PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGUB SPRAYCAN
DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 Angga Agustian
P2.31.33.1.14.004
Anita Zuhliya
P2.31.33.1.14.006
Dwi Febianti Firdaus
P2.31.33.1.14.015
Ermas Putri Saraswati
P2.31.33.1.14.017
Heri Purwantika
P2.31.33.1.14.027
Kartika Wahyuningtiyas
P2.31.33.1.14.031
TINGKAT 3 D IV A JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES JAKARTA II KEMENTERIAN KEMENTERIAN KESEHATAN JL.HANG JEBAT III BLOK F.3 KEBAYORAN BARU JAKARTA, 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Dalam kehidupan sehari - hari keberadaan nyamuk sangat dekat dengan manusia. Nyamuk tinggal dan berkembang biak disekitar lingkungan hidup manusia, dekat penampungan air, dibawah daun, baju yang tergantung, dalam botol bekas, pot bunga, saluran air dan lain lain. Secara umum nyamuk dikenal dalam empat kelompok: Aedes, Culex, Anopheles dan Mansonia. Nyamuk sebagai penyebab demam berdarah dan juga malaria, oleh karena itu harus ada upaya yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit tersebut. Penyakit yang berasal dari nyamuk masih menjadi permasalahan yang belum dapat diatasi di Indonesia. Penyakit malaria, DBD, dan Cikungunya kejadian penyakitnya tidak berkurang bahkan bertambah disetiap daerah di Indonesia. Saat ini Indonesia mulai berbenah dalam pemberantasan vektor dari penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Banyak metode-metode yang digunakan untuk pengendalian yakni berupa pengendalian vektor dengan bahan kimia, baik bahan kimia sebagai racun, sebagai bahan penghambat pertumbuhan ataupun sebagai hormon. Penggunaan bahan kimia untuk pengendalian vektor harus mempertimbangkan kerentanan terhadap pestisida yang digunakan, bisa diterima masyarakat, aman terhadap manusia dan organisme lainnya, stabilitas dan aktivitas pestisida, dan keahlian petugas dalam penggunaan pestisida. Pengendalian vektor penyakit dengan bahan kimia menggunakan insektisida harus dilengkapi dengan peralatan aplikasi. Banyak cara yang dapat digunakan dalam aplikasi antara lain pengasapan (Fogging ) dan penyemprotan (Spraying ). Pemerintah memberikan solusi kepada masyarakat dengan melakukan spraying untuk mencegah nyamuk masuk dan menempel didinding rumah. Mengingat seringnya nyamuk masuk kedalam rumah dan menempel di tembok rumah merupakan salah satu hal yang bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan vektor nyamuk. Caranya adalah dengan melakukan spraying. Spraying yaitu proses penyemprotan insektisida ke dinding-dinding rumah sehingga nyamuk yang menempel pada dinding rumah akan mati sebelum menularkan
penyakit pada manusia. Spraying dewasa ini digunakan sebagai pelengkap dari beberapa aksi yang
digunakan
spraying. Spraying
untuk
memberantas
(penyemprotan)
nyamuk Anopheles dewasa. Dengan
nyamuk ini
yaitu
bertujuan
dilakukannya
PSN,
fogging,
memotong
spraying
3M+
siklus
masyarakat
di
dan hidup
wilayah
penyemprotan akan aman untuk sementara dari gigitan nyamuk. Penyemprotan terutama di dinding rumah akan langsung kelihatan hasilnya dalam hitungan menit. Beberapa serangga kecil akan kelihatan mati berjatuhan di lantai. Bahkan serangga yang sekuat kecoa juga mati Hasil spraying akan lumayan jika penyemprotan dilakukan secara merata dan sistematis dalam satu wilayah. Namun ternyata penggunaan spraying tidak boleh dilakukan secara berlebihan, karena dapat menyebabkan resistensi pada vektor penyakit. Penggunaan spraying haruslah dilakukan jika pada suatu daerah memang sangat membutuhkan spraying untuk memberantas nyamuk. Selain itu dibutuhkan pula tenaga ahli dalam pelaksanaannya karena tingkat ketebalan dari lapisan insektisida ditembok akan sangat mempengaruhi keberhasilan dari spraying. Jika terlalu tipis lapisannya maka nyamuk tidak akan mati, namun jika terlalu tebal dapat menyebabkan resistensi pada nyamuk. Oleh sebab itu perlu dipelajari lebih lanjut mengenai cara melakukan spraying agar hasil spraying dapat membunuh nyamuk seefektif mungkin. Melakukan penyemprotan di dinding selama 6 bulan, dan dilakukan pada pagi hari. 1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat menggetahui cara kerja dari Spraycan
