“KELAINAN TROMBOSIT DAN HITUNG TROMBOSIT” I. TUJUAN I.1 Tujuan Instruksional Umum a. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi dan kelainan trombosit. b. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung jumlah trombosit darah probandus. I.2 Tujuan Instruksional Khusus a. Mahasiswa dapat melakukan cara menghitung trombosit darah probandus. b. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah trombosit/μl darah pada apusan darah probandus. c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil jumlah trombosit darah probandus. II. METODE Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode tidak langsung menggunakan preparat apus darah. III.PRINSIP Apusan darah diamati dengan mikroskop binokuler pada perbesaran objektif 100X dengan penambahan oil imersi. Penghitungan trombosit dilakukan pada counting area dimana trombosit menyebar merata. IV. DASAR TEORI Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk darah, dan penyakitnya. Asal katanya dari bahasa Yunani haima yang artinya darah (wikipedia, 2015).
IV.1
Darah
Darah adalah cairan yang sangat penting bagi tubuh. Cairan ini lebih kental dari air, dan sedikit lengket. Suhu darah dalam tubuh adalah 38° C, yaitu sekitar satu derajat lebih tinggi dari suhu tubuh. Jumlah darah yang dimiliki seseorang sebagian besar tergantung pada ukuran dan berat badan. Seorang pria yang bobotnya sekitar 70 kg (sekitar 154 pound) memiliki sekitar 5 sampai 6 liter darah dalam tubuhnya. Darah memiliki tiga fungsi penting, antara lain: 1. Transportasi 2. Regulasi 3. Proteksi Darah terdiri dari 55% plasma darah dan sekitar 45% sel darah. Plasma darah adalah cairan kuning muda. Lebih dari 90% dari plasma darah adalah air, sementara kurang dari 10% substansi terlarut yang sebagian besar adalah protein. Plasma darah juga mengandung elektrolit, vitamin dan nutrisi seperti glukosa dan asam amino. Lebih dari 99% dari partikel padat terdapat dalam darah adalah sel yang disebut selsel darah merah (eritrosit) karena warna merah mereka. Sisanya adalah sel pucat atau sel darah putih (leukosit) dan trombosit (trombosit). Semua bagian padat dari darah berasal dari sel induk yang sama, yang disebut sel induk (stem cell). Pada orang dewasa sel darah diproduksi terutama di sumsum tulang. Berbagai sel darah berkembang dalam beberapa tahap dari sel induk ke sel-sel darah atau trombosit darah. Sel darah putih seperti limfosit belum matang tidak hanya ada dalam sumsum tulang, tetapi juga di kelenjar getah bening. Ketika sel-sel telah matang (matur), mereka dilepaskan ke dalam aliran darah. Selain sel dewasa ini, darah masih mengandung sejumlah kecil sel prekursor. Zat/subtansi pembawa tertentu mengatur produksi sel-sel darah. Hormon eritropoietin, yang diproduksi di ginjal, meningkatkan produksi sel darah merah, sedangkan yang disebut sitokin merangsang produksi sel darah putih (PubMed Health, 2015). Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung
menujuparu-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah membawa oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan dibawa ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni (wikipedia, 2016).
