I. Judul
: Uji Pengenalan Protein
II. Tujuan : 1. Untuk mengidentifikasi adanya unsur-unsur penyusun protein. 2. Untuk mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut tertentu. 3. Untuk mengetahui pengaruh larutan garam alkali dan divalen konsentrasi tinggi terhadap sifat kelarutan protein. 4. Untuk mengetahui pengaruh logam berat dan asam organik terhadap sifat kelarutan protein. 5. Untuk membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein. 6. Untuk membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein. 7. Untuk membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan, atau fenilalanin yang terdapat dalam protein.
III. Landasan Teori Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Kata protein berasal dari protos atau proteos yang berarti pertama atau utama. Protein merupakan komponen penting dan utama pada sel hewan atau manusia. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah air. Kira-kira lebih dari 50% berat kering sel terdiri atas protein. Protein adalah senyawa organik kompleks yang terdiri atas unsur-unsur karbon (50-55%), hidrogen (±7%), oksigen (±13%), dan nitrogen (±13%).Banyak pula protein yang mengandung belerang(S) dan fosfor (P) dalam jumlah sedikit (1-2%). Ada beberapa protein lainnya mengandung unsur logam seperti tembaga dan besi. Protein dalam tubuh manusia diperoleh dari bahan makanan, baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan. Protein yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati, sedangkan protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani. Sumber protein dari beberapa bahan makanan adalah daging, telur, susu, ikan beras, kacang dan buah-buahan (Yazid, 2006). Protein memiliki ciri-ciri berupa. 1. Berat molekulnya besar, ribuan sampai jutaan, sehingga merupakan suatu makromolekul. 2. Umumnya teridi atas 20 macam asam amino. Asam amino berikatan secara kovalen satu dengan yang lain dalam variasi urutan yang bermacam-macam, membentuk suatu rantai polipeptida yang merupakan ikatan antara gugus α-karboksil dari asam amino yang satu dengan gugus α-amino dari asam amino lainnya.
3. Terdapat ikatan kimia lain yang menyebabkan terbentuknya lengkungan-lengkungan rantai polipeptida menjadi struktur tiga dimensi protein. 4. Strukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti pH, radiasi, temperatur, medium pelarut organik dan deterjen. 5. Umumnya reaktif dan sangat spesifik disebabkan terdapat gugus samping yang reaktif dan susunan khas struktur makromolekulnya. Protein adalah suatu makromolekul yang tersusun dari asam amino. Sifat-sifat protein sangat dipengaruhi oleh asam amino penyusunnya. Protein adalah suatu makromolekul yang tersusun dari asam amino. Untuk setiap protein tertentu, urutan dan jenis-jenis asam amino yang menyusunnya sangat spesifik. Sifat – sifat protein sangat dipengaruhi oleh asam amino penyusunnya. Protein yang tersusun dari hanya asam amino disebut protein sederhana. Adapun yang mengandung bahan selain asam amino, seperti turunan vitamin, lemak, dan karbohidrat, disebut protein kompleks. Secara biokimiawi, 20% dari susunan tubuh orang dewasa terdiri dari protein. Kualitas protein ditentukan oleh jumlah den jenis asam aminonya (Devi, 2010). Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan kuatener. Ada dua bentuk lembaran berlipat, yaitu bentuk paralel dan bentuk anti paralel. Bentuk paralel terjadi apabila rantai polipeptida yang berikatan melalui ikatan hidrogen itu sejajar dan searah, sedangkan bentuk anti paralel terjadi apabila rantai polipeptida berikatan dalam posisi sejajar tetapi berlawanan arah. Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas satuan asamasam amino sebagai monomernya. Asam-asam amino terikat satu sama lain melalui ikatan peptida, yaitu ikatan antara gugus karboksil (-COOH) asam amino yang satu dengan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang lain dengan melepaskan satu molekul air, reaksi yang terjadi merupakan reaksi kondensasi. Ikatan peptida dapat dirusak atau diputus dengan melakukan hidrolisis. Ikatan peptida terbentuk dari protein yang mempunyai kecenderungan untuk putus secara spontan ketika terdapat air. Peptida yang terbentuk atas dua asam amino disebut dipeptida. Sebaliknya, peptida yang terdiri atas tiga, empat atau lebih asam amino masing-masing disebut tripeptida, tetrapeptida, dan seterusnya. Berdasarkan komposisi kimianya protein digolongkan menjadi dua, yaitu protein sederhana dan protein gabungan (Pratiwi, 2007): a. Protein Sederhana Jika protein sederhana dihidrolisis, hanya akan menghasilkan asam amino. Contohnya adalah protein albumin dan globulin
b. Protein Gabungan Jika protein gabungan dihidrolisis, akan menghasilkan asam amino dan senyawa lain. Contohnya adalah sebagai berikut: a) Glikoprotein, mengandung protein dan karbohidrat. b) Nukleoprotein, mengandung protein dan asam nukleat. c) Lipoprotein, mengandung protein dan lipid. d) Kromoprotein, mengandung protein dan bahan zat warna (hemoglobin dan hemosianin). Suatu protein yang hanya tersusun atas asam amino dan tidak mengandung gugus kimia lain disebut protein sederhana. Contohnya adalah enzim ribonuklease dan kimotripsinogen. Namun, banyak protein yang mengandung bahan lain selain asam amino seperti derivat vitamin, lipid, atau kerbohidrat. Protein ini disebut protein konjugasi. Sedangkan bagian yang bukan asam amino dari jenis protein ini disebut gugus prostetik. Contohnya lipoprotein mengandung lipid dan glikoprotein mengandung gula (Sirajuddin, 2012). Berdasarkan struktur molekulnya, protein dapat dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu (Sirajuddin, 2012): 1.
Protein globuler, yaitu protein berbentuk bulat atau elips dengan rantai polipeptida yang berlipat. Umumnya, protein globuler larut dalam air, asam basa, atau etanol. Contohnya adalah albumin, globulin, protamin, semua enzim dan antibodi.
2.
Protein fiber, yaitu protein berbentuk serat atau serabut dengan rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu. Hampir semua protein fiber memberikan struktural atau pelindung. Protein fiber pada rambut, kalogen pada tulang rawan dan fibroin pada sutera.
