1
2
Pembuatan kurva kalibrasi dari larutan standar
3
Penentuan sampel
Penentuan pajang gelombang larutan banko (Etanol 96%)
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FARMASI ANALITIK II
PENETAPAN KADAR PARACETAMOL
DALAM SAMPEL D ( IBUFROPEN, KAFEIN, PARACETAMOL)
MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis
Oleh :
Farmasi 3B
SINTA NURMAYASARI (31111100)
PRODI S-1 FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui kadar paracetamol dalam sampel D yang mengandung ibufropen, kafein dan paracetamol dengan metoode spektrofotometri UV-Vis
Dasar Teori
2.1 ibufropen
Ibuprofen merupakan antiinflamasi nonsteroid yang mempunyai aktivitas analgesik- antipiretik, namun ibuprofen juga mempunyai aktivitas antirematik dan antiradang yang tidak dimiliki parasetamol. Ibuprofen digunakan terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat peradangan pada berbagai kondisi rematik dan arthritis . Sama seperti pada obat antirematik, ibuprofen juga memiliki efek samping iritasi saluran cerna (Siswandono & Soekardjo, 1995).
Pemerian : serbuk hablur, putih hingga hampir putih, berbau khas lemah.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol, dalam aseton dan dalam kloroform; sukar larut dalam etil asetat. (FI IV hal 450 )
2.2 kafein
Kafein adalah basa sangat lemah dalam larutan air atau alkohol tidak terbentuk garam yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk putih, atau sebagai jarum mengkilat putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Kafein larut dalam air (1:50), alkohol (1:75) atau kloroform (1:6) tetapi kurang larut dalam eter. Kelarutan naik dalam air panas (1:6 pada 80°C) atau alkohol panas (1:25 pada 60°C) (Wilson and Gisvold, 1982). Berikut ini adalah struktur dari kafein
Kafein merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi, cokelat, kola, dan beberapa minuman penyegar lainnya. Kafein dapat berfungsi sebagai stimulant dan beberapa aktifitas biologis lainnya.
2.3 Parasetamol
Parasetamol di kenal dengan nama lain asetaminofen merupakan turunan para aminofenol yang memiliki efek analgesik serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah. Penggunaan parasetamol mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan derivat asam salisilat yaitu tidak ada efek iritasi lambung, gangguan pernafasan, gangguan keseimbangan asam basa. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan asam salisilat (Gunawan et al, 2007). Namun penggunaan dosis tinggi dalam waktu lama dapat menimbulkan efek samping methemoglobin dan hepatotoksik (Siswandono & Soekardjo, 1995).
Pemerian : hablur atau serbuk putih, tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dan dalam 9 bagian propilen glikol P, larut dalam larutan alkali hidroksida P.
BM C8H9NO2 : 151,16 (FI IV hal 649)
2.4 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri (Basset,1994).
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube ( Underwood,2001).
Spektrofotometer menghasilkan sinar dan spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding. Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa dalam larutan tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa yang ada, konsentrasi dan tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap.
Jenis-jenis Spektrofotometri
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber cahaya yang digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
Spektrofotometri Vis (Visible)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energy dalah cahaya tampak (Visible). Cahaya visible termasuk spectrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia, maka sinar tersebut termasuk kedalam sinar tampak (Visible).
Spektrofotometri UV (Ultra Violet)
Berbeda dengan spektrofotometri Visible, pada spektrofometri UV berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hydrogen. Dia merupakan isotop hydrogen yang stabil tang terdapat berlimpah dilaut dan didaratan. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata manusia maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan.
Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu :
a. Penyerapan oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan.
b. Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks
c. Penyerapan oleh perpindahan muatan.
Interaksi antara energy cahaya dan molekul dapat digambarkan sbb :
E = hv
Dimana :
E = energy (joule/second)
h = tetapan plank
v = frekuensi foton
Spektrofotometri IR (Infra Red)
Spektrofotometri ini berdasar kepada penyerapan panjang gelombang Inframerah. Cahaya Inframerah, terbagi menjadi inframerah dekat, pertengahan dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah adalah inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 2.5-1000 mikrometer. Hasil analisa biasanya berupa signalkromatogram hubungan intensitas IR terhadap panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sampel akan dibandingkan dengan signal standard.
Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu :
Sumber Cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (l ) adalah 350 – 2200 nanometer (nm).
Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu(monokromatis) yang bebeda (terdispersi).
Cuvet
Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kwars, plexigalass, kaca, plastic dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat dipakai untuk pengukuran di daerah sinar tampak (visible).
Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital.
Dengan mengukur transmitans larutan sampel, dimungkinkan untuk menentukan konsentrasinya dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya melewati sampel (I), dan membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati sampel (Io). Rasio disebut transmittance, dan biasanya dinyatakan dalam persentase (% T) sehingga bisa dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T.
