LAPORAN PRAKTIKUM BLOK VII Status Faali pada Manusia Suhu Tubuh, Denyut Jantung, Denyut Nadi, Frekuensi Pernafasan
Disusun oleh: Kelompok B2-2 Irma Pratiwi
04011181320036
M. Galih Wibisono
04011181320022
Sarayati Khairunisah
04011181320024
Mukhlasina Khairunisah
04011181320026
Febryana Ramadhani M.
04011181320028
Fahmi Nur Suwandi
04011181320030
Ezi Septyandra
04011181320032
M. Imam Mulia
04011181320034
Ressy Felisa Raini
04011181320038
Desi Mareta Alfina
04011181320040
Dyah Rahayu Utami
04011181320042
Gunung Nasution
04011181320044
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Suhu normal manusia berkisar antara 36o C – 37o C. Manusia termasuk dalam mahluk berdarah panas yang mempunyai kemampuan mempertahankan suhu tubuh. Pengaturan suhu tubuh erat kaitannya dengan cariran tubuh dan metabolisme yang terdiri katabolisme dan anabolisme. Anabolisme merupakan proses pembentukan senyawa-senyawa vital dalam rangka mempertahankam kehidupan organisme. Katabolisme merupakan proses penguraian atau pengadaan energy untuk memenuhi kebutuhan energy dalam rangka melakukan akitivitas sehari-hari dan memperthankan suhu tubuh tetap konstan berkisar antara 36o C – 37o C. Fungsi cairan tubuh adalah hemeostatis. Homeostatis digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam. (Guyton dan Hall; 2006) Pratikum dilakukan dengan tiga tahap yaitu, dalam keadaan normal, keadaan setelah melakukan aktivitas, dan pengamatan hemeostatis setelah pemberian minuman hangat dan dingin. Pada saat melakukan akitivitas berlebih seperti berlari, mengangkat barang yang berat, olahraga, berjalan dengan jarak yang jauh, dan sebagainya, dapat meningkatkan suhu tubuh, detak jantung, dan pernafasan. Cairan tubuh juga ikut berperan dalam menyeimbangkan suhu tubuh. Namun, pada waktu tertentu menjadi normal kembali ke keadaan semula sebelum aktivitas berlebihan tersebut di mulai atau kembali ke basal. Akitivitas yang berlebih menyebabkan kenaikan suhu yang diikuti oleh frekuensi pernafasan, detak jantung, dan denyut nadi. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan, zat kimia, dan hormonal. Cairan tubuh sangat berperan penting dalam menyeimbangkan suhu tubuh agar tetap normal atau hemeostatis. Pratikum ini mememberi minuman hangat dan dingin untuk mengetahui respon fisiologis suhu ubuh terhadap lingkungan. Pengukuran suhu tubuh menggunakan thermometer klinis dengan cara dimasukkan ke dalam mulut dan diapit ketiak. Pengukuran detak jantung dilakukan dengan stetoskop. Pengukuran nadi dilakukan di vena radialis.
1.2 Rumusan Masalah Praktikum akan membahas masalah yang terlah diformulasikan sebagai berikut. 1. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh? 2. Bagaimana pengaruh aktivitas fisik terhadap perubahan denyut nadi, denyut jantung, frekuensi pernafasan dan suhu tubuh?
1.3 Hipotesis Faktor lingkungan berupa suhu dari luar berbanding lurus terhadap perubahan suhu tubuh, dan aktivitas fisik mampu meningkatkan denyut nadi, denyut jantung, frekuensi pernafasan dan suhu tubuh.
1.4 Tujuan Penelitian Praktikum ini memiliki tujuan penelitian sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh 2. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap perubahan denyut nadi, denyut jantung, frekuensi pernafasan, dan suhu tubuh
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian dalam praktikum ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut. 1. Untuk mahasiswa agar mengetahui dan memahami tentang pengaturan suhu tubuh dan homeostatis. 2. Untuk dosen sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. 3. Untuk masyarakat umum sebagai pengetahuan umum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Suhu Tubuh a. Pengertian Suhu yang dimaksud adalah panas atau dingin suatu substansi. Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Meskipun dalam kondisi tubuh yang ekstrim selama melakukan aktivitas fisik, mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan dalam relatif konstan. Suhu permukaan berfluktuasi bergantung pada aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Karena fluktuasi suhu permukaan ini, suhu yang dapat diterima berkisar dari 360C atau 380C. Fungsi jaringan dan sel tubuh paling baik dalam rentang suhu yang relatif sempit (Perry, 2005). Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap. Dengan anestesi blok rasa dingin/panas dapat diblok sehingga objektif maupun subjektif rasa dingin dan panas dapat dipisah yaitu: 1. Rasa suhu kulit yang tetap ( rasa suhu static ) Hal ini terjadi karena suhu tubuh beradaptasi secara penuh terhadap suhu kulit yang baru. Adaptasi penuh ini terjadi pada suhu netral (suhu nyaman). Rasa hangat yang mantap akan dirasakan bila suhu berada di atas 36 0C dan rasa dingin dirasakan pada suhu 170C. 2. Rasa suhu kulit yang berubah ( rasa suhu dinamik ) Bila suhu meninkat ambang rasa hangat menurun dan ambang rasa dingin meningkat. Kecepatan perubahan suhu berpengaruh terhadap timbulnya rasa panas/dingin.
Luasnya daerah kulit yang terpapar juga berpengaruh pada rasa timbulnya panas/dingin. 3. Titik rasa dingin dan panas Pada permukaan kulit bagian-bagian yang peka terhadap rangsangan dingin dan panas terlokasi pada titik-titik tertentu. Kepadatan titik-titik rasa suhu lebih rendah dibandingkan dengan titik rasa raba/tekan. Titik rasa dingin lebih banyak dibandingkan dengan titik rasa panas. Kulit wajah daerah yang paling peka terhadap rasa suhu. Kepadatan titik-titik rasa dingin paling tinggi.