Mahasiswa dapat mengoperasikan spraycan dengan baik dan benar
Mahasiswa mampu mempelajari fungsi-fungsi dari Spraycan
Mahasiswa mampu melakukan pencampuran dua macam pestisida
Mahasiswa mampu melakukan penyemprotan selama 1 menit pada dinding
1.3 Manfaat
Mengetahui cara pengaplikasian alat penyemprot (spraycan)
Menambah pengetahuan mahasiswa tentang spraycan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida
Pestisida adalah semua bahan kimia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan yang dipergunakan untuk mengendalikan hama. Secara umum pestisida dapat didefinisikan sebagai bahan yang dipergunakan untuk mengendalikan jasad hidup yang dianggap hama (pest) yang secara langsung ataupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia. Tujuan operasional penyemprotan adalah menempelkan racun serangga tertentu dengan jumlah (dosis) tertentu secara merata pada permukaaan yang disemprot (Depkes RI, 2007:35) 2.1.1 Berdasarkan Bentuk Formulasi Pestisida
Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut bahan aktif (active ingredient ) yang merupakan bahan utama pembunuh organisme pen gganggu dan bahan ramuan (inert ingredient ), (Wudianto R, 2010). Beberapa jenis formulasi p estisida sebagai berikut : 1.
Tepung Hembus, debu (dust = D) Bentuknya tepung kering yang hanya terdiri atas bahan aktif, misalnya belerang atau dicampur dengan pelarut aktif, kandungan bahan aktifnya rendah sekitar 2-10%. Dalam
penggunaann ya pestisida ini harus dihembuskan
menggunakan alat khusus yang disebut duster. 2.
Butiran (granula = G) Pestisida ini berbentuk butiran padat yang merupakan campuran bahan aktif berbentuk cair dengan butiran yang mudah menyerap, bagian luarnya ditutup dengan suatu lapisan.
3.
Tepung yang dapat disuspensikan dalam air (wettable powder = WP) Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum bisa
secara
langsung digunakan untuk memberantas jasad sasaran, harus terlebih dahulu dibasahi air. Hasil campurannya dengan air disebut suspensi. Pestisida jenis ini tidak larut dalam air, melainkan hanya tercampur saja. Oleh karena itu, sewaktu disemprotkan harus sering diaduk atau tangki penyemprotnya digoyang-goyang.
4.
Tepung yang larut dalam air (water-sofable powder = SP) Pestisida berbentuk SP ini sepintas mirip WP. Penggunaanya pun ditambahkan air. Perbedaannya terletak pada kelarutannya. Bila WP tidak bisa terlarut dalam air, SP bisa larut dalam air. Larutan ini jarang sekali mengendap, maka dalam penggunaannya
dengan
penyemprotan, pengaduka n hanya
dilakukan sekali pada waktu pencampuran. 5.
Suspensi ( flow able concentrate = F) Formulasi ini merupakan campuran bahan aktif yang ditambah pelarut serbuk yang dicampur dengan sejumlah kecil air. Hasilnya adalah seperti pasta yang disebut campuran basah. Campuran ini dapat tercampur air dengan baik dan mempunyai sifat yang serupa dengan formulasi WP yang ditambah sedikit air.
6.
Cairan (emulsifiable concentrare = EC) Bentuk pestisida ini adalah cairan pekat yang terdiri dari cam puran bahan aktif dengan perantara emulsi (emulsifiet ). Dalam penggunaanya, biasanya dicampur dengan bahan pelarut berupa air. Hasil pengencerannya atau cairan semprotnya disebut emulsi.
7.
