LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN
“GERAKAN SENAM UNTUK MENCEGAH NYERI AKIBAT OSTEOARTRITIS” DI LEMAH GEMPAL 1 SEMARANG SELATAN
Disusun oleh : Nadia Ayu Ardianesha, S. Farm
165020064
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 2017
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN GERAKAN SENAM UNTUK MENCEGAH NYERI AKIBAT OSTEOARTRITIS
DI LEMAH GEMPAL 1 SEMARANG 02 APRIL 2017
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Disetujui oleh : Pembimbing Kegiatan Promosi Kesehatan
Risha Fillah Fithria, M.Sc., Apt.
ii Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Promosi Kesehatan di Lemah Gempal 1 Semarang
dengan
baik
dan
lancar.
Kegiatan Promosi
Kesehatan
ini
diselenggarakan dalam rangka memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman kepada masyarakat serta meningkatkan kemampuan sebagai seorang calon apoteker dalam mengabdikan diri kepada masyarakat. Penyusunan laporan ini merupakan salah satu tugas serta bukti telah melaksanakan kegiatan Promosi Kesehatan di Lemah Gempal 1 Semarang. Kegiatan Promosi Kesehatan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar yang tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada : 1.
Aqnes Budiarti, SF., M.Sc., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang.
2.
Yance Anas, M.Sc., Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker Universitas Wahid Hasyim Semarang.
3.
Risha Fillah Fithria, M.Sc., Apt selaku Dosen Pembimbing Kegiatan Promosi Kesehatan yang telah memberikan bantuan pengarahan, bimbingan dan perhatian selama kegiatan dan penyusunan laporan.
4.
Bambang Wibudi selaku Ketua RT 07 Lemah Gempal 1 Kelurahan Bulustalan Kecamatan Semarang Selatan. iii
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
5.
Ibu-ibu PKK RT 07 Lemah Gempal 1 Kelurahan Bulustalan Kecamatan Semarang Selatan yang telah berpartisipasi dalam Kegiatan Promosi Kesehatan.
6.
Dosen-dosen Program Studi Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sebagai dasar kegiatan dan penulisan laporan ini.
7.
Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu demi satu yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Promosi Kesehatan. Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik demi kesempurnaan sangat kami harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, Juli 2017
Penulis
iv Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI ...................................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Tujuan Kegiatan Promosi Kesehatan .................................................... 3 C. Pelaksanaan Kegiatan Promosi Kesehatan ............................................ 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4 A. Osteoartritis ......................................................................................... 4 B. Etiologi Osteoartritis ............................................................................ 5 C. Patofisiologi Osteoartritis ..................................................................... 6 D. Klasifikasi Osteoartritis ........................................................................ 9 E. Tanda dan Gejala Klinis Osteoartritis ................................................. 10 F. Penatalaksanaan Osteoartritis ............................................................. 12 G. Senam Osteoartritis ............................................................................ 13 BAB III PEMBAHASAN................................................................................. 21 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 23 A. Kesimpulan ........................................................................................ 23 B. Saran.................................................................................................. 23 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 24
v Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Perbedaan Persendian Normal dan Osteoartritis .................................. 8 Gambar 2. Streaching Otot Hamstring dan Quadriceps ....................................... 16 Gambar 3. Gerakan Sendi Bahu ......................................................................... 17 Gambar 4. Gerakan Sendi Panggul ..................................................................... 17 Gambar 5. Gerakan Siku .................................................................................... 17 Gambar 6. Gerakan Sendi Paha dan Lutut .......................................................... 18 Gambar 7. Gerakan Mengambil Nafas ............................................................... 18 Gambar 8. Gerakan Kedua Tangan..................................................................... 18 Gambar 9. Gerakan Tepuk Tangan ..................................................................... 19 Gambar 10. Gerakan Sendi Panggul dan Lutut ................................................... 19 Gambar 11. Gerakan pada Lengan ..................................................................... 19 Gambar 12. Gerakan Tungkai Bawah ................................................................. 20