IV.2
Trombosit (Platelet)
IV.2.1 Morfologi Trombosit (keping-keping darah) adalah fragmen sitoplasmik tanpa inti berdiameter 2-4 mm yang berasal dari megakariosit. Hitung trombosit normal dalam darah tepi adalah 150.000 – 400.000/µl dengan proses pematangan selama 7-10 hari di dalam sumsum tulang. Trombosit dihasilkan oleh sumsum tulang (stem sel) yang berdiferensiasi menjadi megakariosit. Megakariosit ini melakukan reflikasi inti endomitotiknya kemudian volume sitoplasma membesar seiring dengan penambahan lobus inti menjadi kelipatannya, kemudian sitoplasma menjadi granula dan trombosit dilepaskan dalam bentuk platelet/keping-keping. Enzim pengatur utama produksi trombosit adalah trombopoetin yang dihasilkan di hati dan ginjal, dengan reseptor C-
MPL serta suatu reseptor lain, yaitu interleukin-11. Trombosit berperan penting dalam hemopoesis, penghentian perdarahan dari cedera pembuluh darah. Trombosit atau platelet sangat penting untuk menjaga hemostasis tubuh. Adanya abnormalitas pada vaskuler, trombosit, koagulasi, atau fibrinolisis akan menggangu
hemostasis
sistem
vaskuler
yang
mengakibatkan
perdarahan
abnormal/gangguan perdarahan (Sheerwood,2001). Penegakkan diagnosis tentang penyebab utama gangguan perdarahan amat penting dan hal ini dibutuhkan ketelitian yang cermat, efektif, dan efisien dalam hal anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium yang semata-mata untuk menghindari kesalahan diagnosis. Apapun penyebab gangguan perdarahan, ternyata memberikan gambaran klinis yang hampir sama. Maka dari itu, hampir semua kasus gangguan perdarahan membutuhkan pemeriksaan yang lanjut demi tegaknya diagnosis penyakit tersebut (Candrasoma,2005). Trombosit memiliki zona luar yang jernih dan zona dalam yang berisi organelorganel sitoplasmik. Permukaan diselubungi reseptor glikoprotein yang digunakan untuk reaksi adhesi & agregasi yang mengawali pembentukan sumbat hemostasis. Membran plasma dilapisi fosfolipid yang dapat mengalami invaginasi membentuk sistem kanalikuler. Membran plasma ini memberikan permukaan reaktif luas sehingga protein koagulasi dapat diabsorpsi secara selektif. Area submembran, suatu mikrofilamen pembentuk sistem skeleton, yaitu protein kontraktil yang bersifat lentur dan berubah bentuk. Sitoplasma mengandung beberapa granula, yaitu: granula densa, granula a, lisosome yang berperan selama reaksi pelepasan yang kemudian isi granula disekresikan melalui sistem kanalikuler. Energi yang diperoleh trombosit untuk kelangsungan hidupnya berasal dari fosforilasi oksidatif (dalam mitokondria) dan glikolisis anaerob (Aster,2007; A.V Hoffbrand et al, 2005; Candrasoma,2005). Kelainan Perdarahan ditandai dengan kecenderungan untuk mudah mengalami perdarahan, yang bisa terjadi akibat kelainan pada pembuluh darah maupun kelainan pada darah. Kelainan yang terjadi bisa ditemukan pada faktor pembekuan darah< atau trombosit. Dalam keadaan normal, darah terdapat di dalam pembuluh darah (arteri, kapilerdan vena). Jika terjadi perdarahan, darah keluar dari pembuluh darah tersebut,
baik ke dalam maupun ke luar tubuh. Tubuh mencegah atau mengendalikan perdarahan melalui beberapa cara. Homeostatis adalah cara tubuh untuk mengentikan perdarahan pada pembuluh darah yang mengalami cedera. Hal ini melibatkan 3 proses utama: - Konstriksi (pengkerutan) pembuluh darah - Aktivitas trombosit (partikel berbentuk seperti sel yang tidak teratur, yang terdapat di dalam darah dan ikut serta dalam proses pembekuan) - Aktivitas faktor-faktor pembekuan darah (protein yang terlarut dalam plasma). Kelainan pada proses ini bisa menyebabkan perdarahan ataupun pembekuan yang berlebihan, dan keduanya bisa berakibat fatal. IV.2.2 Fungsi Trombosit Trombosit memiliki banyak fungsi, khususnya dalam mekanisme hemostasis. Berikut fungsi dari trombosit (A.V Hoffbrand et al, 2005): 1. Mencegah kebocoran darah spontan pada pembuluh darah kecil dengan cara adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi (hemostasis). Sitotoksis sebagai sel efektor penyembuhan jaringan. 