LAPORAN PRAKIKUM METODE PANAS & RADIOAKTIVITAS BUMI
Disusun oleh: Septiandi Akhmad Perdana (115090700111012)
PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa akhirnya Laporan Praktikum Metode Panas dan Radioaktivitas Bumi “Pendugaan Sebaran Sumber Panas Bumi Daerah Cangar Dengan Sensor Suhu dan Metode Gaya Berat” ini dapat terselesaikan. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, antara lain Bapak A.M. Juwono M.Sc selaku dosen mata kuliah Panas dan Radioaktivitas Bumi, Tim Asisten Praktikum, dan teman-teman Geofisika 2011. Penulis menyadari bahwa sebagai mahasiswa yang tentunya masih dalam tahap pembelajaran, maka karya-karya yang kami hasilkan masih banyak terdapat kekurangan. Merupakan hal lain patut juga penulis sadari bila pembaca banyak menemukan kekurangan itu merupakan keterbatasan waku dan keterbatasan referensi penulis. Kepada pembaca, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk karya tulis selanjutnya yang lebih baik lagi. Semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan rekan pembaca pada umumnya.
Malang, 23 Desember 2013
Penulis
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 1 BAB I ...................................................................................................................................................... 3 PENDAHULUAN ..................................................................................................................................3 1.1
Latar Belakang ........................................................................................................................ 3
1.2
Tujuan dan Manfaat ................................................................................................................ 3
BAB II ..................................................................................................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 4 BAB III ................................................................................................................................................... 7 METODOLOGI ...................................................................................................................................... 7 3.1
Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................................................. 7
3.2
Peralatan.................................................................................................................................. 7
3.3
Akuisisi Data........................................................................................................................... 7
3.3.1
Pengukuran Suhu di Lapangan FISIP ............................................................................. 7
3.3.2
Pengukuran Suhu dan Gravitasi Daerah Cangar ............................................................ 8
3.3
Pengolahan Data ..................................................................................................................... 8
3.4
Gambar Peralatan.................................................................................................................... 9
BAB IV ................................................................................................................................................. 10 HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................................. 10 4.1
Data Hasil Akuisisi ............................................................................................................... 10
4.2
Interpretasi ............................................................................................................................ 11
BAB V .................................................................................................................................................. 23 PENUTUP ............................................................................................................................................ 23 5.1
Kesimpulan ........................................................................................................................... 23
5.2
Saran ..................................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 24
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Panas bumi merupakan energi alternatif yang saat ini sedang giat dikembangkan oleh pemerintah. Hal ini terkait dengan isu krisis energi yang menghantui baik masyarakat Indonesia maupun dunia. Selain itu, Indonesia merupakan negara yang berada pada busur gunung api yang mana menjadikan Indonesia memiliki cadangan sumber energi panas bumi yang sangat besar. Menurut berbagai sumber, Indonesia memiliki setidaknya 29 GW energi panas bumi, namun yang saat ini masih dimanfaatkan baru 1.2 GW. Hal ini menuntut kerjsama antara pemerintah dan ahli ilmu kebumian untuk dapat melaksanakan eksplorasi dan pemanfaatan energi panas bumi di seluruh Indonesia guna mewujudkan ketahanan energi dalam negeri. Daerah Cangar yang berada pada Kota Batu merupakan salah satu lokasi di Jawa Timur yang memiliki potensi sumber panas bumi atau geothermal . Manifestasi yang ada ialah berupa hot spring atau mata air panas. Mata air panas ini sudah bertahun-tahun dimanfaatkan sebagai objek wisata pemandian air panas, namum belum dimanfaatkan sebagai sumber energi yang dapat dinikmati oleh warga sekitar. Dengan penyelidikan menggunakan sensor suhu dan metode gaya berat diharapkan padat memberikan informasi mengenai kondisi bawah permukaan serta sebaran sumber panas bumi yang ada di daerah tersebut.
1.2
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dilaksanakannya Praktikum MPRB ini adalah untuk: a. Mengetahui lokasi-lokasi di daerah penelitian yang diduga sebagai sumber panas bumi. b. Dapat melakukan dan memahami tahapan aukisisi, pengolahan data, dan interpretasi data gaya berat dan sensor suhu. c. Memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Metode Panas dan Radioaktivitas Bumi.
