SITOLOGI
Oleh :
Nama : Wiwin Hadianti
NIM : B1J014029
Rombongan : IV
Kelompok : 3
Asisten : Agus Susanto
LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel, penemu pertama adalah Robert Hooke, ia menentukan sel gabus yang tidak mempunyai membran atau tidak mempunyai protoplasma (sel mati). Sel terdiri dari sel tumbuhan dan sel hewan. Sel tumbuhan dan sel hewan berbeda, salah satu perbedaan khas yang dimiliki sel tumbuhan dibandingkan sel hewan adalah adanya dinding sel pada sel tumbuhan yang mengandung bahan selulosa. Dinding sel ini berfungsi untuk melindungi isi sel dan member bentuk pada sel tumbuhan (Gabriel, 1988). Sel tumbuhan memiliki organel khas yaitu vakuola, plastida, dan dinding sel. Vakuola terdapat di dalam sitoplasma, berisi cairan (getah) sel, memiliki membran tunggal yang disebut tonoplas yang bersifat semipermeabel (Syamsuri, 1997).
Sel adalah struktural terkecil dan fungsional dari suatu makhluk hidup yang secara independen mampu melakukan metabolisme, reproduksi dan kegiatan kehidupan lainnya yang menunjang kelangsungan hidup sel itu sendiri. Suatu sel dikatakan hidup apabila sel tersebut masih menunjukkan ciri-ciri kehidupan antara lain melakukan aktifitas metabolisme, mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungannya, peka terhadap rangsang, dan ciri hidup lainnya. Suatu sel hidup harus memiliki protoplas, yaitu bagian sel yang ada di bagian dalam dinding sel. Protoplas dibedakan atas komponen protoplasma dan non protoplasma. Komponen protoplasma yaitu terdiri atas membran sel, inti sel, dan sitoplasma (Winarto, 1981). Sel hanya berupa ruangan kosong saja. Sel mati sendiri berasal dari sel hidup. Sel menjadi mati disebabkan karena berbagai faktor, misalnya faktor genetik maupun faktor lingkungan (Johnson, 1965).
Tujuan
Tujuan praktikum acara sitologi , antara lain:
Melihat bentuk-bentuk sel pada tumbuhan.
Mengamati bagian-bagian sel yang hidup, antara lain nukleus, sitoplasma dan xantofil.
Mengamati bagian-bagian sel yang mati, antara lain kristal Ca-oksalat dan amilum.
MATERI DAN METODE
Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara sitologi diantaranya mikroskop cahaya, object glass, cover glass, pipet, tissue, laporan sementara dan silet.
Bahan-bahan yang digunakan rambut buah Ceiba pentandra (Randu), selaput bagian dalam umbi lapis Allium cepa (Bawang Merah), irisan melintang umbi Daucus carota (Umbi Wortel), amilum Solanum tuberosum (Kentang), amilum Zea mays (Jagung), tepung Oryza sativa (Beras), irisan membujur tulang daun Carica papaya (Pepaya), dan akuades.
Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum acara sitologi antara lain:
Ambil 2-3 helai rambut buah Ceiba pentandra (Randu) dan letakkan di atas object glass, ditetesi air dan tutup dengan cover glass.
Buat irisan selaput bagian dalam umbi lapis Allium cepa (Bawang Merah) dan letakkan di atas object glass, ditetesi air dan tutup dengan cover glass.
Iris secara melintang umbi Daucus carota (Umbi Wortel) dan iris membujur tulang daun Carica papaya (Pepaya) menggunakan silet, kemudian letakkan di atas object glass, ditetesi air dan tutup dengan cover glass.
Ambil masing-masing amilum yang akan dibuat preparat, tusuk-tusuk dengan menggunakan silet, letakkan cairan yang keluar (butir amilum) di atas object glass, ditetesi air kemudian tutup dengan cover glass. Amati tipe amilumnya.
Ambil tepung Oryza sativa (Beras) yang sudah dicampur akuades menggunakan pipet kemudian letakkan di atas object glass, ditetesi air dan tutup dengan cover glass.