vi Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Formulir Pengajuan Judul Kegiatan Promosi Kesehatan ................. 26 Lampiran 2. Surat Keterangan Melakukan Promosi Kesehatan ........................... 27 Lampiran 3. Daftar Hadir Kegiatan Promosi Kesehatan ..................................... 28 Lampiran 4. Leaflet Promosi Kesehatan ............................................................. 30 Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Promosi Kesehatan .................................... 31
vii Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Peningkatan populasi lanjut usia di dunia saat ini sejalan dengan peningkatan jumlah kasus nyeri sendi. Jumlah lansia di Indonesia tercatat sebanyak 18,1 juta penduduk lansia dan diperkirakan akan meningkat 10 tahun mendatang sebesar 60% (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2015). Hasil survey badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa jumlah lansia Indonesia pada tahun 2010 tersebut sudah menduduki sebesar 9,77% dari jumlah total penduduk Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan jumlah lansia di Indonesia sangat pesat dan diperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah penduduk usia tua atau Era Of Population Aging dimana jumlah penduduk lansia di Indonesia akan meningkat dengan cepat dan secara potensial dapat menimbulkan permasalahan yang memengaruhi kelompok penduduk lainnya (Hardywinoto, 2005). Menua (aging) merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya (Stanley, 2007). Proses penuaan ditandai dengan perubahan fisiologis yang terjadi pada beberapa organ dan sistem. Perubahan yang terjadi menyebabkan penurunan fungsi tubuh untuk melakukan aktivitas. Seiring dengan peningkatan persentase lansia terjadi juga peningkatan
1 Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
2
jumlah dan tingkat kejadian penyakit kronis yang disebabkan oleh penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan serta kelemahan pada lansia (Efendi dan Makhfudli, 2009). Tujuh golongan penyakit yang banyak dilaporkan terjadi pada lansia adalah rheumatoid arthritis, osteoartritis, hipertensi, gangguan pendengaran, kelainan jantung, sinusitis kronik, penurunan visus, dan gangguan pada tulang (Stanley, 2007). Osteoartitis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi (Felson dan Schaible, 2008). Sifat nyeri akibat osteoartritis menyebabkan lansia merasa tidak nyaman dan kemudian harus melawan rasa tidak nyaman tersebut atau menyerah dan menarik diri dari masyarakat (Potter dan Perry, 2005). Menurut Arthritis Care and Research, olahraga fisik dapat menstimulasi meningkatnya pelepasan hormon endorfin. Para peneliti menemukan bahwa olahraga tigakali seminggu secara signifikan dapat memperbaiki kesehatan dan mengurangi nyeri pasien osteoartritis (Stevenson and Richard, 2012). Salah satu dari olahraga fisik yang sederhana dan mudah dilakukan adalah senam osteoartritis (Nurhidayah, 2012). Senam osteoartritis merupakan senam yang berfokus pada mempertahankan lingkup gerak sendi secara maksimal. Tujuan dari senam ini yaitu mengurangi nyeri sendi dan menjaga kesehatan jasmani penderita . Senam ini termasuk olahraga ringan yang mudah dilakukan Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
3
dan tidak memberatkan yang dapat diterapkan pada lansia dengan osteoartritis (Pfizer, 2008). Sehingga masyarakat perlu dikenalkan mengenai gerakan senam dalam pencegahan nyeri akibat osteoarthritis. Berdasarkan hal tersebut, penulis melaksanakan kegiatan promosi kesehatan mengenai gerakan senam untuk mencegah nyeri akibat osteoartritis agar diharapkan masyarakat dapat menerapkannya sendiri dalam mengatasi nyeri sendi akibat osteoartritis. B. Tujuan Kegiatan Promosi Kesehatan Tujuan dilakukan Kegiatan Promosi Kesehatan supaya masyarakat mampu: 1.
Mengetahui cara pencegahan nyeri sendi akibat osteoartritis melalui gerakan senam.
2.
Mengetahui gerakan-gerakan senam osteoartritis.
C. Pelaksanaan Kegiatan Promosi Kesehatan Kegiatan Promosi Kesehatan dilakukan di kediaman Ketua RT 07 RW II di jalan Lemah Gempa l. Kegiatan Promosi Kesehatan dilaksanakan pada tanggal 2 April.
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Osteoartritis Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi (Felson dan Schaible, 2008).