Solution (S) Solution merupakan formulasi yang dibuat dengan melarutkan pestisida ke dalam pelarut
organik dan dapat
digunakan dalam pengendalian
jasad
pen gganggu secara langsung tanpa perlu dicampur dengan bahan lain. Formulasi ini hampir tidak ditemui. Merek
dagang
pestisida
biasanya
selalu diikuti
dengan
singkatan
formulasinya dan angka yang menunjukkan besarnya kandungan bahan aktif. 2.1.2 Berdasarkan Bahan Aktifnya
Penggunaan pestisida yang paling banyak dan luas berkisar pada satu diantara empat kelompok besar berikut (Kusnoputranto, 1996) : 1. Organoklorin (Chlorinated hydrocarbon) Organoklorin merupakan racun terhadap susunan saraf (neuro toxins) yang merangsang sistem
saraf baik pada serangga maupun
menyebabkan tremor dan kejang-kejang.
mamalia,
2. Organofosfat (Organo phosphates – Ops) Ops umumnya adalah racun pembasmi serangga yang paling toksik secara akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, kadal (cicak) dan mamalia), mengganggu pergerakan otot dan dapat
menyebabkan
kelumpuhan. Organofosfat dapat menghambat aktifitas dari cholinesterase, suatu enzim yang mempunyai peranan penting pada transmisi dari signal saraf. 3. Karbamat (carbamat) Sama dengan organofosfat, pestisida jenis karbamat menghambat enzimenzim tertentu, terutama cholinesterase dan mungkin dapat memperkuat efek toksik dari efek bahan racun lain. Karbamat pada dasarnya mengalami proses pen guraian yang sama pada tanaman, serangga dan mamalia. Pada mamalia karbamat dengan cepat diekskresikan dan tidak terbio konsentrasi namun bio konsentrasi terjadi pada ikan. 4. Piretroid Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari bebe rapa ester
yang disebut
pyretrin
yang diektraksi dari bunga dari genus
Chrysantemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin, permetrin, fenvlerate. Sedangkan yang tidak stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin, flusitrinate. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada
manusia tetapi
menimbulkan alergi pada orang yang peka, dan mempunyai keunggulan diantaranya: diaplikasikan dengan takaran yang relatif sedikit, spekrum pen gendaliannya luas, tidak persisten, dan memiliki efek melumpuhkan yang sangat baik. 5. Kelompok lain Berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan, terdiri dari berbagai urutan senyawa yang diproduksi secara alami oleh tumbuh-tumbuhan. Produk tumbuhan yang secara alami merupakan pestisida yang sangat efektif dan beb erap a
(seperti nikotin,
rotenon ekstrak
pyrenthrum,
kamper dan
terpentium) sudah dipergunakan oleh manusia untuk tujuan ini sejak beberapa ratus tahun yang lalu.
2.1.3 Jarak/Frekuensi Penyemprotan Pestisida Sesuai Golongan 1.
Golongan Organofosfat Berdasarkan masa degradasinya dalam lingkungan yaitu sekitar 2 minggu maka frekuensi/jarak penyemprotan golongan ini adalah 2 minggu sekali.
2.
Golongan Karbamat Golongan ini hampir sama dengan organofosfat, dimana golongan ini juga tidak persisten, mulai banyak dipasaran. Masa degradasi di lingkungan hampir sama dengan organofosfat yaitu sekitar 12-14 hari, oleh karena itu maka frekuensi penyemprotannya berkisar 12-14 hari.
3.
Golongan Piretroid Dibandingkan dua golongan diatas, golongan Piretroid yang paling baru. Golongan
Piretroid
memiliki
beberapa
keunggulan,
diantaranya
diaplikasikan dengan takaran relatif sedikit, spektrum pengendaliannya luas, tidak persisten, dan memiliki efek melumpuhkan (knock down effect ) yang sangat baik, masa ter degradasi dalam lingkungan juga singkat, berkisar antara 10-12 hari, jadi jarak/frekuensi penyempro tan juga berkisar 10-12 hari. ( Djojosumarto,2008). 2.1.4 Karakteristik Pestisida
Dalam menentukan pestisida yang tepat, perlu diketahui karakterisitk pestisida yang meliputi efektivitas, selektivitas, fitotoksitas, residu, resistensi, LD 50, dan kompabilitas (Djojosumarto, 2008) 1. Efektivitas
Merupakan daya bunuh
pestisida
Pestisida yang baik seharusnya
terhadap organisme pengga nggu.
memiliki daya bunuh
yang cukup untuk
mengendalikan organisme pengganggu dengan dosis yang tidak terlalu tinggi, sehingga memperkecil dampak buruknya terhadap lingkungan. 2. Selektivitas
Selektivitas
sering disebut
dengan
istilah spektrum
pengendalian,
merupakan kemampuan pestisida untuk membunuh beberapa jenis organisme. Pestisida yang disarankan didalam pengendalian hama terpadu adalah pestisida yang berspektrum sempit.
