LISTRIK ALIRAN ATAS DAN GARDU LISTRIK
Listrik Aliran Aliran Atas
BAB I ELEKTRIFIKASI JABOTABEK 1.1. Pendahuluan 1.1.1. Pengertian Elektrifikasi disini maksudnya adalah penyiapan prasarana-prasarana untuk keperluan beroperasinya Kereta Rel Listrik, yaitu dibangunnya gardu-gardu listrik (substation) dengan jarak sesuai kebutuhan, serta sistem penghantar penyuplaian daya untuk pengoperasian kereta listrik (KRL). Sistem penghantar yang kita gunakan untuk penyuplaian daya keluaran gardu listrik / substation berupa jaringan listrik saluran atas (over head contact line). Pada dasarnya, ada 3 sistem elektrifikasi yang digunakan dalam teknologi perkereta-apian, yaitu : 1. 2. 3.
Sistem Sistem listr listrik ik arus arus searah searah (Dir (Direct ect Curre Current) nt) 750 750 V, V, 1500 V Sistem listrik listrik arus arus bolak bolak balik balik 1 phase phase (Single (Single Phase Alternating Alternating Current) Current) Sistem Sistem listri listrik k arus bolak bolak balik balik 3 phase phase (3 Phase Phase Alte Alterna rnatin ting g Curren Current) t) Selanjutnya, sistem DC dipecah-pecah lagi menurut besar tegangan, dan untuk sistem AC dipecah-pecah lagi menurut besar tegangan dan frekuensi yang digunakan. 2
Listrik Aliran Aliran Atas
Perkereta-apian Indonesia menggunakan sistem elektrifikasi arus searah 1500 volt, dengan menggunakan sistem penyulangan penyulangan saluran listrik atas (over head contact line). 1.1.2. Faktor Dominan Perencanaan Elektrifikasi Untuk membuat perencanaan elektrifikasi, kita memerlukan cakupan ilmu yang luas tentang kereta api secara spesifik dan keteknikan yang memadai dalam kaitannya dengan pengoperasian transportasi kereta listrik. Dalam perencanaan elektrifikasi, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu : a.
Agar pembangunan pembangunan elektrifikasi berjalan baik, baik, penting diketahui diketahui secara teliti teliti hal-hal sebagai berikut : 1. Kondisi jalan Kecuraman/kelandaian atau sudut elevasi Curva jalan KA 2. Jarak antar stasiun 3. Kecepatan Jadual kecepatan Kecepatan maximum Waktu berhenti 4. Data percepatan / perlambatan 5. Sifat rangkaian KRL Jumlah rangkaian Kekuatan traksi motor 3
Listrik Aliran Aliran Atas
7.
Type power lok - Lokomotif - KRL 8. Berat kosong, berat isi 9. Kara Karakt kter eris isti tik k ten tenag aga a KRL KRL 10. Tahanan, ahanan, koefisi koefisien en adhesi adhesi b. Perkiraan volume volume Penumpang yang akan datang Secara umum, untuk angkutan Penumpang kereta api, kebutuhan angkutan kereta api diperkirakan dengan pertimbangan kecenderungan karakteristik tahun-tahun lalu dan kecenderungan dimasa yang akan datang, serta pertumbuhan jalan KA. Untuk angkutan barang, pertimbangan tambahan terutama pada masalah pertumbuhan industri sepanjang jalan kereta api dan pengaruh pertambahan motor traksi akibat pertambahan muatan. c. Perencanaan jumlah kereta api api Kapasitas transportasi ditentukan untuk memperkirakan volume Penumpang yang diangkut. Berdasarkan kapasitas transportasi dan kondisi track, seperti kemiringan, lebar jalan kereta api, dapat diperoleh diperoleh daya tarik / kemampuan angkut KRL. d. Kapasitas dan jarak antara Substation Akan dibahas di Bab II.
4
Listrik Aliran Aliran Atas
1.2. Sejarah Elektrifikasi 1.2.1. Masa Pembangunan 1923 – 1976 Perkembangan perangkat keras / hardware Jaringan Listrik Atas (LAA) sejak dibangun tahun 1923 sampai tahun 1976 tidak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pertumbuhan / perkembangan LAA pada masa itu meliputi : a.
Elektrifikasi lintas : Jakarta Kota – Ancol – Tanjung Tanjung Priok (double track) Jakarta Kota – Gambir – Manggarai – Jatinegara (double track) Jatinegara – Pasar Senen – Kemayoran – Jakarta Kota (double track) Manggarai – Depok – Bogor (single track)
b.
Jaringan : Panjang jaringan LAA total mencapai 154 km, yang meliputi : - emplasemen = 25 km - lintas antar emplasemen = 129 km
c.
