LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TERNAK UNGGAS SISTEM PENCERNAAN UNGGAS
Disusun oleh : Aria Wiria Atmaja 16/395798/PT/07188 Kelompok : I
Asisten : Janoko Rio Ganara
LABORATORIUM ILMU TERNAK UNGGAS DEPARTEMEN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2017
PENDAHULUAN Sistem
pencernaan
pada
unggas
sangat
sederhana
dan
merupakan hewan monogastrik (berlambung tunggal).Sistem pencernan unggas terbagi menjadi dua bagian, yaitu saluran cerna utama yang terdiri atas mulut (paruh), oesophagus, tembolok (ingluvies), proventriculus, ventriculus, usus halus, sekum, usus besar, dan kloaka serta kelenjar pelengkap
(asesoris)
yaitu
hati
dan pancreas (Zainudin,
2015).
Kemampuan adaptasi saluran pencernaan berdasarkan atas fungsi fisiologis tergantung pada pasokan nutrisi yang diberikan pada periode perkembangan awal setelah menetas. Hamsah
(2013),
menyatakan
bahwa
sistem
pencernaan
merupakan sistem yang terdiri dari saluran pencernaan dan organ-organ pelengkap yang berperan dalam proses perombakan bahan makanan, baik secara fisik maupun kimia menjadi zat-zat makanan yang siap diserap oleh deindexing saluran pencernaan. Unggas khususnya ayam broiler mempunyai saluran pencernaan yang sederhana, karena unggas merupakan hwewan monogastrik (berlambung tunggal). Fungsi utama saluran pencernaan adalah sebagai absorbsi zat-zat nutrien. Proses pencernaan kimiawi berlangsung pada usus halus, dan mempunyai peranan penting dalam transfer nutrisi. Tujuan dari praktikum sistem pencernaan unggas adalah untuk mengetahui efek perbedaan panjang dan berat
sistem pencernaan
unggas terhadap fungsi dan peforma. Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan panjang dan berat sistem pencernaan terhadap fungsi dan peforma. Mengetahui fungsi dari masingmasing organ pencernaan unggas.
MATERI DAN METODE Materi Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau scapel , plastik ukuran 1x1 meter, pita ukur, timbangan digital, trash bag , dan serbet. Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ayam layer afkir berumur lebih dari 72 minggu dengan berat 152 gram.
Metode Ayam layer afkir umur lebih dari 72 minggu yang telah dipotong dibedah, seluruh organ pencernaan dan reproduksinya dikeluarkan (jangan sampai rusak atau putus), kemudian diletakkan di atas alas plastik 1x1 meter diatur secara urut, selanjutnya masing-masing organ diamati dan diukur panjangnya, kemudian dipotong per bagian, kotorannya dikeluarkan, dicuci lalu ditimbang di atas timbangan digital, lalu hasilnya dicatat pada lembar kerja.