3. Fitotoksitas
Fitotoksitas merupakan suatu sifat yang menunjukkan potensi pestisida untuk
menimbulkan
efek keracun an bagi tanaman
yang ditandai dengan
pertumbuhan yang abnormal setelah aplikasi pestisida. 4. Residu
Residu adalah racun yang tinggal pada tanaman setelah penyemprotan yang akan bertahan sebagai racun sampai batas tertentu. Residu yang bertaha n lama pada tanaman akan berbahaya bagi kesehatan manusia tetapi residu yang cepat hilang efektivitas pestisida tersebut akan menurun. 5. Persistensi
Persistensi adalah kemampuan pestisida bertahan dalam bentuk racun di dalam
tanah.
Pestisida
yang mempunyai
persistensi
tinggi akan
sangat
berbahaya k arena dapat meracuni lingkungan. 6.Resistensi Resistensi merupakan kekebalan organisme pengganggu terhadap aplikasi suatu jenis pestisida.
Jenis pestisida yang mudah menyebabkan resistensi
organisme pengganggu sebaiknya tidak digunakan. 7.LD 50 atau Lethal Dosage 50% Berarti besarnya dosis yang mematikan 50% dari jumlah hewan percobaan. 8.Kompatabilitas Kompatabilitas adalah kesesuaian suatu jenis pestisida untuk dicampur dengan pestisida lain tanpa menimbulkan dampak negatif. Informasi tentang jenis pestisida yang dapat dicampur dengan pestisida tertentu biasanya terdapat pad a label di kemasan pestisida. 2.1.5 Perjalanan Pestisida Setelah Penyemprotan
Penyemprotan merupakan metode aplikasi pestisida yang paling banyak digunakan. Dalam penyemprotan larutan pestisida dipecah oleh nozzle (cera, spuyer) menjadi butiran semprot yang selanjutnya didistribusikan ke bidang sasaran penyemprotan (Djojosumarto, 2008). Setelah disemprotkan kemungkinan pertama yang akan terjadi adalah angin akan meniup embun hasil penyemprotan pestisida,
sehingga
menyebabkan
perpindahan pestisida ke daerah yang tidak di harapkan. Walaupun butiran
pestisida sampai ke dae rah sasaran, sebenarnya tidak lagi merata. Untuk menghindarinya, sebaiknya penyemprotan pestisida dilakukan pada saat kecepatan angin di bawah 4 MPH (Meter Per Hour) dan tekanan tangki semprot yang berlebihan harus dihindarkan. Kemungkinan lain yang terjadi pada pestisida setelah disemprotkan sebagai berikut (Wudian to R, 2010) 1.
Run off atau aliran permukaan.
Sebagian
dari butiran semprot
membasahi daun akan mengalir dan menetes jatuh ke
tanah,
yang
mungkin
karena penyemprotan terlalu lama di satu tempat atau butiran semprot yang terlalu besar. 2.
Penguapan, yaitu perubahan bentuk pestisida setelah disemprotkan dari bentuk cair menjadi gas dan hilang di atmosfer
3.
Fotodekomposisi, penguraian pestisida menjadi bentuk yang tidak aktif karena pengaruh cahaya
4.
Penyerapan oleh partikel tanah.
Hal ini menyebabkan
tertimbunnya
pestisida di dalam tanah dan m enye babkan pencemaran tanah. 5.
Pencucian pestisida oleh hujan dan terbawa kelapisan tanah bagian bawah dan akhirnya mencemari sumber air tanah dan air sungai.
6.
Reaksi kimia, yaitu perubahan molekul pestisida menjadi bentuk yang tidak aktif atau tidak beracun.
