LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN
Oleh :
Kelompok V
SISCA DWI B0A011038
MAYLANI B0A011033
SONY WICAKSONO B0A012031
DINA SEPTALIA .L B0A012003
ADE PRASETYO B0A012015
CHRISTON MARULI B0A012035
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2013
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN
Oleh :
Kelompok V
SISCA DWI B0A011038
MAYLANI B0A011033
SONY WICAKSONO B0A012031
DINA SEPTALIA .L B0A012003
ADE PRASETYO B0A012015
CHRISTON MARULI B0A012035
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Ujian Akhir Praktikum Teknik Pendugaan Produktivitas Perairan Program Studi D-III Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan.
Fakultas Biologi
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
Menerima dan Menyetujui
Purwokerto, Desember 2013
Mengetahui Dosen
Pengampu Asisten
Agatha Sih Prianti Nur Laila Rahayu
NIP.1896303301 198903 2 002 NIM.B1J010063
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam mempelajari suatu ekosistem, perlu diketahui sumber energi ekosistem tersebut. Sumber energi dan arus energi dapat menjamin kelangsungan hidup organisme yang berada dalam suatu ekosistem tersebut. Semua organisme memerlukan energi untuk pertumbuhan, pemeliharaan, reproduksi, dan beberapa spesies untuk lokomotif/ pergerakan. Pengaturan energi pada suatu ekosistem bergantung pada produktivitas primer. Produktivitas primer adalah laju penyimpanan energi radiasi matahari oleh organisme produsen dalam bentuk bahan organik melalui proses fotosintesa oleh fitoplankton. Menurut (Odum, 1971 dalam Widowati, 2004) dalam tropik level suatu perairan, fitoplankton disebut sebagai produsen utama perairan.
Pada umumnya faktor pemanfaatan suatu perairan antara lain ditentukan oleh tingkat kesuburan perairan dengan mengukur kelimpahan produsen primer yang terdapat di perairan tersebut. Keberadaan produsen primer (fitoplankton) di dalam ekosistem perairan adalah sangat penting, karena dapat menunjang kelangsungan hidup organisme air lainnya. Produktivitas primer fitoplankton merupakan salah satu dari sebagian besar sumber penting dalam pembentukan energi di perairan. Produktivitas primer juga merupakan persediaan makanan untuk organisme heterotrof, seperti bakteri, jamur dan hewan termasuk ikan. Produktivitas sekunder yang tinggi dari suatu komunitas tergantung pada banyaknya produktivitas primer pada komunitas yang bersangkutan.
Produktivitas primer menggambarkan kondisi lingkungan dimana organisme itu berada. Dengan demikian produktivitas primer sangat penting untuk menentukan daya dukung lingkungan perairan. Produktivitas primer fitoplankton merupakan suatu kondisi periran dimana kandungan zat-zat organik yang dapat dihasilakn oleh fitoplankton dari zat-zat anorganik melalui proses fotosintesis (Nybakken, 1992). Besarnya produktivitas primer fitoplankton merupakan ukuran kualitas suatu perairan. Semakin tinggi produktivitas primer fitoplankton suatu perairan semakin besar pula daya dukungnya bagi kehidupan komunitas penghuninya, sebaliknya produktivitas primer fitoplankton yang rendah menunjukkan daya dukung yang rendah pula.
Informasi mengenai produktivitas primer perairan penting diketahui sehubungan dengan peranannya sebagai penyedia makanan (produser) dalam ekosistem perairan, serta perannya sebagai pemasok kandungan oksigen terlarut di perairan (Clark, 1996). Tingkat produktivitas primer suatu perairan memberikan gambaran apakah suatu perairan cukup produktif dalam menghasilkan biomassa tumbuhan, terutama fitoplankton, termasuk pasokan oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis yang terjadi, sehingga mendukung perkembangan ekosistem perairan.
Kualitas air suatu perairan dapat dilihat dari parameter fisik dan kimianya yang sekaligus dapat menjadi ciri pembeda beberapa macam ekosistem dan menentukan produktifitas perairan tersebut. Perbedaan pada ciri tersebut erat kaitannya dengan interaksi yang terjadi pada suatu ekosistem perairan. Parameter fisik yang mempengaruhi produktifitas suatu perairan meliputi : kedalaman, kecerahan, suhu air, dan TDS. Parameter kimianya meliputi kandungan O2 terlarut, pH, konsentrasi nitrat, total fosfor (TP) dan ortofosfat. Parameter biologi meliputi : jenis dan kelimpahan fitoplankton serta kandungan klorofil. Hasil pemantauan secara biologis dapat disajikan dalam bentuk indeks-indeks biologi di antaranya morphoedaphic,(MEI), Nygaard (IN), Trophic State Index (TSI) dan trophic index (TRIX).Kondasi perairan yang sudah mengalami penyuburan dapat menyebabkan proses pengolahan air yang digunakan sebagai bahan baku air (Suryono, 2006).
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kondisi kualitas air (faktor fisika, kimia, dan biologi perairan) serta produktifitas perairan kolam di UPT BBI PANDAK.