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Geothermal didefinisikan sebagai panas yang berasal dari dalam bumi. Energi panas bumi atau geothermal energy adalah panas alami dari dalam bumi yang ditransfer ke permukaan bumi secara konduksi dan konveksi. Pada dasarnya system panas bumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan-batuan, dan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan pans secara konveksi pada dsarnya terjadi karena gaya apung (buoyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak ke bawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber pans maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperature air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi (Saptaji, 2003).
Gambar 1. Sistem Panas Bumi
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
4
Adanya suatu sumber daya panas bumi di bawah permukaan biasanya ditunjukkan oleh adanya manifestasi panas bumi di permukaan. Manifestasi di permukaan adalah indikasi adanya system panas bumi di bawah permukaan bumi dekat kemunculan manifestasi tersebut. Manifestasi di permukaan bias keluar secara langsung (direct discharge) atau secara terdifusi juga bias keluar secara intermittent dan juga bias keluar secara tersembunyi seperti dalam bentuk rembesan di sungai(Raybach, 1981).
Gambar 2. Manifestasi panas bumi di permukaan
Gaya Gravitasi didefinisikan sebagai gaya tarik menarik antara dua buah benda yang memiliki masa tertentu. Konsep dari gaya Gravitasi ini pertama kali di kemukakan oleh fisikawan bernama Sir Issac Newton. Newton mengemukakan hukum umum gravitasi yang isinya menyatakan bahwa gaya tarik menarik antara dua buah benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat massa kedua benda tersebut. Jadi dengan kata lain semakin jauh jarak antara benda maka semakin kecil gaya gravitasinya. Secara matematis persamaan tentang hukum umum gravitasi ini dinyatakan sebagai berikut: F=Gx
Dengan G merupakan konstanta gravitasi, M adalah massa Bumi, m adalah massa benda dan r adalah jarak antara pusat massa kedua benda. Hukum Newton yang lain adalah mengenai gerak ( Law Of Motion). Hukum Newton kedua ini menyatakan bahwa gaya (F) adalah berbanding lurus dengan massa benda ( m) dan juga dengan percepatan. Jika digunakan sumbu vertikal maka percepatan yang digunakan adalah percepatan gravitasi (g). Secara matemat is persamaannya adalah sebagai berikut: Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
5
F=mxg
Dari kedua persamaan tersebut jika di gabungkan maka dapat diperoleh hubungan antara percepatan grafitasi dengan gaya gravitasi. F=Gx x
g=Gx g=Gx
Dengan demikian maka percepatan gravitasi berbanding lurus dengan Massa bumi dan berbanding terbalk dengan kuadrat jarak (jari-jari bumi). Dalam teori dan perhitungan nilai percepatan gravitasi di seluruh tempat di muka Bumi dibuat sama. Akan tetapi pada kenyataanya nilai percepatan gravitasi di tiap daerah dimuka Bumi tidaklah sama. Faktor yang menyebabkan hal ini terjadi antara lain bentuk Bumi yang pepat, Bumi berotasi, bentuk topografi permukaannya yang tidak teratur serta distribusi mass anya bervariasi. Dalam pengolahan data gravity harus dilakukan banyak sekali koreksi. Koreksikoreksi yang perlu dilakukan antara lain koreksi Tidal, koreksi Drift, koreksi lintang, koreksi udara bebas, koreksi medan dan koreksi Bouger(Blakeley, 1995).
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
6
BAB III METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pengambilan data pada praktikum Metode Panas dan Radioaktivitas Bumi ini
dilaksanakan di dua tempat berbeda, yaitu di lapangan FISIP pada hari Senin, 25 November 2013 dan di wisata pemandian air panas “Tahura” daerah Cangar pada hari Minggu, 1 Desember 2013. Pengambilan data dilakukan di daerah yang tidak beranomali (lapangan FISIP) dan di daerah yang beranomali (Cangar) agar praktikan dapat membedakan bagaimana respon sensor suhu di dua tempat tersebut. Pada lapangan samping Pada lapangan FISIP dilakukan pengukuran suhu saja, sedangkan di Cangar dilakukan pengukuran suhu serta gravitasi.