b. Suhu Tubuh Normal dan Tidak Normal Suhu tubuh normal Suhu jaringan dalam tubuh (core temperature, suhu inti) tetap konstan dalam kisaran ±1 0F (± 0,6 0C) meskipun suhu lingkungan berfluktuasi tajam. Suhu tubuh normal rerata diperkirakan antara 98 0F dan 98,6 0F jika diukur melalui mulut dan sekitar 1 0F lebih tinggi di rektum (Guyton dan Hall, 2009). Biasanya, nilai normal untuk suhu oral manusia adalah 37 0C (98,6 0F), tetapi pada sebuah penelitian besar terhadap orang-orang muda normal, suhu oral pagi hari rerata adalah 36,7 0C dengan simpang baku 0,2 0C. Suhu rektum dapat mencerminkan suhu pusat tubuh (core temperature). Suhu oral pada keadaan normal 0,5 0C lebih rendah daripada suhu rektum, tetapi suhu ini dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk makanan/minuman panas atau dingin, mengunyah permen karet, merokok, dan bernafas melalui mulut (Ganong, 2008). Suhu inti tubuh, sekitar 37,1 0C atau 36,5 0C sampai 37,5 0
C, disebut “set-point” (Guyton dan Hall, 2007). Menurut Guyton dan Hall (2009), pengeluran panas terjadi melalui: a. Radiasi menyebabkan Pengeluran panas dalam bentuk berkas infra merah b. Pengeluaran panas secara konduksi terjadi melalui kontak langsung dengan suatu benda c. Pengeluaran panas secara konveksi terjadi karena gerakan udara d. Penguapan adalah mekanisme penting pengeluaran panas ketika suhu sangat tinggi Adapun suhu tubuh normal menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut USIA 3 Bulan 6 Bulan 1 Tahun 3 Tahun 5 Tahun
SUHU(DERAJAT CELCIUS) 37,5 0C 37,5 0C 37,7 0C 37,2 0C 37,0 0C
36,8 0C 36.7 0C 36,7 0C 36,6 0C 36,4 0C 36,0 0C
7 Tahun 9 Tahun 11 Tahun 13 Tahun Dewasa ≥ 70 Tahun Suhu tubuh tidak normal: 1) Demam
Demam adalah suhu tubuh di atas normal (Ganong 2008). Demam yang berarti suhu tubuh di atas batas normal biasa dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penakir bakteri, tumor otak, atau dehidrasi (Guyton dan Hall 2009). Walaupun demam biasanya berhubungan dengan infeksi, bukan berarti ada hubungan yang eksklusif. Demam dapat merupakan manisfestasi penyakit neoplastik, gangguan-gangguan peradangan noninfeksi atau katabolisme berlebihan pada keadaan-keadaan metabolik tertentu (Sodeman dan Sodeman, 1995). Peningkatan suhu tubuh dapat disebabkan oleh kelainan di batang otak itu sendiri atau akibat bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengendalian suhu. Demam terjadi karena penyesuaian (resetting) set point untuk kontrol suhu, penyesuaian ini dapat disebabkan
oleh
protein,
produk
penguraian
protein,
atau
toksin
bakteri
(lipopolisakarida), yang secara kolektif dinamai pirogen. Sebagian pirogen bekerja secara langsung pada pusat pengaturan, tetapi sebagian besar bekerja tidak lansung (Guyton dan Hall 2009).
2) Dehidrasi Tubuh harus mendapat cukup air untuk menjalankan fungsinya dengan tepat untuk menyaring racun-racun keluar melalui ginjal, dan untuk memelihara jumlah mineral (elektrolit) secara normal. Dehidrasi terjadi ketika tubuh kehilangan cairan lebih cepat daripada ketika akan digantikan. Seseorang harus meminum cairan dengan cukup untuk menggantikan cairan yang keluar dari tubuhnya (Elsevier, 2007). 3) Hipertemia Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertemia. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Hipertemisa maligna adalah kondisi bawaan tidak dapat mengintrol
produksi panas, yang terjadi ketika orang yang renatan menggunkan obat-obatan anastetik tertentu. 4) Hipotermia Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga mengakibatkan hipotermia. Tingkat hiptermia: ringan 33 0C – 36 0C; sedang 30 0C – 33 0C; berat 27 0C – 30 0C; sangat berat <30 0C.
c. Faktor Suhu Tubuh 1) Usia Suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu. Pada bayi baru lahir pengeluaran suhu tubuh melalui kepala, oleh karena itu perlu mengunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas. Regulasi tidak stabil sampai pada anak-anak mencapai pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. 2) Stres Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. (Perry, 2005). 3) Lingkungan Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh dimana suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, pasien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh akan naik. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme suhu mereka kurang. 4) Perubahan suhu Perubahan suhu tubuh diluar rentang normal mempengaruhi set point hipotalamus. Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang berlebihan, produksi panas minimal. Pengeluaran panas minimal atau setiap gabungan dari perubahan tersebut. Sifat perubahan tersebut mempengaruhi masalah klinis yang di alami klien (Perry, 2005). 5) Exercise/aktivitas Ativitas selain merangsang peningkatan laju metabolime, mengakibatkan gesekan antar komponen otot atau organ yang menghasilkan energi termal sehingga dapat meningktakan suhu tubuh. Semakin berat aktivitas maka suhunya akan meningkata 15 kali, sedangkan pada atlet dapat meningkat 20 kali dari basal rate. 6) Hormon
Tyroxine dan Triiodothlronime adalah pengatur utama basal metabolisme rate. Hormon ini adalah testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan dapat meningkatka metabolisme rate 5-15%. 7) Sistem saraf Selama exercise atau situasi penih stress, bagian simpatis dari sistem syaraf otonom tertimulasi. Neuron-neuron postganlionik melepaskan norephinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon epinephrine dan norephinephrine (NE) oleh medula adrenal sehingga meningkatkan metabolisme rate dari sel tubuh.
d. Homeostasis Suhu Tubuh Anabolisme merupakan proses pembentukan senyawa-senyawa vital dalam rangka mempertahankan kehidupan organisme dan katabolisme merupakan proses penguraian atau pengadaan energy untuk memenuhi kebutuhan energy dalam rangka melakukan aktivitas sehari-hari dan memepertahankan suhu tubuh tetap konstan berkisar antara 36 0
C – 37 0C. Fungsi cairan tubuh adalah menjaga kondisi cairan tubuh agar dalam keadaan
konstan dan wajar yang disebut dengan homeostasis. Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior (AH/POA) berperanan meningkatkan hilangnya panas, vasodilatasi dan menimbulkan keringat. Hipotalamus posterior (PH/ POA) berfungsi meningkatkan penyimpanan panas, menurunkan aliran darah, piloerektil, menggigil, meningkatnya produksi panas, meningkatkan sekresi hormon tiroid dan mensekresi epinephrine dan norepinephrine serta meningkatkan basal metabolisme rate. Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui mekanisme feed back negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora, 2000). Thermoreseptor di kulit dan hipotalamus mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic dan pusat peningkata panas di hipotalamus, serta sel neurosekretory hipotalamus yang menghasilkan hormon TRH (Thyrotropin releasing hormon) sebagai tanggapan.hipotalamus menyalurkan impuls syaraf dan mensekresi TRH, yang sebaliknya merangsang Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior untuk melepaskan TSH (Thyroid stimulating hormon). Impuls syaraf dihipotalamus dan TSH kemudian mengaktifkan beberapa organ efektor. Berbagai organ efektor akan berupaya untuk meningkatkan suhu tubuh untuk mencapai nilai normal, diantaranya adalah :
Impuls syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf sipatis yang menyebabkan
pembuluh
darah
kulit
akan
mengalami
vasokonstriksi.
Vasokonstriksi menurunkan aliran darah hangat, sehingga perpindahan panas dari organ internal ke kulit. Melambatnya kecepatan hilangnya panas menyebabkan temperatur tubuh internal meningkatkan reaksi metabolic melanjutkan untuk produksi panas.
Impuls syaraf di nervus simpatis menyebabkan medulla adrenal merangsang pelepasan epinephrine dan norepinephrine ke dalam darah. Hormon sebaliknya, menghasilkan peningkatan metabolisme selular, dimana meningkatkan produksi panas.
Pusat peningkatan panas merangsang bagian otak yang meningkatkan tonus otot dan memproduksi panas. Tonus otot meningkat, dan terjadi siklus yang berulang-ulang yang disebut menggigil. Selama menggigil maksimum, produksi panas tubuh dapat meningkat 4x dari basal rate hanya dalam waktu beberapa menit
Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan lebih hormon tiroid kedalam darah. Peningkatan kadar hormon tiroid secara perlahanlahan meningkatkan metabolisme rate, dan peningkatan suhu tubuh. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh berubah 1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu : a. Vasodilatasi Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan semua area tubuh.
Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak b. Berkeringat Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu 370C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 10C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kalo lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salah satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian
menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epineprine dan norefineprine. c. Penurunan pembentukan panas Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat denga kuat. 2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubh menurun, yaitu : a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior. b. Piloereksi Rangsangan simpatis menyebabkan otot erktor pili yang melekat pada folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah, beridirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator pansa terhadap lingkugan. c. Peningkatan pembentukan panas Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melaui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.
e. Teknik Pengukuran Suhu Tubuh Di setiap tempat perawatan baik di rumah sakit maupun klinik dipakai lokasi pengukuran temperatur pada ketiak, sub lingual dan rektal (Gabriel, 1998). Tempat umum pengukuran suhu adalah oral, rektal dan aksila membran timpani, esofagus, arteri pulmoner atau bahkan kandung kemih. Untuk dewasa awal yang sehat rata-rata suhu oral 37 0C. Tempat-tempat pengukuran ini dapat diiuraikan sebagai berikut: a. Pengukuran di ketiak (axila) Melakukan pengukuran suhu di ketiak adalah dianjurkan karena aman, bersih dan mudah dilakukan. Hal ini tidak menimbulkan resiko pada neonatus meskipun itu memerlukan waktu sedikit lebih lama dari pengukuran suhu di rektal. Pengukuran suhu axila adalah cara paling aman untuk mengetahui suhu tubuh pada bayi baru lahir. Namun suhu axila merupakan teknik pengukuran suhu yang kurang akurat karena diletakkan di luar tubuh daripada di dalam tubuh. Pengukuran axila mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungan: aman dan non invansif, cara yang lebih disukai pada bayi baru lahir dan klien yang tidak kooperatif. Kerugian: waktu pengukuran lama, memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan
posisi klien, tertinggal dalam pengukuran suhu inti pada waktu perubahan suhu yang cepat, memerlukan paparan toraks. b. Pengukuran di lipat paha Pengukuran di lipat paha juga dianjurkan dengan beberapa pertimbangan yaitu: (Perry, 2005) -Anatomi dan fisiologi. Terdapat pembuluh darah besar yaitu arteri dan vena femoralis dengan cabang-cabang arteri yang banyak, dimana suhu akan berpindah dari darah ke permukaan kulit melalui dinding pembuluh darah. Selain itu juga bahwa kulit epidermis di lipat paha lebih tipis dari kulit di tempat lain sehingga mempercepat terjadi pengeluran panas dari pembuluh darah yang berada di lapisan ke permukaan kulit. -Aman, daerah tersebut tidak mudah lecet dan bila termometer dijepitkan tidak mudah lepas atau jatuh -Bersih, termometer tidak akan terkontaminasi sehingga bisa dipakai pada pasien yang lain tanpa harus disterilkan dalam waktu yang lama -Mudah dilakukan dan mudah diamati kenaikan suhu tubuh pada termometer. c. Pengukuran di rektal Rektal dijadikan tempat pengukuran karena daerah tersebut banyak pembuluh darah walaupun sekarang sudah dianjurkan untuk menghindari oleh karena dapat menyebabkan trauma pada pembuluh-pembuluh darah apabila dilakukan berulang kali. Pengukuran rektal digunakan pada bayi, pasien dengan bedah atau kelainan rektal, pasien dengan miokard akut. Pengukuran suhu rektal adalah paling mungkin pada anak-anak yang lebih muda. Pengukuran suhu tubuh direktal terdapat keuntungan dan kerugian. Keuntungan: terlebih dapat diandalkan bila suhu oral dapat diperoleh, menunjukkan suhu inti (rektum, membran timpani, esofagus, arteri pulmoner, kandung kemih). Kerugian: pengukuran suhu inti lebih lambat selama perubahan suhu yang cepat, tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah rektal, nyeri pada area rektal atau cenderung perdarahan, memerlukan perubahan posisi dan dapat merupakan sumber rasa malu dan ansietas klien, memerlukan lubritasi, dikontra indikasikan pada bayi baru lahir. d. Pengukuran oral Yaitu pengukuran yang dilakukan di dalam mulut lebih khususnya di bawah lidah karena daerah ini banyak terdapat mukosa, sedangkan untuk waktu pengukuran dilakukan berdasarkan lama pengukuran suhu di rektal antara 3-5 menit, di oral 3-7 menit, axila, 915 menit sedangkan pengukuran suhu tubuh di ketiak pada usia dewasa adalah 8-10 menit (Tulus, 2001).
2.2 Aktivitas Fisik a. Pengertian Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010).
b. Tipe-Tipe Aktivitas Fisik Ada 3 tipe/macam/sifat aktivitas fisik yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh yaitu: 1. Ketahanan (endurance) Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan, dapat membantu jantung, paruparu, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita lebih bertenaga. Untuk mendapatkan ketahanan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari per minggu). Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: berjalan kaki, lari ringan berenang, senam, bermain tenis, berkebun dan kerja di taman.
2. Kelenturan (flexibility) Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi dengan baik. Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari per minggu). Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: peregangan (mulai dengan perlahan-lahan tanpa kekuatan atau sentakan, lakukan secara teratur untuk 10-30 detik, bisa mulai dari tangan dan kaki), senam taichi, yoga, mencuci pakaian, mobil, mengepel lantai.
3. Kekuatan (strength) Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis. Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (2-4 hari per minggu). Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: push-up, pelajari teknik yang benar untuk mencegah otot dan sendi dari
kecelakaan, naik turun tangga, angkat berat/beban, membawa belanjaan, mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur (fitness). Aktivitas fisik tersebut akan meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran kalori), misalnya:
Berjalan kaki (5,6-7 kkal/menit)
Berkebun (5,6 kkal/menit)
Menyetrika (4,2 kkal/menit)
Menyapu rumah (3,9 kkal/menit)
Membersihkan jendela (3,7 kkal/menit)
Mencuci baju (3,56 kkal/menit)
Mengemudi mobil (2,8 kkal/menit)
c. Fisiologi Aktivitas Fisik Tubuh manusia merupakan sesuatu mesin yang luar biasa di mana aktivitas tubuh yang terkoordinasi sempurna terjadi secara simultan. Perubahan fisiologis yang nyata dapat terjadi dalam tubuh kita apabila aktivitas fisik atau latihan olahraga yang berterusan dilakukan. Oleh karena itu, tanggapan tehadap latihan memiliki dua aspek analog dengan respon tubuh terhadap ligkungan stress. Salah satunya adalah respon jangka pendek iaitu serangan tunggal setelah sesekali olahraga ataupun dapat disebut latihan akut. Aspek kedua adalah respon jangka panjang iaitu setelah olahraga teratur yang mempermudahkan latihan berikutnya serta meningkatkan kinerjanya. Adaptasi terhadap latihan kronik ini disebut „training‟. (Willmore et al, 1999) Adaptasi terhadap latihan akut adalah respon terhadap latihan di mana efek terhadap pelatihan. (Willmore, 1994) Respon jangka pendek serta jangka panjang ini memenuhi kebutuhan energi. Kenaikan pesat dalam kebutuhan energi sewaktu latihan memerlukan penyesuaian peredaran darah yang seimbang untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen, nutrisi serta mengeliminasi produk akhir metabolisme seperti karbon dioksida dan asam laktat dan membebaskan panas berlebihan. Pergeseran metabolisme tubuh terjadi melalui kegiatan terkoordinasi dari semua sistem tubuh iaitu neuromuskuler, respiratori, kardiovaskular, metabolik, dan hormonal. (Shetty , 2005)
2.3 Denyut nadi a. Pengertian Denyut Nadi Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri rafialis pada
pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang lutut, ataupun dengan bantuan stetoskop. Denyut jantung berhubungan dengan denyut nadi adalah tanda penting dalam bidang medis yang bermanfaat untuk merigevaluasi dengan cepat kesehatan atau mengetahui kebugaran seseorang secara umum.