Protein murni tidak berwarna dan tidak berbau. Jika protein tersebut dipanaskan, warnanya berubah menjadi coklat dan baunya seperti bau bulu atau bau rambut terbakar. Keratin misalnya, yaitu protein yang monomernya banyak mengandung asam amino sistein. Jika keratin dibakar, timbul bau yang tidak enak. Protein alam yang murni juga tidak memiliki rasa, tetapi hasil hidrolisis protein, yaitu proteosa, pepton, dan peptida, mempunyai rasa pahit. Pada umumnya, protein terdapat dalam bentuk amorf dan hanya sedikit sekali yang terdapat dalam bentuk Kristal. Protein nabati umumnya lebih mudah membentuk Kristal dibandingkan dengan protein hewani. Protein hewani seperti hemoglobin mudah membentuk suatu Kristal, sedangkan albumin sukar. Beberapa protein enzim, seperti tripsin, pepsin, urease, dan katalase juga dapat membentuk Kristal (Sumardjo, 2008).
Denaturasi protein adalah suatu perubahan atau modifikasi terhadap struktur sekunder, tertier dan kuartener molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Sehingga, denaturasi dapat diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam dan terbukanya lipatan molekul protein. Denaturasi, koagulasi dan redenaturasi dapat dibedakan sebagai berikut. Denaturasi protein adalah perubahan atau modifikasi pada struktur molekul protein. Koagulasi adalah denaturasi protein akibat panas dan alkohol. Redenaturasi adalah denaturasi protein yang berlangsung secara reveresibel. Salah satu penyebab denaturasi protein adalah perubahan temperatur, dan juga perubahan pH. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan denaturasi adalah detergent, radiasi zat pengoksidasi atau pereduksi, dan perubahan jenis pelarut. Adanya gugus amino dan karboksilat bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein, menyebabkan protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat amfoter dapat bereaksi dengan asam maupun dengan basa. Gugus amino akan bereaksi dengan ion H+ pada larutan asam atau pH rendah, sehingga protein bermuatan positif. Sedangkan gugus karboksilat akan bereaksi dengan ion OH- sehingga protein bermuatan negatif. Adanya muatan pada molekul protein menyebabkan protein bergerak di bawah pengaruh medan listrik. Seteiap jenis protein dalam larutan mempunyai pH tertentu yang disebut titik isoelektrik (TI). Pada pH isoelektrik, molekul protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama. Gugus amino, dan karboksil bebas akan saling menetralkan sehingga molekul bermuatan nol. Titik isolistrik dapat juga ditetapkan dengan titrasi. Ketika lebih banyak basa ditambahkan, semua bentuk kation dirubah menjadi ion dipolar yang netral. pH pada saat terjadinya hal ini adalah titik isolistrik. Dengan penambahan basa yang lebih banyak lagi, ion dipolar diubah menjadi anion. Titik isolistrik tersebut ditunjukkan pada kurva titrasi. Tiap jenis protein mempunyai titik isolistrik yang berlainan. Perbedaan inilah yang dijadikan pedoman dalam proses-proses pemisahan serta pemurnian protein. pH isoelektrik berkisar anatar 4-4,5 (Linggih, 1988). Protein yang begitu banyak dapat digolongkan sebagai berikut. Berdasarkan struktur molekulnya, protein dapat dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu: 1. Protein globuler, yaitu protein berbentuk bulat atau elips dengan rantai polipeptida yang berlipat. Umumnya, protein globuler larut dalam air, asam basa, atau etanol. Contohnya adalah albumin, globulin, protamin, semua enzim dan antibodi. 2. Protein fiber, yaitu protein berbentuk serat atau serabut dengan rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu. Hampir semua protein fiber memberikan struktural atau pelindung. Protein fiber pada rambut, kalogen pada tulang rawan dan fibroin pada sutera.
Berdasarkan struktur molekulnya, protein dapat dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu: 1. Protein globuler, yaitu protein berbentuk bulat atau elips dengan rantai polipeptida yang berlipat. Umumnya, protein globuler larut dalam air, asam basa, atau etanol. Contohnya adalah albumin, globulin, protamin, semua enzim dan antibodi. 2. Protein fiber, yaitu protein berbentuk serat atau serabut dengan rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu. Hampir semua protein fiber memberikan struktural atau pelindung. Protein fiber pada rambut, kalogen pada tulang rawan dan fibroin pada sutera. Berdasarkan fungsinya, protein dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut : 1. Sebagai katalis Protein yang berfungsi sebagai katalis disebut enzim, contoh : urease, lipase, dll. 1. Sebagai pengangkut atau alat transportasi Beberapa jenis protein berfungsi sebagai penganngkut untuk memindahkan ion atau molekul tertentu ke jaringan – jaringan atau organ tubuh yang memerlukan, misalnya hemoglobin mengangkut oksigen dari paru – paru ke jaringan tubuh. 3. Sebagai cadangan makanan Protein disimpan sebagai cadangan makanan, misalnya kasein pada susu, ovalbumin pada telur, dan protein pada tumbuh – tumbuhan. 4. Sebagai pengatur Protein berfungsi sebagai pengatur aktivitas seluler disebut hormone, contoh hormone adrenalin sebagai pengatur denyut jantung dan hormone insulin sebagai pengatur metabolism gula darah. 5. Sebagai pembangun Protein sebagai pembangun berperan memberikan struktur biologi sebagai kekuatan atau perlindungan, contoh : keratin pada kuku, rambut, bulu, dan tanduk, serta kolagen pada urat dan tulang rawan. 6. Sebagai pelindung atau antibody Protein berfungsi sebagai antibody atau pelindung dari serangna penyakit atau zat asing, contoh imunoglobin digunakan untuk melawan kuman penyakit dan fibrin digunakan untuk menggumpalkan darah jika terluka dengan cara membentuk jaringan serat untuk mencegah masuknya kuman penyakit. 7. Sebagai kontraktil Protein berfungsi untuk memberi kemampuan pada sel atau makhluk hidup untuk berubah bentuk atau bergerak, contoh myosin berperan pada kontraksi otot.