2. Menghentikan pendarahan jika terjadi luka dengan cara membekukan darah disekitar daerah luka sehingga darah berhenti mengalir. Jika terjadi luka, trombosit dalam darah pecah dan mengeluarkan enzim trombokinase. Enzim trombokinase merangsang protrombin untuk membentuk thrombin dengan bantukan vitamin K dan ion Ca. Trombin merangsang fibrinogen dalam plasma darah untuk membentuk fibrin, yaitu berupa benang-benang yang membentuk anyaman dan dapat menjaring darah supaya eritrosit dalam darah tidak keluar lagi dan menutup luka. IV.2.3 Pembentukan Trombosit
Sel trombosit berasal dari fragmentasi sitoplasma megakariosit sumsum tulang. Megakariosit mengalami pematangan dengan replikasi inti endomitotik yang sinkron, memperbesar volume sitoplasma sejalan dengan penambahan lobus inti menjadi kelipatan duanya. Pada berbagai stadium dalam perkembangannya (paling banyakpada stadium inti delapan), sitoplasma menjadi granular dan trombosit dilepaskan. Produksi trombosit mengikuti pembentukan mikrovesikel dalam sitoplasma sel yang menyatu membentuk membran pembatas trombosit. Tiap sel megakariosit menghasilkan 1000-1500 trombosit. Sehingga diperkirakan akan dihasilkan 35.000/ l trombosit per hari. Jumlah sel trombosit yang bersirkulasi dalam darah tepi sangat tergantung jumlah sel megakariosit, volume sitoplasma megakariosit, umur trombosit dan sekuestrasi oleh limpa. Trombopoetin adalah pengatur utama produksi trombosit, dihasilkan oleh hati dan ginjal. Trombosit mempunyai reseptor untuk trombopoetin (C-MPL) dan mengeluarkannya dari sirkulasi, karena itu kadar trombopoetin tinggi pada trombositopenia akibat aplasia sumsum tulang. Trombopetin meningkatkan jumlah dan kecepatan maturasi megakariosit. Jumlah trombosit mulai meningkat 6 hari
( Gambar 1. Pembentukan Trombosit)
IV.2.4 Kelainan-kelainan Trombosit Kelainan trombosit meliputi kuantitas dan kualitas trombosit. 1. Trombositopenia Trombositopenia adalah berkurangnya jumlah trombosit dibawah normal, yaitu kurang dari 150 x 109 /L. Pemeriksaan fisik menunjukkan pembesaran limpa, penyakit hepar kronik, dan kelainan-kelainan yang mendasari lainnya. Trombositopenia dapat terjadi karena beberapa keadaan : Penurunan produksi (megakariositopeni), terjadi bila fungsi sumsum tulang terganggu . Meningkatnya destruksi (megakariositosis), terjadi akibat trombosit yang beredar berhubungan dengan mekanisme imun. Akibat pemakaian yang berlebihan (megakariositosis), misalnya pada DIC (Disseminated Intravasculer Coagulation), kebakaran, trauma. Pengenceran trombosit. Dapat terjadi oleh karena tranfusi yang dibiarkan dalam waktu singkat dengan memakai darah murni yang disimpan sehingga dapat mengakibatkan kegagalan hemostatik pada resipien. ITP (Idiopathic Trombocytopenia Purpura) atau Purpura Trombositopenia Idiopatik merupakan suatu keadaan trombositopenia (kurangnya jumlah trombosit) yang disebabkan oleh adanya antibodi
anti-trombosit. Jadi antibodi ini merusak trombosit, sehingga terjadi pengrusakan trombosit dan menyebabkan jumlahnya menurun dan menyebabkan manifestasi perdarahan (purpura). 2. Trombositosis Trombositemi/trombositosis adalah peningkatan jumlah trombosit di atas 350000/mm3 atau 400000/mm3. Terdapat 3 kelainan utama penyebab trombositemi, yaitu : kelainan klonal (Trombositemi esensial/primer dan kelainan
mieloproliferatif
lain),
familial (mutasi
trombopoietin)
dan
trombositosis reaktif terhadap berbagai penyebab akut dan kronis. Trombositemi
primer
sering
ditemukan
secara
tidak
sengaja
pada