PEMBAHASAN Sistem pencernaan Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan saat praktikum diperoleh data sebagai berikut: Tabel 1. Data pengukuran panjang dan berat organ pencernaan
Nama Organ Oesophagus
Data Praktikum Panjang Berat (cm) (gram) 16 5
Data Literatur Panjang Berat (cm) (gram) 20-25 5-7,5
Crop
7
8
7-10
8-12
Proventriculus
5
5
6
4
Gizzard
6
25
5-7,5
16,5
Usus halus: a. Duodenum
29
8
26-34
b. Jejunum
71
12
58-74
c. Ileum
65
9
66-69
Coecum
42
6
10-18
Usus besar Kloaka Organ tambahan: a. Hati b. Pankreas
14 8
6 32
10
16 13
26 1
10 10
2,5
3
4
c. Limfa Berdasarkan
praktikum
yang
dilakukan
Literatur Fadhilah al., 2007 Fadhilah al., 2007 Mulyono, 2008 Mulyono, 2008
et et
Nasrin et al., 2012 2,9-3,8 Hamsah, 2013 16-20 Darmawan, 2008 1-5 Hassaouna, 2001 4-6 Usman, 2010 6-14
30
Zainal, 2007 2-4,5 Suprijatna et al., 2005 1,28 Sumiati, 2003 didapatkan panjang
oesophagus 16 cm, dan berat 5 gram. Fadhilah et al., (2007) menyatakan bahwa, kisaran ukuran normal oesophagus yaitu untuk panjang 20 sampai 25 cm, sedangkan berat yaitu 5 sampai 7,5 gram. Hasil yang didapat saat praktikum berat oesophagus yang didapatkan sesuai dengan literatur yaitu 5 gram, sedangkan panjang yang didapat berada dibawah kisaran ukuran pada literatur. Nasrin (2012) mengatakan bahwa semakin besar ukuran
oesophagus maka semakin banyak mukosa yang dihasilkan proses metabolisme pakan. Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan panjang crop 7 cm dan berat 8 gram. Fadhilah et al., (2007) menyatakan bahwa kisaran normal panjang crop yaitu 7 sampai 10 cm dan berat 8 sampai 12 gram. Hasil yang didapat saat praktikum panjang dan berat crob sesuai dengan literatur. Noferdiman (2012), menyatakan bahwa semakin besar ukuran cropnya maka semakin besar daya tampungnya. Berdasarkan
praktikum
yang
dilakukan
didapatkan
panjang
proventriculus 5 cm dan berat 5 gram. Mulyono (2008), menyatakan bahwa panjang proventriculus adalah 6 cm dengan berat 4 gram. Hasil yang didapat saat praktikum panjang dan berat proventriculus tidak sesuai dengan literatur. Suprijatna et al., (2005) menyatakan bahwa ukuran proventriculus berpengaruh saat mencerna protein dan lemak oleh enzim pepsinogen dan HCL. Nasrin et al., (2012) menambahkan bahwa semakin besar ukuran proventriculus maka semakin baik hasil pencernaan pakan. Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan panjang gizzard 6 cm dan berat 25 gram. Mulyono (2008), menyatakan bahwa panjang gizzard adalah 5 sampai 7,5 cm dengan berat 16,5 gram. Hasil yang didapat saat praktikum panjang gizzard sesuai
dengan literatur,
sedangkan berat gizzard tidak sesuai dengan literatur. Nasrin et al., (2012) menyatakan bahwa dampak yang diakibatkan oleh besarnya ukuran gizzard adalah banyaknya makanan yang dapat dilumatkan menjadi partikel yang lebih kecil sehingga membantu dalam proses pencernaan di saluran selanjutnya. Berdasarkan
praktikum
yang
dilakukan
didapatkan
panjang
duodenum 29 cm dan berat 8 gram. Nasrin et al., (2012) menyatakan bahwa panjang duodenum ayam sekitar 26 sampai 34 cm, sedangkan untuk berat duodenum 6 sampai 14 gram. Hasil yang didapat saat praktikum panjang dan berat duodenum sesuai dengan literatur. Sugito et al ., (2007) menyatakan semakin tinggi atau panjang duodenum adalah