Gardu : Gardu LAA yang biasa disebut Substation menggunakan penyearah sistem air raksa dan sistem motor-generator dengan kapasitas daya 1000 kW. Selain gardu listrik, pada masa ini dibangun juga 3 gardu hubung/post station yang berfungsi sebagai media perantara untuk menyalurkan daya listrik dari gardu listrik ke jaringan LAA yang letaknya jauh dari gardu listrik. 5
Listrik Aliran Aliran Atas
Gardu-gardu yang ada pada masa ini adalah seperti yang ditunjukkan tabel 1.1. No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Gardu Daya Daya Daya Daya Hubung Hubung Hubung
Lokasi Jatinegara Ancol Depok Kedung Badak Manggarai Pasar Senen Tanjung Priok
Kapasitas Daya (kW)
Sistem Penyearah
2 x 1.000 2 x 1.000 2 x 1.000 2 x 1.000 4.000 2.000 1.000
Motor – Generator Motor – Generator Air Raksa Air Raksa -
Tabel 1.1. Masa-masa sulit mengurusi LAA adalah tahun 1973 – 1975. Pada periode ini, suku cadang, baik untuk KRL maupun jaringan dan gardu, sangat sulit didapat. Sementara itu, angkutan darat lain, seperti bis, dirasakan lebih baik. Atas pertimbangan pemerintah, akhirnya pemerintah lebih memilih untuk mengutamakan mengutamakan pengembangan sarana perkereta-apian, terutama KRL dibandingkan dengan angkutan darat lainnya, sehingga mulai tahun 1976 mulai dibangun elektrifikasi modern. 1.2.2. Masa pembangunan 1977 - sekarang Mulai bulan Oktober 1976, dibangun sistem elektrifikasi modern dengan meluncurkan KRL baru lintas Jakarta Kota – Bogor. Sejak saat ini berdatangan KRL type Rheostatik buatan Kawasaki Jepang hingga tahun 1977. 6
Listrik Aliran Aliran Atas
Sejalan dengan pertambahan armada kereta listrik, diadakan pula penambahan dan penggantian jaringan LAA dan gardu-gardu listrik. Selain menambah jumlah gardu, modernisasi perkereta-apian juga melakukan perubahan pada sistem penyearah tegangan dari sistem motor-generator dan air raksa menjadi sistem sistem penyearah silicon (Silicon Rectifier). Perkembangan elektrifikasi periode tahun 1977 – 1999 dapat dilihat dari tabel 1.2. Tabel 1.2.
7
Listrik Aliran Aliran Atas
Gardu Listrik No
Tahun
Nama Lintas
1
1977 – 1982
-
2
3
1983 – 1987
1991 - 1992
Mri-Thb-Du-Jak,pp
Jak-Gmr-Mri, pp (jalur layang) dp-Mri
Jng-Bks, pp Thb-Srp
4
5
1995 – 1996
1997 – 1999
Boo-Dp
Du-Tng, pp
Lokasi Jng Ac
Jenis Silicion Rectifier Silicion Rectifier
Produksi Meiden Meiden
Dp
Silicion Rectifier
Meiden
Kdb
Silicion Rectifier
Meiden
Gmr
Silicion Rectifier
Meiden / dibongkar
Psm
Silicion Rectifier
Meiden / dibongkar
Bjd
Silicion Rectifier
Meiden
Kat Du
Silicion Rectifier Silicion Rectifier
Meiden Meiden
Jak
Silicion Rectifier
Meiden
Sw Gdd
Silicion Rectifier Silicion Rectifier
Meiden Meiden
Drn
Silicion Rectifier
Meiden
Tnt
Silicion Rectifier
Meiden
CUI
Silicion Rectifier
Meiden
Jng
Silicion Rectifier
Meiden
Kri
Silicion Rectifier
Meiden
Kat
Silicion Rectifier
GEC-Alsthom
Lmo
Silicion Rectifier
GEC-Alsthom
Jrm
Silicion Rectifier
GEC-Alsthom
Srp
Silicion Rectifier
GEC-Alsthom
Cta Clt
Silicion Rectifier Silicion Rectifier
Siemens Siemens
Kdb
Silicion Rectifier
Siemens
Du Psg
Silicion Rectifier Silicion Rectifier
GEC-Alsthom GEC-Alsthom
Bcr
Silicion Rectifier
GEC-Alsthom
Tng
Silicion Rectifier
GEC-Alsthom
8
Listrik Aliran Aliran Atas
Pada tahun 2000, diadakan penambahan daya/reinforce substation untuk beberapa gardu listrik, yaitu gardu listrik Duri, Karet Ancol dan pembangunan baru gardu listrik Bogor serta penambahan HSCB untuk Emplasemen Jakarta Kota dan Manggarai. Elektrifikasi Jabotabek per Januari 2001 dapat dilihat pada gambar 1.3.
Gambar 1.3.
9
Listrik Aliran Aliran Atas
1.3. Struktur Organisasi 1.3.1. Sejarah Perkembangan Struktur Organisasi Unit organisasi yang memelihara prasarana listrik untuk mendukung operasional KRL adalah unit LAA. Sejak pertama ada sampai dengan tahun 1991 unit LAA berada dibawah Direktorat Traksi. Sejak September 1991, yaitu setelah adanya perubahan struktur organisasi PERUMKA di tingkat Kantor Pusat yang diikuti perubahan di daerah, unit LAA berada dibawah Direktorat Teknik, Sub Direktorat Sinyal & Telekomunikasi. Sejak bergabungnya unit LAA yang disusul oleh unit Listrik Umum ke Sub Direktorat Sinyal Telekomunikasi, maka secara resmi berubah pula nama Sub Direktorat Sinyal & Telekomunikasi menjadi Sub Direktorat Sinyal Telekomunikasi dan Listrik. 1.3.2. Struktur Organisasi Struktur organisasi yang membawahi unit Listrik Aliran Atas di lingkungan Kantor Pusat adalah Direktorat Teknik, Sub Direktorat Sinyal Telekomunikasi dan Listrik (dlihat bagan 1.4).