pemeriksaan hematologi pada penderita yang asimtomatis. Trombositemi esensial pertama kali dilaporkan oleh Guglielmo pada tahun 1920 dan Epstein dan Goedel pada tahun 1934. Pada saat itu, Trombositemi esensial dianggap merupakan bagian dari penyakit mieloproliferatif yang lain (Polisitemia vera, Lekemi mielositik kronik, Mielofibrosis dengan mieloid metaplasia). Pada tahun1960, Trombositemi esensial ditentukan sebagai suatu penyakit mieloproliferatif yang berbeda. Peningkatan kadar trombosit biasanya merupakan akibat dari penyakit akut atau kronis yang lain (trombositosis reaktif). Penyebab yang sering adalah keganasan dan peradangan kronis, seperti arthritis rheumatoid. Penyebab yang lain adalah defisiensi besi dan splenektomi. 3. Trombositopati Trombositopati Adalah keadaan yang menggambarkan kelainan trombosit terutama yang melibatkan “platelet faktor 3” dan selanjutnya pembentukan tromboplastin plasma. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan bawaan/didapat. Separti, Hemofilia adalah suatu penyakit menurun yang dapat menyebabkan darah sulit membeku. Ada Beberapa usaha untuk dapat mengatasi penyakit hemofilia, antara lain yaitu mengonsumsi makanan atau minuman yang sehat, menjaga berat tubuh jangan berlebihan karena berat badan yang berlebihan dapat mengakibatkan pendarahan pada sendi-sendi di
bagian kaki, dan berhati-hati lah dalam kehidupan sehari-hari untuk memperkecil risiko terluka. Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya. Penderita hemofilia kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di bawah kulit; seperti luka memar jika sedikit mengalami benturan, atau luka memar timbul dengan sendirinya jika penderita telah melakukan aktifitas yang berat; pembengkakan pada persendian, seperti lulut, pergelangan kaki atau siku tangan. Penderitaan para penderita hemofilia dapat membahayakan jiwanya jika perdarahan terjadi pada bagian organ tubuh yang vital seperti perdarahan pada otak. IV.3 Hitung Trombosit Metode hitung trombosit dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penghitungan langsung dapat dilakukan secara manual menggunakan kamar hitung standard dan mikroskop, atau menggunakan alat penghitung elektronik/otomatis. Penghitungan tidak langsung dilakukan dengan menggunakan preparat apus darah. a. Secara langsung 1. (Rees Ecker) Hitung trombosit secara langsung menggunakan kamar hitung yaitu dengan mikroskop cahaya. Pada hitung trombosit cara Rees-Ecker, darah diencerkan ke dalam larutan yang mengandung Brilliant Cresyl Blue sehingga trombosit tercat biru muda. Sel trombosit dihitung dengan menggunakan kamar hitung standar dan mikroskop. Secara mikroskopik trombosit tampak refraktil dan mengkilat berwarna biru muda/lila lebih kecil dari eritrosit serta berbentuk bulat, lonjong atau koma tersebar atau bergerombol. Cara ini memiliki kesalahan sebesar 16-25%, penyebabnya karena faktor teknik pengambilan sampel yang menyebabkan trombosit bergerombol sehingga sulit
dihitung, pengenceran tidak akurat dan penyebaran trombosit yang tidak merata. 2. Metode fase-kontras Pada hitung trombosit metode fase kontras, darah diencerkan ke dalam larutan ammonium oksalat 1% sehingga semua eritrosit dihemolisis. Sel trombosit dihitung dengan menggunakan kamar hitung standar dan mikroskop fase kontras. Sel-sel lekosit dan trombosit tampak bersinar dengan latar belakang gelap. Trombosit tampat bulat atau bulat telur dan berwarna biru muda/lila terang. Bila fokus dinaik-turunkan tampak perubahan yang bagus/kontras, mudah dibedakan dengan kotoran karena sifat refraktilnya. Kesalahan dengan metode ini sebesar 8 – 10%. 3. Modifikasi metode fase-kontras dengan plasma darah Metodenya sama seperti fase-kontras tetapi sebagai pengganti pengenceran dipakai plasma. Darah dibiarkan pada suhu kamar sampai tampak beberapa mm plasma. Selanjutnya plasma diencerkan dengan larutan pengencer dan dihitung trombosit dengan kamar hitung seperti pada metode fase-kontras.