b. Interpretasi Denyut Nadi Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang berdasarkan systol dan gystole dari jantung. Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah: - Bayi baru lahir : 140 kali per menit - Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit - Umur 1 - 6 bulan : 130 kali per menit - Umur 6 - 12 bulan : 115 kali per menit - Umur 1 - 2 tahun : 110 kali per menit - Umur 2 - 6 tahun : 105 kali per menit - Umur 6 - 10 tahun : 95 kali per menit - Umur 10 - 14 tahun : 85 kali per menit - Umur 14 - 18 tahun : 82 kali per menit - Umur di atas 18 tahun : 60 - 100 kali per menit - Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut pradicardi. Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi. Tujuan mengetahui jumlah denyut nadi seseorang adalah: * Untuk mengetahui kerja jantung * Untuk menentukan diagnosa * Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang
c. Teknik-Teknik Pengukuran Denyut Nadi (Heart Rate) Cara menghitung denyut nadi seseorang adalah dengan meletakkan jari pada pergelangan tangan (menggunakan ibu jari), atau dapat juga meraba daerah leher disamping tenggorokan, atau dapat juga dilakukan dengan langsung menempelkan telinga pada dada orang yang akan diperiksa untuk mendengar detak jantungnya dan dapat juga digunakan stetoskop.
Tempel dan tekan (jangan terlalu kuat) tiga jari, telunjuk, jari tengah dan jari manis, pada pergeangan tangan. Telunjuk menekan a. radialis sehingga a. radialis menutup, setelah itu dengan jari manis kita tekan a. radialis perlahan-lahan sampai jari tengah tak merasakan adanya pulsasi lagi. Jadi kesan besarnya desakan darah diperoleh dari jari manis yang menghil;angkan pulsasi. Setelah itu hitung denyut nadi dengan waktu yang ditentukan. Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah: - Ateri radalis : Pada pergelangan tangan - Arteri temporalis : Pada tulang pelipis - Arteri caratis : Pada leher - Arteri femoralis : Pada lipatan paha - Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki - Arteri politela : pada lipatan lutut - Arteri bracialis : Pada lipatan siku - Ictus cordis : pada dinding iga, 5 - 7
2.4 Denyut jantung a. Pengertian Detak jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah tanda penting dalam bidang medis yang bermanfaat untuk mengevaluasi dengan cepat kesehatan atau mengetahui kebugaran seseorang secara umum. Denyut jantung adalah jumlah denyutan jantung per satuan waktu, biasanya per menit. Denyut jantung didasarkan pada jumlah kontraksi ventrikel (bilik bawah jantung). Denyut jantung mungkin terlalu cepat (takikardia) atau terlalu lambat (bradikardia). Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelombang darah yang mengalir melalui pembuluh darah sebagai akibat dari denyutan jantung. Denyut nadi sering diambil di pergelangan tangan untuk memperkirakan denyut jantung. Jantung adalah organ vital dan merupakan pertahanan terakhir untuk hidup selain otak. Denyut yang ada di jantung ini tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Denyut jantung biasanya mengacu pada jumlah waktu yang dibutuhkan oleh detak jantung per satuan waktu, secara umum direpresentasikan sebagai bpm (beats per minute).
b. Fisiologi Pada saat jantung normal dalam keadaan istirahat, maka pengaruh sistem parasimpatis dominan dalam mempertahankan kecepatan denyut jantung sekitar 60 hingga 80 denyut per menit. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat dipengaruhi
oleh pekerjaan, tekanan darah, emosi, cara hidup dan umur. Pada waktu banyak pergerakan, kebutuhan oksigen (O2) meningkat dan pengeluaran karbondioksida (CO2) juga meningkat sehingga kecepatan jantung bisa mencapai 150 x/ menit dengan daya pompa 20-25 liter/menit. Pada keadaan normal jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama sehingga tidak teradi penimbunan. Apabila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung maka vena-vena dekat jantung jadi membengkak berisi darah sehingga tekanan dalam vena naik dalam jangka waktu lama, bisa menjadi edema.
c. Interpretasi Terdapat istilah berbeda mengenai denyut nadi: 1) Denyut Nadi Maksimal (Maximal Heart Rate) Denyut nadi maksimal adalah maksimal denyut nadi yang dapat dilakukan pada saat melakukan aktivitas maksimal.untuk menentukan denyut nadi maksimal digunakan rumus 220-umur. 2) Denyut Nadi Iatihan Denyut nadi latihan dilakukan pengukuran setelah menyelesaikan satu set latihan dan ini bisa memantau intensitas latihan yang telah ditetapkan sebelumnya. Cara menghitung: Tempel dan tekankan (Jangan terlalu keras) tiga jari (telunjuk, tengah, manis) salah satu tangan pada pergelangan tagan yang lain. Temukan denyut nadi kita. Setelah itu, barulah kita mulai menghitung. Hitunglah denyut nadi Selama 15 detik. Kemudian, hasilnya dikalikan 4.
Angka-angka Itu - Denyut nadi normal: 60 – 100/menit - Denyut nadi maksimal: 220 – umur - Zone latihan (training zone; yaitu tingkat intensitas dimana Anda bisa berolahraga): 70% – 85% dari denyut nadi maksimal
3) Denyut Nadi Istirahat (Resting Heart Rate) Denyut nadi istirahat adalah denyut nadi yang diukur saat istirahat dan tidak setelah melakukan aktivitas. Pengukuran denyut nadi ini dapat menggambarkan tingkat kesegaran jasmani seseorang.pengukuran ini dilakukan selama 10 sampai 15 detik. Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat maka denyut jantung yang normal adalah sekitar 60-100 denyut per menit (bpm). Jika didapatkan denyut
jantung yang lebih rendah saat sedang istirahat, pada umumnya menunjukkan fungsi jantung yang lebih efisien dan lebih baik kebugaran kardiovaskularnya," ujar Edward R. Laskowski, M.D, seorang physical medicine and rehabilitation specialist.