MATERI DAN METODE
Materi
2.1.1 Alat
Alat yang digunkana dalam praktikum ini adalah depth sounder, keping Sechi (Sechi disk) dengan tali yang berskala, termometer Celsius, Cawan penguap berkapasitas 100 mLdan berdiameter 90 mm yang terbuat dari porselin atau platina atau silika berkualitas tinggi; Cawan Goch atau alat penyaring lain yang dilengkapi pengisap(penekan), Oven, Desikator, Neraca analitik, Tanur untuk pemanasan 550 ± 50oC, Penjepit cawan, Botol Winkler bervolume 250 ml, Labu erlenmeyer bervolume250 ml, Gelas Ukur 100 ml, Buret dan statif, Corong biuret, Pipet seukuran (1 ml), Pipet tetes, Kertas pH universal (0-14), Spektrofotometer, range 190 – 900 nm, lebar celah 0,2-2,0 nm, Neraca analitik, Penangas air dengan pengatur suhu, Labu ukur 100 mL, 1000 mL, Pipet ukur 10 mL, Pipet ukur 250, 500, 1000 µL, Erlenmeyer 50 mL, Gelas ukur 100 mL, Gelas piala 100 mL dan 250 ml, Spektrofotometer sinar tampak dengan kuvet silica; Labu ukur 50 mL; 250 mL; 500 mL dan 1000 mL; Pipet volumetrik 1 mL; 2 mL; 5 mL; 10 mL dan 50 mL; Pipet ukur 5 mL; Gelas piala 200 mL dan 400 mL; Erlenmeyer 250 mL; dan Neraca analitik, Spektrofotometer sinar tunggal atau sinar ganda yang mempunyai kisaran panjang gelombang 190-900 nm dan lebar celah 0,2-2,0 nm, serta tekah dikalibrasi pada saat digunakan; pH meter yang mempunyai kisaran pH 0-14, dengan ketelitian 0,1dan telah dikalibrasi pada saat digunakan, Pipet mikro 100,250,500 dan 1000 µl; Labu ukur 500 dan 1000 ml; Gelas ukur 100 ml; pipet ukur 10 ml; labu Erlenmeyer 100 dan 250 ml gelas piala 100 ml, Spektrofotometer,Timbangan analitik, Erlenmeyer 125 mL, Labu ukur 100 mL; 250 ml; dan 1000 mL; Gelas ukur 25 ml dan 50 ml, Pipet ukur 10 ml; Pipet volumetrik (2 mL; 5 mL; 10 ml; 20 ml; dan 25 ml); Gelas piala 1000 ml; Pipet tetes, Plankton net no. 25, Lugol, Botol sampel plankton, Pipet, Mikroskop, buku identifikasi, Tabung reaksi, Sentrifuge, timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg; gelas ukur; batang pengaduk, beaker glass, saringan, refrigerator, penjepit;pompa vacuum, botol gelap dan terang, tiang pancang, Tali, Peralatan titrasi untuk pengukuran oksigen terlarut.
2.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Kertas saring ukuran 0,45 μm, Larutan MnSO4, KOH-KI, Na2S2O3 0,025N, H2SO4 pekat, Indikator amilum, Akuades, Air bebas nitrat, Larutan stok nitrat (keringkan KNO3 dalam oven 105oC selama 24 jam. Dilarutkan 0,2718 g ke dalam air dan encerkan menjadi 1000 mL. 1 mL = 100 μg. Tambahkan 2 mL kloroform per liter, larutan ini stabil selama 6 bulan), HCl 1 N (encerkan 36 mL HCl pekat menjadi 360 mL dengan air suling), Air suling bebas nitrit,Glass wool,Kertas saring bebas nitrit berukuran 0,45 μm,Larutan sulfanilamida, Larutan NED Dihidroklorida. Larutan natrium oksalat,Na2C2O4 0,05 N,Larutan ferro ammonium sulfat (FAS) 0,05 N, ammonium klorida NH4Cl; Larutan nessler; Larutan natrium hidroksida 6N; Larutan Zink sulfat ZnSO4.7H2O; Reagen EDTA, Larutan asam sulfat (H2SO4) 5N ,Larutan kalium antimonil tartrat (K(SbO) C4H4O6.½H2O, Larutan ammonium molibdat ((NH4)6Mo7O24.4H2OLarutan asam askorbat, C6H8O6 0,1 M, Kalium dihidrogen fosfat anhidrat (KH2PO4),Larutan campuran, Kertas saring whatman no 1, Kertas saring GF/C atau PTFE atau Millipore 0,45µm, Aluminium foil, Aseton 85%, MgCO3, Sampel air yang ditempatkan dalam 2 botol winkler terang dan 1 botol winkler gelap (warna hitam),Sampel air dalam botol terang (1 botol) digunakan untuk pengukuran oksigen inisial ,Sampel air dalam botol terang lainnya dan sampel air dalam botol gelap digunakan untuk pengukuran oksigen setelah inkubasi.
Metode
Pengukuran Kedalaman
Secchi disk diturunkan ke dalam badan air sampai tidak terlihat, kemudiandiukur kedalaman yang didapat sebagai nilai x (dalam m atau cm)
Secchi diskditurunkan ke dalam badan air sampai tidak terlihat, kemudian diangkat perlahan sampai mulai terlihat lagi, lalu diukur sebagai nilai y.
Besar nilai penetrasi cahaya matahari (kedalaman Secchi disk) dihitung dengan rumus berikut:
Penetrasi cahaya (m) =
Keterangan :
X = kedalaman secchi disk ketika mulai tidak terlihat
Y = kedalaman secchi disk ketika mulai terlihat kembali
Pengukuran Suhu Air
Pengukuran suhu air dilakukan dengan cara mencelupkan termometer Celcius ke dalam perairan sekitar satu menit, setelah itu termometer diangkat kemudian langsung dibaca skalanya.
Catat hasil pengukuran suhu dalam buku lapangan
Pengukuran Total Disolved Solid
Penimbangan cawan kosong dikerjakan dengan urutan :
Panaskan cawan kosong dalam tanur pada suhu 550 ± 50oC selama 1 jam, biarkan di dalam tanur hingga hampir dingin.
Dinginkan dalam desikator selama 15 menit
Timbang dengan neraca analitik
Panaskan kembali cawan kosong dalam oven pada suhu 103 – 105oC selama 1 jam
Dinginkan dalam desikator selama 15 menit
Timbang kembali dengan neraca analitik
Ulangi langkah (d) sampai (f) hingga diperoleh berat tetap (kehilangan berat < 4%)
Penyaringan contoh dilakukan dengan urutan :
Siapkan kertas saring pada lata penyaring
Saring contoh sebanyak 50 mL, ambil filtratnya sebanyak 30 mL kemudian tuangkan ke dalam cawan yang telah diketahui beratnya dan banyaknya contoh yang diambil disesuaikan dengan kadar residu terlarut di dalam contoh uji sehingga berat residu terlarut yang diperoleh antara 2,5 mg sampai 200 mg
Keringkan di dalam oven pada suhu 103 – 105oC selama 1 jam
Dinginkan dalam desikator selama 15 menit
Timbang cawan berisi residu terlarut tersebut dengan neraca analitik
Ulangi langkah (c) sampai (e) hingga diperoleh berat tetap (kehilangan berat < 4%)
Kadar TDS dihitung dengan rumus berikut :
Keterangan :
A = berat cawan berisi residu terlarut (mg)
B = berat cawan kosong (mg)
C = TDS (mg/L)
Pengukuran Oksigen terlarut
Pengukuran O2 menggunakan metode Winkler sebagai berikut :
Sampel air diambil dengan botol Winkler bervolume 250 ml secara penuh kemudian ditutup (dimungkinkan untuk tidak ada gelembung udara di dalam botol).
