktor Environment
1. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan
Desa terpencil, pedalaman, daerah sulit, daerah yang tidak terjangkau
pelayanan kesehatan khususnya imunisasi, daerah ini merupakan daerah
rawan terhadap penularan penyakit Campak
2 tingkat pengetahuan orangtua tentang penyakit campak
Tingkat pengetahuan dari orang tua pun sangat penting dalam penyebaran
penyakit ini oleh karena itu kita perlu memberikan pengetahuan kepada orang
tua tentang penyakit ini, tentang penyebab, serta proses perjalanan dari
penyakit ini. juga tentang cara pencegahan dan pengobatannya. Dimana kita
tahu bahwa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan vaksinasi
campak dan peningkatan gizi anak agar tidak mudah timbul komplikasi yang
berat.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara
epidemiologi merupakan penyebab utama kematian terbesar pada anak. Menurut
etiologinya campak disebabkan oleh virus RNA dari family paramixoviridae,
genus Morbilivirus , yang ditularkan secara droplet. Gejala klinis campak
terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium
konvalesensi. Campak dapat dicegah dengan melakukan imunisasi secara aktif,
pasif dan isolasi penderita. Serta pada Technical Consultative Groups (TGC)
Meeting di Dakka Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di
Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan Kejadian Luar Biasa
(KLB). Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian yang tajam, dan
interval terjadinya KLB relative lebih panjang
B. SARAN
Kita harus menerapkan pola hidup sehat, utamanya untuk anak
dan balita perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup sehingga status gizi
anak pun menjadi lebih baik. Selalu menjaga kebersihan dengan selalu
mencuci tangan anak sebelum makan.
Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal
tertentu dokter menunda pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak
tidak berdekatan dengan anak lain atau orang lain yang sedang demam dan
jika sudah terkena penyakit ini sebaiknya secepatnya berobat dan jika dalam
kondisi yang lebih akut sebaiknya perlu dirujuk ke rumah sakit.
Untuk para orangtua jangan mengabaikan vaksinasi untuk anak karena
anak atau balita yang tidak mendapat imunisasi campak memiliki resiko 5
kali lebih besar untuk terkena penyakit campak dibanding dengan anak atau
balita yang mendapat imunisasi.