seiring dengan pertambahan berat badan. Lenhardt dan Mozes (2003), menyatakan pertumbuhan tinggi villi usus halus berhubungan erat dengan potensi usus halus dalam menyerap sari-sari makanan. Semakin tinggi villi usus halus, semakin besar efektifitas penyerapan sari-sari makanan melalui epitel usus halus. Jadi semakin besar ukuran duodenum maka semakin besar penyerapan sari-sari makanan, karena villi-villi yang ada juga semakin banyak. Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan panjang jejunum 71 cm dan berat 12 gram. Hamsah (2013), menyatakan bahwa panjang jejunum sekitar 58 sampai 74 cm dan berat jejunum 2,9 sampai 3,8 gram. Hasil yang didapat saat praktikum panjang jejunum sesuai dengan kisaran normal pada literatur, sedangkan berat jejunum berada di atas kisaran normal pada literatur. Nasrin et al., (2012) menyatakan bahwa semakin besar atau panjang usus maka penyerapan nutriennya akan semakin luas. Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan panjang ileum 65 cm dan berat 9 gram. Darmawan (2008), menyatakan bahwa panjang ileum sekitar 66 sampai 69 cm dan berat 16 sampai 20 gram. Hasil yang didapat saat praktikum tidak sesuai dengan literatur. Usman (2010), menyatakan bahwa ileum merupakan bagian akhir dari penyerapan nutrien, apabila panjang dan beratnya melebihi kisaran normalnya maka penyerapannya lebih banyak tetapi kurang efisien. Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan panjang coecum 42 cm dan berat 6 gram. Hassaouna (2001), menyatakan bahwa panjang dari organ coecum adalah 10 cm sampai 18 cm dengan berat sebesar 1 sampai 5 gram. Hasil praktikum sudah sesuai dengan kisaran normal. Hasil yang didapat saat praktikum panjang dan berat coecum melebihi kisaran normal literatur. Hassaouna (2011), menyatakan bahwa semakin besar ukuran coecumnya maka semakin besar konsumsi pakan serat kasar. Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan panjang usus besar 14 cm dan berat 6 gram. Usman (2010), menyatakan bahwa usus
besar relatif lebih pendek daripada usus halus pada ayam, panjangnya sekitar 10 cm dan berat 4 sampai 6 gram. Hasil yang didapat saat praktikum panjang usus besar melebihi kisaran pada literatur, sedangkan berat usus besar sesuai dengan kisaran pada lietarur. Usman (2010), menyatakan bahwa dampak yang diakibatkan oleh panjang dan berat usus besar adalah banyaknya air dan mineral yang diserap oleh villi usus. Ayam yang memiliki usus besar pendek penyerapan air akan terganggu hingga menyebabkan ayam dehidrasi. Kloaka merupakan saluran yang membuka dan berhubungan dengan anus di bagian terujung. Kloaka memiliki diameter lebih besar dibandingkan rektum. Bagian terdepan kloaka berhubungan langsung dengan rektum, bagian tengah berhubungan dengan saluran keluar dari ginjal (urin) dan organ reproduksi. Kloaka pada unggas terdiri dari tiga bagian,
yakni
cuprodeum,
urodeum,
dan protodeum.
Cuprodeum
merupakan muara tempat keluarnya feses. Urodeum merupakan muara tempat
keluarnya
urin.
Protodeum
merupakan saluran reproduksi
(Murwani, 2009). Secara umum faktor yang mempengaruhi perbedaan ukuran adalah umur, pakan, bangsa dan aktivitas. Fadhilah et al., (2007) menyatakan bahwa panjang dan berat crop dapat dipengaruhi oleh umur, jenis pakan dan bangsa. Perbedaan ukuran jejunum disebabkan oleh aktivitas, pakan yang dikonsumsi, umur, dan ukuran tubuh. Usman (2010), menyatakan bahwa ukuran yang tidak sempurna pada ileum dapat disebabkan oleh hal aktivitas, pakan, serta perbedaan umur ayam dan ukuran tubuh. Yaman (2010), menyatakan bahwa perbedaan ukuran coecum disebabkan karena perbedaan ukuran tubuh, umur, dan kemampuan sekum dalam mencerna serat kasar. Organ tambahan Hati adalah organ yang berperan sebagai alat penyaring zat-zat makanan yang telah diserap sebelum masuk dalam perederan darah dan jaringan-jaringan. Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan
panjang hati 16 cm dan berat 26 gram. Zainal (2007) menyatakan bahwa panjang hati pada ayam berkisar antara
7 cm dengan berat 30 gram.