Larutan1 ml MnSO4 dan 1 ml KOH-KI ditambahkan dengan pipet seukuran, botol ditutup kembali (dimungkinkan untuk tidak ada gelembung udara di dalam botol).
Botol dikocok perlahan sampai larutan MnSO4 dan KOH-KI homogen dengan air dan kemudian didiamkan + 2 menit atau sampai timbul endapan berwarna coklat atau setidaknya sampai cairan supernatan berwarna jernih.
H2SO4 pekat ditambahkansebanyak 1 ml dengan pipet seukuran dan botol ditutup kembali. Botol di kocok perlahan atau di bolak-balik sampai semua endapan menjadi larut dan berwarna coklat kekuningan.
Air sejumlah 100 ml dalam botol Winkler dituangkan kedalam gelas ukur dan dipindahkan kedalam labu Erlenmeyer.
Indikator amilum 3-5 tetes ditambahkan sampai berwarna biru tua.
Titrasi dengan Na2S2O3 0,025 N. sampai warna biru tersebut hilang/jernih.
Volume titran yang digunakan untuk titrasi dicatat dan dimasukkan kedalam rumus Untuk menghitung kadar oksigen terlarut.
Oksigen terlarut = 1000100× p × q × 8 mg/l
Keterangan :
p = jumlah Na2S2O3 0,025 N. yang dgunakan dalam titrasi (ml)
q = normalitas larutan (0,025 N.)
= bobot setara dengan O2
2.2.5 Pengukuran pH
Prosedur Pengukuran (Metode Kolorimetri). Kertas indikator pH diambil satu stik (lembar) dan dicelupkan ke dalam air.
Perubahan warna yang terjadi pada kertas pH dicocokkan dengan warna standar pada kemasan dan hasilnya dicatat di buku lapangan.
Pengukuran Nitrat
Sebanyak 50 mL contoh uji secara duplo dimasukkan ke dalam gelas piala 100 mL, tambahkan 1 mL larutan HCl 1 N. Contoh uji siap diuji.
Larutan sampel dibaca absorbansi pada panjang gelombang 220 nm dan gunakan kurva kalibrasi untuk memperoleh konsentrasi nitrat. Cara menentukan konsentrasi nitrat dalam cuplikan dengan cara interpolasi absuorbansi larutan cuplikan kedalam kurva kalibrasi tersebut.
Pengukuran Nitrit
Pipet 50 mL contoh uji, masukkan kedalam gelas piala 50 mL.
1 mL larutan sulfanilamida ditambahkan, kocok dan biarkan 2 menit sampai dengan 8 menit.
1 mL larutan NED dihidrochloridaditambahkan,, kocok biarkan selama 10 menit dan segera lakukan pengukuran (pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam).
Baca absorbansinya pada panjang gelombang 543 nm.
Pengukuran Amonia
Air sampel diukur 50 ml contoh uji dan masukkan kedalam erlenmeyer.
1 ml larutan ZnSO4.7H2O ditambahkan,
0,4 – 0,5 ml larutan NaOH 6N ditambahkan,kocok hingga terbentuk endapan
Pisahkan endapan dengan cara disentrifus atau disaring
filtrate ditampung sebagai benda uji
Pipet benda uji 50 ml masukkan dalam Erlenmeyer
1 – 2 tetes reagen EDTA ditambahkan, kocok
2 ml larutan nessler ditambahkan, kemudian kocok dan tunggu hingga reaksi berlangsung 10 menit
Dimasukkan dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat serapannya.
Pengukuran Fhospat dan Total P
pipet 50 ml larutan kerja dan dimasukkan masing-masing ke dalam erlenmeyer;
1 tetes indicator fenolftalin ditambahkan. Jika terbentuk warna merah muda, tambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N sampai warna hilang.
8 ml larutan campuran ditambahkan, dan dihomogenkan
Kuvet dimasukkan ke dalam alat spektrofotometer, baca dan catat serapannya pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara 10 menit sampai 30 menit;
kurva kalibrasi dibuat dan tentukan persamaan garis lurus.
Pengukuran Total P
50 ml sampel diambil , masukkan beaker glass 100 ml
1 ml H2SO4 5N ditambahkan.dan 0,4 gr Kalium Peroksodisulfat (K2S2O8)
Dipanaskan hingga mendidih dan biarkan sampai volume sampel 20 ml
Dinginkan, kemudian di tambah 1-2 tetes indicator PP (phenolphthalein)
NaOH tetes demi tetes ditambahkan, sampai larutan berwarna merah muda
Akuades ditambahkan.sampai volume 50 ml.
Lakukan uji fosfat/ortofosfat
Cara uji fosfat/ortofosfat
8 ml larutan campuranditambahkan, dan dihomogenkan;
Dimasukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat serapannya pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara 10 menit sampai 30 menit.
Kadar fosfat (mg P/L) = C x fp
Keterangan :
C = kadar yang diperoleh dari hasil pengukuran (mg/L);
fp = faktor pengenceran
Pengukuran Jenis dan kelimpahan plankton
Pengumpulan sampel fitoplankton secara kualitatif dilakukan dengan cara menarik jala plankton, baik secara horisontal maupun vertikal. Umumnya, hal ini dilakukan pada perairan menggenang (lentic).Pengumpulan sampel plankton Secara kuantitatif dilakukan dengan cara menyaring air suatu perairan yang akan diteliti sebanyak 10/20/40/60/80/100 liter (hal ini tergantung dari badan air suatu perairan, kondisi lingkungan, atau homogenitas) dengan menggunakan jala plankton.
Sampelplankton yang tertampung dalam jala plankton tersebut diambil secara hati-hati (perlu diperhatikan bahwa air yang akan disaring atau dituangkan ke dalam jala plankton diusahakan agar air tidak menyentuh langsung dinding jala plankton tersebut dan dipindahkan ke dalam botol sampel.