Sendi yang paling sering terserang oleh
osteoarthritis adalah sendi-sendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan sevikal, dan sendi-sendi pada jari (Price dan Wilson, 2005). Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. Osteoarthritis adalah bentuk arthritis yang paling umum. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki (Price dan Wilson, 2005). Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian Zhang Fu-qiang, dkk. (2009) di Fuzhou yang menunjukkan peningkatan prevalensi lebih tinggi pada perempuan jika dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebesar 35,87%.
4 Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
5
B. Etiologi Osteoartritis Faktor resiko pada osteoarthritis, meliputi hal-hal sebagai berikut. 1.
Peningkatan usia, OA biasanya terjadi pada usia lanjut, jarang dijumpai penderita OA yang berusia di bawah 40 tahun (Helmi, 2012). Di Indonesia, prevalensi OA mencapai 5% pada usia < 40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia > 61 tahun (Soeroso, 2006).
2.
Obesitas, membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan tulang berkerja lebih berat, diduga dapat memberi andil terjadinya OA (Helmi, 2012).
3.
Jenis kelamin wanita (Helmi, 2012). Perkembangan OA sendi-sendi interfalang distal tangan (nodus Heberden) lebih dominan pada perempuan. Nodus Heberdens 10 kali lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki (Price dan Wilson, 2005). Kadar estrogen yang tinggi juga berkaitan dengan peningkatan resiko. Hubungan antara estrogen dan pembentukan tulang dan prevalensi OA pada perempuan menunjukan bahwa hormone memainkan peranan aktif dalam perkembangan dan progresivitas penyakit ini (Price dan Wilson, 2005). Wanita yang telah lanjut usia atau di atas 45 tahun telah mengalami menopause sehingga terjadi penurunan estrogen. Estrogen berpengaruh pada osteoblas dan sel endotel. Apabila terjadi penurunan estrogen maka TGF-β yang dihasilkan osteoblast dan nitric oxide (NO) yang dihasilkan sel endotel akan menurun juga sehingga menyebabkan diferensiasi dan maturasi osteoklas meningkat. Estrogen juga
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
6
berpengaruh pada bone marrow stroma cell dan sel mononuklear yang dapat menghasilkan HIL-1, TNF-α, IL-6 dan M-CSF sehingga dapat terjadi OA karena mediator inflamasi ini. Tidak hanya itu, estrogen juga berpengaruh pada absorbsi kalsium dan reabsorbsi kalsium di ginjal sehingga terjadi hipokalasemia. Kedaan hipokalasemia ini menyebabkan mekanisme umpan balik sehingga meningkatkan hormon paratiroid. Peningkatan hormon paratiroid ini juga dapat meningkatkan resobsi tulang sehingga dapat mengakibatkan OA (Ganong, 2008). 4.
Trauma, riwayat deformitas sendi yang diakibatkan oleh trauma dapat menimbulkan stres mekanis abnormal sehingga menigkatkan frekuensi penyakit (Helmi, 2012).
5.
Faktor genetik juga berperan dalam kerentanan terhadap OA, terutama pada kasus yang mengenai tangan dan panggul. Gen atau gen-gen spesifik yang bertanggung jawab untuk ini belum terindentifikasi meskipun pada sebagian kasus diperkirakan terdapat keterkaitan dengan kromosom 2 dan 11 (Robbins, 2007). Beberapa kasus orang lahir dengan kelainan sendi tulang akan lebih besar kemungkinan mengalami OA (Helmi, 2012).
C. Patofisiologi Osteoartritis Osteoartritis terjadi akibat kondrosit (sel pembentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan sendi) gagal dalam memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan diameter dan orientasi
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
7
serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, yang menjadikan tulang rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik (Price dan Wilson, 2013). Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama setelah terjadi sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik (Robbins, 2007). Perkembangan osteoarthritis terbagi atas tiga fase, yaitu sebagai berikut. 1.
Fase 1 Terjadi penguraian proteolitik pada matrik kartilago. Metabolisme kondrosit menjadi
terpangaruh
dan
meningkatkan
produksi
enzim
seperti
metalloproteinases yang kemudian hancur dalam matriks kartilago. Kondrosit juga
memproduksi penghambat
protease
yang akan mempengaruhi
proteolitik. Kondisi ini memberikan manifestasi pada penipisan kartilago. 2.
