BAB I PENDAHULUAN
1.1
Teori Dasar Tanah Inceptisol
Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah yang matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya (Hardjowigeno, 1993). Pembentukan solum tanah Inceptisol yang terdapat di dataran rendah umumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah berlereng curam solum yang terbentuk tipis. Warna tanah Inceptisol beranekaragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu bahan induknya dari endapan sungai, warna coklat kemerahmerahan karena mengalami proses reduksi, warna hitam mengandung bahan organic yang tinggi (Resman dkk .,2006). .,2006). Sifat fisik dan kimia tanah Inceptisol antara lain; bobot jenis 1,0 g/cm3, kalsium karbonat kurang dari 40 %, pH mendekati netral atau lebih (pH < 4 tanah bermasalah), kejenuhan basa kurang dari 50 % pada kedalaman 1,8 m, COLE antara 0,07 dan 0,09, nilai porositas 68 % sampai 85 %, air yang tersedia cukup banyak antara 0,1 – 1 1 atm (Resman dkk., dkk., 2006). Proses pedogenesis yang mempercepat proses pembentukan tanah Inceptisol adalah pemindahan, penghilangan karbonat, hidrolisis mineral primer menjadi formasi lempung, pelepasan sesquioksida, akumulasi bahan organik dan yang paling utama adalah proses pelapukan, sedangkan proses pedogenesis yang menghambat pembentukan tanah Inceptisol adalah pelapukan batuan dasar menjadi bahan induk (Resman dkk., dkk., 2006).
1.2
Deskripsi Tanaman Jagung
Jagung sudah ditanam sejak ratusan tahun yang lalu, diduga berasal dari benua Amerika. Berawal dari Peru dan Meksiko, jagung berkembang terutama di daerah Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Pada awal abad ke-16 jagung sampai ke India dan Cina. Di Indonesia, jagung sudah di kenal sejak 400 tahun lalu, dibawa oleh orang Portugis dan Spanyol pada abad ke-16 melalui Eropa, India dan Cina (Suprapto dan Marzuki, 2002).
1
Jagung merupakan salah satu tanaman serelia yang tumbuh hampir di seluruh dunia dan tergolong spesies dengan variabilitas genetik yang besar. Tanaman jagung dapat menghasilkan
genotipe
yang
dapat
beradaptasi
terhadap
berbagai
karakteristik
lingkungan. Banyak masyarakat di daerah Indonesia yang berbudaya mengkonsumsi jagung, antara lain Madura, Pantai Selatan Jawa Barat, Sulawesi Selatan bagian Timur, Kendari, Gorontalo, Karo, Dairi, NTT, dan NTB (Suprapto dan Marzuki,2002). Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Nilai ekonomi jagung semakin tinggi karena digunakan sebagai bahan pakan ternak dan bahan baku Industri. Biji jagung sebagai sumber karbohidrat yang potensial untuk bahan pangan ataupun non-pangan. Produksi sampingan berupa batang, daun, dan kelobot dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ataupun pupuk kompos. Biji jagung tua dapat diolah menjadi pati, tepung jagung, makanan kecil ( snack snack ), ), dan brondong ( pop pop corn). corn). Sementara biji jagung yang sudah kering biasanya diolah menjadi jagung pipilan, beras jagung ataupun jagung giling (Rukmana, 1997). Jagung memiliki daya adaptasi yang luas, karena dapat ditanam di daerah berbagai iklim yang berbeda, dan pada berbagai jenis tanah. Jagung dapat ditanam di dataran tinggi maupun rendah, baik pada tegalan, sawah tadah hujan, maupun irigasi. Namun untuk pertumbuhan yang baik, sebaiknya ditanam pada tanah yang subur dengan pH 5.5 – 8.0 8.0 (Suprapto dan Marzuki, 2002). Suhu antara 21 – 320 C sangat ideal untuk pertumbuhan jagung. Juga daerah yang curah hujannya merata sepanjang tahun, dengan curah hujan rata-rata bulanan 100 – 125 mm. Kemampuan tumbuhan jagung untuk tumbuh secara normal dan menghasilkan di suatu daerah disebut kemampuan beradaptasi. Wilayah yang cocok untuk tanaman jagung disebut agroekosistem (Suprapto dan Marzuki, 2002).