Larutan formalin 40% diberi sampai konsentrasinya menjadi 4%, serta ditambahan 2 tetes larutan lugol atau 2 tetes larutan CuSO4 jenuh untuk menguatkan warna plankton agar tidak pudar. Penentuan jumlah formalin yang dibutuhkan menurut aturan: V1N1 = V2N2, dimana N1 = kadar formalin yang dikehendaki (4%), N2 = kadar formalin yang tersedia (40%), V1 = volume air dalam botol sampel (25 ml), V2 = volume formalin yang dibutuhkan.
Pengamatan fitoplankton :
Metode Lackey Drop Microtransec Counting
Pertama-tama sampel fitoplankton yang diperoleh tersebut dihomogenkan terlebih dahulu sebelum diamati.
Kemudian dengan bantuan pipet tetes, ambil setetes sampel fitoplankton tersebut dan teteskan di atas objek gelas, serta tutup dengan cover gelas.
Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop binokuler dan masing-masing spesies yang ditemukan dihitung dan diberi nama.
Untuk menghitung kelimpahan fitoplankton digunakan mikroskop dengan perbesaran 100 x dan untuk identifikasi digunakan perbesaran 400x.
Pengamatan dilakukan sebanyak 20 lapang dengan 3 x ulangan pada tiap sampel.
Jumlah fitoplankton yang ditemukan dimasukkan dalam rumus kelimpahan untuk mendapatkan kelimpahannya (individu per liter) dan masing-masing diklasifikasikan atau dikelompokkan berdasarkan taksonominya menggunakan buku identifikasi.
Perhitungan Kelimpahan fitoplankton
Kelimpahanper liter = F x N
Keterangan :
F =
N = jumlah plankter rataan pada setiap preparat,
Q1 = luas gelas penutup 18 x 18 (324 mm2),
Q2 = luas lapang pandang (1,11279 mm2),
V1 = volume air dalam botol penampung (25 ml),
V2 = volume air di bawah gelas penutup (0,05 ml),
p = jumlah lapang pandang yang diamati (20 kali),
w = volume air yang disaring (60 liter).
Pengukuran Chlorofil
Sampel/contoh uji disimpan dalam wadah gelas atau botol plastik polietilen atau yang setara yang gelap dan tidak tembus cahaya. Pengawetan sampel dilakukan penyimpanan pada suhu 4ºC, untuk meminimalkan dekomposisi klorofil karena proses fotosintesis.
Lakukan penyaringan dengan peralatan vakum.
Aduk contoh uji untuk memperoleh contoh uji yang lebih homogen.
Ukur contoh uji dengan volume tertentu.
Lakukan penyaringan dengan vakum. Pindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring dan pindahkan ke beaker glass.
Tambahkan sedikit demi sedikit campuran Aseton-MgCO3 untuk melarutkan residu yang ada di kertas saring hingga volume akhir ekstrak 10 ml.
Pindahkan ekstrak ke dalam tabung reaksi dan tutup rapat dengan aluminium foil.
Disimpan dalam ruang gelap selama 1 jam dilanjutkan dengan sentrifuge atau disimpan dalam refrigerator selama 24 jam.
Pisahkan bagian yang bening dan endapannya dengan hati-hati.
Baca absorbansinya pada panjang gelombang 664nm dan 750 nm.
Tambahkan 0,1 ml HCl 0,1 N, kemudian baca absorbansinya pada panjang gelombang 665nm dan 750 nm.
26,7 (664 – 665) x V1
Klorofil-a (mg/m3) = ---------------------------------------
V3 x L
Keterangan :
V1 = volume ekstrak;
V3 = volume sampel, m3.
L = panjang atau lebar kuvet, cm
664 dan 665 = absorbansi pada panjang gelombang 664 dan 665
Pengukuran Produktivitas Primer dengan Metode Gelap-Terang
dilakukan pengambilan sampel air menggunakan water sampler dan ditempatkan di dalam botol terang volume 250 ml untuk pengukuran oksigen initial. Kandungan oksigen terlarut dari botol inisial diukur pada saat akan dilakukan inkubasi
Botol terang dan botol gelap yang telah berisi air sampel ditempatkan pada kolom air kedalaman sekitar 20 cm dengan cara digantung sedemikian rupa menggunakan tali yang diikatkan pada tiang pancang dan diinkubasikan selama 4 jam. Waktu inkubasi dilakukan didasarkan pada saat sinar matahari optimal (sekitar jam 10.00 – 14.00).
Setelah dilakukan inkubasi, kemudian dilakukan pengukuran kandungan oksigen botol terang dan botol gelap.
Rumus jumlah oksigen yang dihasilkan atau dibutuhkan pada saat proses fotosintesis/ respirasi dapat dirumuskan sebagai berikut (Wetzel dan Likens 1991).
NPP =
NPP =
Keterangan:
NPP : Net Primary Productivity (mgO2/l/jam)
R : Respirasi dan dekomposisi (mgO2/l/jam)
GPP : Gross Primary Productivity (mgO2/l/jam)
L : konsentrasi oksigen dalam botol terang (mgO2/l)
D : konsentrasi oksigen pada botol gelap (mgO2/l)
I : konsentrasi oksigen pada botol inisial (mgO2/l)
t : lama inkubasi (jam)
Perhitungan produktivitas primer fitoplankton dilakukan menurut rumus :
GPP NPP
GPP
NPP
Keterangan :
GPP = Produksi Primer Kotor
NPP = Produksi Primer Bersih
0,375 = Faktor konversi dari oksigen ke karbon (12/32)
LB = Botol terang (Light bottle), Kandungan O2 pada botol terang setelah inkubasi
DB = Botol gelap (Dark bottle), Kandungan O2 pada botol gelap setelah inkubasi
IB = Kandungan O2 awal sebelum inkubasi
PQ = Photosynthesis Quotient (1,2)
N = Lama inkubasi
2.2.12 Pengukuran Metode Morphoedaphic Index (MEI)
Dilakukan pengukuran kedalaman perairan
Dilakukan pengukuran TDS
Data kedalaman dan TDS perairan digunakan untuk perhitungan MEI
Perhitungan MEI ditunjukkan sebagai berikut :
Persamaan yang digunakan dalam pendugaan produksi ikan dirumuskan sebagai berikut
Log Y = 0,05Tm + 0,28 log MEI + 0,236
Keterangan :
Y = produksi ikan (kg/ha/tahun)
Tm = suhu rata-rata
MEI = Morphoedaphic index
Pengukuran Metode Nygaard
Mengambil sampel fitoplankton di perairan
Mengidentifikasi jenis-jenis fitoplankton
Mengklasifikasikan jenis-jenis fitoplankton sesuai dengan golongan fitoplankton yang dibutuhkan dalam penentuan indeks Nygaard (klas Myxophyceae /Cyanophyceae, ordo Chlorococcales, ordo Centric Diatom, divisi Euglenophyceae, dan kelas Desmidiaceae).