Uji Susunan Elamenter Protein Pada uji susunan elementer ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur penyusun protein. Keistimewaan dari protein ini adalah strukturnya yang mengandung N (15,30-18%), C (52,40%), H (6,90-7,30%), O (21- 23,50%), S (0,8-2%), disamping C, H, O (seperti juga karbohidrat dan lemak), dan S kadang-kadang P, Fe dan Cu (sebagai senyawa kompleks dengan protein) (Sudarmaji, 1989). Adapun pada uji ini, ada tiga macam pengujian untuk mengetahui penyusun protein, yakni uji adanya unsur C, H, O; uji adanya atom N; dan uji adanya atom S. Pada uji adanya unsur C, H, dan O dengan bahan uji yaitu albumin terjadi reaksi pengabuan yang menandakan adanya unsur H (hidrogen) dan O (oksigen). Begitu pun saat bahan uji yang digunakan adalah gelatin, juga terjadi reaksi pengabuan. Pada saat melakukan metode pembakaran pada kedua bahan uji, tercium bau rambut terbakar yang menandakan adanya unsur N (nitrogen) disertai terjadinya pengarangan yang menandakan adanya unsur C (karbon). Kedua adalah pada uji susunan elementer protein yaitu untuk membuktikan adanya atom N (nitrogen). Pada uji ini, kedua bahan uji direaksikan dengan NaOH 10% yang dipanaskan. Adanya bau amonia menandakan adanya unsur nitrogen pada larutan uji. Uap pada saat pemanasan diuji dengan kertas lakmus warna merah yang sebelumnya telah dibasahi dengan aquades. Hal ini bertujuan untuk mempermudah deteksi sifatnya. Lakmus yang berwarna merah berubah menjadi warna biru, selain itu juga tercium bau amoniak Hal ini disebabkan nitrogen yang menyebabkan bau amonia teroksidasi dan membentuk NH3 yang bersifat basa. Ketiga, pada uji susunan elementer untuk mengetahui adanya atom S (sulfur) pada bahan uji yakni albumin dan gelatin, terjadi hasil berbeda untuk setiap bahan uji. Untuk albumin dan gelatin, saat dipanaskan bersama NaOH terjadi perubahan warna. Ketika larutan dicampur dengan Pb-Asetat terjadi perubahan warna kuning keruh untuk gelatin dan kuning bening untuk albumin yang mengindikasikan terbentuk PbS. Adanya sulfur(S) pada gelatin dan albumin semakin diperkuat saat direaksikan dengan HCl pekat karena adanya asap dengan bau khas belerang dari belerang yang teroksidasi. (Alif Fian, 2013).
Uji Kelarutan Protein Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam maupun basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa. Sebagian ada yang mudah larut dan ada pula yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter atau kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolute, maka protein akan
menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molekul protein. Protein dengan penambahan asam atau pemanasan akan terjadi koagulasi. Pada pH iso-elektrik (pH larutan tertentu biasanya berkisar 4-4,5 dimana protein mempunyai muatan positif dan negatif sama, sehingga saling menetralkan) kelarutan protein sangat menurun atau mengendap. Pada temperatur diatas 60oC kelarutan protein akan berkurang (koagulasi) karena pada temperatur yang tinggi energi kinetik molekul protein meningkat sehingga terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan atau struktur sekunder, tertier dan kuartener yang menyebabkan koagulasi (Simanjuntak, 2003). Daya kelarutan protein berbeda di dalam air, asam, dan basa. Sifat ini dipengaruhi oleh gugus yang mengikat protein tersebut yaitu gugus aldehid (-COOH) yang bersifat asam dan gugus amina (-NH3) yang bersifat basa. Protein memiliki titik lebur yang tinggi dan merupakan elektrolit. Pada umumnya protein dapat larut dalam air karena memiliki polaritas yang tinggi.
Pengendapan protein oleh garam Apabila kadalam larutan protein ditambahkan larutan garam-garam anorganik dengan konsentrasi tinggi, maka kelarutan protein akan berkurang sehingga membentuk endapan. Proses ini terjadi karena adanya kompetisi antara molekul protein dengan ion anorganik dalam mengikat air (hidrasi) (Sumardjo 1998). Kelarutan protein sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pH, suhu, kekuatan ionik, dan tetapan dielektrik pelarutnya. Berbagai cara fisik dan kimia dapat merusak bentuk trimatra dari protein, yang menyebabkan berkurangnya daya larut protein dan sering kali mengendap. Peristiwa ini disebut denaturasi. Penyebab denaturasi meliputi pemanasan, penambahan asam atau basa, penambahan pelarut organik atau zat terlarut tertentu, pengocokan yang kuat, atau penyinaran dengan cahaya ultraviolet. Kelarutan protein akan berkurang bila ke dalam larutan protein ditambahkan garamgaram anorganik, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan protein ini disebut salting out. Kebalikannya adalah salting in yaitu melarutnya protein dalam suatu zat dengan penambahan garam. Bila garam netral yang ditambahkan berkonsentrasi tinggi, maka protein akan mengendap. Pengendapan terus terjadi karena kemampuan ion garam untuk menghidrasi, sehingga terjadi kompetisi antara garam anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air. Karena garam anorganik lebih menarik air maka jumlah air yang tersedia untuk molekul protein akan berkurang (Winarno, 2002).
Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik Pada prinsipnya, pengendapan terjadi saat larutan protein lebih bersifat alkalis daripada titik isoelektriknya, sehingga menjadi bermuatan negatif. Penambahan ion logam berat bermuatan positif menyebabkan terjadinya reaksi penetralan sehingga protein mengendap. Protein juga dapat mengalami denaturasi irreversibel akibat penambahan logamlogam berat seperti Cu2+, Hg2+, atau Pb2+. Terbentuknya endapan putih karena penambahan logam merupakan hasil dari reaksi penetralan muatan antara ion logam berat sebagai kation dengan molekul protein sebagai anion. Hal ini disebabkan karena adanya kemampuan protein atau asam amino untuk berikatan dengan ion logam di atas titik isoelektriknya. Kemampuan ini disebabkan karena pada saat pH berada di atas titik isoelektrik protein atau asam amino, maka ia akan bermuatan negatif sehingga mampu mengikat ion logam yang bermuatan positif (Amalia dkk, 2013). Protein juga dapat diendapkan dengan penambahan asam-asam organik (seperti asam pikrat, asam trikloroasetat dan asam sulfonat) yang membentuk garam proteinat yang tidak larut. Diketahui bahwa protein mampu menawarkan racun karena asam amino yang merupakan penyusun suatu protein dapat mengikat logam seperti Hg (merkuri klorida) dan Pb (timbal asetat), racun atau logam yang terikat dalam reaksi ini ditandai dengan adanya endapan putih.
Uji Biuret Uji biuret dilakukan untuk mengetahui adanya ikatan peptida dari protein. Reaksi biuret positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih tetapi negatif untuk asam amino bebas. Reaksi biuret juga positif terhadap senyawa yang mengandung gugus -CH2NH2, C(NH)NH2 dan -CONH2. Uji biuret positif ditandai dengan terbentuknya senyawa kompleks yang berwarna ungu (violet) akibat dari reaksi ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida penyusun protein. Tes biuret merupakan salah satu tes uji protein, bekerja pada suasana basa, dan akan memberikan perubahan warna pada larutan yang diuji menjadi berwarna violet dengan CuSO4 , karena terbentuk kimpleks Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Pada tes biuret, penambahan NaOH 2,5 M akan mengendapkan protein pada larutan Albumin, hal ini ditandai dengan bertambah jernihnya larutan albumin yang keruh.