10
Listrik Aliran Aliran Atas
SUB DIREKTORAT SINYAL TELEKOMUNIKASI DAN LISTRIK ALIRAN ATAS
SEKSI PROGRAM ANGGARAN PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN SINYAL, TELKOM DAN LISTRIK ALIRAN ATAS
SUB SEKSI PROGRAM ANGGARAN PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN SINYAL TELKOM DAN LAA
SUB SEKSI PROGRAM ANGGARAN PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN TELEKOMUNIKASI
SUB SEKSI EVALUASI
SEKSI PROGRAM PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN SINYAL
SUB SEKSI SINYAL LISTRIK DAN PINTU PERLINTASAN LISTRIK
SUB SEKSI SINYAL MEKANIK DAN PINTU PERLINTASAN MEKANIK
SEKSI PROGRAM PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN TELEKOMUNIKASI
SEKSI PROGRAM PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN LISTRIK ALIRAN ATAS
SUB SEKSI JARINGAN RADIO DAN SERAT OPTIK
SUB SEKSI JARINGAN LISTRIK ALIRAN ATAS
SUB SEKSI PESAWAT PENYAMBUNG DAN KOMUNIKASI DATA
SUB SEKSI SENTRAL LISTRIK ALIRAN ATAS
SUB SEKSI JARINGAN FISIK TELEKOMUNIKASI
11
Listrik Aliran Aliran Atas
Gardu listrik dan Jaringan listrik aliran atas hanya terdapat di Daop I Jakarta, khususnya di Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), sedangkan unit listrik umum (LU) ada di seluruh Daerah operasi, sehingga struktur organisasi di Daop I Jakarta agak berbeda dengan Daop-Daop lain, yaitu adanya unit listrik aliran atas. Di Daop I Jakarta, unit listrik aliran atas dibagi menjadi 3 Resort (disebut ERK), yaitu Resort 11 Manggarai, Resort 12 Depok, dan Resort 13 Tanah Abang. Masingmasing Resort membawahi 2 Distrik (disebut EDK). KADAOP I WASTEK (JJ, STL, OP, SAR)
KASI STL
KASI 22
KASI OP
KASI SAR
KASI ADM
KASI KEU
KASI NIAGA
WASI LAA
ERK 11 LAA MRI
ERK 12 LAA DP EDK 11A
ERK 13 LAA THB EDK 12A
EDK 11B EDK 11C
EDK 13A EDK 13B
EDK 12A
EDK 13C
12
Listrik Aliran Aliran Atas
BAB II GARDU LISTRIK / SUBSTATION 2.1. Pendahuluan Sistem elektrifikasi yang dipakai di Jabotabek memakai sistem elektrifikasi Arus searah 1500 volt DC dengan memakai sistem penyuplaian melalui Jaringan Listrik aliran Atas. Sistem saluran atas 1.500 volt DC mendapat catu daya dari pusat-pusat listrik/gardu listrik. Gardu listrik mendapat catu daya dari jaringan distribusi tegangan menengah 20 kV AC milik PLN, yang selanjutnya oleh gardu listrik, tegangan PLN tersebut diturunkan dan diubah menjadi tegangan 1500 volt DC. Pada pusat listrik aliran atas / substation terdapat unit-unit peralatan seperti transformator, penyearah tegangan, dan unit-unit peralatan bantu lain seperti unit peralatan untuk komunikasi, pengukuran, unit proteksi / pengaman sistem dan peralatan switching. Proses aliran daya listrik dari Pusat pembangkit listrik sampai dengan pencatuan daya ke KRL dapat dilihat dalam gambar 2.1.
13
Listrik Aliran Aliran Atas
Diagram blok sistem diatas dapat dilihat dalam bagan dibawah ini.
PUSAT LISTRIK TENAGA AIR, UAP, DLL TEGANGAN 150 KV AC
GARDU INDUK PLN EGANGAN 20 KV, 70 KV AC
GARDU LISTRIK KERETA API TEG. 20 KV/1.2 KV AC, 1.5 V DC
KONSTRUKSI SALURAN ATAS TEGANGAN 1.5 KV DC
SARANA GERAK (KERETA LISTRIK)
REL KERETA API
14
Listrik Aliran Aliran Atas
2.2. Unit Peralatan Gardu Listrik / Substation Dalam gardu listrik (Substation), terdapat unit-unit peralatan yang mempunyai fungsifungsi tertentu yang membentuk suatu kesatuan sistem. Unit peralatan utama yang terdapat dalam gardu listrik adalah : 1. Disconnecting Switch (DS) Disconnecting Switch (DS) adalah peralatan yang berfungsi sebagai pemisah / pemutus suatu bagian dengan bagian lain, misalnya : - antara sisi 20 kV PLN dengan sisi 20 kV Incoming Cubicle - antara sisi keluaran HSCB Feeder dengan jaringan listrik aliran atas Pengoperasian DS, baik saat memasukkan maupun pada saat membuka, dilakukan pada saat sedang tidak berbeban. 2. Vacuum Circuit Breaker (VCB) (VCB) Vacuum Circuit Breaker (VCB) adalah peralatan yang mempunyai fungsi sebagai pemutus aliran listrik disisi tegangan arus bolak-balik (Alternating Current). 3. Transformator Transformator, yaitu peralatan yang berfungsi sebagai pengubah (menaikkan/menurunkan) tegangan AC. Transformator yang terdapat dalam sistem Substation merupakan jenis transformator Step Down ( penurun tegangan). 4. Silicon Rectifier (SR) Silicon Rectifier adalah suatu unit peralatan yang berfungsi sebagai pengubah tegangan AC menjadi tegangan DC. Silicon Rectifier yang dipakai di Jabotabek menggunakan Silicon rectifier 3 phase gelombang penuh 1.2 kV AC / 1500 volt DC.