3.2
Peralatan Peralatan yang digunkan dalam Fieldtrip Geologi Struktur ini adalah: Seperangkat
sensor suhu, gravitymeter, laptop, alat tulis menulis, GPS, linggis, dan cangkul.
3.3
Akuisisi Data
3.3.1 Pengukuran Suhu di Lapangan FISIP Pada pengukuran suhu di lapangan FISIP ini menggunakan teknik pengukuran secara mapping dan sounding. Metode mapping ini berujuan untuk mengetahui variasi sebaran suhu secara lateral untuk setiap titik pengukuran, sedangkan sounding bertujuan untuk mengetahui perbedaan suhu pada kedalaman yang berbeda pada satu titik pengukuran. Pengukuran metode sounding ini menggunakn pipa yang dipasang 2 buah sensor, sehingga membentuk sebuah elektroda. Sebelum pengambilan data suhu, elektroda tersebut dihubungkan dengan alat (box) pengkondisi sinyal yang telah terhubung dengan laptop. Buat lubang (sumur) dengan alat linggis dengan kedalaman setidaknya lebih dari 1.5 (satu setengah) meter agar seluruh elektroda tertanam. Setelah lubang siap, elektroda ditanam dan software sensor suhu pada laptop diaktifkan, kemudian sensor akan mengukur suhu yang juga ditampilkan pada software tersebut. Jarak antar titik pengukuran (lubang/sumur) adalah 6 meter. Pada lokasi ini didapatkan 4 buah titik pengukuran. Dari data suhu yang diperoleh kemudian diolah dengan Microsoft excel agar didapatkan gradient suhu, untuk mendapatkan model 2D dan 3D diolah dengan software Surfer. Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
7
3.3.2
Pengukuran Suhu dan Gravitasi Daerah Cangar
Cara pengukuran suhu di Cangar sama seperti pengukuran di lapangan FISIP. Pada lokasi ini titik pengukuran dipilih tempat dimana diduga terdapat anomali suhu, yaitu di belakang kolam air panas. Pada lokasi ini diperoleh 12 titik pengukuran. Sebelum ke lapangan, terlebih dahulu dibat desain survey pengukuran Gravitasi berdasarkan pengamatan di Google Earth dan membuat grid pengukurannya dengan Software Global Mapper. Setelah digabung hasil grid Global Mapper dengan Google Earth maka didapatkan grid yang memiliki koordinat. Koordinat grid tersebut diexport ke GPS sebagai pemandu koordinat grid yang sesuai dengan desain survey yang dibuat. Pengukuran Gravitasi pada daerah cangar dimulai dengan melakukan penguran di base station (titik ikat) yang terletak pada belakang gedung Jurusan Fisika UB sebagai titik acuan. Titik acuan ini adalah titik yang sdah diketahui nilai mutlaknya. Setelah diperoleh nilai pengukuran di titik ini maka pengukuran dilanjutkan ke daerah Cangar. Setelah tiba di lokasi cangar, titik pengukuran gravitasi berdasarkan koordinat grid yang ada di GPS. Apabila lokasi koordinat tersebut tidak bias dijangkau maka dicari lokasi terdekat dari grid tersebut yang bias dijangkau. Setelah pengukuran di Cangar selesai maka kembali ke BS untuk pengukuran looping.
3.3
Pengolahan Data Data yang diperoleh setelah pengukuran suhu dengan sensor, kemudian diplot untuk
mendapatkan grafik gradient sebaran temperature di lokasi survey. Untuk plotting data digunakan software Microsoft Excel, dimana sumbu x adalah waktu dan sumbu y adalah temperature. Hal ini digunakan sebagai metode sounding, untuk mengetahui perubahan suhu pada kedalaman tertentu dalam selang waktu tertentu. Untuk mendapatkan profil sebaran suhu secara lateral, data diolah dengan menggunakan software Surfer. Dengan sumbu x dan y adalah koordinat titik pengukuran, dan sumbu z adalah nilai pengukuran temperature. Sebaran suhu akan digambarkan dalam bentuk peta kontur. Data Gravitasi yang diperoleh dari akuisisi dilakukan berbagai koreksi dengan menggunakan software Microsoft excel. Kemudian setelah mendapatkan data Complete Bouger Anomaly (CBA) data diplot di Surfer dengan sumbu x dan y adalah koordinat dan
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
8
sumbu z adalah nilai CBA, sehinnga didapatkan sebaran nilai percepatan gravitasi dalam bentuk peta kontur.