Uji Ninhidrin Uji Ninhidrin dilakukan untuk mengetahui adanya asam amino bebas dalam protein. Uji ninhidrin positif jika terbentuk senyawa kompleks berwarna biru tetapi prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning. Asam amino bebas akan bereaksi
dengan ninhidrin (triketohidrinden hidrat) membentuk aldehida dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan NH3 dan CO2 yang menyebabkan terbentuknya senyawa kompleks berwarna biru, namun prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa berwarna kuning yang disebabkan oleh 2 molekul ninhidrin yang bereaksi dengan NH3 setelah asam amino teroksidasi.
Uji Xantoprotein Uji xantoprotein dilakukan untuk membuktikan adanya inti benzena dalam protein. Asam amino yang mempunyai cincin benzena yaitu asam amino tirosin, triptofan dan fenilalanin. Uji ini positif jika membentuk endapan putih ketika ditambahkan asam nitrat pekat dan berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. prinsip uji Xantoproteat didasarkan pada nitrasi inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Jika protein yang mengandung cincin benzena (tirosin, triptofan, dan fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning tua sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga. Fungsi untuk uji ini merupakan uji khas untuk asam-asam amino yang mengandung inti benzene (Ayu dkk, 2013).
IV. Alat dan Bahan 1. Uji Susunan Elementer Protein Alat:
Bahan:
Alat pemanas
Albumin telur
Cawan porselin
Gelatin
Gelas Objek
Larutan NaOH2 10% Larutan Pb-asetat 5% Larutan HCl pekat Kertas lakmus
2. Uji Kelarutan Protein Alat:
Bahan:
Tabung reaksi
Albumin telur
Pipet ukur
Gelatin Air suling (aquades) Larutan HCl 10% Larutan NaOH 40% Alkohol 96%
Kloroform 3. Uji Pengendapan Protein Dengan Garam Alat:
Bahan:
Tabung reaksi
Albumin telur
Pipet ukur
Larutan (NH4)2SO4 jenuh
Pipet tetes
Larutan NaCl 5% Larutan BaCl2 5% Larutan CaCl2 5% Larutan MgSO4 5%
4. Uji Pengendapan Protein Dengan Logam Dan Asam Organik Alat:
Bahan:
Tabung Reaksi
Albumin telur
Pipet ukur atau tetes
Asam sulfosalisilat 5% Larutan HgCl2 5% Larutan CuSO4 5% Larutan Pb-asetat 5%
5. Uji Biuret Alat:
Bahan:
Tabung reaksi
Larutan albumin 2%
Pipet ukur
Larutan gelatin2%
Pipet tetes
Larutan kasein 0,5% Larutan glisin 2% Larutan NaOH 10% Larutan CuSO4 0,2%
6. Uji Ninhidrin Alat:
Bahan:
Alat pemanas atau penangas air
Larutan albumin 2%
Pengatur waktu
Larutan gelatin 2%
Pipet ukur atau tetes
Larutan kasein 0,5% Larutan pepton 0,5% Pereaksi ninhidrin 0,1%
7. Uji Xantoprotein Alat:
Bahan:
Alat pemanas
Larutan albumin 2%
Pipet ukur
Larutan gelatin 2%
Pipet
Larutan kasein 0,5% Larutan tirosin 2% Larutan HNO3 pekat Larutan NaOH 10%
V. Prosedur Kerja Kegiatan 1 - Uji adanya unsur C, H, dan O 1. Masukkan 1 ml albumin telur ke dalam cawan porselin. 2. Taruhlah kaca objek di atasnya, kemudian panaskan. 3. Perhatikan adanya pengembunan pada gelas objek, yang menunjukkan adanya Hidrogen (H) dan Oksigen (O). 4. Ambil gelas objek, lalu mengamati bau yang terjadi. Bila tercium bau rambut terbakar, berarti protein mengandung unsur Nitrogen (N) 5. Bila terjadi pengarangan, berarti ada atom Karbon (C). 6. Ulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin. -Uji adanya atom N 1. Masukkan 1 ml larutan albumin telur ke dalam tabung reaksi. 2. Tambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian panaskan. 3. Perhatikan bau ammonia yang terjadi dan ujilah uapnya dengan kertas lakmus merah yang telah dibasahi aquades. 4. Terbentuknya bau ammonia menunjukkan adanya N. 5. Ulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin. -Uji adanya atom S 1. Masukkan 1 ml albumin telur ke dalam tabung reaksi. 2. Tambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian panaskan. 3. Tambahkan 4 tetes larutan Pb-asetat 5%. 4. Bila larutan menghitam, berarti PbS terbentuk. Kemudian, tambahkan 4 tetes HCl pekat dengan hati-hati. 5. Perhatikan bau khas belerang dari belerang yang teroksidasi. 6. Ulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin. Kegiatan 2 1. Menyediakan 5 tabug reaksi, masing-masing isilah dengan: air suling, HCl 10 %, NaOH 40%, alkohol 96%, dan kloroform sebanyak 1 ml. 2. Menambahkan 2 ml larutan albumin telur pad setiap tabung.
3. Mengocok dengan kuat, kemudian amati sifat kelarutannya. 4. Mengulangi percobaan menggunakan gelatin. Kegiatan 3 1. Menyediakan 5 tabung reaksi, masing-masing isilah dengan 2 ml albumin telur. 2. Pada tabung 1,2,3,4, dan 5 berturut-turut tambahkan larutan NaCl 5%, BaCl2 5%, CaCl2 5%, MgSO4 5%, dan (NH4)2SO4 jenuh setetes demi setetes sampai timbul endapan. 3. Selanjutnya, menambahkan kembali larutan-larutan garam secara berlebihan. 4. Mengocok tabung, kemudian amati perubahan yang terjadi. Kegiatan 4 1. Menyediakan 5 tabung reaksi yang bersih, masing-masing isilah dengan 2 ml larutan albumin telur. 2. Pada tabung 1,2,3,4, dan
5 berturut-turut menambahkan 10 tetes larutan asam
trikloroasetat 10%, asam sulfosalisilat 5%, CuSO4 5%, HgCl2 5%, dan Pb-asetat 5%. 3. Mengocok setiap tabung dan mengamati perubahan yang terjadi. Kegiatan 5 1. Menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masing-masing isilah dengan: larutan albumin, kasein, gelatin, dan glisin sebanyak 2 ml. 2. Menambahkan pada setiap tabung 1 ml NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4 0,2%. 3. Mencampur dengan baik. 4. Mengamati perubahan warna yang terjadi. Kegiatan 6 1. Menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masing-masing isilah dengan larutan albumin, gelatin, kasein, dan pepton sebanyak 2 ml. 2. Menambahkan 5 tetes pereaksi ninhidrin pada setiap tabung dilarutkan dalam aseton. 3. Kemudian, memanaskan di atas penangas air hingga mendidih selama 5 menit. 4. Mengamati perubahan warna yang terjadi. Kegiatan 7 1. Menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan masing-masing isilah dengan larutan albumin, gelatin, kasein, dan tirosin sebanyak 2 ml. 2. Pada setiap tabung, menambahkan 1 ml HNO3 pekat. Memperhatikan adanya endapan putih yang terbentuk. 3. Kemudian, memanaskan selama 1 menit dan amati terbentuknya warna kuning. 4. Selanjutnya, mendinginkan di bawah air keran, lalu menambahkan NaOH 10% setetes demi setetes melalui dinding tabung hingga terbentuk lapisan.