Daerah pertumbuhan jagung meliputi skala lingkungan yang sangat luas yaitu antara 580 LU – 400 LS. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 0 – 1300 mdpl dengan curah hujan tahunan 250 – 10,000 10,000 mm. jagung dapat hidup dengan baik di daerah yang beriklim panas dan daerah yang beriklim sedang, yaitu pada temperature 23 – 270 270 0 C (Suprapto dan Marzuki, 2002). Jagung dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah, tanah berpasir maupun tanah liat bobot. Namun tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada
2
tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan pH sekitar 5.5 – 7.0. tanah yang padat serta kuat menahan air tidak baik bila ditanam jagung, karena dapat menghambat pertumbuhan akarnya, bahkan membusuk akarnya. Untuk tanah yang bobot perlu dibuat saluran drainase di dekat tanaman karena tanaman jagung tidak tahan terhadap genangan air. Tanah miring dengan tingkat kemiringan tidak lebih dari 8%, masih dapat ditanam jagung. Pada tanah miring, jagung ditanam dengan arah barisan melintang searah kemiringan tanah. Hal ini untuk mencegah erosi bila turun hujan (Suprapto dan Marzuki, 2002).
1.3
Parameter Penetapan Kadar Air Kering Mutlak
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah 0
0
dikering ovenkan dalam oven pada suhu 100 C – 110 C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori belum terisi penuh. Jadi, yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air yang bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105°C hingga diperoleh berat tanah kering yang tetap. Penetapan Kemasaman Tanah (pH)
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap. Semakin kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin rendah. Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau kejenuhan basanya sama dengan 3
koloid yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama (Pairunan,dkk, 1985). pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5 – 10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah (Kemas, 2005), selain itu bahan organik dan tekstur. Bahan organik mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan ion H+ sehingga tanah menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat yang dapat melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. tanah yang banyak mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam.
Penetapan C – Organik Metode Walkley & Black
Adapun sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan 4
terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup.
Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 1030% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari susunan unsur karbon merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.
Penetapan N – Total Metode Kjeldahl
Nitrogen dalam tanah berasal dari (1.) Bahan organik tanah (bahan organik halus, N tinggi, C/N rendah; dan bahan organik, kasar, N rendah C/N tinggi. Bahan organik merupakan sumber N yang utama di dalam tanah.); (2.) Pengikatan oleh mikroorganisme dan N udara (Simbiose dengan tanaman legumenose, yaitu oleh bakteri bintil akar atau Rhizobium; Bakteri yang hidup bebas (nonsimbiotik) yaitu Azotobacter (aerobik) dan Clostridium (anaerobik)); (3.) Pupuk, misalnya ZA, Urea, dan lain-lain; dan (4.) Air hujan. Fungsi N adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan protein. Gejala-gejala kekurangan N adalah tanaman kerdil, pertumbuhan akar terbatas, dan daundaun kuning dan gugur. Gejala-gejala kebanyakan N adalah memperlambat kematangan tanaman, batang-batang lemah mudah roboh, dan mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit. Nitrogen di dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk yaitu protein, senyawa-senyawa amino, Amonium (NH4+), dan Nitrat (NO3-).
5
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan N adalah kegiatan jasad renik, baik yang hidup bebas maupun yang bersimbiose dengan tanaman. Pertambahan lain dari nitrogen tanah adalah akibat loncatan suatu listrik di udara. Nitrogen dapat masuk melalui air hujan dalam bentuk nitrat. Jumlah ini sangat tergantung pada tempat dan iklim (Hakim, dkk., 1986).