Hasil yang didapatkan saat praktikum panjang dan berat hati tidak sesuai dengan literatur. Dampak yang diakibakan dari perbedaan ukuran hati adalah banyaknya zat racun yang dapat dinetralisir oleh hati supaya tidak menjadi toksik di dalam tubuh ayam. Semakin besar ukuran hati, menunjukkan semakin banyak racun yang terdapat pada tubuh ayam (Usman, 2010). Pankreas merupakan organ tubuh istimewa yang berf ungsi sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Sebagai kelenjar eksokrin, pankreas membantu dan berperan penting dalam sistem pencernaan dengan mensekresikan enzim-enzim pankreas, seperti amylase, lipase, dan tripsin. Sebagai kelenjar endokrin, pankreas dikenal dengan produksi hormon utama, yaitu glukagon dan insulin yang berperan dalam metabolisme glukosa. Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan panjang pankreas 13 cm dan berat 1 gram. Suprijatna et al., (2005) menyatakan bahwa panjang pankreas adalah 10 cm dengan berat 2 sampai 4,5 gram. Hasil yang didapatkan panjang dan berat pankreas tidak sesuai dengan literatur. Tuli et al., (2014) menyatakan bahwa peningkatan berat pankreas diduga sebagai respons kerjanya atas adanya tanin dalam ransum, dimana tanin menstimulasi enzim-enzim pencernaan yang meningkatkan produksi enzim agar proses pencernaan berjalan normal. Limfa terletak dekat rempela dalam rongga perut yang berperan sebagai penyimpan sel-sel darah merah (Resnawati, 2010). Limfa berfungsi diduga membantu dalam koordinasi pembentukan sel darah merah dan sel darah putih. Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan panjang limfa 2,5 cm dan berat 3 gram. Sumiati (2003) menyatakan bahwa panjang limfa 4 cm dan berat limfa ayam sekitar 1,424 gram. Hasil yang didapat saat praktikum panjang dan berat limfa tidak sesuai dengan literatur. Pearce (2005) menyatakan apabila berat limfa lebih tinggi maka metabolisme nitrogen tetutama pembentukan asam urat
lebih banyak. Jadi besar kecilnya limfa dipengaruhi umur dan akvitasnya. Semakin berat aktivitasnya maka limfa akan semakin besar. Secara umum faktor yang mempengaruhi perbedaan ukuran adalah umur, pakan, bangsa dan aktivitas. Setiadi., et al (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi panjang dan berat hati yaitu bobot tubuh, spesies, jenis kelamin, umur, dan bakteri patogen. Nasrin (2012), menyatakan bahwa besar kecilnya pankreas dipengaruhi oleh aktivitas, pakan, dan umur ayam tersebut, semakin tinggi ukurannya maka menunjukkan semakin berat kerjanya. Pencernaan didalam pankreas
dibantu
oleh
enzim-enzim
yang
dihasilkan
didalamnya.
Suprijatna et al., (2005) menyatakan bahwa limfa yang tidak berukuran normal disebabkan karena pakan. Degredasi pakan juga berpengaruh pada ukuran limfa. Usman (2010), menyatakan bahwa ukuran yang tidak sempurna dapat disebabkan oleh hal aktivitas, pakan, serta perbedaan umur ayam, dan ukuran tubuh. Regar (2009), menyatakan bahwa sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan dari berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Sistem imun terbagi atas sistem imun non-spesifik dan spesifik. Sistem imun non-spesifik dan spesifik bekerja sama dalam mengeliminasi benda asing dari dalam tubuh. Sistem imun non-spesifik telah ada dan berfungsi sejak lahir. Sistem ini merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, serta dapat langsung memberikan respon terhadap antigen. Sistem imun spesifik membutuhkan waktu untuk mengenal antigen sebelum dapat memberikan respon.
1
3
4
10
9 1. Oesophagus 2. Crop 3.Proventrikulus 4. Gizzard 5. Duodenum 6. Jejunum 7. Ileum 8. Sekum 9. Usus besar 10. Kloaka 11. Meckel’s
2
5 6 11
diverticulum
7
Gambar 1. Sistem pencernaan ayam
8
Kesimpulan Sistem pencernaan ternak unggas terdiri dari oesophagus, crop, proventriculus, gizzard, duodenum, jejunum, ileum, coecum, usus besar dan kloaka. Organ tambahan pada sistem pencernaan ayam di antaranya hati, pankreas, dan limfa. Efek perbedaan panjang dan berat sistem pencernaan berpengaruh terhadap fungsi dan performa ayam. Sistem pencernaan ayam yang semakin panjang dan berat menunjukkan tingkat aktivitas pencernaan yang tinggi. Perbedaan panjang dan berat pada organ pencernaan ayam dipengaruhi oleh pakan, jenis kelamin, aktivitas dan umur.