5. Memperhatikan perubahan warna yang terjadi.
VI. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Pengamatan No. Gambar
Keterangan
1.
1. Albumin + belerang 2. Gelatin + belerang 1
2
3
4
3. Albumin
setelah
pemanasan 4. Bubuk
gelatin
setelah dipanaskan 5. Ph albumin dalam kertas lakmus 6. Ph gelatin dalam kertas lakmus
5
6
Campuran dengan albumin telur
1. Kloroform (mengendap) 1
2. Alcohol 96% (larut) 3. NaOH 40% (larut)
2
4. HCl
10%
(menggumpal)
2
5. Air suling (larut) 3 4 5
Campuran dengan gelatin
1. Kloroform 1
(tidak
larut) 2. Alkohol 96% (tidak
2 3
larut) 3. NaOH 40% (tidak larut)
4
4. HCl
10%
(tidak
larut) 5
Sebelum dikocok
5. Air Suling ( Larut)
1. MgSO4
1
2. NaCl 2
3. CaCl2
3
4. BaCl2
4
3
Setelah dikocok
1. MgSO4 2. NaCl
1 2 3 4
3. CaCl2 4. BaCl2
1. Sulfosalisilat 5% 2. CuSO4
1
3. Pb-Asetat 2
4
4. HgCl2
3 4
1. Albumin 2. Gelatin 1
3. Kasein
2
5
3
1. Albumin 2% 2. Gelatin 2% 3. Kasei 0,5% 4. Pepton 0,5% 6
Sebelum ditetesi NaOH
Warna
jingga
belum
terbentuk pada: 1
1. Tirosin 2
2. Kasein 3. Gelatin
3
4. Albumin 5. Tirosin yang
4
menggumpa 5
7
Setelah diteteskan NaOH
Warna 1
jingga
telah
terbentuk pada:
2
1. Tirosin 3
2. Kasein
4
3. Gelatin 4. Albumin 5
5. Tirosin yang menggumpal
B. Pembahasan Pada praktikum uji susunan elementer protein ada tiga tahap yaitu: Uji adanya unsur C, H, N, dan O Hasil Pengamatan No.
Zat Uji
Pengarangan
Bau rambut
Pengembunan
(C)
terbakar (N)
(H dan O)
1.
Albumin
++
++
++
2.
Gelatin
++
+
++
Dari hasil pengamatan dari percobaan ini adalah pada uji adanya atom C, H, dan O, baik dengan zat uji albumin telur maupun gelatin, sama-sama menunjukkan hasil yang positif. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya pengarangan yang menandakan adanya unsur karbon (C), tercium bau terbakar yang menandakan adanya unsur nitrogen
(N), dan terjadi pengembunan yang menandakan adanya unsur hidrogen (H) dan oksigen (O). Uji Adanya Atom N Hasil pengamatan No.
Bau amoniak
Perlakuan
dicocokkan dengan indicator (N)
1.
Albumin + 1 ml NaOH 10% + dipanaskan
2.
Gelatin+1
ml
pH setelah Kertas lakmus
NaOH
10% + dipanaskan
warna (N)
+
14
+
14
Hasil yang diperoleh pada uji adanya atom N, baik dengan zat uji albumin telur maupun gelatin, sama-sama menunjukkan hasil yang positif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bau amoniak yang tercium dan terjadi perubahan warna kertas lakmus yang menunjukkan pH 14 pada warna indicator. Uji Adanya Atom S
No. 1.
Perlakuan Albumin + 1 ml NaOH 10% + dipanaskan + 4 tetes PbAc + 4 tetes HCl pekat
2.
Gelatin+1 ml NaOH 10% + dipanaskan + 4 tetes PbAc + 4 tetes HCl pekat
Hasil pengamatan PbS
Belerang
+
+
+
++
Prinsip uji belerang adalah dalam larutan basa, yang berasal dari sisteina atau metionina akan bereaksi dengan Pb-asestat membentuk garam PbS yang berwarna hitam. Fungsi uji belerang adalah membuktikan adanya asam amino yang mengandung gugus samping sulfur. Sisteina dan metionina merupakan asam amino yang mengandung S pada molekulnya. Reaksi Pb-asetat dengan asam amino tersebut akan membentuk endapan berwarna hitam atau kelabu. Penambahan NaOH dalam percobaan ini ialah untuk mendenaturasi protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-asetat dan membentuk garam PbS.
