LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI (ANALISA Staphylococcus aureus PADA BAHAN PANGAN)
Disusun oleh:
NAMA
:
LASINRANG ADITIA
NIM
:
60300112034
KELAS
:
BIOLOGI A
KELOMPOK
:
II (Dua)
LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2014
@Copyright Lasinrang Aditia
LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Mikrobiologi dengan judul “Analisa Analisa Staphylococcus aureus Pada Bahan Pangan” yang disusun oleh:
Nama
: Lasinrang Aditia
Nim
: 60300112034
Kelas
: Biologi A
Kelmpok
: II (dua)
Telah diperiksa oleh Kordinator Asisten / Asisten dan dinyatakan diterima.
Samata-Gowa,
Desember 2014
Kordinator Asisten
Asisten
(Nabillah Purnawijaya) 6030111038
(Rahmania Sari) 60300111056
Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab
(Eka Sukmawaty, S.Si, M.Si)
@Copyright Lasinrang Aditia
A. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui kualitas sampel yang diuji berdasarkan jumlah total bakteri. B. Dasar Teori Kualitas dari produk pangan untuk konsumsi manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh mikroorganisme. Mikroorganisme yang dapat tumbuh pada bahan makanan diantaranya adalah bakteri dan kapang. Semua bakteri yang tumbuh pada makanan bersifat heterotropik, yaitu membutuhkan zat organik untuk pertumbuhannya (Fardiaz, 1993). Bakteri merupakan mikroorganisme yang menempati golongan prokariot, karena tidak memiliki dinding inti yang jelas atau belum memiliki dinding inti yang sejati, sehingga semua bagian intinya tersebar di dalam sitoplasma secara bebas. Tetap memiliki faktor pembawa sifat yang tersimpan di dalam DNA yang berada di dalam kromosom namun tersebar luas dan bebas di dalam sitoplasma. Meskipun demikian bukannya tidak memiliki inti namun hanya saja tidak memiliki dinding inti yang jelas sehingga tampak tidak berinti sel. Beberapa sifat morfologi bakteri perlu diperhatikan karena pertumbuhannya di dalam makanan dan juga karena bakteri memiliki ketahanan cukup tingggi selama pengolahan dengan panas maupun dengan suhu dingin (Schlegel & Schmidt, 1994). Dengan adanya keberadaan mikroorganisme di sekitar kita, maka mikroorganisme itu juga dapat menguntungkan tetapi dapat juga merugikan, karena apa kita tahu bahwa mikrobia dapat membuat makanan kita menjadi busuk, rusak, tengik, dll. Makanan itu dapat terkontaminasi oleh mikrobia karena dalam makanan mengandung banyak sekali nutrien, yang mana kita tahu bahwa suatu mikrobia dapat hidup dan berkembang bila terdapat nutrien, maka itu tidak heran bila makanan dapat mengalami pembusukan, karena makanan merupakan media yang bagus untuk dapat tumbuh suatu mikroorganisme (Winarno et al.,1980).