Fase 2 Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam cairan sinovia.
3.
Fase 3 Proses penguaraian dari produk kartilago yang menginduksi respon inflamasi pada sinovia. Produksi makrofag sinovia seperti interleukin 1 (IL 1), tumor
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
8
necrosis factor-alpha (TNFα), dan metalloproteinases menjadi meningkat. Kondisi ini memberikan manifestasi balik pada kartilago dan secara langsung memberikan dampak destruksi pada kartilago. Molekul-molekul proinflamasi lainnya seperti nitric oxide (NO) juga terlibat. Kondisi ini memberikan manifestasi perubahan arsitektur sendi, dan memberikan dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi. Perubahan arsitektur sendi dan stres inflamasi memberikan pengaruh pada permukaan artikular menjadikan kondisi gangguan yang progresif (Helmi, 2012).
Gambar 1. Perbedaan Persendian Normal dan Osteoartritis
Osteoartritis pernah dianggap sebagai kelainan degeneratif primer dan kejadian natural akibat proses ”wear and tear” pada sendi sebagai hasil dari proses penuaan. Tetapi, temuan-temuan yang lebih baru dalam bidang biokimia dan biomekanik telah menyanggah teori ini. Osteoartritis adalah sebuah proses penyakit aktif pada sendi yang dapat mengalami perubahan oleh manipulasi mekanik dan biokimia. Terdapat efek penuaan pada komponen sistem muskuloskeletal
seperti
kartilago
artikular,
tulang,
dan
jaringan
yang
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
9
memungkinkan meningkatnya kejadian beberapa penyakit seperti OA (Price dan Wilson, 2013). Untuk melindungi tulang dari gesekan, di dalam tubuh ada tulang rawan. Namun karena berbagai faktor risiko yang ada, maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi. Tulang rawan sendiri berfungsi untuk menjamin gerakan yang hampir tanpa gesekan di dalam sendi berkat adanya cairan sinovium dan sebagai penerima beban, serta meredam getar antar tulang (Robbins, 2007). Tulang rawan yang normal bersifat avaskuler, alimfatik, dan aneural sehingga memungkinkan menebarkan beban keseluruh permukaan sendi. Tulang rawan matriks terdiri dari air dan gel (ground substansi), yang biasanya memberikan proteoglikan, dan kolagen (Hassanali, 2011).
D. Klasifikasi Osteoartritis Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi OA primer dan OA sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik adalah OA yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya perubahan degeneratif yang terjadi pada sendi yang sudah mengalami deformitas, atau degenerasi sendi yang terjadi dalam konteks metabolik tertentu (Robbins, 2007). Selain dari jenis osteoarthritis yang lazim, ada beberapa varian lain. OA peradangan erosif terutama menyerang sendi pada jari-jari dan berhubungan dengan episode peradangan akut yang menimbulkan deformitas dan alkilosis.
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
10
Hiperostosis alkilosis menimbulkan penulangan vertebra (Price dan Wilson, 2013).
E. Tanda dan Gejala Klinis Osteoartritis Pasien OA sering mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA : 1.
Nyeri sendi Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini (secara radiologis). Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja) (Soeroso, 2006). Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago (Felson and Schaible, 2008). Berdasarkan penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi, dan edema sumsum tulang. Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
11
osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang Hal ini menimbulkan nyeri (Felson and Schaible, 2008). Oleh karena itu fokus penanganannya adalah mengontrol rasa nyeri, proteksi sendi serta mempertahankan fungsi kualitas gerak. 2.
Hambatan gerakan sendi Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan pertambahan rasa nyeri (Soeroso, 2006).
3.
Kaku pagi Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari(Soeroso, 2006).
4.
Krepitasi Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu (Soeroso, 2006).
5.
Pembesaran sendi (deformitas) Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar (Soeroso, 2006).
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
12
6.
Pembengkakan sendi yang asimetris Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah (Soeroso, 2006).
7.
Tanda – tanda peradangan Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA karena adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut (Soeroso, 2006).
8.
Perubahan gaya berjalan Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA lutut (Soeroso, 2006).