7.
Perombakan
oleh mikro-organisme
tanah.
Bahan pembentuk pestisida
setelah disemprotkan akan menjadi bagian dari tubuh mikro-organisme . 2.2 Alat Semprot (Spray-can) Hudson X-pert
Diatas merupakan alat yang digunakan untuk penyemprotan jentik-jentik nyamuk pada tembok yang bernama Spraycan. Dimana menggunakan alat tersebut untuk membasmi atau mematikan jentik-jentik nyamuk pada dinding-dinding rumah masyarakat. Alat semprot yang digunakan untuk kegiatan penyemprotan rumah adalah merek Hudson X-Pert dengan karakteristik sebagai berikut : Kapasitas tangki
: 3US Gallon atau 11,36 liter
Tinggi tangki
: 56cm
Berat tangki
: 5kg
Sabuk Penyandang
: panjang 1m; lebar 5cm; tebal 3mm
Agar penyemprotan dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu memahami bagian-bagian dari alat semprot ini, yaitu : 1)
Tangki (Tank Assembly) a.
Tangki adalah tempat larutan racun serangga / insektisida yang hanya boleh diisi 8,5 liter sampai batas tanda panah yang terdapat di dinding luar tangki
b.
Sabuk penyandang yang dapat distel
c.
Rantai pengikat yaitu rantai pemegang tutup tangki
d.
Tutup tangki dengan handel penutupnya
e.
Karet Gasket adalah karet yang melingkari tutup tangki gunanya untuk mencegah kebocoran
f. 2)
Pipa saluran (dip tube), tempat larutan keluar dari tangki Pompa ( Pump Assembly)
a.
Tangki pompa dan handelnya , yaitu pegangan untuk memompa
b.
Karet Penahan benturan bila pompa ditekan
c.
Kunci pompa , yaitu untuk menahan handel naik ke atas
d. Pegas Penahan benturan yaitu untuk menahan benturan bila pompa ditarik kulit pompa yang menghasilkan udara ,terdapat di ujung handel. e.
Klep pompa yaitu untuk menyalurkan udara ke tangki dan mencegah udara masuk ke silinder pompa.
f. 3)
Silinder Pompa yaitu tabung silinder tempat pompa Selang dan Klep pembuka/penutup arus larutan
a.
Pembuka/penutup arus larutan yaitu handel pembuka/penutup arus larutan, bila handel ditekan larutan akan keluar
b.
Selang karet dengan saringan (hose with strainerassembbly)
Ø Selang karet panjang 1,5 meter untuk menyalurkan cairan menuju ke pipa pemancar (Gb.1.5) Ø Saringan untuk menyaring larutan sebelum dikeluarkan 4)
Pipa penyambung dan Nozzle (Extension tube and nozzle) a.
Pipa penyambung (Extension tube)
b. Nozzle tip 8002E HSS, yaitu tempat larutan memancar dengan bentuk kipas, dengan sudut pancaran 80 derajat dan larutan yang keluar 0,2 gallon per menit atau 757cc per menit pada tekanan 40 psi 2.2.1 Perawatan alat
Memberikan Spraycan Spraycan harus selalu dibersihkan selesai dipergunakan, agar sisa racun serangga yang melekat jangan sampai mengeras/mengkristal. Langkah pertama isi tangki Spraycan dengan air bersih, pompa lalu semprotkan. Buka nozzle tip, semprotkan sampai sisa racun serangga terbuang semuanya. Setelah bersih dilap kering, simpan Spraycan dengan posisi tergantung terbalik.