Jumlah jenis Myxophyceae + Chlorococcales + Centric Diatom + Euglenophyta
IN = -------------------------------------------------------------------------------------------
Jumlah jenis Desmidiaceae
Keterangan :
Nilai Indeks gabungan kurang dari 1 (IN<1 ) menunjukkan bahwa perairan tergolong oligotrof. Bila nilai indeks tersebut berkisar antara 1 – 2,5 mesotrof. Bila indeks In > 2,5 maka perairan eutrof.
Pengukuran Trophic State Index (TSI)
Melakukan pengukuran parameter TP, chlorofil, dan secchi disk
Menghitung TSI masing-masing parameter yang dibutuhkan untuk penilaian status kesuburan perairan menggunakan rumus sebagai berikut :
TSI -SDTSI –Chl-aTSI - TPRata-rata TSI
TSI -SD
TSI –Chl-a
TSI - TP
Rata-rata TSI
Keterangan :
SD = Secchi Disk TSI –SD = nilai TSI untuk Secchi disk
Chl-a = Chlorophyl a TSI –Chl-a = nilai TSI untuk chlorophyl
TP = Total fosfat TSI – TP = nilai TSI untuk TP
Data hasil perhitungan indeks TSI dekelompokkan seperti pada Tabel 2 sehingga diperoleh status kesuburan perairan berdasarkan parameter-parameter tersebut :
Tabel 2. Status kesuburan perairan berdasarkan TSI
Pengukuran Trophic Index (TRIX)
Mengukur konsentrasi kecerahan, NO3, NO2, NH3, klorofil-a dan PO4
Menghitung TRIX menggunakan data hasil pengukuran 4 parameter
Sebagai pedoman batas atas dan batas bawah digunakan kriteria status trofik berdasarkan KepmenLH No.28 Th 2009
Tabel 3. Batas nilai masing-masing parameter untuk menentukan status trofik (KepmenLH No.28 Th 2009) :
Status trofik
Total N
Total P
Klorofil-a
Kecerahan
Oligotrof
> 650
< 10
< 2,0
>10
Mesotrof
> 750
< 30
< 5,0
> 4
Autotrof
> 1900
< 100
< 1,5
> 2,5
Hipereutrof
> 1900
> 100
>200
< 2,5
Adapun formula yang digunakan adalah :
Keterangan :
k : scaling factor (10)
n : jumlah parameter (4)
U : batas atas (upper)
L : batas bawah (lower)
M : nilai rataan parameter
Dalam TRIX diukur dengan skala 0-10, semakin besar nilai indeks tersebut semakin tinggi tingkat eutrofikasi pada perairan tersebut.Nilai mendekati 10 menunjukan eutrofikasi yang kuat.
TRIX < 2 : oligotrofik
2 TRIX < 4 : mesotrofik
4 TRIX < 6 : eutrofik
TRIX 6 : hipereutrofik
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil- hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1.1Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia
Analisis
Hasil
Parameter Fisika
1.
Kecerahan
43 cm
2.
Suhu perairan
29oC
3.
Kedalaman
0,5 m
4.
TDS
3,33 mg/L
Parameter Kimia
1.
DO
2,6 mg/l
2.
pH
7
3.
Nitrat
0,5180
4.
Nitrit
0,0185
5.
Ammonia
1,2298
6.
Phospat
7.
Total P
0,1787
Tabel 3.1.2 Pengukuran Biologi Jenis dan Kelimpahan Plankton di Kolam
No
Jenis Plankton
U1
U2
U3
Kelimpahan (indv/L)
1
Synechocyate aquatilia
1
-
-
105,69108
2
Glenodinium sp.
-
1
-
105,69108
3
Pediasterum duplex
-
-
1
105,69108
TOTAL
1
1
1
317,07324
3
Rata-rata
0,33
0,33
0,33
105,69108
0,33
Tabel 3.1.3Hasil Analisis Produktifitas Perairan dan Tingkat Produktifitas Perairan
No.
Kelimpahan dan Indeks
Hasil
Tingkat Produktivitas/Status Kesuburan
1.
Kelimpahan fitoplankton
105,69108
Oligotrofik
2.
Klorofil-a
4,5771429 mg/m3
Oligotrofik
3.
Produktifitas Primer
0,28 mg/C/jam
Oligotrofik
4.
MEI
6,66
5.
Indeks Nygaard
-
-
6.
TSI
29,4
Oligotrofik
7.