b. Tidak langsung Cara ini menggunakan sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Wright, Giemsa atau May Grunwald. Sel trombosit dihitung pada bagian sediaan dimana eritrosit tersebar secara merata dan tidak saling tumpang tindih. Metode hitung trombosit tak langsung adalah metode Fonio yaitu jumlah trombosit dibandingkan dengan jumlah eritrosit, sedangkan jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya dihitung. Cara ini sekarang tidak digunakan lagi karena tidak praktis, dimana selain menghitung jumlah trombosit, juga harus dilakukan hitung
eritrosit. Penghitungan trombosit secara tidak langsung yang menggunakan sediaan apus dilakukan dalam Trombosit: perkiraan jumlah dan morfologi.
FN-18 (10 x 100): Perkiraan jumlah trombosit dalam darah: jumlah trombosit dalam 18 lp x 1.000
FN-22 (10 x 100): Perkiraan jumlah trombosit dalam darah: jumlah trombosit dalam 11 lp x 1.000
c. Hitung Trombosit Otomatis Penghitung sel otomatis mampu mengukur secara langsung hitung trombosit selain hitung lekosit dan hitung eritrosit. Sebagian besar alat menghitung trombosit dan eritrosit bersama-sama, namun keduanya dibedakan berdasarkan ukuran. Partikel yang lebih kecil dihitung sebagai trombosit dan partikel yang lebih besar dihitung sebagai eritrosit. Dengan alat ini, penghitungan dapat dilakukan terhadap lebih banyak trombosit. Teknik ini dapat mengalami kesalahan apabila jumlah lekosit lebih dari 100.000/mmk, apabila terjadi fragmentasi eritrosit yang berat, apabila cairan pengencer berisi partikel-partikel eksogen, apabila sampel sudah terlalu lama didiamkan sewaktu pemrosesan atau apabila trombosit saling melekat.
V. ALAT DAN BAHAN 5.1 Alat : 1. Mikroskop 2. Counter cell 5.2 Bahan :
1. Preparat jadi 2. Oil imersi 3. Tissue lensa
VI. CARA KERJA 1. APD digunakan dengan lengkap, baik dan benar. 2. Alat dan bahan disiapkan di atas meja kerja. 3. Sediaan apusan darah diletakkan di meja preparat mikroskop. 4. Mikroskop dinyalakan dengan menekan tombol On. 5. Intensitas cahaya diatur sesuai kebutuhan. 6. Lensa Objektif diarahkan ke pembesaran 10x lalu diafragma dan ketinggian kondensor diatur. 7. Jarak lensa okuler disesuaikan dengan mata. 8. Makrometer dan mikrometer diatur hingga menemukan lapang pandang yang jelas (fokus). 9. Sediaan ditetesi oil imersi, lalu lensa objektif dipindahkan ke pembesaran 100x sehingga didapat pembesaran total 1000x. 10. Diafragma dan kondensor diatur agar cahaya sesuai. 11. Trombosit dihitungan sebanyak 18 lapangan pandang pada counting area. 12. Hasil hitung dikali 1000 kemudian dicatat. VII. NILAI RUJUKAN VIII.