Perbandingan Data Kelarutan Berdasarkan Litelatur
Nama Zat
Kelarutan
Ibufropen
Mudah larut dalam etanol, dan aseton dan praktis tidak larut dalam air (Japanese Farmacopeia hal 794).
Coffein
Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95%)p; mudah larut dalam kloroform p, sukar larut dalam eter p (FI III hal 75)
Paracetamol
Mudah larut dalam etanol, dan methanol, sedikit larut dalam air dan sangat sedikit larut dalam dietil eter. Larut dalam natrium hidroksida (Japanese Farmacopeia hal 267)
Alat dan Bahan
Alat:
Timbangan
Labu ukur
Gelas vial
Beaker gelas
Pipet
Corong
Pipet ukur
Spektrofotometer
Kuvet
Bahan
NaOH
Sampel
BAB II
PROSEDUR KERJA
2.1 Prosedur Kerja
Sampel Ditimbang2.1.1 Isolasi
Sampel Ditimbang
Dilarutakan
Natrium Hidroksida 0,1N
Natrium Hidroksida 0,1N
Sentrifuge
Sentrifuge
FiltratResidu
Filtrat
Residu
Tes kualitatif dengan FeCl3Tambahkan NaOH 100ml
Tes kualitatif dengan
FeCl3
Tambahkan NaOH 100ml
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Tidak berubah warna (-) parasetamolHijau-Biru(+) parasetamolLarutkan dengan etanol sampai tidak berubah warna
Tidak berubah warna (-)
parasetamol
Hijau-Biru(+)
parasetamol
Larutkan dengan etanol sampai tidak berubah warna
2.1.2 Analisis dengan spektrometer
BAB III
DATA HASIL PENGAMATAN
Data Hasil Pengamatan
Multipoint absorbansi standar parasetamol
Absorbansi Sampel
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1 Data Perhitungan
4.1.1 Isolate parasetamol dalam100 mlPreparasi Isolate Parasetamol Sampel
Isolate parasetamol dalam100 ml
50 x pengenceran1 ml
50 x pengenceran
1 ml
50 ml
50 ml
4.1.2 Preparasi Larutan Baku Standar Parasetamol
Pembuatan parasetamol 500 ppm dalam 100 ml
500 mg1000 ml= X mg100 ml
X= 50000mg/ml1000 ml
X = 50 mg add 100 ml
Pengenceran Larutan Baku Standar Parasetamol
10ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 500 ppm = 100 ml x 10 ppm
V1 = 2 ml
9 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 500 ppm = 100 ml x 9 ppm
V1 = 1,8 ml
8 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 500 ppm = 100 ml x 8 ppm
V1 = 1,6 ml
7 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 500 ppm = 100 ml x 7 ppm
V1 = 1,4 ml
6 pm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 500 ppm = 100 ml x 6 ppm
V1 = 1,2 ml
4.1.3 Penentuan Kadar Sampel D
Panjang gelombang maksimal kadar parasetamol
Abcis
ABS
10,844
0,295
4.1.4 Kurva Kalibrasi Dan Perhitungan Kadar Parasetamol
Berikut absorban dari hasil pengenceran larutan baku standar parasetamol:
C (ppm)
ABS
10
0,618
9
0,554
8
0,485
7
0,409
6
0,342
4.1.5 Kurva kalibrasi larutan baku :
4.1.6 Dari kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis yaitu :
y = 0,0697 x - 0,076
R2 =0,9993
Maka, y = 0,0697 x -0,076
0,295 = 0,0697x - 0,076
0,295+ 0,076 = 0,0697 x
0,371 = 0,0697 x
x= 0,3710,0697
= 5,322 ppm x pengenceran
= 5,322 ppm x 50
= 266,140 ppm
4.1.7 Kadar parasetamol dalam 50 mg sampel
266,140 ppm 266,140 mg1000 ml= 26,614 mg100 ml
26,614 mg50 mg x 100%=53,22 %
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu penentuan kadar parasetamol dalam sediaan dimana diketahui dalam sediaan terdapat ibuprofen, coffein dan paracetamol. Hal pertama yang dilakukan adalah isolasi sampel, untuk mengisolasi sampel agar yang terisolasi hanya paracetamol dan yang lainnya tidak ikut terisolasi maka digunakan lah pelarut Natrium hidroksida (NaOH). Dimana menurut litelatur farmakope jepang hal 267 dikatakan bahwa paracetamol dapat larut dalam NaOH sedangkan yang lainnya tidak larut dalam NaOH.NaOH ini difungsikan sebagai pelarut untuk melarutkan parasetamol yang terdapat dalam sampel. NaOH yang dibuat memiliki konsentrasi 0,1 N, dimana prosedur pembuatannya adalah dengan melarutkan 2 gram NaOH padat yang kemudian dilarutkan dalam 500 mL aquades atau air suling bebas CO2. Penggunaan air suling bebas CO2 dimaksudkan untuk menghindari terjadinya reaksi antara NaOH dengan CO2 yang dapat membentuk senyawa (Na2CO32 NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O)yang dapat menjadi pengotor dalam proses analisis parasetamol.