2.2.2 Perbaikan alat
Kerusakan yang sering dijumpai di lapangan Perhatikan: 1) Tidak dapat menyimpan tekanan Kemungkinan ada bagian-bagian yang bocor. Carilah letak kebocoran tersebut, bila terdapat pada tutup tangki (cover ) periksa gasketnya, bila rusak gantilah dengan yang baru. 2) Tidak dapat menghasilkan tekanan Periksa kulit pompa (leather cup), bila rusak (sobek) gantilah dengan yang baru.. Bila kering teteskan sedikit oli SAE 30. 3) Tersumbat (tidak dapat mengeluarkan cairan) Buka nozzle tip dan bersihkan dengan air. Bersihkan lubangnya dengan benda lunak (misalnya ijuk). Jangan membersihkan lubang nozzle tip dengan benda- benda keras
seperti paku karena lubang nozzle tip akan membesars ehingga dosis akan lebih dari yang sudah ditentukan dll. 4) Cairan menetes dari nozzle tip Periksa polyethelene gasket, bila rusak gantilah dengan yang baru. 5) Cairan menetes dari shut off valve Buka shut off valve periksa semua ring karet, bila ada yang rusak gantilah den gan yang baru. 2.2.3 Penggantian suku cadang spary can
Untuk mendapatkan hasil semprotan yang baik, maka diperlukan penggantian suku cadang spray can sebagai berikut:
Nozzle tip harus diganti setelah digunakan selama tiga siklus penyemprotan. Suku cadang yang lain diganti bila sudah dalam keadaan rusak/tidak berfungsi.
Dengan pemeliharaan yang baik alat semprot Hudson X-Pert, akan dapat dipergunakan selama bertahun-tahun. 2.2.4 Prinsip Kerja Spraycan
Prinsip kerja alat penyemprot adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai
kabut.
Dengan
bentuk
dan
ukuran
yang
halus
ini
maka
pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan dinding. Untuk memperoleh
butiran
halus,
biasanya
dilakukan
dengan
menggunakan
proses
pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni cairan di dalam tangki dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus. Alat yang satu ini hanya digunakan untuk penyemprotan nyamuk malaria. Berbentuk seperti alat penyemprot hama. Tidak membutuhkan bahan bakar untuk menghidupkannya. Tetapi dengan menggunakan udara. Cara kerjanya yaitu, dengan menyemprotkan bahan aktifnya ( ICON ) yang dicampur dengan air ke dinding rumah. Output yang dikeluarkannya adalah berbentuk cairan. kelebihannya efektif dalam waktu yang lama. Kurang lebih 2-3 bulan. Fungsinya menahan nyamuk masuk kedalam rumah dan menghindari nyamuk menempel pada dinding dalam dan luar rumah. sedangkan kekurangannya membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaanya. Sangat beracun bagi manusia terutama anak-anak.
BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu Pelaksanaan
Pada praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2016, dilakukan praktikum penyemprotan pada dinding 3.2 Gambaran Pengaplikasian di dinding
3.3 Alat dan Bahan Alat
Alat semprot (Spraycan) Hudson X-Pert
Tali Rapia
Meteran
Slotip
Bahan
Air bersih
Racun serangga (Pestisida
3.4 Cara Kerja 3.4.1 Pengoperasian alat
Pencampuran racun serangga dengan air 1) Isilah tangki Sparycan dengan 8,5 liter (sampai batas tanda panah). 2) Buka kantong (sachet) racun serangga ICON 10 WP atau FICAM 10 WP dan sebagainya. 3) Racun serangga ICON 10WP terbungkus dengan gelatin, FICAM dan lainnya tidak terbungkus gelatin, sekaligus dimasukkan ke tangki Spraucan yang telah berisi air.
4) Tunggu sampai racun serangga larut didalam air dengan memompa pompa Spraycan beberapa kali (± 2 menit). 5) Tutup tangki Sparycan. 6) Spraycan dipompa sempurna 55 kali. 7) Tangki digoyang-goyang ± 10 kali. 8) Alat semprot (Spraycan) siap untuk dipakai. 3.4.2 Pemompaan (pemberiaan tekanan)
Pompalah sebanyak 55 kali dengan pemompaan sempurna artinya tangki pompa ditarik ke atas sampai habis kemudian ditekan ke bawah sampai habis. Setelah disemprotkan 3 menit, dipompa lagi 25 kali, semprotkan 3 menit lagi dipompa lagi 25 kali dan disemprotkan sampai habis. 3.4.3 Penyemprotan di dinding
Semprotkan pada dinding selama 1 menit, panjang dinding 9 meter tinggi 3 meter, lakukan penyemprotan dari sisi bawah ke atas, lalu menyamping dari atas menuju kebawah, cara tersebut dapat dilakukan berulang kasih sampai memenuhi luas yang telah ditentukan.
BAB IV PENUTUP