@Copyright Lasinrang Aditia
Staphylococcus yang tumbuh pada bahan pangan dan membentuk toksin dengan menyebabkan intoksikasi (keracunan) bagi konsumennya. Toksin Staphylococcus dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit seperti bisul, meningitis, osteomyelitis pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan. Toksin yang dihasilkan tidak akan termusnahkan walaupun bahan makanan yang tercemar toksin disimpan dalam lemari es. Di dalam daging, Staphylococcus dapat memperbanyak diri sampai pada populasi yang sangat tinggi dan bakteri ini tidak akan mengubah warna, bau, maupun rasa yang berarti (Hadioetomo, 1993). Berbagai macam uji mokrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan pangan, meliputi uji kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk menenetukan tingkat keamanan dan uji indikator untuk menentukan tingkat sanitasi makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan terhadap tiap bahan pangan tidak sama tergantung berbagai faktor, seperti jenis dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan penyimpanan serta komsumsinya, kelompok konsumen dan berbagai faktor lainnya (Dirjen POM, 1979). C. Waktu dan Tempat Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut: Hari/tanggal
: Kamis/27 November 2014
Waktu
: 10.30-12.30 WITA
Tempat
: Laboratorium Mikrobiologi Lantai II Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Samata-Gowa
@Copyright Lasinrang Aditia
D. Alat dan Bahan 1. Alat Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu colony counter, neraca analitik, batang triangular, cawan petri, gelas ukur, kaca preparat, incubator, tabung reaksi, penjepit, pipet tetes, pembakar bunsen, masker, mikro pipet, tip, vortex mixer, pastle, mortal, dan hand scoon. 2. Bahan Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu ikan segar dan ayam goreng krispi, baird parker agar, aquadest, kapas, aluminium foil dan label. E. Cara Kerja Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut: 1. Menimbang 1 gr sampel (ikan segar dan ayam goring krispi) dan homogenkan dalam 10 mL aquadest sebagai pengenceran tingkat 10-1. 2. Melakukan pengenceran bertingkat 10-2, 10-3dan 10-4. 3. Memasukkan sebanyak 0,1 mL kedalam 3 cawan yang berisi media baird parker agar. 4. Meratakan inoculum dengan menggunakan batang triangular dan biarkan inoculum terserap kedalam media kira-kira 10 menit dalam media baird parker agar. 5. Meletakkan cawan petri kedalam incubator dalam posisi menghadap keatas, inkubasi selama 48 jam. 6. Koloni Staphylococcus aureus pada baird parker agar mempunyai ciri-ciri koloni bundar, licin/halus, cembung, diameter2-3 mm, warna abu-abu hingga kehitaman, sekeliling tepi koloni bening (terbentuk halo). Koloni-koloni mempunyai konsistensi berlemak dan lengket bila diambil dengan jarum inokulasi. 7. Setalah diinkubasi selama 48 jam, menghitung jumlah koloni yang terdapat pada cawan petri.
@Copyright Lasinrang Aditia
F. Hasil Pengamatan Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut: 1. Ayam goreng krispi 10-2
10-3
10-4
SPC
Tabung I
TBUD
12
1
TBUD
Tabung II
TBUD
TBUD
TBUD
TBUD
10-2
10-3
10-4
SPC
Tabung I
TBUD
12
1
TBUD
Tabung II
TBUD
TBUD
TBUD
TBUD
Pengenceran
Keterangan TBUD > 300
2. Ikan segar Pengenceran
Keterangan TBUD > 300
Keterangan : TBUD : Terlalu Banyak Untuk Dihitung (banyak koloni) SPC
: Syarat Perhitungan Koloni
G. Pembahasan Pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik. Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan. Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji kualitatif untuk menetukan mutu dan daya tahan suatu makanan, uji kuantitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan tersebut. Staphylococcus aureus merupakan bakteri berbentuk bulat (coccus), yang bila diamati di bawah mikroskop tampak berpasangan, membentuk rantai pendek, atau membentuk kelompok yang tampak seperti tandan buah anggur. Organisme ini Gram-positif. Beberapa strain dapat menghasilkan racun protein yang sangat tahan panas, yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
@Copyright Lasinrang Aditia