F. Penatalaksanaan Osteoartritis Tujuan penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda dan gejala OA, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kebebasan dalam pergerakan sendi, serta memperlambat progresi osteoartritis. Spektrum terapi yang diberikan meliputi
fisioterapi,
pertolongan
ortopedi,
farmakoterapi,
pembedahan,
rehabilitasi.
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
13
1.
Terapi konservatif Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada pasien, pengaturan gaya hidup, apabila pasien termasuk obesitas harus mengurangi berat badan, jika memungkinkan tetap berolah raga (pilihan olah raga yang ringan seperti bersepeda, berenang).
2.
Fisioterapi Fisioterapi untuk pasien OA termasuk traksi, stretching, akupuntur, transverse friction (teknik pemijatan khusus untuk penderita OA), latihan stimulasi otot, dan elektroterapi.
3.
Pertolongan ortopedi Pertolongan ortopedi kadang-kadang penting dilakukan seperti sepatu yang bagian dalam dan luar didesain khusus pasien OA, ortosis juga digunakan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsu sendi (Michael et al., 2010).
4.
Farmakoterapi Analgesik/ anti-inflammatory agents.
G. Senam Osteoartritis Senam osteoartritis adalah suatu metode yang baik untuk pencegahan dan meringankan gejala-gejala rematik serta berfungsi sebagai terapi tambahan terhadap pasien rematik dalam fase tenang. Senam osteoartritis adalah olahraga ringan yang mudah dilakukan dan tidak memberatkan yang dapat diterapkan pada lansia (Pfizer, 2008). Tujuan dari senam ini yaitu mengurangi nyeri sendi dan
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
14
menjaga kesehatan jasmani penderita rematik. Keuntungan lain dari senam osteoartritis yaitu tulang menjadi lebih lentur, otot tetap kencang, memperlancar peredaran darah, menjaga kadar lemak darah tetap normal, tidak mudah mengalami cidera dan kecepatan reaksi sel tubuh menjadi lebih baik (Heri, 2014). Nyeri sendi pada penderita OA termasuk dalam kategori nyeri somatik dalam dimana reseptor nyeri ini terletak pada otot dan tulang serta penyokong tubuh lainnya. Tubuh memiliki neuromodulator yang dapat menghambat transmisi impuls nyeri, salah satunya adalah beta-endorfin (Tamsuri, 2007). Endorfin berperan untuk mengurangi sensasi nyeri dengan memblokir proses pelepasan substansi p dari neuron sensorik sehingga proses transmisi impuls nyeri di medula spinalis menjadi terhambat dan sensasi nyeri menjadi berkurang (Price and Wilson, 2005). Tingginya beta-endorfin juga memiliki dampak psikologis langsung yakni membantu memberi perasaan santai, mengurangi ketegangan, meningkatkan perasaan senang, membuat seseorang menjadi lebih nyaman, dan melancarkan pengiriman oksigen ke otot (Nursalam, 2007). Menurut Arthritis Care and Research olahraga dapat menstimulasi meningkatnya pelepasan hormon endorfin. Para peneliti menemukan bahwa olahraga tigakali seminggu secara signifikan memperbaiki kesehatan pasienpasien arthritis termasuk OA (Stevenson and Richard, 2012). Oleh karena pemberian terapi farmakologis memiliki risiko tinggi menghasilkan efek yang kurang baik bagi kesehatan lansia dengan berbagai penurunan fungsi tubuh maka
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
15
terapi non farmakologis seperti pemberian aktivitas olahraga fisik ini menjadi alternatif terbaik untuk mengatasi nyeri lansia (Capezuti et al., 2008). 1.
Dosis Latihan Senam Osteoartritis Dosis latihan menurut Pfizer (2008) meliputi pengaturan frekuensi, intensitas, dan durasi (time). Secara umum dosis latihan adalah sebagai berikut: a. Frekuensi latihan dilakukan 3 sampai 4 kali/minggu. b. Penentuan lama latihan harus disesuaikan dengan aktifitas dan tingkat keterlatihan orang bersangkutan. Jika orang itu masih pemula latihan cukup 10 menit saja, kemudian setelah kemampuannya meningkat, lama latihan boleh ditambah. Bila orang yang terlatih latihan sebanyak ± 30 menit.