Penetapan P-Tersedia dan K-Tersedia Metode Bray I
Fosfor di dalam tanah dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu P-organik dan Panorganik.Kandungannya sangat bervariasi tergantung pada jenis tanah, tetapi pada umumnya rendah , Gambar 20 menunjukkan bagian dunia yang kekuranagn P (Handayanto dan Hairiyah,2007). Posfor organik di dalam tanah terdapat sekitar 50% dari P total tanah dan bervariasi sekitar 15-80% pada kebanyakan tanah. Bentuk-bentuk fospat ini berasal dari sisa tanaman, hewan dan mikrobia. Di sini terdapat sebagai senyawa ester dari asam orthofospat yaitu inositol , fosfolipid, asam nukleat, nukleotida, dan gula posfat. Tiga senyawa yaitu inositol fospolopid dan asam nukleat amat dominan dalam tanah.Inositol fospat dapat mempunyai satu sampai enam atom P setiap unitnya, dan senyawa ini dapat ditemukan dalam tanah atau organisme hidup (bakteri) yang dibentuk secara enzimatik. Asam nukleat sebagai DNA dan RNA menyusun 1-10% Porganik total. Adanya K tersedia yang cukup dalam tanah menjamin ketegaran tanaman. Selanjutnya membuat tanaman lebih tahan terhadap berbagai penyakit dan merangsang pertumbuhan akar (Soepardi 1983). K dikenal sebagai hara penentu mutu produksi tanaman (Janke 1992).
6
BAB II BAHAN DAN METODE
2.1
Penetapan Kadar Air Kering Mutlak o
Contoh tanah dipanaskan pada suhu 105 C selama tiga jam untuk menghilangkan air. Kadar air dari contoh diketahui dari perbedaan bobot contoh sebelum dan setelah dikeringkan. Faktor koreksi kelembaban dihitung dari kada r air contoh.
Peralatan :
1. Cawan Aluminium 2. Penjepit tahan karat 3. Oven 4. Eksikator 5. Neraca analitik Bahan :
Contoh tanah Cara Kerja
:
1. Timbang cawan aluminium dengan timbangan analitik (W0). 2. Masukkan 5 gr contoh tanah kering udara (KU) ke dalam cawan aluminium tadi, kemudian ditimbang kembali (W1). 0
3. Keringkan dalam oven pada suhu 105 C selama 3 jam. 4. Angkat cawan yang berisi tanah dengan penjepit dan masukkan ke dalam eksikator. 5. Setelah dingin (± 15 menit), kemudian ditimbang kembali (W2), disebut bobot kering mutlak (KM). 6. Bobot air / kehilangan bobot adalah W1 – W2.
7
2.2
Penetapan Kemasaman Tanah (pH) Dasar Penetapan :
Nilai pH adalah indikator kemasaman tanah (reaksi tanah) yang dicirikan oleh nilai – log +
+
H (pH). Semakin tinggi konsentrasi H dalam larutan tanah maka tanah bereaksi kea rah masam atau nilai pH semakin rendah. Tanah – tanah yang bereaksi basa akan mempunyai nilai pH lebih besar dari 7. +
Konsentrasi H di dalamlarutan tanah diukur oleh pH meter dan dikonversi dalam skala +
pH dengan electrode gelas yang selektif khusus mengukur [H ], sehingga memungkinkan +
hanya mengukur potensial yang disebabkan konsentrasi H . Potensial yang timbul diukur berdasarkan potensial electrode pembanding (kalomel atau AgCl). Biasanya digunakan satu elektrode yang sudah terdiri atas elektrode pembanding dan electrode gelas (electrode kombinasi). +
Konsentrasi H
yang diekstrak dengan air menyatakan kemasaman aktif (aktual)
sedangkan pengekstrak KCl 1 N menyatakan kemasaman cadangan (potensial).