4) Denyut Nadi Pemulihan (Recovery Heart Rate) Denyut nadi pemulihan adalah jumlah denyut nadi permenit yang diukur setelah istirahat 2 sampai 5 menit.pengukuran ini diperlukan untuk melihat seberapa cepat kemampuan tubuh seseorang melakukan pemulihan setelah melakukan aktivitas yang berat. Denyut jantung seharusnya dibawah 120 sesudah 2 sampai 5 menit sesudah olahraga berhenti tergantung kepada tingkat kebugaran. Jika denyut jantungnya lebih tinggi, pendinginan yang tidak cukup atau tingkat kebugaran mungkin merupakan penyebabnya. Pemulihan denyut jantung yang lamban mungkin juga disebabkan oleh penyakit atau olahraga yang terlalu keras. Jika itu masalahnya, kurangilah intensitas olahraga untuk menyesuaikan denyut jantung. pemeriksaan denyut jantung pada akhir latihan aerobik seharusnya dibawah 100 bpm.
d. Faktor-Faktor Secara umum faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut jantung : 1) Jenis kelamin 2) Usia 3) Berat badan 4) Keadaan emosi atau psikis 5) Kebiasaan aktifitas sehari-hari 6) Sikap tubuh saat di ukur denyut nadi nya 7) Suhu/ temperatur udara di seklilingnya 8) Konsumsi obat saat di ukur
2.5 Pernafasan a. Fisiologi Pernafasan Fungsi utama saluran pernafasan adalah untuk memperoleh oksigen agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel. Pernafasan terdiri atas respirasi internal dan eksternal. respirasi internal atau selular mengacu kepada proses metabolisme intrasel yang berlangsung di dalam mitokondria, yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama penyerapan energi dari molekul
nutrien. Respirasi eksternal mengacu kepada keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat dalam pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dari sel tubuh. Sistem pernapasan mencakup saluran pernapasan yang berjalan ke paru dan struktur toraks yang terlibat menimbulkan gerakan udara melalui saluran pernapasan. Saluran pernapasan adalah saluran yang mengangkut udara antara atmosfer dari alveolus, tempat terakhir yang merupakan satu-satunya tempat pertukaran gas-gas antara udara dan darah dapat berlangsung (Ganong, 2007).
b. Frekuensi pernafasan Respiratory rate has been measured using 15, 30 and 60 second counts; however, the 60 second count is most accurate as shorter durations often overestimate the number of breaths per minute. In a pediatric study, respiratory rates counted with a stethoscope as opposed to visually were 20-50% high¬er and more accurate suggesting that only larger tidal volume breaths tend to be counted visually and rapid shallow breaths may be missed. Agitation, anxiety and fever may cause an elevation in respiratory rate not associated with respiratory distress. Average resting respiratory rates by age: • Birth to 6 weeks
: 30-60 breaths per minute
• 6 months
: 25-40 breaths per minute
• 3 years
: 20-30 breaths per minute
• 6 years
: 18-25 breaths per minute
• 10 years
: 15-20 breaths per minute
• Adults
: 12-20 breaths per minute
Breathing patterns are best assessed with respectful expo¬sure of the patients to the waist area. Observe for any chest wall deformities such as pectus deformity, kyphoscoliosis and scars. Observe for movement of the chest wall and abdomen and whether the movement is synchronous or asynchronous. Note the pattern in rate and depth and regularity of breathing.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Pernafasan •Usia Secara normal kecepatan berbeda. Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi
terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas. • Suhu Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen. •Gaya Hidup Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru. •Status Kesehatan Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel. •Narkotika Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan. •Jenis Kelamin Kecepatan pernafasan pada laki-laki dan perempuan memiliki kecepatan pernafasan yang berbeda. Kecepatan pernapasan pada wanita lebih tinggi daripada pria.
•Ketinggian Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat. •Polusi Udara Dengan adanya polusi udara, kecepatan pernapasan kita terganggu. Bernapas menjadi lebih menyesakkan sehingga kecepatan pernapasan menurun, jumlah oksigen yang dihisap menurun, kita pun menjadi lemas. •Olah Raga Olahraga meningkatkan frekuensi dan kedalaman untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan menambah oksigen. •Nyeri Akut Sebagai akibat stimulasi simpatik sehingga meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan. Klien dapat menghambat pergerakkan dada bila ada nyeri pada area dada. • Keadaan emosi atau psikis Emosi, rasa takut dan sakit misalnya, menyebabkan impuls yang merangsang pusat pernapasan dan menimbulkan penghirupan udara secara kuat.
d. Teknik Pengukuran frekuensi Pernafasan Persiapan Alat 1. Jam tangan (dengan jarum detik) 2. Sarung tangan bersih 3. Stetoskop (untuk mengkaji RR dengan mendengarkan suara nafas) 4. Larutan klorin 0,5 % 5. Alat tulis
Persiapan Lingkungan
1. Tutup pintu, jendela, gorden 2. Beri penerangan yang cukup 3. Atur posisi pasien (supine/duduk)
Persiapan Pasien 1. Beri penjelasan tentang tujuan, manfaat dan kerugian 2. Jelaskan langkah-langkah dari prosedur
Tindakan 1. Cuci tangan 2. Pakai sarung tangan 3. Pengkajian Respiratory Rate
Lihat dan observasi naik-turunnya dinding dada atau rasakan gerakan naikturunnya dinding dada dengan meletakkan telapak tangan pada dinding dada
Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi)
Jika siklus teratur. Hitung selama 30 detik hasilnya kalikan 2
Jika siklus tidak teratur hitung selama 1 menit penuh (untuk bayi harus dihitung selama 1 menit penuh)
Dengan stetoskop (mendengar suara nafas langsung) = Letakkan/ pasang stetoskop pada salah satu lobus paru-paru, dengarkan suara nafas dan hitung siklus nafasnya 30 detik, hasilnya dikalikan 2 jika nafasnya teratur, dan selama 1 menit jika nafas tidak teratur. Sementara menghitung, perhatikan kedalaman pernafasan dan juga pola nafasnya.