Dari hasil percobaan Kelarutan Protein didapatkan hasil bahwa: Tabel Hasil Percobaan Kelarutan Protein pada Albumin Telur Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
Tabung 5
Albumin Telur
2 ml
2 ml
2 ml
2 ml
2 ml
Air suling
1 ml
-
-
-
-
HCl 10%
-
1 ml
-
-
-
NaOH 10%
-
-
1 ml
-
-
Alkohol 10%
-
-
-
1 ml
-
Kloroform
-
-
-
-
1 ml
larut
Tidak larut/mengendap
Kocok tabung dengan kuat Hasil: larut/tidak larut
Larut
Tidak larut/Menggu mpal
larut
Tabel Hasil Percobaan Kelarutan Protein pada Gelatin Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
Tabung 5
Gelatin
2 ml
2 ml
2 ml
2 ml
2 ml
Air suling
1 ml
-
-
-
-
HCl 10%
-
1 ml
-
-
-
NaOH 10%
-
-
1 ml
-
-
Alkohol 10%
-
-
-
1 ml
-
Kloroform
-
-
-
-
1 ml
Tidak larut
Tidak larut
Kocok tabung dengan kuat Hasil: larut/tidak larut
Larut
Tidak larut
Tidak larut
Pada uji kelarutan protein dengan bahan albumin telur setelah dilakukan pengocokaan, hasil positif yaitu protein larut pada bahan air suling, NaOH 40% dan Alkohol 96%. Sedangkan hasil negatif didapatkan pada albumin telur + HCl hasilnya menggumpal, dan albumin telur + Kloroform hasilnya mengendap. Protein larut ke dalam air suling karena air merupakan pelarut polar, jadi protein yang mmerupakan larutan elektrolit larut ke dalam air. Protein larut ke dalam NaOH karena protein bersifat amfoter yaitu mampu bereaksi dengan asam atau basa. Protein tidak larut ke dalam kloroform karena kloroform sendiri merupakan
pelarut lemak yang bersifat non polar. Namun hasil tidak sesuai dengan dasar teori dimana yang seharusnya protein larut ke dalam larutan asam (HCl) namun disini tidak larut. Hal ini disebabkan karena gugus amina pada protein tidak bereaksi dengan baik dengan H+ dari HCl. Hal ini mungkin disebabkan karena kurang lamanya pengocokan sehingga protein tidak terdenaturasi dan atau kurangnya konsentrasi HCl. Ketidaksesuaian juga terjadi dengan alcohol. Protein yang seharusnya mengendap malah larut, hal ini mungkin disebabkan karena kontaminasi alat dan atau bahan oleh bahan lain. Pada uji kelarutan protein dengan bahan gelatin hasil positif hanya didapatkan pada air suling. Protein larut ke dalam air suling karena air merupakan pelarut polar, jadi protein yang mmerupakan larutan elektrolit larut ke dalam air. Sedangkan hasil negative didapatkan pada keempat bahan yang lainnya. Protein tidak larut ke dalam kloroform karena memang protein yang merupakan larutan elektrolit tidak larut ke dalam kloroform yang merupakan larutan non polar. Protein tidak larut ke dalam alcohol karena pada larutan gelatin akan membentuk endapan yang disebabkan karena adanya gugus hidrofobik polar (yang menarik gugus nonpolar) didalam molekul protein dan menghasilkan protein dipol dan mengendap. Sedangkan hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu seharusnya protein mampu bereaksi dengan asam dan basa, karena protein bersifat amfoter. Ketidaksesuaian ini mungkin disebabkan karena tidak terjadi reaksi antara protein dengan NaOH dan HCl yang karena protein tidak terdenaturasi akibat pengocokan yang mungkin kurang lama. Dan atau pada HCl memang bahannya yang sudah kadaluarsa sehingga tidak reaktif, dugaan ini karena pada uji kelarutan dengan bahan Albumin telur juga HCl tidak sesuai hasil.
Tabel Hasil Percobaan Pengendapan Protein dengan Garam Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
Tabung 5
Albumin telur
2 ml
2 ml
2 ml
2 ml
2 ml
NaCl 5%
Berlebih
-
-
-
-
BaCl2 5%
-
berlebih
-
-
-
CaCl2 5%
-
-
berlebih
-
-
MgSO4 jenuh
-
-
-
berlebih
-
(NH4)2SO4 jenuh
-
-
-
-
Berlebih
mengendap
mengendap
Mengendap
Kocoklah tabung Hasil: Endapan banyak/sedikit
mengendap
mengendap
Hasil pengamatan pada uji pengendapan protein dengan garam menunjukkan hasil yang positif. Yakni ditunjukkan dengan adanya endapan yang ada pada dasar tabung dari semua bahan yang diujikan. Namun diantara semua tabung tersebut hanya satu yang memiliki endapan yang paling banyak, yaitu pada tabung BaCl2. Perbedaan jumlah endapan tergantung pada konsentrasi dan jumlah ion yang ada pada larutan. Timbulnya endapan disebabkan karena protein ditambahkan larutan garam-garam anorganik dengan konsentrasi tinggi, yang menyebabkan kelarutan protein akan berkurang sehingga membentuk endapan. Proses ini terjadi karena adanya kompetisi antara molekul protein dengan ion anorganik dalam mengikat air atau hidrasi (Sumardjo 1998). Konsentrasi garam sangat berpengaruh pada jumlah endapan karena garam anorganik lebih menarik air maka jumlah air yang tersedia untuk molekul protein akan berkurang. Pada saat penambahan garam anorganik, garam anorganik akan melarut dalam air atau pelarutnya dan mendesak protein keluar, kembali dalam bentuk solidnya, sehingga terbentuklah protein yang terendapkan (Poedjiadi, 1994).
Tabel Hasil Uji Pengendapan Protein Dengan Logam Dan Asam Organik Bahan
Tabung 1
Tabung 2
Tabung 3
Tabung 4
2 ml
2 ml
2 ml
2 ml
10 tetes
-
-
-
CuSO4 5%
-
10 tetes
-
-
Pb-asetat 5%
-
-
-
10 tetes
HgCl2 5%
-
-
10 tetes
-
Albumin telur Asam sulfosalisilat 5%
Hasil: Endapan ada/tidak ada
menggumpal menggumpal menggumpal menggumpal
Dalam pengamatan uji pengendapan protein dengan logam dan asam organik didapatkan hasil bahwa larutan protein yang dicampur dengan logam berat CuSO4, HgCl2, dan Pb-asetat membentuk gumpalan. Protein yang dicampur dengan asam organik yaitu asam sulfosalisilat membentuk gumpalan. Penggumpalan yang terjadi oleh logam berat disebabkan karena ion-ion logam berat bereaksi gugus –COOH dan gugus –NH2 yang terdapat dalam protein sehingga menyebabkan terjadinya koagulasi atau penggumpalan. Namun, yang seharusnya terbentuk pada percobaan ini adalah pengendapan yang disebabkan oleh iIkatan yang amat kuat dari reaksi protein yang ditambahkan dengan logam memutuskan ikatan jembatan garam dan berikatan dengan protein membentuk endapan logam proteinat, sehingga terjadi denaturasi. Gumpalan yang terjadi pada percobaan ini juga menunjukkan protein
terdenaturasi yang bersifat irreversibel sehingga gumpalan yang terjadi tidak akan hilang dan larut kembali. Proses ini bersifat khusus untuk protein dan mempengaruhi protein yang berlainan dan sampai yang tingkat berbeda pula. Pada protein yang ditambahkan dengan asam organic seharusnya juga membentuk endapan, namun hasil yang didapat hanya berupa gumpalan. Seharusnya protein yang ditambahkan dengan asam sulfosalisilat membentuk garam proteinat yang tidak larut, sehingga terbentuklah endapan. Bila terbentuk endapan, endapan tersebut bisa saja terjadi karena struktur tersier ataupun kwartener telah berubah. Endapan tersebut tidak dapat larut kembali sehingga bersifat irreversibel. Seluruh hasil yang didapat dari percobaan ini kurang sesuai bisa dikarenakan kadar bahan logam berat dan asam organik yang digunakan terlalu rendah atau terjadi kesalahan atau kontaminasi pada saat proses praktikum. Tabel Hasil Uji Biuret No.