15
Listrik Aliran Aliran Atas
5. High Speed Speed Circuit Circuit Breaker (HSCB) High Speed Circuit Breaker (HSCB) adalah suatu alat yang berfungsi sebagai pemutus tegangan DC (Direct Current). 2.3. Siklus Aliran Daya Siklus aliran daya sistem penyuplaian gardu listrik / substation dari 20 kV PLN sampai kepada diperolehnya tegangan keluaran 1500 volt DC yang digunakan untuk mengoperasikan KRL, dapat dilihat dari Single Line Diagram (diagram satu kawat) seperti yang digambarkan pada gambar 2.3. Gambar 2.3
16
Listrik Aliran Aliran Atas
Siklus aliran dayanya sebagai berikut : - Catu daya masuk masuk dari PLN dengan tegangan masuk 20 kV AC. - Setelah melalui peralatan peralatan switching dan pengukuran, dilakukan penurunan penurunan tegangan dari 20 kV k V menjadi 1.2 kV AC melalui Main Transformer. Transformer. - Tegangan dari Main transformer kemudian diserahkan/diubah diserahkan /diubah menjadi tegangan DC dengan menggunakan Silicon Transformer 1.2 kV AC/1500 VDC. - Selain melewati melewati Silicon Rectifier, Rectifier, aliran daya juga melewati trafo bantu 20 kV / 6 kV yang digunakan untuk keperluan sistem persinyalan. - Keluaran trafo 6 kV ada juga yang masuk ke trafo kV / 380 volt. volt. - Tegangan keluaran keluaran trafo 6 kV / 380 volt selanjutnya selanjutnya ada yang masuk masuk ke trafo step down, penyearah tegangan, charger battery. Di sisi tegangan ini tegangan digunakan sebagai tegangan untuk kontrol. - Untuk keluaran keluaran rectifier, rectifier, akan disalurkan disalurkan ke jaringan aliran atas atas dengan melewati HSCB dan DS. - KRL memperoleh catu daya dari jaringan jaringan (bertegangan (bertegangan positif), positif), dan rel digunakan sebagai penghantar tegangan negatif, yang dihubungkan dengan sisi negatif Silicon rectifier. 2.4. Kapasitas dan Jarak antar Gardu Listrik / Substation 2.4.1. Perhitungan Beban Gardu Listrik Secara umum, umum, beban yang yang ditanggung gardu listrik ditentukan dari pertimbanganpertimbanganpertimbangan kondisi jalan, jarak antar stasiun, kecepatan KRL, data percepatan / perlambatan, sifat rangkaian KRL, interval waktu, type KRL / lok, berat kosong/isi, karakter tenaga KRL dan Koefisien adhesi. 17
Listrik Aliran Aliran Atas
Dari pertimbangan-pertimbangan itu, dapat diperoleh kapasitas gardu, yaitu dengan mengetahui jarak antar gardu, lokasi gardu dan beban per jam. 2.4.2. Perhitungan kapasitas Substation Dalam perhitungan kapasitas suatu gardu / substation, ada hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu : a. Persyaratan Persyaratan umum kapasitas kapasitas substation substation harus harus cukup cukup menanggu menanggung ng beban beban KRL KRL yang direncanakan. b. Voltage oltage drop drop tidak tidak sampai sampai meng menggan ganggu ggu operas operasii KRL KRL - Gerakan normal dari mesin mesin dan perlengkapan perlengkapan pendukung KRL harus tetap terjamin walau sampai kemungkinan voltage drop maksimum. - Voltage Voltage drop tak boleh menyebabkan kelambatan atau temperatur tinggi yang membahayakan motor penggerak. c. Konfigurasi sistem disyaratkan bila terjadi hubungan pendek atau kecelakaan / gangguan yang terjadi pada saluran, maka kegagalan dapat segera dideteksi, dilanjutkan dengan pemisahan / pemutusan hubungan agar sistem lain (diatasnya) tidak terganggu. 2.5. Sistem penyuplaian dua sisi Sistem penyuplaian daya untuk jaringan aliran atas memiliki sistem penyuplaian dua sisi. Sistem ini menyuplai daya untuk KRL dengan menggunakan 2 gardu listrik yang bersebelahan dalam 1 petak jalan / petak jalan lain, yang dihubungkan secara paralel. 18
Listrik Aliran Aliran Atas
Pada gambar 2.4. dilihatkan sistem sist em penyumplaian daya dengan menggunakan sistem penyuplaian 2 sisi, yaitu dari Gardu A dan Gardu B.