Peralatan :
1. Neraca analitik 2. Botol kocok 3. Dispenser 50 ml gelas ukur 4. Mesin kocok 5. Labu semprot 6. pH meter Pereaksi :
1. Air bebas ion 2. Larutan buffer pH 4,0 3. Larutan buffer 7,0
8
Cara kerja :
1. Timbang 10 g contoh tanah sebanyak dua buah, satu untuk penetapan pH H2O dan satu lagi untuk penetapan pH KCl. 2. Masing – masing dimasukkan ke dalam botol kocok 100 ml. 3. Untuk pH H2O, tambahkan 25 ml air bebas ion; dan untuk pH KCl, tambahkan 25 ml KCl 1 N 4. Kocok dengan mesin pengocok selama 30 menit. Kalau tidak ada mesin pengocok dapat diaduk dengan batang pengaduk dari gelas atau digoncang dengan tangan. Biarkan sebentar atau paling lama satu jam. 5. Ukur dengan pH meter yang telah dikaliberasi menggunakan larutan buffer pH 7,0 dan 4,0. 6. Nilai pH dicatat dalam satu desimal. Catatan :
1. Prosedur di atas menggunakann rasio 1 : 2,5. 2. Rasio dapat berubah sesuai jenis contoh dan permintaan.
2.3
Penetapan C – Organik Metode Walkley & Black Dasar Penetapan :
Oksidasi bahan organik oleh K 2Cr 2O7 dalam suasana asam kuat menjadi gas CO2 dan pembentukan Cr 2(SO4)3 yang berwarna hijau. Intensitas warna hijau yang terbentuk menyatakan kadar karbon. Reaksi :
C – organik + 2K 2Cr 2O7 + 8H2SO4
2Cr(SO4)3 + 2K 2SO4 + 8H2O + 3 CO2
Peralatan :
1. Labu Erlenmeyr 250 ml 2. Pipet 10 ml 3. Gelas ukur 25 ml
9
4. Buret Bahan :
1. K 2Cr 2O7 1 N 2. H2 SO4 pekat 3. Indikator Feroin 0,025 N 4. FeSO4 0,5 N Cara Kerja :
1. Timbang 0.5 g tanah diameter 0,5 mm tempatkan dalam labu Erlenmeyer 250 mL. 2. Tambahkan 5 mL K 2Cr 2O7 1 N sambil digoyangkan perlahan – lahan agar berlangsung penrcampuran dengan tanah. 3. Tambahkan 10 mL H2SO4 pekat dengan gelas ukur dalam ruang asam sambil digoyangkan sehingga tercampur rata. Usahakan tidak ada arah tanah yang terlempar ke dinding labu. 4. Biarkan campuran tersebut selama 30 menit dalam ruangan asam hingga dingin. 5. Encerkan dengan aquadest sampai 100 mL, kemudian dinginkan dan disaring. 6. Tambahkan 8 – 10 tetes indikator ferroin 0,025 N. 7. Segera titrasi dengan larutan FeSO4 0.5 N hingga larutan berwarna merah anggur. 8. Lakukan juga penetapan blanko sama seperti di atas tanpa menggunakan contoh tanah. 2.4
Penetapan N – Total Metode Kjeldahl Dasar Penetapan :
Senyawa nitrogen dioksidasi melalui pemanasan dalam lingkungan asam sulfat pekat dengan katalis campuran selen membentuk (NH4)2SO4. Kadar amonium dalam ekstrak ditetapkan dengan cara destilasi. Selanjutnya, ekstrak dibasakan dengan penambahan
10
larutan NaOH, dan NH3 yang dibebaskan diikat oleh asam borat, kemudian dititrasi dengan larutan baku HCl 0,05 N.