140.000 – 440.000/ μl
HASIL PENGAMATAN Nama probandus : Komang Sutanti Umur : 40 tahun Jenis kelamin : Perempuan Hasil hitung trombosit : 255 x 103 /μl = 255.000/ μl Foto pengamatan:
Keterangan: : Trombosit : Giant trombosit
IX. PEMBAHASAN Trombosit merupakan fragmen atau kepingan-kepingan tidak berinti dari sitoplasma megakariosit yang berukuran 1-4 mikron dan beredar dalam sirkulasi darah selama 10 hari. Trombosit memiliki fungsi utama melindungi pembuluh darah terhadap kerusakan endotel akibat trauma dan penyembuhan luka pada dinding pembuluh darah. Orang-orang dengan kelainan trombosit, baik kualitatif maupun kuantitatif, sering mengalami perdarahan-perdarahan kecil di kulit dan permukaan mukosa yang disebut ptechiae, dan tidak dapat menghentikan perdarahan akibat luka yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Jumlah trombosit mungkin berkurang/menurun (trombositopenia) atau bertambah/ meningkat (trombositosis atau trombositemia) karena berbagai sebab. Penyebab utama trombositopenia dapat diklasifikasikan menjadi dua: 1 kegagalan sumsum tulang untuk menghasilkan trombosit dalam jumlah yang memadai, dan 2 peningkatan destruksi perifer atau sekuestrasi trombosit. Menurut riswanto (2013) dikatakan trombositopenia ringan apabila jumlah trombosit antara 100.000 – 150.000 per mikroliter darah. Apabila jumlah trombosit kurang dari 60.000 per mikroliter darah maka akan cenderung terjadi perdarahan. Jika jumlah trombosit di atas 40,000 per mikro liter darah biasanya tidak terjadi perdarahan spontan, tetapi dapat terjadi perdarahan setelah trauma. Jika terjadi perdarahan spontan kemungkinan fungsi trombosit terganggu atau ada gangguan pembekuan darah. Bila jumlah trombosit kurang dar 40.000 per mikroliter darah, biasanya terjadi perdarahan spontan dan bila jumlahnya kurang dari 10.000 per mikroliter darah akan lebih berat. Dilihat dari segi klinik, penurunan jumlah trombosit lebih memerlukan perhatian daripada kenaikannya (trombositosis) karena adanya risiko perdarahan. Trombositosis adalah kata yang mengacu kepada peningkatan hitung trombosit, biasanya akibat stimulasi sekunder, istilah trombositemia digunakan untuk produksi trombosit yang lebih tidak teratur dan tidak terkendali, seperti yang terjadi pada sindrom-sindrom mielodisplastik. Peningkatan jumlah trombosit sering dijumpai pada pasien rawat inap dan ditemukan pada kondisi-kondisi seperti gangguan peradangan, infeksi, keganasan, dan setelah perdarahan akut. Trombosit mungkin meningkat sebagai bagian dari respons fase akut peradangan atau infeksi. Agar dapat berfungsi dengan baik, trombosit harus memadai dalam kuantitas (jumlah) dan kualitasnya. Pembentukan sumbat hemostatik akan berlangsung dengan normal jika jumlah trombosit memadai dan kemampuan trombosit untuk beradhesi
dan beragregasi juga bagus. Beberapa uji laboratorium yang digunakan untuk menilai kualitas trombosit adalah agregasi trombosit, retensi trombosit, retraksi bekuuan dan antibodi anti trombosit. Sedangkan uji laboratorium untuk menilai kuantitas trombosit adalah waktu perdarahan (bleeding time, BT) dan hitung trombosit. Pada praktikum ini dilakukan penilaian terhadap kelainan trombosit secara kualitatif yaitu hitung jumlah trombosit. Menurut Riswanto (2013), untuk memperoleh hasil hitung trombosit yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu pengumpulan specimen, antara lain yaitu:
Pengambilan darah harus dilakukan dengan cepat (tidak lambat bekerja)
melalui pungsi vena yang bersih dan nontraumatik. Darah harus segera dicampur dengan antikoagulan secara merata. Apabila rangkaian proses koagulasi sempat aktif, minimal terjadi penggumpalan trombosit yang mungkin menempel di dinding tabung reaksi sehingga
dihasilkan hitung trombosit rendah palsu. Pencampuran darah dan antikoagulan adekuat; pengocokan yang berlebihan harus dihindari karena ini juga akan menyebabkan perlekatan
trombosit. Pengambilan yang dilakukan secara benar dan kemudian dicampur dengan EDTA dan disimpan pada suhu kamar dapat mempertahankan
hitung trombosit yang stabil sampai selama 12 jam. Perbandingan volume darah dan antikoagulan sesuai. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau cairan. Hitung jumlah trombosit pada praktikum dilakukan dengan manual secara tidak langsung. Jumlah trombosit dihitung menggunakan apusan darah tepi yang telah diwarnai dengan Wright atau Giemsa. Cara ini cukup sederhana, mudah dikerjakan, murah dan praktis. Keunggulan cara ini adalah dalam menggungkap ukuran dan morfologi trombosit, tetapi kekurangannya adalah bahwa perlekatan ke kaca objek atau distribusi yang tidak merata di dalam apusan dapat menyebabkan perbedaan yang mencolok dalam perhitungan konsentrasi trombosit.