Gambar 2.4
19
Listrik Aliran Aliran Atas
Gambar di atas memperlihatkan gardu A dan gardu B menyuplai daya untuk KRL secara paralel. Tegangan negatif dari rel dialirkan ke Penyerahan / rectifier gardu A dan gardu B. Pada kasus bila suatu gardu tidak dapat beroperasi, misalnya karena ada gangguan sehingga tidak bisa digunakan, maka gardu lain (disebelahnya) bisa digunakan untuk mencatu daya KRL pada petak jalan itu. Sebagai contoh, pada gambar 2.5, bila Gardu B tidak bisa operasi / rusak, maka untuk membentuk sistem penyuplaian 2 sisi dapat digunakan gardu C, sehingga operasi KRL yang berada di petak jalan tersebut disuplai dari gardu A dan Gardu C.
Gambar 2.5
20
Listrik Aliran Aliran Atas
Pada gambar 2.5, KRL disuplai oleh gardu A dan Gardu C secara paralel. Aliran daya yang datang dari gardu C menggunakan menggunakan perantara HSCB gardu B sehingga arus listrik bisa dialirkan ke KRL. Tegangan negatif dari rel masuk ke SR gardu A dan Gardu C.
-
-
Untuk kasus seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.5, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: Menghitun Menghitung g apakah apakah kapas kapasitas itas gardu gardu yang akan akan diguna digunakan kan sebagai sebagai pengganti pengganti gardu yang sedang mengalami gangguan itu cukup untuk mencatu daya di petak jalan yang dimaksud (dengan memperhatikan jarak antar gardu). Bila diper diperkirak kirakan an cukup, cukup, kemud kemudian ian tentukan tentukan kemampu kemampuan an maksim maksimum um dari dari kedua kedua gardu gardu yang akan diparalel, apakah cukup untuk operasional 1 set KRL atau 2 set KRL. Memperhat Memperhatikan ikan persil persilanga angan n antar antar KRL (jangan (jangan sampai sampai terjadi terjadi drop drop tegangan tegangan akiba akibatt persilangan KRL, yang menyebabkan gardu trip / jatuh). Hal-hal tersebut di atas terkait dengan seksi operasi dalam mengatur perjalanan dan menentukan frekuensi KRL yang akan dioperasikan dalam per jalan tersebut.
Contoh kasus terjadinya kasus seperti yang diperlihatkan dalam gambar 2.5 : - Keti Ketika ka gard gardu u Serpo Serpong ng terb terbak akar ar akib akibat at peti petirr. Semenjak garudu Serpong terbakar, supplai daya untuk petak jalan antara Jurangmangu-Serpong hanya ditanggung gardu Jurangmangu saja sehingga hanya 1 set KRL saja yang bisa beroperasi di lintas tersebut.
21
Listrik Aliran Aliran Atas
-
Ketika Gardu listrik Grogol & Bojong Indah mengalami gangguan Ketika gardu-gardu tersebut mengalami gangguan, di lintas tersebut hanya beroperasi 1 set KRL.
2.6. HSCB Tripping Untuk membatasi suatu operasi, di dalam gardu listrik terdapat beberapa alat pengaman yang sifatnya untuk memproteksi segala hal yang sifatnya dapat membahayakan jaringan atau gardu itu sendiri. Alat pengaman itu berupa pemutus otomatis yang dilengkapi dengan yang dapat disetting sebelumnya. Diisi tegangan AC misalnya gardu dengan rele-rele tegangan dan arus lebih, tegangan dan arus lemah current), dll, yang dapat memberikan sinyal kepada pemutus otomatis apabila terjadi suatu operasi yang melebihi setting rele-rele tersebut.
rele-rele proteksi listrik dilengkapi (under voltage / untuk jatuh / trip
Diisi tegangan DC, terutama disisi keluaran 1500 volt untuk penyulangan ke jaringan aliran atas, gardu listrik di lengkapi alat pemutus otomatis yang dikenal dengan nama HSCB (High Speed Circuit Breaker). Alat ini dilengkapi dengan rele-rele proteksi yang akan memberikan sinyal kepada HSCB untuk jatuh / trip apabila ada operasi abnormal, misalnya beban lebih / over load, tegangan lebih, tegangan jatuh, dll yang melewati setting rele-rele proteksi.
22
Listrik Aliran Aliran Atas
Penyebab-penyebab HSCB HSCB trip / jatuh antara lain : 1. Beban Lebih (Over Load) Terjadi apabila dalam petak gardu listrik (antara gardu listrik yang satu dengan gardu listrik pasangannya/sebelahnya) ada pemakaian arus listrik yang melebihi kapasitas HSCB. Hal tersebut bisa terjadi jika dalam satu petak gardu terdapat beberapa KRL yang menggunakan arus secara bersamaan. 2. Arus Kejut ( I) Terjadi apabila dalam petak gardu listrik terjadi pemakaian Arus Beban Beban yang sangat tinggi dalam waktu sesaat/singkat, misalnya arus pada saat start dimana terjadi perubahan arus yang sangat besar dalam waktu yang singkat. Gambar grafik arus terhadap waktu :
I
Arus Kejut
Arus nominal Arus normal T
23
Listrik Aliran Aliran Atas
3.