Peralatan :
1. Labu Kjedahl 100 ml 2. Labu Erlenmeyer 250 ml 3. Labu didih 1000 ml 4. Pemanas destruksi Kjedahl 5. Alat destilasi N-Kjedahl 6. Ruang asam 7. Buret Bahan :
1. H2SO4 pekat p.a 2. NaOH 40% 3. H3BO3 4% 4. Indikator campuran selenium 5. HCl 0,05 N Cara Kerja :
1. Timbang 500 mg atau 0,5 g tanah diameter 0,5 mm, masukkan ke dalam labu Kjedahl. 2. Tambahkan 1-2 g campuran selen (satu ujung spatula). 3. Tambahkan 3 ml H2SO4 pekat, goyangkan perlahan agar tercampur rata dan terbasahi oleh H2SO4. 4. Panaskan labu di ruang asam, dari panas rendah (3-5 menit), panas ditinggikan (½ - 1 jam) hingga larutan jernih, kemudian didinginkan. 5. Pindahkan ke dalam labu didih (labu destilasi) secara kualitatif, tambahkan 25 ml NaOH 40%.
11
6. Lakukan Destilasi, tampung destilat dengan erlenmeyer 250 ml yang terisi 10 ml H3BO3 4% dan 3-5 tetes indikator campuran, isi destilat sampai ± 100 ml. 7. Titrasi destilat dengan HCl 0,05 N yang normalitasnya telah dibakukan terlebih dahulu sampai terjadi perubahan warna dari hijau ke merah muda. 8. Lakukan juga penetapan blanko.
2.5
Penetapan P-Tersedia dan K-Tersedia Metode Bray I Dasar Penetapan :
Fosfat dalam suasana asam akan diikat sebagai senyawa Fe, Al-fosfat yang sukar larut. NH4F yang terkandung dalam pengekstrak bray akan membentuk senyawa rangkai 3-
dengan Fe dan Al yang membebaskan ion PO4 . Pengekstrak ini biasanya digunakan pada tanah dengan pH < 5,5.
Peralatan :
1. Meraca analitik dengan ketelitian 3 desimal 2. Dispenser 25 ml, 10 ml 3. Tabung reaksi 4. Pipet 2 ml, botol kocok 50 ml 5. Kertas saring 6. Mesin pengocok 7. Spektrofotometer Pereaksi :
1. HCl 5 N 2. Pengekstrak Bray dan Kurts I (larutan 0,025 N HCl + NH4F 0,003 N) 3. Pereaksi P pekat 4. Pereaksi pewarna P 5. Standar induk 1000 ppm PO4 6. Standar 100 ppm PO4
3-
7. Deret standar PO4 (0-20 ppm) 12
Cara Kerja :
1. Timbang 2,5 g contoh tanah ukuran , 2 mm, ditambah pengekstrak Bray dan Kurt I sebanyak 25 ml, kemudian dikocok selama 5 menit. 2. Saring dan bila larutan keruh dikembalikan lagi ke atas saringan semula. (Proses penyaringanmaksimum 5 menit). 3. Dipipet 2 ml ekstrak jernih ke dalam tabung reaksi. 4. Contoh dan deret standar masing-masing tambah pereaksi pewarna fosfat sebanyak 10 ml, kocok dan biarkan 30 menit. 5. Ukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm. 6. Untuk kalium, ekstrak contoh encer dan deret standar K diukur langsung dengan alat AAS (Atomic Absortion Spektrofotometric).
13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Pengamatan Kadar Air Kering Mutlak
Sampel Tanah : K 0T2P2 W0 (bobot cawan aluminium)
= 11,8132 gram
W1 (bobot cawan aluminium dengan 5 gram tanah)
= 16,8211 gram
W2 (bobot cawan aluminium dengan 5 gram tanah setelah di oven) = 16,3919 gram Perhitungan :
a.
b.
1,09
14
Perhitungan Kemasaman Tanah (pH)
Tabel perhitungan pH tanah 1
2
3
4
5
H2O
6,53
6,49
6,46
6,42
6,43
KCl
5,30
5,34
5,35
5,38
5,36
No
Contoh Tanah
pH H 2O
pH KCl
1.