Daftar pustaka Darmawan. A. 2008. Pengaruh Pemberian Tepung Daun Sembung (Blumea balsamifera) Dalam Ransum Terhadap Persentase Bobot Karkas, Organ Dalam, dan Lemak Abdomen Broiler . Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Fadhilah, Roni, Agustin Polana, Syamsirul Alam, Eko Parwanto, 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Agromedia Pustaka. Tangerang. Hamsah. 2013. Respon Usus dan Karakteristik Karkas pada Ayam Ras Pedaging Dengan Berat Badan Awal Berbeda yang Dipuasakan Setelah Menetas. Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin. Makassar. Hassouna, E.M.A. 2001. Some anatomical and morphometrical studies on the intestinal tract of chicken, duck, goose, turkey, pigeon, dove, quail, sparrow, heron, jackdaw, hoopoe, kestrel and owl. Assiut Veterinary Medical Journal. 44: 47-78 Lenhardt, L. and Mozes, S., 2003. Morphological and functional changes of the small intestine in growth-stunted broilers. Acta Vet. Brno. 72:353-358. Mulyono, A.M.W., A.K. Sariri., W.T. Ilisodo. 2008. Penerapan Teknologi Force Molting pada Ayam Petelur Afkir: Kajian Parameter Produksi, Organ Pencernaan dan Reproduksi, Pertahanan Tubuh. Sains Peterakan. Vol. 6(2): 10-17. Nasrin, M., M.N.H. Siddiqi, M.A. Masum and M.A. Wares. 2012. Gross and histological studies of digestive tract of broilers during postnatal growth and development. Bangladesh Agriculture University.10, (1) Noferdiman. 2012. Efek penggunaan Azolla microphylla fermentasi sebagai pengganti bungkil kedele dalam ransum terhadap bobot organ pencernaan ayam broiler. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. Vol 14(1): 49-56. Pearce, C, Evelyn. 2005. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta. Regar, N, M. 2009. Kajian Efektifitas Pemberian Kombinasi Kunyit, Bawang Putih dengan Mineral Zink Dalam Ransum Terhadap Performa dan Respon Imun Ayam Pedaging yang Diinfeksi Escherichia coli. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Resnawati, Heti. 2010. Bobot Organ-Organ Tubuh pada Ayam Pedaging yang Diberi Pakan Mengandung Minyak Biji Saga. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Sugito, Manalu, W., Astuti, D. A., Handharyani, E. dan Chairul., 2007. Morfometrik Usus dan Performan Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Panas dan Ekstrak N-heksana Kulit Batang ‘Jaloh’ (Salix tetrasperma Rozb). Media Peternakan 30:198-206. Suprijatna, E., Atmomarsono, U., dan Kartasudjana, R. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Tuli, Noldy., F.J. Nangoy., E.S. Tangkere., and L.M.S. Tangkau. 2014. The addition efectivenes of Curcuma xanthorrhiza roxb and Curcuma zedoria rosc flours in ration on High Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein (LDL) and the viscera of broiler. Jurnal zootek (“zootek journal”) vol 34 (edisi khusus). Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi. Jakarta. Usman, Ahmad Nur Ramdani. 2010. Pertumbuhan Ayam Broiler (Melalui Sistem Pencernaanya Yang Diberi Pakan Nabati dan Komersial Dengan Penambahan Dysapro. Institute Pertanian Bogor. Bogor. Yasin, Ismail. 2010. Pencernaan Serat Kasar Pada Unggas. Fakultas Peternakan Undaris. Ungaran. Zainal, Y. 2007. Pengaruh Pemberian Silase Ransum Komplit Terhadap Organ Dalam. Mojosari. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Zainudin., Masyitha, D., Fitriani., dan Nurhayati., Panjaitan. 2015. Struktur Histologi Proventrikulus Ayam Kampung, bebek, dan Merpati. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.