Parasetamol dianalisis kadaarnya dengan menggunakan spektrofotometer karena secara struktur diketahui bahwa paracetamol mempunyai gugus kromofor dan gugus auksokrom yang menyebabkan senyawa ini dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet. Parasetamol mempunyai spektrum ultraviolet dalam suasana asam pada panjang gelombang 245 nm.
Guguskromofor yang terdapatpadaparacetamol :
Ikatan ganda antara dua atom yang memiliki pasangan elektron bebas
Ikatan ganda antara dua atom yang memiliki pasangan elektron bebas
Cincin benzene , ikatan rangkap yang terkonjugasi
Cincin benzene , ikatan rangkap yang terkonjugasi
Gugusausokrompadaparacetamol :
-OH-OR
-OH
-OR
Gugus auksokrom mengandung pasangan elektron bebas yang disebabkan oleh terjadinya mesomeri kromofor. Yang termasuk dalam gugus auksokrom ini adalah substituen seperti –OH, -NH2, -NHR dan –NR2. Gugus ini akan memperlebar sistem kromofor dan menggeser maksimum absorpsi kearah panjang gelombang yang lebih panjang (Roth dan Blaschke, 1985). Gugus auksokrom tidak menyerap pada panjang gelombang 200-800 nm, namun mempengaruhi spektrum kromofor dimana auksokrom tersebut terikat (Wiryawan dkk., 2008).
Pemilihan spektrofotometer ultraviolet adalah karena spektrofotometer merupakan instrument analisis yang tidak rumit, selektif, serta kepekaan dan ketelitiannya tinggi.Selain itu, senyawa parasetamol yang akan dianalisis memiliki kromofor pada strukturnya berupa ikatan rangkap terkonjugasi dan juga merupakan senyawa aromatic karena memiliki gugus aromatic sehingga memenuhi syarat senyawa yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri.
Pada spektrofotometer membutuhkan penentuan panjang gelombang maksimum, dimana panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimal terhadap kompleks warna yang terbentuk dari analit. Penentuan panjang gelombang maksimal dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu sehingga diperoleh kurvakalibrasimakalarutanstandar (senyawamurniobat) dibuatdalam 5 konsentrasi. Dalampercobaaninidibuatlarutanbakudengankonsentrasi10ppm, 9ppm, 8 ppm, 7 ppm, dan 6 ppm.
Sebelumdilakukanpengukuranserapan, maka harus ditentukan panjang gelombang maksimumnya terlebih dahulu. Alasan penggunaan panjang gelombang maksimum (λ maks) yakni panjang gelombang maksimum memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar serta pada panjang gelombang maksimum bentuk kurva absorbansi memenuhi hukum Lambert-Beer. Dari percobaan ini diperoleh panjang gelombang maksimum untuk parasetamol 257nm sehingga dalam penentuan kadar parasetamol digunakan panjang gelombang tersebut. Menurut teori, panjang gelombang maksimum untuk parasetamol adalah 249nm.
Setelah diperoleh absorbansi sampel pada analisis spektrofotometer kemudian dihitung dan dihubungkan antara hasil kurva kalibrasi dan absorbansi sampel berdasarkan perhitungan y=bx+a. Setelah persamaan garis diperoleh maka kadar parasetamol dapat dihitung. Pengukuran konsentrasi obat dalam sampel berdasarkan hukum lambert-beer, hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu :Sinar yang digunakan dianggap monokromatis; penyerapanterjadidalamsuatu volume yang mempunyai penampang yang sama; senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutantersebut; tidakterjadifluorensensiataufosforisensi ; sertaindeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan. Hasil perhitungan kadar parasetamol adalah53,22%.
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum penetapan kadar paracetamol sampel D yang telah dilakukan menggunakan spektrofotometri UV-Vis diperoleh absorban sampel 0,295dan dengan kadar paracetamol dalam sampel sebesar 41,73%.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Roth, H., G. Blasshe, Farmasi Analysis, terjemahan S. Kisman dan S. Ibrahim. Cetakan II. Gajah Mada Univ. Press, Yogyakarta. 1995
Anonim. 2009. British Pharmacopoeia. London : The Stationery Office.
Sudjadi dan Abdul Rohman. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Day, R. A. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif edisi keempat. Jakarta : Erlangga
Gandjar, Gholib.,dan Rohman,2009. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
1
Penentuan pajang gelombang larutan banko (Etanol 96%)
2
Pembuatan kurva kalibrasi dari larutan standar
3
Penentuan sampel