3.4
Gambar Peralatan
Gambar 3 - GPS
Gambar 5. Gravitimeter
Gambar 4. Linggis
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Hasil Akuisisi Data yang diperoleh dari pengukuran suhu di lapangan FISIP ialah berupa data suhu
yang diukur tiap detik. Tiap pengukuran diukur selama 1 detik, dan pengukuran berlangsung selama 100 detik, sehingga diperoleh 100 data untuk tiap titik. Contoh salah satu data pengukuran suhu pada lapangan FISIP untuk titik ke 1 ialah seperti di bawah ini (karena banyaknya jumlah data, maka penulis hanya memberikan satu contoh data pada satu titik pengukuran) :
Gambar 6. Data akuisisi sensor suhu
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
10
Dari data diatas hanya Channel 5 (CH5) saja yang terukur, karena pada pengambilan data hanya CH5 saja yang aktif, sehingga kedalaman pada pengukuran suhu lapangan FISIP ini hanya 0.5 meter. Untuk data hasil akuisisi gravitasi, sebelum masuk tahap koreksi dilakukan konversi skala pembacaan data dari alat ke data dengan satuan mgal. Untuk mendapatkan nilai gravitasi yang menggambarkan kondisi daerah penelitian maka perlu dilakukan beberapa koreksi, seperti koreksi tidal, koreksi drift, koreksi lintang, koreksi udarabebas, koreksi medan, dan koreksi Bouger. Untuk data yang telah melalui tahap koreksi dan siap untuk dibuat pemodelan ialah seperti di bawah ini:
Gambar 7. Data nilai percepatan gravitasi
4.2
Interpretasi Interpretasi dilakukan untuk mendapatkan informasi suhu di bawah permukaan,
terkait dengan adanya system panas bumi. Untuk interpretasi sounding pengukuran sensor suhu, baik di lapangan FISIP maupun di Cangar berdasarkan grafik trendline pada data yang telah diplot, dimana tiap titik pengukuran terdapat satu grafik, dan tiap grafik sumbu x adalah waktu dan sumbu y adalah temperature. Untuk mapping pengukuran suhu interpretasi berdasarkan peta kontur sebaran suhu. Interpretasi Gravitasi bertujuan untuk mengetahui perbedaan sebaran litologi berdasarkan perbedaan densitasnya. Anomali gravitasi dapat diindikasikan adanya tubuh Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
11
intrusi ataupun adanya litologi yang memiliki kontras densitas dengan sekitarnya, atau bisa juga adanya cekungan ataupun rongga di bawah permukaan. Untuk pengukuran suhu di lapangan FISIP diperoleh grafik seb agai berikut:
Gambar 8. Gradien suhu pada titik 1 di lap FISIP
Gambar 9. Gradien suhu pada titik 2 di lap FISIP
Gambar 10. Gradien suhu pada titik 3 di lap FISIP
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
12
Gambar 11. Gradien suhu pada titik 4 di lap FISIP
Dari grafik gradient suhu keempat titik tersebut, dapat diamati bahwa temperatur memiliki kecenderungan untuk turun seiring berjalannya waktu, untuk titik 1, 2, dan 3, sedangkan untuk titik 4 memiliki kecenderungan stabil. Kedalaman lubang pengukuran sekitar 0.5 meter. Hasil pengukuran seperti ini saya interpretasikan bahwa suhu pada lubang pertama (titik pertama) terdapat penurunan suhu yang signifikan yang disebabkan penyesuaian suhu di bawah permukaan dengan suhu di atas permukaan. Suhu