Hubung Singkat (Short Circuit) Terjadi seakan-akan seperti Arus Kejut dan Beban Lebih. Lebih. Dalam waktu sesaat / singkat terjadi Arus terjadi Arus Beban yang Beban yang sangat tinggi sampai mencapai tak hingga. hingga. Bedanya dengan Arus dengan Arus Kejut dan dan Beban Lebih adalah Lebih adalah pada saat yang bersamaan kedua HSCB untuk petak jalan yang sama pada gardu listrik yang satu dan pasangannya / sebelahnya mengalami trip (kedua trip (kedua sisi off) dan tidak seperti Arus seperti Arus Kejut / Beban Lebih yang setelah trip, trip, oleh Remote Control dapat di-ON-kan kembali. Pada hubung singkat, apabila terjadi trip, trip, HSCB Lock Out / mengunci. Tripping HSCB sangat berpengaruh kepada operasional KRL dan life time dari HSCB itu sendiri.
2.7. Return Current (Arus Balik) Sistem perjalanan arus listrik membentuk suatu loop, mulai dari gardu listrik, mengalir melalui jaringan listrik aliran atas, masuk ke KRL dan kemudian melalui rel dan kembali ke silicon rectifier. Return Current (arus balik) yaitu arus negatif yang datang dari KRL, mengalir melalui rel kembali ke sisi tegangan negatif Silicon Rectifier (penyearah tegangan) gardu listrik. Return current merupakan bagian dari sistem looping perjalanan arus listrik untuk KRL. Dalam sistem looping, Return Current sangat riskan, terutama dalam kondisi operasional di daerah Jabotabek yang sangat padat dan rawan pencurian.
24
Listrik Aliran Aliran Atas
Untuk mendapatkan penyuplaian arus balik yang sempurna, maka pada sambungan rel, disamping adanya las plat rel dipasang juga rel konektor sebagai penghantar arus. Return current adalah hal yang sangat penting untuk menjaga agar KRL dapat beroperasi dengan baik karena kontinyunitas penyuplaian merupakan syarat mutlak terjadinya loop tertutup. Saat ini, di Jabotabek telah menggunakan sinyal listrik sistem AC, dimana rel merupakan media untuk menyalurkan tegangan AC sistem persinyalan tersebut. Sehingga untuk keperluan persinyalan, rel yang digunakan sebagai media untuk arus balik harus terisol (terpotong) dan hal ini menyebabkan untuk penyaluran arus balik ke silicon rectifier dipasang impedance bond yang akan menyalurkan arus balik ke silicon rectifier dan mentransfer tegangan AC untuk keperluan persinyalan. Hal lain yang harus diperhatikan dalam sistem return current adalah kondisi rel. Apabila terjadi rel patah, maka akan terjadi loncatan arus dan akan mengakibatkan rel terbakar. Untuk mengatasi hal ini, unit JJB agar selalu berkoordinasi dengan unit LAA dalam setiap pekerjaan pemeliharaan, perbaikan dan penggantian rel. 2.8. Remote Control Dalam pengoperasiannya, pengoperasiannya, gardu listrik dapat dioperasikan dan dikontrol dengan cara lokal dan dengan sistem remote control. Pengoperasian lokal maksudnya adalah pengoperasian di tempat/lokasi dimana gardu tersebut berada. Sedangkan operasi remote control adalah pengontrolan operasi gardu listrik pada jarak jauh. 25
Listrik Aliran Aliran Atas
Pengoperasioan lokal maksudnya pengoperasian di kubikel-kubikel gardu, misalnya pengoperasian membuka / menutup saklar HSCB dilakukan dengan menekan tombol ON / OFF HSCB di Kubikel HSCB atau di suatu panel yang disebut Remote Supervisoly Penel (LOCAL). Untuk gardu listrik sistem Prancis, operasi lokal dapat dilakukan melalui suatu panel yang disebut VCP (Visual Control Panel), yaitu panel yang dapat mengontrol operasi kubikel-kubikel dalam gardu. Operasi remote control terdapat di Manggarai, yaitu di OC Manggarai. Melalui OC Manggarai, kita dapat memantau sekaligus mengoperasikan gardu-gardu di Jabotabek dengan jarak jauh. Operasi remote control akan berlangsung kalau swuitch mode di gardugardu yang bersangkutan ada di posisi Remote Control. Kondisi sekarang ini tidak semua gardu dapat dioperasikan secara remote control, misalnya untuk gardu-gardu Jerman yang rusak terkena petir. Gardu-gardu Prancis juga tidak dapat diremote dari OC Manggarai, karena peralatannya tidak dilengkapi dengan Remote Control. Tetapi untuk gardu-gardu Prancis telah dilengkapi dengan VCP (Visual Control Panel) yang bisa dianggap sebagai remote control. Kondisi operasi remote control gardu-gardu di Jabotabek bisa dilihat dari gambar di bawah ini.
26
Listrik Aliran Aliran Atas
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa hampir semua gardu dapat diremote. Gardu-gardu yang tidak bisa diremote adalah gardu-gardu lintas Duri Tangerang, Tanah Abang – Serpong, dan gardu-gardu Jerman di lintas Depok – Bogor.