Sebagian besar pencemar Staphylococcus aureus berasal dari susu murni. Staphylococcus aureus dapat mencemari makanan dalam penyimpanan bersuhu 40o C sampai 60o C dalam jangka waktu yang lama, proses pasteurisasi, pemanasan ultra tinggi dan pemasakan normal tidak mampu merusak enterotoksin Staphylococcus aureus, dikarenakan relatif stabil dengan panas dan mampu bertahan pada pemanasan suhu air mendidih 100o C selama 10 menit. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada analisis total mikroba setelah dilakukan pengujian sebanyak 2 kali (duplo) pada masing-masing bahan yaitu ikan segar dan ayam goreng krispi, (bakteri dapat tumbuh dengan cepat pada daging dan ikan, karena daging dan ikan mengandung nutrisi yang tinggi bagi pertumbuhan mikroba) dengan tingkat pengenceran 10-2, 10-3 dan 10-4, diperoleh hasil yaitu pada analisis mikroba pada ikan segar pada pengenceran 10-2 tabung I dan tabung ke II koloni tergolong TBUD (Tidak Dapat Untuk Dihitung). Pengenceran 10-3 tabung I sebanyak 12 koloni, tabung II tergolong TBUD. Pengenceran 10-4 tabung I hanya 1 koloni, sedangkan tabung ke II tergolong TBUD. Sehingga syarat perhitungan koloni (SPC) tergolong TBUD > 300 koloni. Pada sampel ayam krispi memiliki total koloni mikroba sama dengan ikan segar yaitu secara berturut-turut yaitu pada pengenceran 10-2 tabung I dan tabung ke II koloni tergolong TBUD (Tidak Dapat Untuk Dihitung). Pengenceran 10-3 tabung I sebanyak 12 koloni, tabung II tergolong TBUD. Pengenceran 10-4 tabung I hanya 1 koloni, sedangkan tabung ke II tergolong TBUD. Sehingga syarat perhitungan koloni (SPC) tergolong TBUD > 300 koloni. Hal ini menunjukkan bahwa makanan yang diujikan mengandung dan telah melebihi ambang batas maksimum cemaran mikroba sehingga termasuk dalam kategori tidak aman untuk dikonsumsi.
Mikroba yang terkandung dalam makanan bisa menyebabkan
terjadinya kerusakan mikrobiologis pada makanan sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu bahan makanan untuk dikonsumsi oleh masyarakat, perlu dilakukan pengujian mikroba yang terkandung dalam makanan tersebut, salah satu cara tersebut adalah dengan analisis kuantitatif
@Copyright Lasinrang Aditia
mikrobiologi pada bahan pangan Cara ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan. Berdasrkan hasil pengamatan baik pada sampel ikan segar dan ayam krispy kandungan bakteri Staphylococcus aureus hasilnya semuanya adalah tidak bias untuk dihitung (TBUD) karena jumlah koloninya lebih dari 300 sedangkan dalam Standart Plate Count (SPC) jumlah kolonihanya 30-300. Menurut Standart Plate Count (SPC) Jika pada semua pengenceran dihasilkan lebih dari 300 koloni pada cawan petri, berarti pengenceran yang dilakukan terlalu rendah. Karena itu, jumlah koloni pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung. Jadi kualitas sampel yang digunakan tidak layak untuk dikomsumsi karena berbahaya bagi kesehatan. H. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah kualitas sampel yang terdapat pada panganan ayam goreng krispi dan ikan segar dengan menggunakan tehnik pengenceran betingkat 10-2, 10-3 dan 10-4, menunjukkan bahwa sampel mengandung koloni bakteri Staphylococcus aureus yang cukup banyak, tergolong TBUD (Terlalu Banyak Untuk Dihitung) dan hasil dari Standart Plate Count (SPC) pada semua sampel adalah TBUD. Hal ini menunjukkan bahwa makanan yang diujikan mengandung dan telah melebihi ambang batas maksimum cemaran mikroba sehingga termasuk dalam kategori tidak aman untuk dikonsumsi. DAFTAR PUSTAKA Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI, 1979. Fardiaz, Srikandi. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persad, 1993. Hadioetomo, R. S. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek: Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Jakarta: Gramedia, 1993. Schlegel H. G. & K. Schmidt. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1994. Winarno, F.G; S. Fardiaz & D. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pertanian. PT Gramedia. Jakarta.
@Copyright Lasinrang Aditia
LAMPIRAN Ikan Segar Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
Pengenceran 10-4
@Copyright Lasinrang Aditia
Ayam Goreng Krispi Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
Pengenceran 10-4
@Copyright Lasinrang Aditia