TRIX
12,5
Hipereutrofik
Gambar 3 Pengambilan Sampel PlanktonGambar 1 Pengukuran SuhuGambar 2 Pengambilan Sampel Air
Gambar 3 Pengambilan Sampel Plankton
Gambar 1 Pengukuran Suhu
Gambar 2 Pengambilan Sampel Air
Gambar 5 Sampel Botol Gelap dan TerangGambar 4Perlakuan untuk mengukur DO inisial
Gambar 5 Sampel Botol Gelap dan Terang
Gambar 4Perlakuan untuk mengukur DO inisial
Gambar 7 Penambahan MnSo4 1 ml
Gambar 7 Penambahan MnSo4 1 ml
Gambar 8 Penambahan KOH-KI
Gambar 8 Penambahan KOH-KI
Gambar 9 Penambahan H2SO4
Gambar 9 Penambahan H2SO4
Gambar 11 Hasi titrasi dengan Na2S2O3 pada botol terangGambar 10 Penambahan indikator amilum pada botol terang
Gambar 11 Hasi titrasi dengan Na2S2O3 pada botol terang
Gambar 10 Penambahan indikator amilum pada botol terang
Gambar 12 Penambahan Indikator amilum pada botol gelapGambar 13 Hasi titrasi dengan Na2S2O3 pada botol gelap
Gambar 12 Penambahan Indikator amilum pada botol gelap
Gambar 13 Hasi titrasi dengan Na2S2O3 pada botol gelap
Gambar 16 Sampel nitran nitrit amonia dan phospatGambar 14 Penyaringan Klorofil Gambar 15 Penyaringan air sampel
Gambar 16 Sampel nitran nitrit amonia dan phospat
Gambar 20 Pediastrum duplexGambar 19 Glenodinium sp.Gambar 18 Synechocyatie aquatiliaGambar 17 Pengukuran Klorofil-a
Gambar 20 Pediastrum duplex
Gambar 19 Glenodinium sp.
Gambar 18 Synechocyatie aquatilia
Gambar 17 Pengukuran Klorofil-a
Gambar 21 Pembungkusan klorofil dengan alumunium foil
Gambar 21 Pembungkusan klorofil dengan alumunium foil
Gambar 22 Pengukuran nitrit,nitrat dan phospat setelah di perlakuan
Gambar 23 Pengukuran Amonia setelah di perlakuan
Gambar 23 Pengukuran Amonia setelah di perlakuan
Pembahasan
Pengukuran Parameter Fisika,Kimia,dan Biologi
Pengukuran dilakukan pada kolam di BBI Pandak ,dari hasil yang ditemukan bahwa parameter fisika yang meliputi suhu perairan adalah 29oC,Jika di bandingkan dengan baku mutu air sesuai dengan peruntukannya,berdasarkan Perda Prov Jatim No 2 tahun 2008. Kecerahan perairan adalah 43 cm dan kedalaman kolam adalah 0,5 meter.Pada perairan memiliki total suspended solid sebesar 3,33 mg/l,sesuai dengan baku mutu perairan kelas III PP No.28 tahun 2001 TDS adalah 1000 mg/l (Zahra,2012).
Pengukuran pada parameter kimia yaitu oksigen yang terkandung dalam air kolam sebesar 2,6 mg/l,masih sesuai dengan standar baku mutu perairan KelasIII berdasarkan Perda Prov Jatim No2 tahun 2008 sebesar 3 mg/l.pH yang terdapat di air sebesar 7 masih kondisi netral.Nitrat yang terkandung sebesar 0,5180 masih dibawah batas baku mutu perairan sebesar 3 mg/l.Nitrit yang terkandung adalah 0,0185 dibawah batas baku mutu sebesar 0,6 mg/l dan amonia sebesar 1,2298 masih sesuai dengan standar baku mutu yaitu 5 mg/l dan yang terakhir adalah total P sebesar 0,1787, jika dibandingkan dengan baku mutu kualitas air maka sesuai dengan untuk dengan peruntukannya Golongan III.
Pengukuran biologi yaitu menghitung kelimpahan plankton,plankton yang ditemukan adalah, Synechocyate aquatilia,Glenodinium sp.,Pediasterum duplex.
Klasifikasi Glenodinium sp menurut Odum (1971):
Kingdom : Plantae
Divisi : Pyrrophycophyta
Kelas : Dinophyceae
Ordo : Peridiniales
Genus : Glenodiniaceae
Spesies : Glenodinium sp.
Klasifikasi Pediasterum duplex menurut Odum (1971):
Kingdom : Plantae
Division : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Order : Chlorococcales
Family : Hydrodictyaceae
Genus : Pediastrum
Species : P. Duplex
Klasifikasi Synechocyate aquatilia menurut Odum (1971):
Kingdom : Bacteria
Filum : Cyanobacteria
Order : Chroococcales
Genus : Synechocytis
Species : Synechocyate aquatilia
Kelimpahan plankton yang diperoleh adalah 10569,108 ind/liter dan kandungan klorofil –a nya adalah 27914,67 mg/m3 pada perairan kolam. Menurut Hatta (2002) dalam Odum (1971) nilai klorofil di permukaan dikelompokkan rendah, sedang, dan tinggi dengan kandungan klorofil a secara berturut-turut rendah (<0.07 mg/m3), sedang (0.07 mg/m3 – 0.14 mg/m3), dan tinggi (> 0.14 mg/m3). Kaitannya dengan status trofik di perairan air tawar, menurut Adi dan Ryding (1980) dalam Sumawidjaya (1974) membagi status trofik menjadi empat yaitu oligotrofik dengan kandungan klorofil kurang dari 3μg/L, mesotrofik dengna kandungan klorofil 3 – 7μg/L, eutrofik 7 – 40 μg/L, dan hyper eutrofik dengan kandungan klorofil di atas 40 μg/L.
Pengukuran Produktifitas perairan
Produktivitas perairan menggambarkan kemampuan suatu perairan dalam menghasilkan produksi hayati per satuan area atau wilayah tertentu. Produktivitas primer dalam suatu perairan dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat kesuburannya (Odum, 1971). Produktivitas primer atau laju proses fotosintesis fitoplankton ini merupakan salah satu dari sebagaian besar sumber penting dalam pemasukan energi di ekosistem perairan.
Berdasarkan praktikum diperoleh nilai produktivitas perairan kolam adalah 0,28 mg/C/jam. Sumawidjaya (1974) menyatakan bahwa dalam penentuan produktivitas primer salah satunya dengan metode botol gelap dan terang. Pada prinsipnya didalam botol gelap hanya terjadi respirasi, sehingga secara tidak langsung kandungan O2 terlarut dalam botol terang lebih tinggi. Sedangkan kandungan O2terlarut dalam suatu perairan sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup biota peraira. Soeseno (2001) menyatakan bahwa kandungan O2 terlarut dalam suatu perairan minimal 2 ppm. Berdasarkan data di atas dapat diartikan bahwa kolam ikan termasuk golongan oligotrofik yaitu perairan yang memiliki tingkat kesuburan sedang karena memiliki nilai produktivitas primer < 200 mgC/m3/hari.