Trombosit di dalam apusan darah dihitung secara mikroskopik. Untuk menghitung trombosit ini, pengamatan dilakukan pada bagian apusan sebelum ujung yang tipis (ekor). Pada bagian tersebut sel-sel darah tersebar merata, berdekatan atau bersentuhan tetapi tidak tumpang tindih dan area ini sering disebut counting area (zona morfologi).
Gambar apusan darah
(https://nae010693.wordpress.com/tag/sediaan-apus-darah-tepi/) Pengamatan dengan mikroskop, pertama-tama preparat apusan darah diletakkan di atas meja preparat, lalu diamati menggunakan perbesaran lemah (objektif 10x) yang fungsinya untuk melihat baik tidaknya sedian apus dan mencari counting area. Lensa okuler disesuaikan dengan mata, kondensor dan diafragma diatur untuk mengumpulkan cahaya dan mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk agar sesuai kebutuhan mata. Diatur makrometer dan mikrometer agar sel-sel darah terlihat lebih jelas dan fokus. Kemudian preparat ditetesi dengan oil imersi sebelum mengunakan lensa perbesaran kuat (objektif 100x). Minyak imersi berfungsi untuk memperjelas obyek, karena memiliki indeks refraksi yang tinggi dibandingkan dengan air atau udara sehingga objek yang diamati dapat terlihat lebih jelas dibandingkan dengan tanpa minyak imersi. Setelah ditetesi oil imersi revolver diputar ke lensa objektif 100x untuk melihat morfologi sel darah agar terlihat lebih jelas dan lebih besar. Trombosit dihitung dalam 18 lapangan pandang, kemudian hasil hitungan dikalikan 1000. Hasil pengalian dinyatakan dalam satuan /μl. Secara mikroskopik dengan pewarnaan Wright-Giemsa, trombosit tampak sebagai sel kecil (lebih kecil dari eritrosit), tak berinti, agak bulat dengan sitoplasma
berwarna pink pucat yang berisi granula merah-ungu yang tersebar merata. Pada praktikum diperoleh hasil hitung jumlah trombosit yaitu 255.000/mm3. Bila dibandingkan dengan nilai rujukan hasil yang diperoleh berada pada rentang nilai normal. Berdasarkan pengamatan dibawah mikroskop menyebaran atau distribusi trombosit pada apusan darah yang diamati cukup merata dan tidak ada trombosit yang mengalami penggumpalan (clumping). Serta ditemukan beberapa giant trombosit pada apusan darah. Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium. • Kemoterapi dan sinar X dapat menurunkan hitung trombosit, • Pengaruh obat seperti; antibiotik, sulfonamida, aspirin, quinidin, quinina, asetazolamid,
amidopirin,
diuretic
tiazid,
meprobamat,
fenilbutazon,
tolbutamin, injeksi faksin, agen kemoterapeutik menyebabkan penurunan jumlah trombosit. Epinefrin, kemoterapi sitotoksik, pengobatan defisiensi vit. •
B12 menyebabkan peningkatan jumlah trombosit. Penggunaan darah kapiler menyebabkan hitung trombosit cenderung lebih
•
rendah, Pengambilan sampel darah yang lamban menyebabkan trombosit saling
•
melekat (agregasi) sehingga jumlahnya menurun palsu, Tidak segera mencampur darah dengan antikoagulan atau pencampuran yang kurang adekuat juga dapat menyebabkan agregasi trombosit, bahkan dapat
•