2.
Jenis Latihan Fisik Suatu program latihan memperlihatkan pengurangan nyeri dan disabilitas derajat ringan sampai sedang, tergantung dari jenis latihan (Van Baar, 1999). a. Terapi Manual Terapi manual adalah gerakan pasif yang dilakukan oleh fisioterapi dengan tujuan meningkatkan gerakan sendi dan mengurangi kekakuan sendi. Melatih jaringan-jaringan sekitar sendi secara pasif, meregangkan otot atau mobilisasi jaringan lunak dan massage (Fitzgerald, 2004). b. Latihan Fleksibilitas Latihan fleksibilitas pada pasien OA ditujukan untuk mengurangi kekakuan, meningkatkan mobilitas sendi, dan mencegah kontraktur
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
16
jaringan lunak. Latihan fleksibilitas sering dilakukan selama periode pemanasan atau tergabung dalam ketahanan atau aktivitas aerobik (Lee et al, 2005). Latihan fleksibilitas terdiri dari 2 gerakan streaching otot yaitu Streaching Hamstring dan Streaching Quadriceps seperti yang tertera pada gambar 2.
Gambar 2. Streaching Otot Hamstring dan Quadriceps
c. Gerakan Senam Reumatik 1) Prinsip Pertama: Latihan Pernapasan Duduklah dengan nyaman dan tegakkan punggung Anda. Tarik napas melalui hidung hingga tulang rusuk terasa terangkat dan hembuskan napas melalui mulut seperti meniup lilin (untuk mengeceknya: letakkan tangan Anda pada bagian dada). Latihan ini sangat berguna untuk mengurangi rasa nyeri saat rematik datang. Lakukan secara kontinu, minimal 4 set dengan istirahat antar set 1-2 menit.
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
17
2) Prinsip Kedua: Pemanasan Sebelum berlatih, Anda dianjurkan untuk melakukan pemanasan selama 5-10 menit. Pemanasan ini dapat dilakukan dengan berjalan atau bersepeda santai, atau dengan peregangan ringan. 3) Prinsip Ketiga: Latihan Persendian Beberapa contoh latihan berikut sangat cocok untuk melatih beberapa titik persendian Anda. a) Gerakan Duduk 1) Angkat kedua bahu keatas mendekati telinga, putar kedepan dan kebelakang.
Gambar 3. Gerakan Sendi Bahu 2) Bungkukan badan, kedua lengan meraih ujung kaki lantai.
Gambar 4. Gerakan Sendi Panggul
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
18
3) Angkat kedua siku sejajar dada, tarik ke depan dada.
Gambar 5. Gerakan Siku 4) Angkat paha dan lutut secara bergantian, kedua tangan menahan tubuh.
Gambar 6. Gerakan Sendi Paha dan Lutut 5) Putar tubuh bagian atas kesamping kanan dan kiri, kedua lengan di atas pinggang.
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
19
b) Gerakan berbaring atau tidur 1) Bentangkan kedua lengan dan tangan, ambil nafas dalam-dalam dan hembuskan.
Gambar 7. Gerakan Mengambil Nafas 2) Kedua tangan di samping tekuk siku dan tangan megapal.
Gambar 8. Gerakan Kedua Tangan 3) Tangan luruskan ke atas, lalu tepuk tangan.
Gambar 9. Gerakan Tepuk Tangan Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
20
4) Tekuk sendi panggul dan tekuk lutut dengan kedua tangan tarik sampai di atas dada.
Gambar 10. Gerakan Sendi Panggul dan Lutut 5) Pegang erat kedua tangan di atas perut, tarik kebelakang kepala dan kebawah.
Gambar 11. Gerakan pada Lengan 6) Angkat tungkai bawah bergantian dengan bantuan kedua tangan.