Menurut Welch (1952), produktivitas perairan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kelimpahan plankton dan makrobenthos yang ada, penetrasi cahaya kedalam badan perairan, kedalaman kolam, kekeruhan dan kandungan zat-zat terlarut misalnya karbondioksida, oksigen terlarut dan pH air. Semakin tinggi penetrasi cahaya matahari masuk ke dalam badan perairan maka tingkat produktivitas primer suatu perairan akan semakin tinggi, karena cahaya matahari dapat mencapai dasar perairan sehingga proses fotosintesis dapat berjalan secara optimal (Odum, 1971).
Pemgukuran Tingkat produktifitas Perairan atau Status Kesuburan
Tingkat trofik suatu perairan digunakan untuk menyatakan status nutrien suatu badan air dan mencerminkan kesuburan perairan tersebut. Secara alamiah kandungan nutrien (N dan P) akan bertambah besar (terakumulasi) sejalan dengan bertambahnya umur ekosistem danau dan waduk yang dinyatakan sebagai status trofik perairan tersebut. Perairan oligotrofik mempunyai kandungan nutrien yang rendah dan ditinjau dari pertumbuhan organismenya tergolong perairan yang tidak produktif. Perairan eutrofik merupakan perairan yang kaya kandungan nutriennya dan sangat produktif. Penilaian kualitas air suatu perairan dapat dilakukan dengan menggunakan indeks. Selama ini untuk mengukur kualitas perairan umumnya dilakukan secara parsial berdasarkan parameter secara fisika dan kimiawi dan dibandingkan dengan baku mutu yang dipersyakatkan. Pemantauan kualitas air secara biologis telah lama dikembangkan di Inggris. Cara pemantauan ini berkembang karena beberapa keuntungan dibandingkan dengan pemantauan secara fisika dan kimiawi. Pemantauan secara biologis akan memberikan hasil yang lebih akurat tentang gambaran kualitas air, secara teknik lebih mudah dioperasikan dan lebih murah biayanya. Pada dasarnya penggunaan data biologis dalam monitoring kualitas air suatu perairan diharapkan lebih menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Beberapa jenis metode biologis yang digunakan dalam monitoring kualitas air suatu perairan umumnya menggunakan parameter biologis yang diformulasikan dalam bentuk indeks biologis. Hasil pemantauan secara biologis dapat disajikan dalam bentuk indeks-indeks biologi di antaranya morphoedaphic,(MEI), Nygaard (IN), Trophic State Index (TSI) dan trophic index (TRIX).Kondasi perairan yang sudah mengalami penyuburan dapat menyebabkan proses pengolahan air yang digunakan sebagai bahan baku air (Suryono,2006).
Morfoedaphic index (MEI) merupakan salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengetahui produktivitas suatu perairan. Salah satu cara untuk mendapatkan nilai MEI di suatu perairan yaitu dengan melihat rasio antara TDS (mg/l) dengan kedalaman rata-rata (m). Perhitungan indeks Nygaard (IN) tersebut didasarkan pada komposisi jumlah jenis fitoplankton. Tingkat kesuburan perairan dihitung berdasarkan beberapa parameter yang sangat berpengaruh terhadap kesuburan sesuai dengan perhitungan trophic state index (TSI) yang dikemukan oleh Carlson (1977). TSI didasarkan pada tiga parameter yaitu konsentrasi total fosfat (TSI-P), konsentrasi klorofil-a (TSI chlorofil-a) dan nilai kedalaman secchi disk (TSI-SD). Trix adalah suatu indeks yang digunakan untuk memantau tingkat eutrofikasi dari suatu perairan, baik perairan tawar maupun laut.
Berdasarkan dari data yang diperoleh bahwa nilai indeks MEI adalaah 0,626, Hasil perhitungan Indeks IN adalah 0 karena indeks tidak dapat digunakan , indeks TSI adalah -120 maka tergolong oligotrof karena kurang dari 30-40, dan untuk indeks TRIX adalah 12,5,karena faktor yang mempengaruhi nilai TRIX memiliki nilai yang rendah.
KESIMPULAN
Produktifitas Primer yang terdapat pada perairan adalah 0,28 mg/C/jam.
Status Kesuburan yang dimiliki perairan kolam adalah Oligotrofik. Berdasarkan hasil perhitungna Indeks kesuburan,Produktivitas primer dan kelimpahan plankton yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Ali ,A,.2013.Kajian Kualitas Air Dan Status Mutu Air Sungai Metro Dikecamatan Sukun Kota Malang.Universitas Brawijaya.Malang.
Ma'rifatin, Z. 2012.Analisis Kualitas Air Dikawasan Wiasata Alam Bunga Tujuh Kota Dumai Riau. Universitas Sumatra Utara
Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology.Third edition.WB.Sonderao. Co, Philadelphia.
PEMDA JATIM. 2008. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008 tentang PengelolaanKualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur, Surabaya.
Soeseno, 2001. Pemeliharaan Ikan Dipekarangan. Kanisius, Yogyakarta.
Sumawidjaya, 1974. Limnologi. Fakultas Perikanan Menengah , Bogor
Suryono, T., 2006.Tingkat Kesuburan Perairan Danau Singkarak, Padang, Sumatra. Makalah Seminar Nasional Limnologi "Pengelolaan perairan darat secara terpadu". October 2007. Jakarta
Susanti.I.T .2012. Status trofik waduk Manggar Kota Balikpapan dan Strategi Pengelolaannya.Universitas Diponegoro.Semarang.
Welch, E. B. 1952. EcologicalEffectof Water Applied Limnology and Pollutant Effect. E & FN SPON, New York.
LAMPIRAN
DATA LAPANGAN :
Tabel 3.1.1Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia
Analisis
Hasil
Parameter Fisika
1.
Kecerahan
43 cm
2.
Suhu perairan
29oC
3.
Kedalaman
0,5 m
4.
TDS
3,33 mg/L
Parameter Kimia
1.
DO
2,6 mg/l
2.
pH
7
3.
Nitrat
0,5180
4.
Nitrit
0,0185
5.
Ammonia
1,2298
6.
Phospat
7.