awal tercatat 34.25o C kemudian turun hingga 33.81 o C. Saya menduga hal ini akibat dari setelah lubang dibor dan sensor ditanam, lubang tersebut tidak di kubur kembali dengan baik, sehingga terpengaruh dengan suhu di atas permukaan. Apabila dilakukan pengukuran terus, saya menduga akan mendapatkan suhu stabil yaitu titik kesetimbangan antara suhu di bawah dan di atas permukaan. Sedikit berbeda dengan ketiga titik yang lain, yang ketika setelah sensor ditanam, lubang segera dikubur kembali denga baik/padat, sehingga suhu cenderung lebih stabil. Untuk titik 2 pengukuran suhu didapatkan mulai 32.62 o C hingga 31,75 o C. Untuk titik 3 o
o
didapatkan suhu mulai 31.62 C hingga 30.75, dan untuk titik 4 didapatkan 29.87 C hingga 29.56o C. Dari keempat titik tersebut terlihat bahwa variasi suhu di lapangan FISIP berkisar 34 hingga 29 o C selisih 5o C ini saya duga berasal dari factor ketelitian alat dan penyesuaian suhu bawah permukaan dengan suhu di atas permukaan. Dari hasil ini terlihat bahwa pada lapangan FISIP ini adalah area yang tidak memiliki anomali. Litologi daerah ini ialah tanah lempung. Untuk interpretasi pengukuran suhu daerah Cangar memiliki langkah-langkah yang sama dengan di lapangan FISIP. Grafik gradient suhu untuk 12 titik di Cangar ialah sebagai berikut: Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
13
Gambar 12. Gradien suhu titik A1 Cangar
Gambar 13. Gradien suhu titik A2 Cangar
Gambar 14. Gradien suhu titik A3 Cangar
Gambar 15. Gradien suhu titik A4 Cangar
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
14
Gambar 16. Gradien suhu titik B1 Cangar
Gambar 17. Gradien suhu titik B2 Cangar
Gambar 18. Gradien suhu titik B3 Cangar
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
15
Gambar 19. Gradien suhu titik B4 Cangar
Gambar 20. Gradien suhu titik C1 Cangar
Gambar 21. Gradien suhu titik C2 Cangar
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
16
Gambar 22. Gradien suhu titik C3 Cangar
Gambar 23. Gradien suhu titik C4 Cangar
Pengukuran suhu di area cangar dipilih area yang sekiranya terdapat anomaly. Pengambilan data suhu dibagi menjadi tiga area, yaitu area A, B, dan C. Tiap area ditentuka 4 tik pengukuran, sehingga total terdapat 12 titik pengukuran. Untuk Area A topografi tidak rata, jadi pengukuran kedalaman menjadi relative terhadap permukaan tanah. Masing-masing titik/lubang pengukuran memiliki kedalaman sekitar 1.5 meter dengan menggunakan 2 buah sensor. Tiap sensor berjarak 0.5 meter dan 1.5 meter, sehingga kedalaman yang diukur adalah 0.5 meter dan 1.5 meter. Secara umum area A memiliki variasi suhu yang berada pada jangkauan 22 o C hingga 28o C. Untuk Area B topografi juga tidak rata, sehingga pengukuran kedalaman menjadi relative terhadap permukaan tanah, namun area B berada lebih tinggi dari area A. Secara umum area B memiliki sebaran suhu pada jangkauan 19 o C hingga 20o C. Untuk Area C topografi sedikit lebih rata, namun memiliki kemiringan sekitar 1 o. Area C berada lebih rendah dari area A. Secara umum area C memiliki sebaran suhu pada jangkauan 19o hingga 23 o.