4. Rapikan pasien, kembalikan pasien pada posisi yang nyaman. 5. Rapikan peralatan 6.
Lepas sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
7. Cuci tangan
Evaluasi
Hasil tindakan
Sampaikan pada klien hasil pemeriksaan
Tanyakan perasaan klien saat tindakan
Dokumentasi Waktu tindakan (Hari, Tanggal, Jam)
Hasil pemeriksaan Identitas pelaksana dan Tanda Tangan
e. Hubungan Frekuensi Pernafasan dan Aktivitas Fisik Pada saat latihan frekuensi pernafasan akan meningkat. Meskipun demikian frekuensi pernafasan tidak akan dapat dipakai sebagai alat ukur intensitas latihan, karena pernafasan dapat dimanipulasikan oleh seseorang. Pernafasan secara sadar dapat dipercepat, diperlambat, atau diperdalam oleh kemauan seseorang. Akan tetapi jika pernafasan tidak dikendalikan secara sadar sudah akan diatur secara otomatis oleh sistem saraf outonom. Pada saat berlatih hawa tidal akan meningkat, atau pernafasan menjadi lebih dalam. Dengan pernafasan yang lebih dalam maka tekanan udara dalam paru akan meningkat, sehingga difusi (pertukaran gas) antara O2 dan CO2 juga akan meningkat. Meningkatnya hawa tidal disertai frekuensi pernafasan yang meningkat maka ventilasi (udara yang masuk selama satu menit) juga akan meningkat. Semakin tinggi intensitas latihan, frekuensi pernafasan juga akan semakin tinggi, sehingga ventilasi juga akan semakin tinggi. Untuk beberapa cabang olahraga kemampuan menahan nafas sangat diperlukan. Bila seseorang melakukan kerja yang bersifat powerfull dan sesaat, maka ia harus dalam keadaan menahan nafas, begitu pula saat membidik. Kalau kadar CO2 dalam darah tinggi, maka kemampuan menahan nafas tak akan lama, sehingga pada orang lelah (kadar CO2 tinggi), akurasi dan powerfullnya menurun. Untuk dapat meningkatkan penyerapan O2, dan pelepasan CO2 dapat memanipulasikan pernafasan. Dengan sadar dapat menghirup udara lebih dalam, dan menambah frekuensi pernafasan. Meskipun demikian O2 yang masuk cukup banyak belum tentu segera dapat dipergunakan, mengingat penggunaannya perlu banyak dan besarnya mitokondria dalam sel-sel otot. Jika dalam keadaan normal memanipulasikan pernafasan tersebut dapat menyebabkan terhambatnya pembuangan CO2, karena darah yang melewati jaringanjaringan tidak dapat melepaskan O2 karena kebutuhan hanya sedikit. Dengan demikian pengangkutan CO2 akan terganggu, karena darah masih bermuatan banyak O2.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yaitu metode eksperimen.Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagianbagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alamMetode Eksperimen adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat (kausalitas) antara satu variabel dengan lainnya (variabel X dan variabel Y). Untuk menjelaskan hubungan kausalitas ini, peneliti harus melakukan kontrol dan pengukuran yang sangat cermat terhadap variabel-variabel penelitiannya.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Bukit pada tanggal 20 Maret 2014 3.3 Cara Kerja
3.3.1 Langkah 1 -
Naracoba dalam keadaan istirahat atau tidak melakukan aktifitas fisik
-
Ukur suhu tubuh dalam keadaan tenangdengan menggunakan thermometer klinis dengan cara memasukkan kedalam mulut atau diapit di ketiak selama 5 menit
-
Ukur frekuensi pernapasan dengan cara meletakkan jari di di bawah hidung dan mengamati sewaktu inspirasi dan ekspirasi selama 1 menit
-
Hitung frekuensi denyut jantung dengan menggunakan stetoskop selama 1 menit
-
Hitung frekuensi denyut nadi dengan meraba arteri radialis selama 1 menit
-
Masukkan batu es kedalam mulut lalu ukurlah suhu tubuh dengan cara memasukkan thermometer kedalam mulut
-
5 menit sesudah memasukkan batu es, ukur lagi suhu tubuh dengan cara yang sama
-
Minum air panas lalu ukurlah suhu tubuh dengan cara memasukkan thermometer kedalam mulut
-
5 menit setelah meminum air oanasm ukur lagi suhu tubuh dengan cara yang sama
-
Catat semua hasil percobaan
3.1.2 Langkah 2 -
Naracoba melakukan aktifitas fisik (lari di tempat selama 5 menit dengan panduan metronom kecepatan 120x/menit)
-
Ukur frekuensi denyut nadi, denyut jantung, sfrekuensi napas, serta suhu tubuh tepat setelah selesai melakukan aktifitas fisik dengan cara yang sama
-
Setelah 5 menit, ukur kembali denyut nadi, denyut jantung, frekuensi napas, serta suhu tubuh
-
Catat semua hasil percobaan
3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara observasi. Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan kemudian format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan. Mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kepada skala bertingkat. Data disajikan secara kuantitatif yaitu dalam bentuk angka yang disajikan dalam tabel.
3.5 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan teknik analisis korelasional. Analisis korelasional adalah analisis statistik yang berusaha untuk mencari hubungan atau pengaruh antara dua buah variabel atau lebih Data disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian ditabulasikan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil a. Pengamatan Pengaruh Lingkungan terhadap Suhu Tubuh GRUP I
II
III
IV
V
NARACOBA
UMUR
JK
1.
Vita Arya U
17
2.
M Ridho
3.
SUHU
ES
AIR HANGAT
MULUT
KETIAK
5” I
5” II
5” I
5” II
P
36,3°C
-
36°C
36,1°C
37,1°C
36,4°C
18
L
37,1°C
37,3°C
36,5°C
36,8°C
38,6°C
37,6°C
Celcius Butandi
18
L
36,2°C
36,6°C
35,7°C
36,2°C
37,6°C
36,7°C
4.
Klara Sinta
18
P
35,9°C
-
35,2°C
35,5°C
36,9°C
35,9°C
5.
Lia Andani P
18
P
36°C
-
35,8°C
35,95°C
36,25°C
36,1°C
1.
Dyah
18
P
36,6°C
-
35°C
35,85°C
37,45°C
36,5°C
2.
M Imam
17
L
37,2°C
37,4°C
36,3°C
36,5°C
37,6°C
37°C
3.
Desi Mareta
18
P
36,4°C
-
35,8°C
36,3°C
38,2°C
36,6°C
4.
Mukhlasinia A
17
P
36,7°C
-
35,5°C
35,8°C
37,6°C
36,7°C
5.
Ezi S
18
L
36°C
37,2°C
35°C
35,6°C
36,7°C
36°C
1.
M Wasistha
18
L
36,6°C
36°C
35°C
36,4°C
37.2°C
36,8°C
2.
Nining
18
P
37°C
-
35,1°C
35,3°C
37,6°C
37°C
3.
Dian
18
P
36,6°C
-
36,7°C
36,6°C
37,4°C
36,9°C
4.
Syinthia
18
P
36,2°C
-
36°C
36,2°C
37,1°C
36,1°C
5.
Mela Roza
18
P
36,2°C
-
36,2°C
35°C
35,3°C
37,5°C
1.
Azan
17
L
36,5°C
35,5°C
35,8°C
36,8°C
37,6°C
37,2°C
2.
Maria
18
P
36,8°C
-
36,3°C
36,6°C
37,6°C
37°C
3.
Emil
18
P
36,4°C
-
35,5°C
36,1°C
37,2°C
36,4°C
4.
Rani
17
P
37°C
-
36,7°C
37°C
37,5°C
37°C
5.
Afifa
18
P
36,4°C
-
35,1°C
36°C
36,8°C
36,4°C
1.
Syahnas
18
P
36,9°C
-
35,9°C
36,7°C
37,3°C
36,5°C
2.
Alifandi
17
L
36,5°C
36°C
35,4°C
36,2°C
37,3°C
36,3°C
3.
Fania Rizkyani
18
P
36°C
-
35,5°C
36,1°C
38,1°C
36,2°C
4.
Umi Salamah
19
P
36,3°C
-
35,6°C
36°C
37,7°C
36,6°C
5.
Aulia Ulfah
18
P
36,8°C
-
35,2°C
36,1°C
37,9°C
36,8°C
Sesuai tabel hasil percobaan dengan naracoba 7 orang laki-laki dan 18 orang perempuan dan dengan usia rata-rata 18 tahun, rata-rata suhu tubuh yang diukur di mulut adalah 36,504°C, sedangkan suhu tubuh yang diukur di axilla adalah 36,57°C. Ketika diberikan es dan diukur 5 menit kemudian menggunakan thermometer, suhu tubuh terendah
sesuai percobaan yaitu 35°C, dan pengukuran di menit ke 10 menunjukkan suhu tubuh mulai kembali ke suhu tubuh basal. Ketika berkumur-kumur dengan air hangat dan diukur 5 menit kemudian menggunakan thermometer, suhu tubuh tertinggi sesuai percobaan yaitu 38,6°C, dan pengukuran di menit ke 10 menunjukkan suhu tubuh mulai kembali ke suhu tubuh basal.
GRUP I
II
III
IV
V
NARACOBA
UMUR
JK
SUHU
ES
AIR HANGAT
MULUT
KETIAK
5” I
5” II
5” I
5” II
1.