Gambar 12. Gerakan Tungkai Bawah
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
21
BAB III PEMBAHASAN
Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri akibat osteoartritis diberikan kepada ibu-ibu PKK yang lanjut usia (Lansia) di Lemah Gempal 1. Sasaran promosi kesehatan tersebut sudah tepat sesuai dengan seringnya kejadian nyeri akibat osteoartritis yang terjadi pada masyarakat di Lemah Gempal 1. Promosi kesehatan yang dilakukan menggunakan sarana leaflet. Kegiatan ini diawali dengan pembagian leaflet dan daftar hadir yang dapat dilihat pada lampiran. Kegiatan promosi kesehatan terdiri dari dua sesi, untuk sesi pertama penulis memperkenalkan diri dan mulai menjelaskan tentang pengertian penyakit osteoartritis, tanda dan gejala osteoarthritis, penyebab osteoarthritis, bagian yang diserang osteoarthritis, serta menjelaskan bagaimana gerakan senam untuk mencegah nyeri karena osteoartritis. Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan berjalan dengan lancar dan mendapat respon positif dari ibu-ibu PKK. Hal tersebut ditunjukkan dengan antusias dalam memperhatikan penjelasan yang disampaikan serta memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan osteoartritis sehingga ada umpan balik dalam kegiatan tersebut. Salah satu pertanyaan yang diajukan yaitu “Makanan apakah yang harus dihindari untuk mencegah penyakit tersebut atau untuk mengurangi kambuhnya penyakit ini?” kemudian penulis memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
22
“Makanan yang harus dihindari atau dikurangi yaitu seperti kacang-kacangan, jeroan, kafein, santan, daging kambing, ragi, dan bayam. Oleh karena itu, ibu-ibu harus selalu menerapkan pola hidup sehat, dengan mengurangi hal-hal yang akan menimbulkan kekambuhan penyakit tersebut.” Sesi kedua kegiatan promosi kesehatan dilakukan simulasi/praktek gerakan senam untuk mencegah nyeri karena osteoartritis. Ketika simulasi dimulai, para ibu-ibu sangat berantusias ingin mempraktekkan langsung ilmu yang didapat. Hal ini membuat penulis merasa senang melihat semangat para ibu-ibu untuk belajar dan mempraktekkan gerakan senam untuk mencegah nyeri karena osteoartritis. Penulis membagikan beberapa doorprise kepada ibu-ibu PKK yang sudah antusias dan berpartisipasi aktif dalam mengikuti kegiatan promosi kesehatan. Para ibu-ibu PKK mengaku dapat memahami gerakan senam untuk mencegah nyeri akibat osteoarthritis yang tertera pada leaflet. Supaya pencegahan dan pengatasan nyeri sendi pada ibu-ibu PKK di Lemah Gempal 1 dapat terlaksana secara optimal, maka perlu penerapan senam untuk pencegahan dan mengatasi nyeri sendi akibat osteoarthritis yang dilaksanakan setiap pagi dengan rutin dan teratur.
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1.
Masyarakat mengetahui salah satu cara pencegahan nyeri sendi akibat osteoartritis melalui gerakan senam.
2.
Masyarakat mengetahui gerakan-gerakan senam osteoartritis untuk diterapkan sehari-hari.
B. Saran Perlunya penerapan senam untuk pencegahan dan mengatasi nyeri sendi akibat osteoarthritis yang dilaksanakan setiap pagi secara rutin dan teratur untuk masyarakat sekitar di Lemah Gempal 1.
23 Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
24
DAFTAR PUSTAKA Arina, Fudji M., dan Meliana V., 2016, Pengaruh Senam Reumatik terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Lanjut Usia dengan Osteoartritis Lutut, Universitas Tanjungpura, Pontianak. Badan
Pusat Statistik Indonesia, 2015, Sensus Penduduk https://www.bps.go.id/, diakses pada tanggal 25 Mei 2017.