27
Listrik Aliran Aliran Atas
BAB III JARINGAN LISTRIK ALIRAN ATAS
3.1. Pendahuluan Sistem elektrifikasi untuk operasi KRL di Jabotabek memakai sistem elektrifikasi 1500 volt DC menggunakan sistem penyulangan Jaringan listrik aliran atas. Sistem penyulangan ini memiliki ciri, yaitu dibangunnya tiang-tiang penyangga dan dibentangkannya kawat kontak, yang disebut trolley wire, dan kawat-kawat pendukung lainnya yang membentuk suatu kesatuan untuk menyalurkan arus listrik dari gardu ke KRL. Sistem penyulangan jaringan listrik aliran atas disebut juga Saluran atas, yaitu prasarana yang disiapkan untuk mendistribusikan / meneruskan arus searah (DC) dari gardu listrik ke KRL. Selain berfungsi sebagia media penyulang daya untuk KRL, saluran atas juga mempunyai suatu sistem distribusi daya, yang dikenal dengan sistem distribusi 6 kV (Power Distribution Line) yang digunakan untuk keperluan persinyalan, telekomunikasi, penerangan station, dan pintu-pintu perlintasan. Jaringan listrik aliran atas di Jabotabek sudah ada sejak tahun 1923. Hingga tahun 1976, jaringan listrik aliran atas di Jabotabek baru mencapai 154km dengan perincian 25 km untuk jaringan di emplasemen dan 129 km untuk jaringan di lintas. Model jaringan pada periode 1923-1976 memakai sistem jaringan aliran atas model Belanda. Perkembangan jaringan LAA sejak tahun 1976 selanjutnya mengikuti perkembangan jalan KA dan perluasan jaringan LAA dapat dilihat dalam bagan 3.1.
28
Listrik Aliran Aliran Atas
No
Lintas
Jenis track
1 2 3 4 5 6 7
Barat Timur Serpong Selatan Tengah Selatan Tangerang
Ganda Ganda Tunggal Ganda Layang ganda Ganda Tunggal
Lintas Jakarta – Tanahabang – Manggarai Jatinegara – Bekasi Tanahabang – Serpong Manggarai – Depok Jakarta – Gambir – Manggarai Depok – Bogor Duri – Tangerang
Tahun pemasangan 1987 1997 1991 1992 1992 1996 1996-1999
Bagan 3.1 Hingga tahun 2000, panjang jaringan elektrifikasi di Jabotabek mencapai 55.678 meter, dengan perincian jenis Kawat tunggal (single trolly) 343.258 meter dan kawat ganda (sistem Belanda & Prancis) 222.420 meter. 3.2. Sistem Saluran Atas Sistem Saluran Atas yang dimiliki PT. KA (Persero) ada 3, yaitu Saluran Atas sistem Jepang, Belanda, dan Prancis. Ketiga sistem ini mempunyai bentuk fisik dan karakteristik yang berbeda. Perbedaan yang paling terlihat dari ketiga sistem ini adalah pada model kawat kontaknya (troly wire). Untuk sistem Jepang, kawat kontak yang digunakan adalah jenis kawat kontak tunggal (single trolly), sedangkan untuk type Belanda dan Prancis, kawat kontak yang digunakan adalah jenis kawat kontak ganda (double trolly). 29
Listrik Aliran Aliran Atas
Untuk membedakan Saluran Atas sistem Belanda dengan Perancis, dapat dilihat dari konstruksi saluran atasnya, misalnya dari jenis dan ukuran kawat kontak yang digunakan. Kawat kontak yang digunakan untuk kedua sistem sama, akan tetapi untuk kawat penggantung dan kawat penyulangnya berbeda, sistem Perancis mempunyai penampungan yang yang lebih besar dibandingkan dengan sistem Belanda. Perbedaan-perbedaan ketiga sistem ini dapat dilihat dari bagan 3.2. di bawah ini Troli No
Teknologi Bahan
Jens Jens Kaw at Penyulang Bumi A tas
Mes enjer
Luas A (mm2)
Bahan
Luas A (mm2)
Bahan
1 Belanda
GT Cu
107 BC
2 Jepang
GT Cu
110 St
95 BC 150 90 BC
3 Peranc is
GT Cu
107 Bz
116,24 BC
Luas A (mm2)
Bahan
240 St 185 St 300 325 261,54 St
Penahan
Luas A (mm2)
Luas A (mm2)
Bahan
35 55 St
56 St
Dis tribus i 6 kV
-
Luas A (mm2)
Bahan -
56 Cu 90 135 90 St
35
50
Elektrifikasi di Jabotabek yang masih memakai sistem Belanda hingga tahun 2000 adalah : a. Emplasemen Manggarai, Jakarta Kota, Bogor, dan Pasar Senen b. Lintas Manggarai – Bogor (Sepur hulu) c. Jakarta Kota – Tanjung Priok d. Jatinegara – Pasar Senen – Kampung Bandan e. Kemayoran – Tanjung Priok
30
Listrik Aliran Aliran Atas