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
17
Untuk peta kontur sebaran suhu di lapangan FISIP dan Cangar ialah sebagai berikut: Nama Titik Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4
Easting
Northing
9120938 9120940 9120938 9120930
677708 677703 677701 677704
Suhu ratarata 34,0919 31,6404 28,8393 29,4144
Hasil Pengolahan Data Sensor Suhu di Cangar Menggunakan Surfer pada Kedalaman 0,5m Nama Titik
N Lintang
E Bujur
Suhu rata-rata kedalaman 0,5m
A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 C4
669224 669216 669222 669219 669228 669229 669230 669231 669195 669174 669169 669175
9143913 9143910 9143907 9143910 9143911 9143909 9143911 9143911 9143889 9143879 9143864 9143864
24,1784 22,8762 26,40287 21,725 21,2972 20,8076 20,93313 20,758 22,5232 22,53787 23,62207 20,38453
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
18
Hasil Pengolahan Data Sensor Suhu di Cangar Menggunakan Surfer pada Kedalaman 1,5m Nama Northing Titik A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 C4
669224 669216 669222 669219 669228 669229 669230 669231 669195 669174 669169 669175
Easting
Suhu rata-rata kedalaman 1,5
9143913 9143910 9143907 9143910 9143911 9143909 9143911 9143911 9143889 9143879 9143864 9143864
26,1933 21,78353 27,79867 21,3478 20,84553 20,532 20,39247 19,798 21,22293 21,339 21,4 19,71593
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
19
Dari informasi di atas dapat diduga bahwa sumber panas bumi lebih dekat dengan area A dan C, dengan koordinat:
Nama Titik A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 C4
Northing 0669224 0669216 0669222 0669219 0669228 0669229 0669230 0669231 0669195 0669174 0669169 0669175
Easting 9143913 9143910 9143907 9143910 9143911 9143909 9143911 9143911 9143889 9143879 9143864 9143864
Elevasi (km) 1614 1611 1614 1614 1616 1616 1617 1617 1619 1617 1619 1619
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
20
Untuk interpretasi gravitasi diperoleh peta kontur anomaly bouger seperti di bawah ini (line A2):
Gambar 24. Peta anomali bouger A2 (titik-titik merah adalah titik pengukuran)
Peta kontur 2D dan 3d anomaly bouger untuk line A1 ialah seperti berikut:
Gambar 25. Peta anomali bouger A1
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
21
Gambar 26. Anomali bouger 3D A1
Dari data-data gravitasi diatas dapat diduga bahwa sebaran densitas batuan yang berasosiasi dengan litologi, pada daerah cangar memiliki litologi yang masih seragam (tidak banyak jenis litologi). Terlihat dari perbedaan nilai anomaly bouger yang tidak berbeda jauh. Perbedaan nilai bouger (warna) diduga akibat perbedaan tingkat kekompakan batuan. Apabila dikorelasikan dengan peta geologi memang pada dearah cangar masih berada pada kawasan litologi: volcanic breccia dan tuff . Pada sistem panas bumi litologi ini biasanya berada di dekat permukaan, karena hasil dari erupsi gunung api, karena sifat impermeable maka litologi ini memiliki peran batuan penutup (caprock). Sumber panas utama daerah cangar diduga dari kantong magma gunung Welirang.
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
22
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Telah dilakukan pengukuran suhu di Lapangan FISIP dengan hasil bahwa di lokasi
tersebut tidak ada anomali suhu. Suhu di area FISIP berkisar anta ra 29o hingga 34 o C. Telah dilakukan pengukuran suhu dan gravitsi di daerah wisata pemandian air panas “Tahura” Cangar. Dari pengukuran suhu didapatkan informasi bahwa pada derah penelitian antara A dan C memiliki suhu yang paling tinggi disbanding daerah B. Sehingga diduga sumber panas bumi dekat dengan daerah antara A dan C. Untuk hasil dari survey gravitasi dan peta geologi didapatkan informasi bahwa di daerah cangar memiliki litologi volcanic breccia dan tuff. Hal ini juga tergambarkan pada peta kontur bouger bahwa tidak ada kontras densitas di daerah cangar. Sumber panas bumi Cangar berasal dari kantong magma gunung Welirang. Dengan litologi batuan penutup (cap rock) ialah batuan vulkanik.
5.2
Saran Sebaiknya ketika pelaksanaan praktikum, praktikan mencatat segala hal yang penitng,
agar saat penulisan laporan tidak mengalami kesulitan.
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
23
DAFTAR PUSTAKA
Blakeley, R.J., 1995, Potensial Theory in Gr avity and Magnetic Applications, Cambridge University Press Raybach, L., dan L.G.P. Muffler.1981.Geothermal System: Principles and Case Histories. Chichester: John Willey and Sons. Saptaji, N.M.,2003, Teknik Panas Bumi, Departemen Tekn ik Perminyakan, ITB: Bandung
Septiandi Akhmad Perdana |Laporan Praktikum MPRB
24