Indonesia,
Capezuti, E., Boltz M., Fulmer T., and Zwicker D., 2008, Evidence-based geriatric nursing protocols for best practice. Pain management horgas & yoon (3rd Ed.), Springer publishing company : USA. Efendi, F., dan Makhfudli, 2009, Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan praktik dalam keperawatan, Salemba Medika, Jakarta, h.241–246. Felson, T., and Schaible, H-G., 2008, Pain in osteoarthritis, Wiley-Blackwell A John Wiley & Sons; p.240–243. Fitzgerald, J., 2004, Fundamental Of System Analisis, Jhon While and Sons, New York. Fransen, M., Bridgett, L., March, L., Hoy, D., Penserga, E., and Brooks, P., 2011, The epidemiology of osteoarthritis in Asia, International journal of rheumatic diseases, 14(2), p.113–121. Ganong, W. F., 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 22, EGC, Jakarta. Hardywinoto, S., 2005, Panduan gerontologi: Tinjauan dari berbagai aspek, Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Hassanali, S.H., 2011, Osteoartritis: A Look At Pathophysiology And Approach To New Treatments, East African Orthopaedic Journal. Helmi Z.N., 2012, Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal; jilid 1, Salemba Medika, Jakarta, hal. 226-231, 534-535. Heri, K., 2014, Pengaruh senam rematik terhadap nyeri sendi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budimulia 04 Margaguna Jakarta Selatan, Skripsi, 1(1), h.1–10. Lee, A., Wong, W., dan Wong, S., 2005, Clinical Guidelines for Managing Lower-limb Osteoarthritis in Hongkong Primary Care Setting, Guidelines, 1-30. Menkes RI, 2016, Keputusan Menteri Kesehatan No 25/Menkes/SK/2016 tentang rencana aksi nasional kesehatan lanjut usia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
25
Michael, J. W. P., Brust, K. U. S., and Eysel, P., 2010, The Epidemiology, Etiology, Diagnosis and Treatment of Osteoarthritis of the Knee, Deutsches Arzteblatt International, 107(9): 152-162. Muchid A., Wurjat R., Chusun, dan Mulyaningsih R., 2006, Pharmaceutical care untuk pasien dengan penyait arthritis rematik. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Dinas Kesehatan. Nurhidayah, K., 2012, Pengaruh senam rematik terhadap aktifitas fungsional lansia di komunitas senam lansia Wilayah Kelurahan Nusukan Banjarsari Surakarta, Muhammadiyah Surakarta, Skripsi, Solo, h.1–12. Nursalam., 2007, Manajamen Keperawatan dan aplikasinya, Salemba Medika, Jakarta. Potter, P.A, and Perry, A.G., 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Alih Bahasa : Yasmin Asih dan Ester Monica., EGC, Jakarta. Price, S.A., and Wilson, L.M., 2005, Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit (Edisi 4), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, h.1218–1222. Pfizer., 2008, Senam Rematik, Pfizer Press, Jakarta. Robbins, S.L., 2007, Buku Ajar Patologi Robbins, Volume 2, Ed 7, EGC, Jakarta. Soeroso, J., 2006, Osteoartritis, Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I, Simadibrata, M., Setiati, S., editors, Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam 4th ed., Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta. Stanley, M., 2007, Buku ajar keperawatan gerontik (Gerontological nursing: A health promotion or protection approach), EGC, Jakarta. Stevenson, J.D., & Richard Roach, 2012, The benefits and barriers to physical activity and lifestyle interventions for osteoarthritis affecting the adult knee. Journal of Orthopaedic Surgery And Research. p.1–7. Tamsuri A., 2007, Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri, EGC, Jakarta. Van Baar, 1999, Effectiveness of Exercise Therapy in Patients with Osteoarthritis of the Hip or Knee: a Systematic Review of Randomized Controlled Study, Accupunct Med Journal, 22(1):14-22 Yatim F., 2006, Penyakit tulang dan persendian (artritis atau artralgia), Edisi. 1. Pustaka Populer Obor, Jakarta,. h. 26–32, 111– 115. Zhang Fu- Quang, Wu Ming- Xia, Liu Xian- Xiang, 2009, Gender and sex distributions of middle and old aged people with osteoarthritis. Vol 2. Fuzhou. Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
26
Lampiran 1. Formulir Pengajuan Judul Kegiatan Promosi Kesehatan
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
27
Lampiran 2. Surat Keterangan Melakukan Promosi Kesehatan
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
28
Lampiran 3. Daftar Hadir Kegiatan Promosi Kesehatan
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
29
Lampiran 3. Lanjutan
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
30
Lampiran 4. Leaflet Promosi Kesehatan
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
31
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Promosi Kesehatan
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017
32
Lampiran 5. Lanjutan
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan “Gerakan Senam untuk Mencegah Nyeri Akibat Osteoartritis” Mahasiswa PSPA Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Angkatan X di Lemah Gempal 1 Semarang 02 April 2017