Kemudian lintas lintas yang memakai memakai sistem Perancis Perancis adalah : a. Lintas Duri – Tangera Tangerang ng b. Lintas Tanah Abang – Serpong Selain dari lintas-lintas di ats, elektrifikasi yang digunakan adalah sistem elektrifikasi Jepang, yang sering disebut sistem simple catenary, yaitu sistem satu kawat kontak yang didukung oleh kawat-kawat lain, misalnya kawat pikul (messenger), kawat penyulang (feeder wire / feeding brance), kawat penggantung (hanger), dan perangkat lain (tiang beton, V-trass beam, cantilever, dll). 3.6. PDL (Power Distribution Line) Power Distribution Line dimaksud adalah jaringan distribusi 6kV 3 phase tersebut diambil dari substation / gardu listrik atau dari stasiun pendistribusian. Jaringan distribusi ini digunakan untuk : a. Persinyalan b. Telekomunikasi c. Penerangan station d. Pintu-pintu perlintasan (elektrik) Untuk 6 kV yang datangnya dari gardu listrik, tegangan tersebut berasal dari tegangan keluaran trafo 20 kV / 6 kV. Tegangan 6 kV ini kemudian dialirkan ke peralatan-peralatan seperti yang disebut di atas melalui kabel-kabel (kabel PDL) yang dibentangkan melalui tiang-tiang aliran atas. 31
Listrik Aliran Aliran Atas
Mengenai bentuk fisik dari kabel 6 kV tersebut, ada yang berbentuk 3 kabel, masingmasing bertegangan r, s dan t. ada pula yang berbentuk 1 kabel, dimana setiap kabel didalamnya memiliki 3 inti yang dipisahkan isolasi. Tegangan listrik yang akan digunakan untuk peralatan-peralatan yang disebut di atas harus diturunkan dahulu melalui transformator / trafo sesuai kebutuhan. Sebagai contoh untuk pintu perlintasan, 1 phase 6 kV diturunkan dengan transformator tiang 6 kV/220 volt, dengan kapasitas 3 kVA, sehingga setiap ada pintu perlintasan elektrik selalu ada trafo tiang. Untuk peralatan-peralatan persinyalan di stasiun, tegangan 6 kV diturunkan di signal hut atau sinyal kabin menjadi tegangan 380/220 volt 3 phase. Di signal hut / cabin terdapat trafo step down masing-masing 2 unit, dengan cara kerja yang bergantian. Gardu-gardu di Jabotabek yang memiliki keluaran 6 kV adalah gardu listrik : 1. Jakarta kota 2. Gondangdia 3. Duren Kalibata 4. Kampus UI 5. Kedungbadak 6. Jatinegara
7. Kranji 8. Karet 9. Serpong 10. Duri 11. Grogol 12. Tangerang
32
Listrik Aliran Aliran Atas
Gardu USS lintas Serpong :
Gardu USS lintas Tangerang
- Pamerah - Limo - Kebayoran - Pondok ranji - Sudimara - Jurang mangu - Serpong
- Pesing - Rawabuaya - Bojong Indah - Kalideres - Poris - Tangerang angeran g
Gardu-gardu listrik ini selain mensuplai daya untuk persinyalan, telekomunikasi, penerangan station, dan untuk pintu-pintu perlintasan elektrik, juga untuk mensuplai gardu-gardu lain yang tidak memiliki tegangan keluar 6 kV. kV. Sebagai contoh : a. b. c. d.
Lintas Tanah Abang – Serpong, supplai daya 6 kV disuplai oleh gardu listrik Karet dan gardu listrik Serpong. Lintas Duri Tangerang, suplai daya 6 kV disuplai gardu listrik listrik Grogol dan Tangerang. Tangerang. Lintas Jakarta Kota – Manggarai – Bogor suplai daya 6 kV disuplai gardu listrik Jakarta Kota, Gondangdia, Durenkalibata, UI dan Kedungbadak. Jakarta Kota – Pasar Senen – Bekasi disuplai oleh gardu listrik Jakarta Kota, Jatinegara dan Kranji.
33
Listrik Aliran Aliran Atas
Di lintas Bogor – Jakarta dan Jakarta – Bekasi, penyuplaian daya tersebut dihubungkan secara paralel / interkoneksi sehingga kalau terjadi salah satu penyuplai daya mati maka penyuplain daya dapat diganti / disisi dari gardu lain satu gardu bisa memperoleh daya lebih dari 1 sisi / gardu dan bekerja secara changes over. Signal Cabin / Hut di lintas Bogor – Jakarta, Jakarta – Bekasi dilengkapi dengan change over switch, yaitu saklar pemilih penyuplain daya untuk persinyalan yang dapat dioperasikan secara manual / otomatis (dioperasikan jarak jauh / remote control). Signal Cabin / Hut di lintas Tanah Abang – Serpong dan Duri – Tangerang hanya bisa dioperasikan manual, sehingga bila salah satu penyuplai mati, maka untuk memasukkan suplai daya 6 kV harus ada operator yang datang ke lokasi.
34
Listrik Aliran Aliran Atas
FAKTOR DOMINAN UNTUK PERENCANAAN ELEKTRIFIKASI
a.
Agar pembangunan elektrifikasi berjalan baik, perlu diketahui beberapa hal, yaitu :
Kondisi jalan (kecuraman/kelandaian, curva jalan KA) Jarak antar stasiun Kecepatan (jadual, kecepatan max, waktu berhenti) Data percepatan / perlambatan Sifat rangkaian KRL (jumlah rangkaian, kekuatan traksi motor) Interval waktu dari rencana operasi Type power lok (lok, KRL) Berat kosong / isi Karakteristik tenaga KRL Tahanan / Koefisien adhesi
b.
Perkiraan volume penumpang yang akan daang
c.
Perencanaan jumlah kereta api
d.
Kapasitas dan jarak antara Substation
35
Listrik Aliran Aliran Atas
ASSET LAA POSISI TAHUN 2006
36
Listrik Aliran Aliran Atas
37
Listrik Aliran Aliran Atas
38
Listrik Aliran Aliran Atas
LOKASI DAN KAPASITAS GARDU
GARDU – GARDU
LISTRIK
39
Listrik Aliran Aliran Atas
KAPASITAS PENGHANTAR JARINGAN LAA
40