terjadi bekuan, Perbandingan volume darah dengan antikoagulan tidak sesuai dapat menyebabkan kesalahan pada hasil : Jika volume terlalu sedikit (= EDTA terlalu berlebihan), sel-sel eritrosit mengalami krenasi, sedangkan trombosit membesar dan mengalami disintegrasi. Jika volume terlalu banyak (=EDTA terlalu sedikit) dapat menyebabkan
•
terbentuknya jendalan yang berakibat menurunnya jumlah trombosit. Penundaan pemeriksaan lebih dari 1 jam menyebabkan perubahan jumlah
trombosit. X. SIMPULAN
1. Trombosit adalah fragmen sitoplasmik tanpa inti berdiameter 1-4 mm yang berasal dari megakariosit, yang fungsi utamanya melindungi pembuluh darah terhadap kerusakan endotel. 2. Kelainan-kelainan trombosit terbagi menjadi dua penilaian yaitu kualitatif (kualitas trombosit) yaitu trombositopati dan kuantitatif (jumlah trombosit) yaitu trombositosis dan trombositopenia. 3. Hitung trombosit metode tidak langsung dilakukan secara manual dengan cara apusan darah yang dicat dengan wright atau giemsa, kemudian sel dihitung dibawah mikroskop pembesaran objektif 100x (dengan oil imersi) sebanyak 18 lapang pandang dikali 1000. 4. Berdasarkan praktikum hitung trombosit pada apusan darah probandus diperoleh hasil yang normal yaitu 255.000/μl.
DAFTAR PUSTAKA Bakta, I Made. 2007. Hematologi klinik Ringkas. Jakarta. Buku Kedokteran EGC
Herawati, Sianny dkk. 2015. Penuntun Praktikum Hematologi. Denpasar: Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar.
Pearce, Evelyn C. 1979. Anatomi Dan Fisiologi untuk Para Medis. 133, Jakarta : Gramedia
Pendidikan Ahli Madya Analis Kesehatan. 1996. DIKTAT Praktek Hematologi. Departemen Kesehatan RI Bandung: Bandung.
Price.Sylvia A &Lloraine M.Wilson,2003. Patofisioogi klinik proses-proses penyakit vol.1.)
PubMed
Health.
2015.
What
Does
Blood
Do?.
[online].
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0072576/.
tersedia:
(diakses:
19
Desember 2015).
R. Gandasoebrata. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat: jakarta.
Riswanto,
2013.
Pemeriksaan
Laboratorium
Hematologi.
Yogyakarta:
Alfamedia & Kanal Medika.
Sacher, Ronald A. dan Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari, editor : Huriawati Hartanto, 2004,Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta. Widmann, Frances K., alih bahasa : S. Boedina Kresno dkk., 1992,Tinjauan
Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, cetakan ke-1, EGC, Jakarta, hlm. 117-132.
Wikipedia
bahasa
Indonesia
.2016.
Darah.
[online].
Tersedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Darah. (diakses: 3 Mei 2016).
Wikipedia
bahasa
Indonesia.
2015.
Hematologi.
[online].
Tersedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Hematologi. (diakses: 3 Mei 2016).
Denpasar, 13 Juni
2016 Praktikan I Kadek
Hardyawan (P07134014032)
Mengetahui,
Lembar Pengesahan
Pembimbing I Pembimbing II
B.Sc )
( Dr. dr. Sianny Herawati, Sp.PK )
( Rini Riowati,
Pembimbing IV
Pembimbing III
( I Ketut Adi Santika, A.Md. AK )
( Luh Putu Rinawati,
A.Md. AK)
Pembimbing V ( Kadek Aryadi , Amd.Ak )
LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI “KELAINAN TROMBOSIT DAN HITUNG TROMBOSIT”
Oleh: I Kadek Hardyawan (P07134014032)
JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR TAHUN AKADEMIK 2016