Amati preparat di bawah mikroskop cahaya dan gambar preparat yang terlihat serta beri keterangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
21
2
1
Keterangan :
Dinding sel
Gelembung udara
Gambar 1. Rambut buah Ceiba pentandra (Randu) Perbesaran 100x
321
3
2
1
Keterangan :
Dinding sel
Sitoplasma
Nukleus
Gambar 2. Selaput bagian dalam umbi lapis Allium cepa (Bawang Merah) Perbesaran 100x
123
1
2
3
Keterangan :
Dinding sel
Sitoplasma
Pigmen karetoneid
Gambar 3. Ø Melintang Umbi Daucus carota (Umbi Wortel) Perbesaran 400x
123
1
2
3
Keterangan :
Dinding sel
Sitoplasma
Kristal Ca-oksalat bentuk grussen
Gambar 4. Ø Membujur Tulang Daun Carica papaya (Pepaya) Perbesaran 100x
12
1
2
Keterangan :
Hilus
Lamela
Gambar 5. Amilum Zea mays (Jagung) Perbesaran 100x
21
2
1
Keterangan :
Hilus
Lamela
Gambar 6. Amilum Solanum tuberosum (Kentang) Perbesaran 100x
12
1
2
Keterangan :
1. Hilus
2. Lamela
Gambar 7. Tepung Oryza sativa (Beras) Perbesaran 100x
Pembahasan
Sel tumbuhan memiliki struktur membran yang kaku, disebut dinding sel. Diantara 2 sel berdekatan terdapat lamela tengah, dan diantara dua sel bertetangga tersebut dihubungkan oleh benang-benang plasma yang disebut dengan plasmodesmata. Plasmodesmata inilah yang memfasilitasi gerak, transport zat, dan impuls sel. Bentuk sel tumbuhan bermacam-macam misalnya sel epidermis umbi lapis bawang merah bentuk selnya persegi panjang, sel berbentuk seperti batang dimiliki oleh sel penyusun jaringan tiang (palisade) pada daun, dan bentuk sel yang tidak beraturan ada pada sel penyusun jaringan bunga karang di daun (Suwasno, 2001). Sel tumbuhan muda contohnya seperti sel-sel meristem merupakan sel yang masih aktif membelah (melakukan pembelahan) yang membutuhkan energi dalam prosesnya (Umami, 2011). Sel tumbuhan muda mensekresi dinding yang relatif tipis dan lentur disebut dinding sel primer. Diantara dinding-dinding primer sel-sel yang berdekatan terdapat lamela tengah, lapisan tipis yang banya mengandung polisakarida lengket yang disebut pektin. Apabila selnya telah dewasa dan berhenti tumbuh, sel ini memperkuat dinding sel. Sel lain menambahkan dinding sel sekunder diantara membran plasma dan dinding primer. Dinding sekunder ini, seringkali menumpuk menjadi beberapa lapisan berlamina, memiliki matriks kuat dan tahan lama yang sanggup member perlindungan dan dukungan (Campbell, 2000).
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa rambut buah Ceiba pentandra memliki dinding sel dan gelembung udara, hal ini dikarenakan sel yang diamati merupakan sel mati yaitu sel yang tidak memiliki protoplasma. Selaput bagian dalam umbi lapis Allium cepa memliki bagian seperti dinding sel, sitoplasma dan nukleus (inti sel)
Struktur dasar sel hewan maupun sel tumbuhan adalah sama. Namun dalam perkembangannya, kedua jenis sel tersebut mengalami perkembangan sesuai dengan lingkungannya sehingga timbul berbagai macam perbedaan. Pada sel hewan bagian sel seperti vakuola berukuran kecil, tidak memiliki plastid dan dinding sel tetapi memiliki sentriol sedangkan pada sel tumbuhan tidak ditemui adanya sentriol, namun memiliki dinding sel dan plastid (kloroplas, kromoplas, dan leukoplas) serta ukuran vakuola besar. Dinding sel pada sel tumbuhan berfungsi sebagai pelindung dan penunjang sel tumbuhan, dinding sel ini terbentuk pada waktu sel membelah dan setelah mengalami penebalan. Vakuola pada tumbuhan memiliki bentuk dan fungsi yang lebih nyata dibandingkan vakuola pada sel hewan. Plastida pada sel tumbuhan ditemukan berupa butir-butir yang mengandung pigmen. Plastida merupakan hasil perkembangan dari badan kecil yang dikenal proplastida yang banyak didaerah merismatik. Dalam perkembangannya proplastida dapat berubah menjadi tiga tipe, yaitu kloroplas, kromoplas, dan leukoplas. Hewan memiliki organel yang khas pada selnya dan tidak terdapat pada sel tumbuhan, yaitu sentriol. Sentriol merupakan sepasang struktur seperti silinder yang memiliki lubang tengah dan tersusun dari protein microtubules (Syamsuri, 1997).