K 0T2P2
6,4660
5,346
Perhitungan C-Organik Metode Walkey & Black
Sampel tanah
= K 0T2P2
V awal
= 30 ml
V akhir
= 33,8 ml
Vc
= 3,8 ml
Vb
= 5,5 ml
[FeSO4]
= 0,4712 N
FKA
= 1,09
Berat sampel tanah = 0,5 g = 500 mg
Perhitungan :
% 15
N-Total Metode Kjedahl
Sampel tanah
= K 0T2P2
V awal
= 0 ml
V akhir
= 1,4 ml
Vc
= 1,4 ml
Vb
= 0,1 ml
[H2SO4]
= 0,0513 N
FKA
= 1,09
Berat sampel tanah
= 0,5 g = 500 mg
Perhitungan :
Perhitungan P-Tersedia Metode Bray I Persamaan Regresi Linear N
[std] (x)
Abs. (y)
x.y
1
0
0
0
0
2
1,25
0,103
0,12875
1,05625
3
2,5
0,224
0,56
625
4
5
0,503
2,515
25
5
10
0,919
9,19
100
6
20
1,705
34,1
400
38,75
3,454
46,49375
532,8124
=6
16
Persamaan Regresi Linear y = a + bx keterangan :
y = absorban sample x = ppm kurva
Maka persamaannya menjadi : y = a + bx y = 0,4651 + 0,01712x
Diketahui :
Data absorban sampel tanah K 0T2P2 (y) = 1,327
Dengan menggunakan persamaan y = 0,4651 + 0,01712x
Perhitungan :
y
= 0,4651 + 0,01712x
1,327 = 0,4651 + 0,01712x 0,8619 = 0,01712x x
= 50,3446 ppm kurva
Kadar P2O5 tersedia (ppm)
17
) ( ) () ( ) () () ( Perhitungan K-Tersedia Metode Bray I
Data absorban sampel tanah K 0T2P2 = 5,1521 Perhitungan :
) ( ) () ( ) () () ( Hasil Tanaman Hasil Tanaman dari tanah inceptisol
Komponen pertumbuhan dan keadaan tanaman jagung 14 dan 21 MST K 0t2P0 Pengamatan
Umur Tanaman Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Rata-Rata Jumlah Daun
Gejala
K 0t2 p1
K 0t2 p2
Tanaman
Tanaman
1
2
1
2
1
2
14 HST
21 HST
14 HST
21 HST
14 HST
21 HST
28,25
47
-
-
-
-
3,5
5,5
-
-
-
-
Terdapat
Terdapat
penyakit
penyakit
-
-
-
-
karat daun
karat daun
18
Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman
Keterangan
Tidak Tumbuh
Tidak Tumbuh
(dilakukan
(dilakukan
penyulaman)
penyulaman)
Tumbuh dengan baik
Berat basah atau berat segar Perlakuan
Berat
Tanpa
Berat
Tanaman
Tanaman
Akar
Utuh (g)
Tanpa
(g)
Akar (g)
K 0t2 p0
Tanaman 1
11.46
9.74
1.37
Tanaman 2
11.08
9.45
1.93
11.27
9.60
1.65
Berat
Tanpa
Berat
Tanaman
Tanaman
Akar
Utuh (g)
Tanpa
(g)
Rata - Rata
Berat Kering Perlakuan
Akar (g)
K 0t2 p0
Tanaman 1
1.56
1.26
0.3
Tanaman 2
1.12
0.91
0.21
1.34
1.09
0.26
Rata - Rata
Keterangan : Jagung tumbuh hanya pada perlakuan kontrol (K 0t2 p0)
19
Hasil Tanaman tanah ultisol
Komponen Pertumbuhan dan keadaan tanaman Perlakuan Pengamatan
K0T1P0
K0T1P1
K0T1P2
14 HST
21 HST
14 HST
21 HST
14 HST
21 HST
17.83
24
17.5
21.67
29.1
24.67
3
3.67
3
3.67
4
4.3
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Rata-rata Jumlah Daun Terdapat
Terdapat
Terdapat
gigitan
gigitan
gigitan
serangga,
serangga,
serangga,
dan di
dan di
dan di
Terdapat
ujung daun
Terdapat
ujung daun
Terdapat
ujung daun
gigitan
dan
gigitan
dan
gigitan
dan
hama
pinggir-
serangga
pinggir-
serangga
pinggir-
Gejala Defisiensi pinggirnya
pinggirnya