M Arvin
17
L
36,4°C
-
35,9°C
36°C
36,3°C
-
2.
Rido M
19
L
36,8°C
-
36,7°C
36,7°C
36,9°C
37,2°C
3.
Mathius
18
L
36,4°C
-
35,5°C
36,4°C
36,8°C
-
4.
Ny Balkis
17
P
37,2°C
-
36,6°C
36,8°C
37,2°C
-
5.
Karisya T
19
P
36,6°C
-
36,2°C
36,2°C
37,1°C
36,6°C
1.
Haekal
18
L
36,3°C
-
36,4°C
-
36,3°C
-
2.
Selly
18
P
36,5°C
-
35,6°C
36°C
36,6°C
-
3.
Aziska
18
P
36,3°C
-
35,2°C
35,8°C
36,7°C
36,7°C
4.
Retrisia
18
P
36,8°C
-
36,6°C
37°C
36,8°C
-
5.
Sinta Nida
18
P
36,8°C
-
37,1°C
-
37,5°C
-
1.
Dhanty M
19
P
36,8°C
-
36,5°C
36,8°C
37,8°C
-
2.
Frischa
18
P
36,5°C
-
36°C
36,5°C
36,7°C
36,3°C
3.
Siti Saliha
18
P
36,2°C
-
36,3°C
-
36,8°C
36,3°C
4.
Andini F
18
P
36°C
-
36,1°C
-
37,1°C
-
5.
Albarokah
17
L
36,3°C
-
36,3°C
-
36,9°C
36,4°C
1.
M Kokoh
18
L
37°C
-
36°C
36,4°C
37°C
-
2.
Kevin Ariel
17
L
37°C
-
37°C
-
37°C
-
3.
Mei Syahara
18
P
36,6°C
-
36,4°C
36,6°C
37°C
36,3°C
4.
Esti Yolanda
18
P
36,8°C
-
36,5°C
-
37°C
36,3°C
5.
Sisca
18
P
36,3°C
-
36,3°C
-
36,6°C
-
1.
Alia Salvira
20
P
35,8°C
-
35,7°C
35,4°C
36,4°C
-
2.
Jessica
18
P
36,8°C
-
36,6°C
36,8°C
36,8°C
-
3.
Deanita
18
P
36,3°C
-
36,2°C
36,2°C
36,2°C
-
4.
Dewangga
18
L
36,2°C
-
36,2°C
36,2°C
36,2°C
-
5.
M Ihsan
18
L
-
-
35,8°C
36°C
37°C
-
Sesuai tabel hasil percobaan dengan naracoba 9 orang laki-laki dan 16 orang perempuan dan dengan usia rata-rata 18 tahun, rata-rata suhu tubuh yang diukur di mulut adalah 36,529°C. Ketika diberikan es dan diukur 5 menit kemudian menggunakan thermometer, suhu tubuh terendah sesuai percobaan yaitu 35,2°C, dan pengukuran di menit ke 10 menunjukkan suhu tubuh mulai kembali ke suhu tubuh basal. Ketika berkumur-kumur dengan air hangat dan diukur 5 menit kemudian menggunakan thermometer, suhu tubuh
tertinggi sesuai percobaan yaitu 37,8°C, dan pengukuran di menit ke 10 menunjukkan suhu tubuh mulai kembali ke suhu tubuh basal.
b. Pengamatan Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Perubahan Denyut Nadi, Denyut Jantung, Frekuensi Pernafasan dan Suhu Tubuh
G R U P I
II
III
IV
V
1.
M Ridho
U M U R 18
2.
Celcius B
18
L
90
98
15
36,2°C
106
106
31
36,3°C
96
102
19
36,7°C
3.
Aulia H R
18
P
100
96
23
36,4°C
89
102
33
36°C
81
75
22
35,9°C
4.
Klara Sinta
18
P
102
101
26
35,9°C
112
111
40
35,8°C
102
101
30
35,7°C
5.
Lia Andani
18
P
78
76
22
36°C
72
79
24
36,2°C
71
78
15
36,3°C
1.
Dyah R
18
P
93
105
19
36,6°C
100
110
25
36,2°C
84
91
21
36.35°C
2.
Mukhlasinia
17
P
78
80
13
36,8°C
86
88
30
38,9°C
82
83
13
35,9°C
3.
Ezi S
18
L
70
95
21
36°C
87
110
40
37°C
65
90
37
36,2°C
4.
Ressy Felisa
18
P
96
98
20
36,5°C
98
101
21
35,9°C
97
99
23
36,8°C
5.
M Imam
17
L
81
81
25
37,2°C
90
90
28
37,8°C
82
82
24
37,3°C
1.
M Wasistha
18
L
75
70
18
36,6°C
87
80
23
36,7°C
80
70
16
36,6°C
2.
Nining
18
P
68
78
17
37°C
63
83
17
36,8°C
80
80
20
37,2°C
3.
Dian
18
P
85
75
20
36,6°C
95
92
23
36,9°C
78
83
20
36,6°C
4.
Syinthia
18
P
79
72
28
36,2°C
92
95
32
36,4°C
75
75
24
36,6°C
5.
Mela Roza
18
P
92
98
20
36,2°C
91
114
23
37°C
79
94
19
36.5°C
1.
Azan F
17
L
84
86
25
36,5°C
80
78
26
37,7°C
76
78
17
36,4°C
2.
Maria
18
P
99
99
18
36,8°C
95
95
20
36,9°C
95
95
18
37°C
3.
Emil Intan
18
P
86
90
28
36,4°C
88
92
30
35,9°C
86
90
28
35,9°C
4.
Afifa
18
P
91
90
25
36,4°C
100
102
39
36,3°C
89
90
22
36,7°C
5.
Rani
17
P
86
86
20
37°C
90
92
23
37,5°C
86
86
20
37°C
1.
Yeni Intan C
18
P
101
88
25
36,9°C
95
105
40
36.8°C
92
78
21
36,7°C
2.
Umi S
19
P
74
76
29
36,3°C
67
68
34
36,2°C
70
56
26
36,4°C
3.
Syahnas M
18
P
61
86
23
36,9°C
80
65
45
36,6°C
77
77
29
36,9°C
4.
Fania R
18
P
88
84
23
36°C
84
88
24
36,3°C
80
84
23
36,5°C
5.
Aulia Ulfah
18
P
74
70
17
36,8°C
80
74
20
35,9°C
67
70
16
35,9°C
NARACOBA
KONDISI ISTIRAHAT
EXERCISE 10 MENIT
J K
PEMULIHAN (5 MENIT)
N
J
FN
S
N
J
FN
S
N
J
FN
S
L
90
90
19
37,1°C
95
96
29
37,3°C
89
89
18
37,4°C
Sesuai tabel hasil percobaan dengan naracoba 6 orang laki-laki dan 19 orang perempuan dan dengan usia rata-rata 18 tahun, pada keadaan istirahat rata-rata denyut nadi adalah 84,84 per menit. Sedangkan rata-rata detak jantung adalah 86,72 per menit. Rata-rata frekuensi napas adalah 21,56 per menit dan rata-rata suhu tubuh adalah 36,532°C. Saat exercise selama 10 menit rata-rata denyut nadi adalah 88,88 per menit, rata-rata detak jantung adalah 92,64 per menit, rata-rata frekuensi napas adalah 28,8 per menit, dan rata-rata suhu tubuh adalah 36,692°C. Denyut nadi tertinggi adalah 112 per menit, detak
jantung tertinggi 114 per menit, nafas tertinggi adalah 45 per menit, dan suhu tubuh tertinggi adalah 38,9°C. Saat pemulihan selama 5 menit rata-rata denyut nadi adalah 82,36 per menit, rata-rata detak jantung adalah 83,84 per menit, rata-rata frekuensi napas adalah 21,64 per menit, dan rata-rata suhu tubuh adalah 36,538°C.