Sel yang hidup adalah sel yang masih memiliki peranan penting dalam metabolism kehidupan dari makluk hidup, hal itu di tandai dengan adanya bagian-bagian protoplas dalam sel. Sel yang hidup memiliki nukleus, sitoplasma, mitokondria dan plastida. Nukleus berfungsi sebagai pusat pengatur seluruh kegiatan sel, mengendalikan reproduksi sel dan mengatur sintesis protein. Sitoplasma berperan penting dalam transportasi zat makanan, mitokondria berfungsi untuk respirasi sel serta plastida yang bertanggung jawab dalam pembuatan energi/ makanan dan penyimpanan makanan (Syamsuri, 1997).
Substansi ergastik disebut juga benda ergastrik yang berisi substansi cair maupun padat dan merupakan hasil dari metabolisme sel. Adapun benda ergastik yang bersifat padat adalah amilum, aleuron, kristal Ca-oksalat, kristal kersik, sistolit. Sedang benda ergastik yang bersifat cair atau lendir dari hasil tambahan metabolisme
yang bersifat organik atau anorganik terdapat di dalam cairan sel berupa zat-zat yang larut didalamnya, antara lain asam organik, karbohidrat, protein, lemak, gum, lateks tanin, antosian alkaloid, minyak eteris atau minyak atsiri, dan hars, yang ditemukan dalam sitoplasma atau dalam vakuola (Purnobasuki, 2011).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
Macam-macam bentuk sel tumbuhan yaitu sel berbentuk seperti batang, sel berbentuk persegi panjang dan sel berbentuk tidak beraturan.
Bagian sel yang hidup yaitu memiliki nukleus, sitoplasma, plastida, dan mitokondria.
Bagian sel yang mati pada tumbuhan bersifat cair dan ada yang bersifat padat.
Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah dalam pembuatan preparat harus benar sesuai prosedur contohnya dalam pengirisan bahan harus setipis mungkin agar terlihat di bawah mikroskop dan mikroskop yang digunakan seharusnya benar-benar dalam kondisi yang bagus dan baik agar dalam melakukan pengamatan preparat terlihat jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neel A. 2000. Biologi Edisi kelima jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Gabriel, J.F. 1988. Ringkasan Biologi. Bandung: Ganeca Exack.
Johnson, W. H. 1965. General Biology of Structural Plant's cell Rine part and Winston. Jakarta: Cuyugoro.
Purnobasuki, H. 2011. Inklusi Sel. Surabaya: Universitas Airlangga Press.
Suwasno, H. 2001. Peran Tumbuhan Air Sebagai Pengurang Pencemaran dan Tumbuhan Inang Vektor Filariasis Mansonia sp. Media penelitian dan Pengembangan Kesehatan. VI(3).
Syamsuri, Y. 1997. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Umami A, Darmanti S, & Haryanti S. 2011. Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.var.Tiron) Dengan Perlakuan racilaria verrucosa Sebagai Penjerap Air Pada Tanah Pasir. BIOMA 13(2), pp. 60-66.
Winarto, L. M. 1981. Penuntun Pelajaran Biologi. Bandung: Ganeca Exack.