Zat Uji
Hasil Uji Biuret
Polipeptida (+/-)
1.
Albumin 2%
Ungu muda
+2
2.
Gelatin 2%
Ungu pekat
+3
3.
Kasein 0,5%
Keunguan
+1
Reaksi biuret merupakan reaksi warna untuk peptida dan protein, bekerja pada suasana basa, dan akan memberikan perubahan warna pada larutan yang diuji menjadi berwarna violet atau biru dengan CuSO4, karena terbentuk kimpleks Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Pada percobaan ini hasil positif ditunjukkan oleh semua larutan asam amino yaitu larutan albumin, gelatin dan kasein. Larutan albumin menghasilkan warna ungu bening, larutan gelatin menghasilkan warna biru pekat dan kasein menghasilkan warna biru bening. Perubahan warna ke violet atau biru disebabkan karena adanya reaksi antara Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida. Perbedaan warna yang terjadi disebabkan berdasarkan kemampuan senyawa asam amino untuk mengikat Cu2+.
Tabel Hasil Uji Ninhidrin No.
Zat Uji
1.
Albumin 2%
2.
Hasil Uji Ninhidrin
Asam Amino Bebas (+/-)
Ungu kebiruan
+2
Gelatin 2%
Ungu
+1
3.
Ksein 0,5%
Ungu (endap)
+1
4.
Pepton 0,5%
Ungu biru
+3
Dalam uji ninhidrin bertujuan untuk membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein. Dalam hal ini kami menggunakan beberapa bahan dari asam amino. Hasil yang didapatkan dari praktikum ini adalah semua bahan uji menghasilkan reaksi positif terhadap uji Ninhidrin dengan menghasilkan warna ungu hingga biru. Pereaksi Ninhidrin sebagai oksidator yang mereduksi asam amino sehingga menghasilkan senyawa kompleks berwarna biru. Sebelum menghasilkan senyawa berwarna biru, dihasilkan dulu hasil antara yakni hidridantin. Setelah mengalami oksidasi, gugus –COOH dan –NH2 terpecah menghasilkan NH3 dan asam karboksilat. Setelah dipanaskan, Ninhidrin ditambah hidridantin menghasilkan warna biru, dan ada juga yang lepas yaitu asam karboksilat dan CO2. Namun terdapat perbedaan warna hasil setiap bahan uji karena semakin banyak Ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, semakin pekat warnanya. Albumin menghasilkan warna ungu kebiruan karena asam amino yang terdapat dalam Albumin cukup banyak yang bereaksi dengan Ninhidrin sehingga warna yang dihasilkan cukup pekat. Pada Gelatin dan Kasein menghasilkan warna ungu yang sama sehingga dapat dikatan pada kedua bahan uji tersebut tidak banyak mengandung asam α-amino bebas. Namun pada Kasein terjadi endapan dan seharusnya Kasein tidak dapat bereaksi dengan Ninhidrin karena pada kasein tidak mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan amino yang terbuka. Hasil praktikum pada Kasein yang tidak sesuai bisa disebabkan karena terjadi kesalahan pada proses praktikum. Misalnya, pada saat memanaskan terlalu lama. Pepton menghasilkan warna yang paling pekat yaitu ungu biru, sehingga dapat dikatakan dalam pepton sangat banyak asam α-amino bebas yang bereaksi dengan Ninhidrin.
Tabel Hasil Uji Xantoprotein No.
Zat Uji
Hasil Uji
Tirosin/triptofan/fenilalanin
Xantoprotein
(+/-)
1.
Albumin 2%
+1
+
2.
Gelatin 2 %
+1
+
3.
Kasein 0,5 %
+2
+
4.
Tirosin 2%
+3
+
Dalam praktikum uji xantoprotein bertujuan untuk membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan, atau fenilalanin pada protein. Hasil praktikum yang didapatkan menunjukkan hasil positif pada semua bahan. Terbentuknya warna jingga setelah penambahan NaOH merupakan indicator yang kelompok kami lakukan. Terbentuknya warna jingga ini menandakan adanya kandungan inti benzene pada bahan tersebut. Dan inti benzene terdapat di dalam asam amino tirosin, triptofan, atau fenilalanin. Larutan yang awalnya ditambahkan
HNO3 (asam nitrat) berwarna putih dan terdapat gumpalan pada larutan asam amino tirosin. Setelah dilakukan pembakaran kemudian didinginkan dan tambahkan NaOH, larutan berubah warna menjadi warna jingga pada permukaan. Warna jingga yang terbentuk disebabkan karena senyawa nitrat yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga (Ayu dkk, 2013). Pemanasan dilakukan pada semua uji protein bertujuan untuk mempercepat laju reaksi dengan cara mendenaturasi protein. Penambahan NaOH selain mendenaturasi protein juga untuk menambah suasana basa pada larutan. Sehingga didalam suasana tersebut senyawa nitrat akan terionisasi membentuk warna jingga.
VII. Kesimpulan Pada identifikasi uji susunan elementer protein dapat disimpulkan bahwa protein tersusun atas unsur-unsur karbon (C), hydrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), dan fosfor (P). Sedangkan pada uji kelarutan protein dapat disimpulkan bahwa protein larut pada pelarut polar seperti air, larutan asam, dan basa. Namun tidak larut pada pelarut non polar seperti kloroform dan alcohol. Pada uji pengendapan protein dengan garam dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini dengan adanya garam alkali dan garam divalen menyebabkan tingkat kelarutannya semakin rendah dan menyebabkan garam mengendap tidak larut. Pada uji pengendapan protein dengan logam dan asam organik membuktikan bahwa kelarutan protein ketika ditambahkan dengan logam dan asam organic menyebabkan kelarutan akan semakin menurun dan menimbulkan endapan. Pada uji biuret yang membuktikan adanya molekul-molekul peptide dari protein dapat disimpulkan bahwa terdapat molekul-molekul peptide pada semua bahan. Sedangkan pada uji ninhidrin yang bertujuan untuk membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein dapat disimpulkan bahwa bahwa pada albumin, gelatin, dan pepton mengandung asam amino bebas, sedangkan kasein tidak. Terakhir adalah uji xantoprotein yang bertujuan untuk membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan, dan fenilalanin dalam protein. Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa semua bahan yang diujikan yaitu albumin, gelatin, kasein, dan tirosin mengandung gugus-gugus asam amino yang sudah dijelaskan sebelumnya di pembahasan.