Total P
0,1787
Tabel 3.1.2 Pengukuran Biologi Jenis dan Kelimpahan Plankton di Kolam
No
Jenis Plankton
U1
U2
U3
Kelimpahan (indv/L)
1
Synechocyate aquatilia
1
-
-
105,69108
2
Glenodinium sp.
-
1
-
105,69108
3
Pediasterum duplex
-
-
1
105,69108
TOTAL
1
1
1
317,07324
3
Rata-rata
0,33
0,33
0,33
105,69108
0,33
Tabel 3.1.3Hasil Analisis Produktifitas Perairan dan Tingkat Produktifitas Perairan
No.
Kelimpahan dan Indeks
Hasil
Tingkat Produktivitas/Status Kesuburan
1.
Kelimpahan fitoplankton
105,69108
Oligotrofik
2.
Klorofil-a
4,5771429 mg/m3
Oligotrofik
3.
Produktifitas Primer
0,28 mg/C/jam
Oligotrofik
4.
MEI
0,626
5.
Indeks Nygaard
-
-
6.
TSI
29,4
Oligotrofik
7.
TRIX
12,5
Hipereutrofik
PERHITUNGAN :
Penetrasi cahaya (m) =
= 54+32= 43 m
2
Kadar TDS:
= 0,236290-0,236196 x 1000 mg/L
0,03
= 0,0001x 1000 mg/L
0,03
=3,33mg/L
Oksigen terlarut = 1000100× p × q × 8 mg/l= 1000 x 1,3 x 0,025 x 8
100
= 13 x 0,025 x 8 = 2,6 mg/L
Kadar fosfat (mg P/L) = C x fp
Kadar Total P
Abs = 0,202, 0,1787 ppm
Kadar Nitrat
ABS = 0,157, 0,5180 ppm
Kadar Nitrit
BS = 0,026 , 0,0185 ppm
Kadar Amonia
ABS = 0,280 , 1,2298 ppm
Perhitungan Kelimpahan fitoplankton
Kelimpahanper liter = F x N = 3/6x 211,38216 = 105,69108 individu/l
F =
F = 324 x 110 x 1 x 1 = 211,38216
1,11279 0,05 3 100
Pengukuran Klorofil-a :
26,7 (664 – 665) x V1
Klorofil-a (mg/m3) = ------------------------------------
V3 x L
=26,7 ( 0,195-0,141) x 0,01
0,00105 x 3
= 26,7 . 0,054 x 0,01
0,00315
= 0,014418
0,00315
= 4,5771429 mg/m3
Abs = 0,209 ( sebelum 664 nm )
Abs = 0,014 ( sebelum hcl 750 nm )
Abs = 0,013 ( sesudah HCL 665 nm )
Pengukuran produktivitas primer
Metode Gelap-Terang
DO Botol terang = 1000x 3,7x0,025x8 = 7,4 mg/L
100
DO Botol Gelap = 1000x 1x0,025x8 = 2 mg/L
100
NPP =
NPP =
NPP = 7,4 – 2,6 = 0,8 mgO2/l/jam
6
R = 2,6 – 2 = 0,1 mgO2/l/jam
6
GPP = 7,4 –2 = 0,9 mgO2/l/jam
6
GPP Perhitungan produktivitas primer fitoplankton dilakukan menurut rumus :
GPP
NPP
NPP
NPP = 0,375 ( 2,7 – 2,6 ) = 0,375 x 5,4
6 . 1,2 7,2
= 0,375 . 0,75
= 0,28 mgC/l/jam
GPP = 0,375 (7,4- 2,6 ) = 0,375 x 4,8
6 . 1,2 7,2
= 0,25 mgC/l/jam
Perhitungan Indeks MEI
MEI = 3,33= 6,66
0,5
Persamaan yang digunakan dalam pendugaan produksi ikan dirumuskan sebagai berikut
Log Y = 0,05Tm + 0,28 log MEI + 0,236
Log y = 0,05 . 29 + 0,28 log 0,626 + 0,236
= 1,4 + 0,28 = 0,20 + 0,236
= 1,4 – 0,056 + 0,236
Log y = 1,58
Y = 39 kg/ha/tahun
Perhitungan Indeks Nygaard
Jumlah jenis Myxophyceae + Chlorococcales + Centric Diatom + Euglenophyta
IN = ---------------------------------------------------------------------------------------
Jumlah jenis Desmidiaceae
Pengukuran Trophic State Index (TSI)
TSI -SDTSI –Chl-aTSI - TPRata-rata TSI
TSI -SD
TSI –Chl-a
TSI - TP
Rata-rata TSI
TSI - SD = 10 ( 6 – 3,76 )
0,69
= 10 ( 6 – 5,44 )
= 10 . 0,56
= 5,6 m
TSI – CHL-a =10 ( 6 – 2,04 – 0,68 . 4,5771429)
0,69
=10 ( 6 – 2,04 – 1,034)
0,69
=10 ( 6 –0,54)
=10 x 5,46= 54,6 mg/m3
TSI – TP= 10 ( 6 – 3,87 ) = 10 ( 6 – 2,25 )
1,72 0,69
0,69
= 10 ( 6 – 3,2 )
= 10 x(2,8)
= 28 mg/m3
Rata-rata TSI = (5,6+54,6 +28) = 29,4
3
Pengukuran indeks TRIX
Adapun formula yang digunakan adalah :
= 10 ( Log Mtn-Log 650) + ( Log Mtp-Log 10) + ( Log MChlo-Log 2) +
4 Log 1900-Log 650 Log 100-Log 10 Log 200-Log 2
( Log Mkc-Log 10)
Log 2,5-Log 10
= 10 ( Log 1766,3-Log 650) + ( Log 178,7-Log 10) + ( Log 4577,142-Log 2) +
4 Log 1900-Log 650 Log 100-Log 10 Log 200-Log 2
( Log 0,48-Log 10)
Log 2,5-Log 10
= 10 ( 3,24-2,81) + ( 2,25-1) + ( 3,66-0,30) +
4 3,27-2,81 2-1 2,30-0,30
( -0,36-1)
2-1
= 10 (0,930+1,25+0,625+2,22) = 10 x5,025= 12,5
4 4