G R U P I
II
III
IV
V
1.
M Arvin
U M U R 17
2.
Rido M
19
L
64
70
14
36,9°C
58
62
18
36°C
62
64
14
36,8°C
3.
Mathius
18
L
82
85
21
36,2°C
90
82
32
36°C
78
84
34
36,4°C
4.
Ny Balkis
17
P
84
85
17
37,1°C
80
86
22
36,5°C
80
84
18
37,2°C
5.
Karisya T
19
P
83
94
20
36,7°C
78
80
22
36°C
86
84
20
36,6°C
1.
Haekal
18
L
76
75
17
36,2°C
78
80
22
35,7°C
72
72
14
36,1°C
2.
Selly
18
P
96
95
17
36,5°C
100
96
22
35,8°C
98
98
18
36,5°C
3.
Aziska
18
P
98
96
13
36,3°C
100
100
18
35,7°C
98
94
12
36,3°C
4.
Retrisia
18
P
94
96
19
37°C
108
100
28
36,4°C
94
98
18
36,8°C
5.
Sinta Nida
18
P
89
86
19
37,3°C
80
80
22
36,5°C
86
79
18
36,8°C
1.
Dhanty M
19
P
97
102
22
36,8°C
82
84
24
36,8°C
100
108
22
36,8°C
2.
Frischa
18
P
72
85
19
37°C
74
72
20
36,8°C
74
72
20
36,5°C
3.
Siti Saliha
18
P
68
65
23
36,3°C
64
60
20
36,2°C
72
64
18
36,2°C
4.
Andini F
18
P
93
96
18
37,1°C
66
84
24
36°C
84
82
16
36°C
5.
Albarokah
17
L
90
86
24
36,6°C
70
60
26
36,5°C
64
64
16
36,3°C
1.
M Kokoh
18
L
75
81
24
37°C
80
58
18
36,1°C
72
78
18
37°C
2.
Kevin Ariel
17
L
88
86
18
37°C
106
104
28
36,5°C
88
86
18
37°C
3.
Mei Syahara
18
P
79
87
19
36,6°C
88
84
26
36,4°C
80
86
18
36,6°C
4.
Esti Yolanda
18
P
73
75
18
36,9°C
76
78
19
36,1°C
78
76
15
36,3°C
5.
Sisca
18
P
80
85
19
36,5°C
86
90
26
36,3°C
82
82
20
36,5°C
1.
Alia Salvira
20
P
62
64
19
36,4°C
66
68
24
35,7°C
60
64
22
35,8°C
2.
Jessica E
18
P
70
75
22
36,8°C
76
78
28
36,5°C
78
78
18
36,8°C
3.
Deanita R
18
P
86
70
29
36,6°C
94
70
32
35,8°C
88
76
26
36,3°C
4.
Dewangga
18
L
74
79
20
36,2°C
86
88
32
36,2°C
76
78
22
36,2°C
5.
M Ihsan
18
L
62
67
20
36,5°C
64
56
20
36,9°C
-
-
-
-
NARACOBA
KONDISI ISTIRAHAT
EXERCISE 10 MENIT
J K
PEMULIHAN (5 MENIT)
N
J
FN
S
N
J
FN
S
N
J
FN
S
L
69
68
24
36,5°C
58
70
50
36°C
62
68
32
36,4°C
Sesuai tabel hasil percobaan dengan naracoba 9 orang laki-laki dan 16 orang perempuan dan dengan usia rata-rata 18 tahun, pada keadaan istirahat rata-rata denyut nadi adalah 80,16 per menit. Sedangkan rata-rata detak jantung adalah 82,12 per menit. Rata-rata frekuensi napas adalah 19,8 per menit dan rata-rata suhu tubuh adalah 36,68°C. Saat exercise selama 10 menit rata-rata denyut nadi adalah 80,32 per menit, rata-rata detak jantung adalah 78,8 per menit, rata-rata frekuensi napas adalah 24,92 per menit, dan rata-rata suhu tubuh adalah 36,216°C. Denyut nadi tertinggi adalah 108 per menit, detak
jantung tertinggi 104 per menit, nafas tertinggi adalah 50 per menit, dan suhu tubuh tertinggi adalah 36,9°C. Saat pemulihan selama 5 menit rata-rata denyut nadi adalah 79,67 per menit, rata-rata detak jantung adalah 79,958 per menit, rata-rata frekuensi napas adalah 19,458 per menit, dan rata-rata suhu tubuh adalah 36,508°C.
4.2 Pembahasan a. Pengaruh Lingkungan terhadap Suhu Tubuh Deskripsikan hasil yang didapat dengan teori-teori yang ada. Biasanya sih panjang, sesuai kebutuhan b. Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Perubahan Denyut Nadi dan Denyut Jantung, Frekuensi Pernafasan dan Suhu Tubuh Deskripsikan hasil yang didapat dengan teori-teori yang ada, poin-poin yang terhadap denyut nadi dan jantung Frekuensi pernafasan Suhu tubuh
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berikut ini merupakan kesimpulan yang diambil dan hasil pengamatan dan pembahasan: 1. Pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh………………. 2. pengaruh aktivitas fisik terhadap perubahan denyut nadi, denyut jantung, frekuensi pernafasan dan suhu tubuh…………..
5.2 Saran Berikut ini merupakan saran terkait dengan pengamatan dan penelitian yang telah dilaksanakan. 1. Blabla 2. Blabla
DAFTAR PUSTAKA Guyton A, Hall John.(2012). Fisiologi Kedokteran edisi 11, terjemah dr.Irawati dkk, dr. Luqman Y dkk.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Nagarahoo, Sugunaa Devi. 2011. Perbandingan Faal Paru Pemain Badminton dan Bukan Pemain Badminton di Cikal Medan pada Tahun 2011, (online), http://respiratory.usu. ac.id/bitstream/123456789/31340/7/Cover.pdf diakses pada 25 Maret 2014. Price SA, Wilson LM, alih bahasa, Peter Anugerah. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Ed 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995 : p. 480-92. Rizky, Maulina Sri. 2011. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif pada Lansia di Kelurahan Darat, (online), http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/27419/7/Cover.pdf diakses pada 22 Maret 2014. Saptorinin. (2008). Tersedia, (online) http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/21/jtptunimusgdl-s1-2008-saptorinin-1049-03-BAB+II.pdf diakses pada 22 Maret 2014. Septianraha. (2013). Mekanisme Tubuh. Tersedia : http://www.slideshare.net/septianraha/me kanisme-tubuh diakses pada 22 Maret 2014. UNSRAT. (2009). Biomedik. Tersedia: http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/ view/824 diakses pada 22 Maret 2014.
USU
(2011).
Suhu
Tubuh
Tersedia,
(online),
http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/30122/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 22 Maret 2014. WHO, 2010; Physical Activity. In Guide to Community Preventive Services Web site, 2008).