VIII. Daftar Pustaka Amalia, Bunga Ryzki, dkk. 2013. Laporan Praktikum Biokimia Gizi: Uji Protein Oleh Logam Berat, Panas dan Asam. http://ciputcipiu.blogspot.com/2013/04/uji-protein-oleh-logamberat-panas-dan.html diakses pada tanggal 11 Oktober 2014 pukul 14.56 Wita Ayu, Septra Wulandari dkk. 2013. Laporan Biokima Praktikum: Protein 1. Program Keahlian Analisis Kimia Progam Diploma Institut Pertanian Bogor: Bogor
Devi, Nirmala. 2010. Nutrition and Food Gizi untuk Keluarga. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Fian,
Alif.
2013.
Elementer
Susunan
protein.
https://www.scribd.com/doc/135549167/SUSUNAN-ELEMENTER-PROTEIN-docx diakses pada tanggal 11 Oktober 2014 pukul 12.56 Wita Linggih, S. R dan P. Wibowo. 1988. Ringkasan Kimia. Ganeca Exact Bandung: Bandung.Salirawati, Das dkk. Belajar Kimia Secara Menarik. Grasindo. Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press. Simanjuntak, J. Silalahi. 2003. Penuntun Praktikum Biokimia: Protein. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Farmasi Universitas Sumatera Utara: Sumatra Utara Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty Sumardjo, D. 1998. Kimia Kedokteran Undip edisi ke 3. Semarang: Universitas Diponegoro Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Winarno. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia: Jakarta.
IX. Jawaban Pertanyaan Kegiatan 1 1. Pada percobaan, unsur apa yang membedakan albumin dan gelatin? Jawab: Pada percobaan uji adanya atom S. 2. Sebutkan jenis asam amino yang mengandung unsur tersebut serta tuliskan struktur kimianya! Jawab: 1. Alanin
CH3
CH
CO2H
NH2
2. Sistein
CH2
CH
SH
NH2
CO2H
3. Tuliskan reaksi terbentuknya bau khas belerang pada uji adanya atom S! Jawab: 2H2S (g) + SO2 (aq)
3S(s) + 2H2O(l)
Kegiatan 2 1. Meskipun protein termasuk senyawa organik, tetapi tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter atau kloroform. Mengapa? Jawab: Karena protein memiliki rantai karbon yang panjang sehingga sifat asamnya semakin berkurang karena semakin sulit melepas proton dan menyebabkan kelarutannya
semakin kecil. Protein memiliki kemampuan untuk menyerap lemak, oleh sebab itu protein tidak dapat larut pada pelarut lemak. Kegiatan 3 1. Jelaskan mengapa dengan penambahan garam berkonsentrasi tinggi kelarutan protein menjadi berkurang, sehingga dapat mengendap! Jawab: Karena semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam mengendapkan protein. 2. Pada percobaan, manakah garam yang lebih efektif untuk mengedapkan protein? Jelaskan! Jawab: Garam BaCl2, karena menghasilkan paling banyak endapan. Garam BaCl2 memiliki berat molekul dan nilai biloks yang paling besar dibandingkan garam yang lain sehingga paling reaktif untuk mengendapkan protein. 3. Apa nama protein serum yang dapat diendapkan dengan penambahan amonium sulfat jenuh? Jawab: Albumin yang termasuk dalam protein globuler. 4. Apa fungsi protein tersebut dalam darah dan dimana disintesis? Jawab: Fungsi protein dalam darah sebagai biokatalisator, hemoglobin sebagai pengangkut oksigen, hormon sebagai pengatur metabolisme tubuh, dan antibodi untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit. Kegiatan 4 1. Apa yang dimaksud denaturasi irreversible protein? Jelaskan! Jawab: Denaturasi irreversible adalah perubahan atau modifikasi struktur molekul protein yang tidak dapat diubah kembali. 2. Jelaskan mengapa susu atau putih telur dapat digunakan sebagai antidotum pada keracunan logam-logam berat seperti Pb2+ atau Hg2+? Jawab: Karena susu atau putih telur mengandung garam-garam logam berat dan asamasam mineral kuat yang baik digunakan untuk mengendapkan protein. 3. Tuliskan struktur kimia asam sulfosalisilat dan TCA! Jawab:
Cl TCA = Cl
C
CO2H
Cl Kegiatan 5 1. Sebutkan perbedaan antara polipeptida dan protein! Jawab: Polipeptida merupakan monomer sedangkan protein merupakan polimer. 2. Pada percobaan, manakah yang memberikan hasil negatif pada uji biuret? Mengapa? Jawab: tidak ada, semua hasil positif.
Kegiatan 6 1. Apakah reaksi ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan asam amino secara kuantitatif? Jelaskan! Jawab: Ya, ninhidrin suatu oksidator sangat kuat yang dapat menyebabkan terjadinya dekarboksilasi oksidatif asam α-amino. Ninhidrin yang tereduksi, kemudian bereaksi dengan amino yang lepas membentuk kompleks biru ungu. Intensitas warna biru ungu yang dihasilkan dalam keadaan baku merupakan dasar bagi ter kuantitatif yang sangat berguna untuk asam amino dan amina-amina yang bukan asam α-amino. 2. Tuliskan struktur kimia asam amino Prolin dan Hidroksiprolin! Jawab: Prolin
CO2H
Hidroksiprolin
H H2C
C
CH2
CH
COOH
NH Kegiatan 7 1. Pada percobaan, manakah yang memberikan hasil positif terhadap uji Xantroprotein? Mengapa? Jawab: Albumin 2%, Gelatin 2 %, Tirosin 0,5%, dan Tirosin 2%, karena terbentuk lapisan berwarna jingga. Hal ini terjadi karena adanya senyawa nitro yang terbentuk dari hasil hidrolisis asam amino tersebut dengan HNO3 yang terionisasi. 2. Tuliskan stuktur kimia asam amino Fenilalanin dan Triptofan! Jawab: Fenilalanin
CH2
CH
CO2H
NH2 Triptofan
CH2 N
CH NH2
CO2H
Uji Pengenalan Protein
Kelompok VII: Arham Juaini
(1313041034)
Dewa Putu Surya Dwipayana
(1313041039)
Hasby Wahid Harris
(1313041040)
Dewa Putu Sukma
(1313041049)
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2014