pinggirnya
warnanya
warnanya
warnanya
coklat
coklat
coklat
kekuningan
kekuningan
kekuningan
20
Berat basah atau berat segar Perlakuan Pengamatan K0T1P0
K0T1P1
K0T1P2
1.74
5.63
5.4
0.37
0.36
1.97
1.37
5.27
3.43
Rata-rata Berat Tanaman Utuh (g) Rata-rata Berat Akar (g) Rata-rata Berat Batang dan Daun (g)
Berat kering Perlakuan Pengamatan K0T1P0
K0T1P1
K0T1P2
0.60
1.50
1.94
Berat Bobot Tanaman Utuh
Hasil Tanaman dari pasir
Komponen pertumbuhan dan keadaan tanaman jagung 14 dan 21 MST Perlakuan Pengamatan
K0T3P0
K0T3P1
K0T3P2
14 HST
21 HST
14 HST
21 HST
14 HST
21 HST
0
8
13.5
31
32.5
54
0
4
2.5
5
5
5
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Rata-rata Jumlah Daun
21
ada bekas gigitan
Terdapat
bercak
hama ,
gigitan
kuning
daun
serangga
pada daun
Gejala -
-
-
Defisiensi keriting
Berat basah atau berat segar Perlakuan Pengamatan K0T3P0
K0T3P1
K0T3P2
3.67
14.86
58.39
1.74
5.47
12.44
Rata-rata Berat Tanaman Utuh (g) Rata-rata Berat Batang dan Daun (g)
Berat kering Perlakuan Pengamatan K0T3P0
K0T3P1
K0T3P2
1.3
5.78
Berat Bobot Tanaman Utuh
3.2
Pembahasan
Sample tanah yang digunakan adalah tanah Inceptisol tanpa perlakuan (kontrol) dari hasil penanaman jagung yang kemudian dianalisis. Hasil praktikum dengan tanah inseptisol didapat kadar air sebesar 8, 57% dengan FKA sebesar 1,09. Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tekstur tanah inceptisol adalah liat yang umumnya tidak mudah kering. Manfaat
22
mengetahui kadar air tanah yaitu untuk mengetahui proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah yaitu reaksi yang mempersiapkan hara yang larut bagi pertumbuhan tanaman, menduga kebutuhan air selama proses irigasi, mengetahui kemampuan suatu jenis tanah mengenai daya simpan lengas tanah (Soviani, 2012).
Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran pH. Pada percobaan penetapan pH yang telah dilakukan adalah dengan menggunakan metode elektrometrik, yaitu metode yang digunakan di laboratorium dengan menggunakan pH tanah yang diukur dengan pH meter. Berdasarkan percobaan didapat rata-rata pH pada tanah yang yang dicampur KCl adalah 5,35 termasuk masam, sedangkan untuk tanah yang dicampur dengan H2O didapat ratarata pH sebesar 6,47. Pada pH tanah yang diberi air (H2O) lebih besar, disebabkan karena +
-
air cenderung mengandung H atau OH yang berbeda dengan pelarut KCl. Pengukuran pH dengan larutan pengekstrak KCl akan memberikan nilai lebih rendah 0,5--1,5 satuan +
pH dibanding jika menggunakan pelarut H2O. Konsentrasi H yang diekstrak dengan air menyatakan kemasaman aktif (aktual) sedangkan pengekstrak KCl 1 N menyatakan kemasaman cadangan (potensial). Dengan mengetahui pH tanah yang dilarutkan H2O, maka dapat ditentukan metode untuk penetapan P dan K tersedia untuk praktikum selanjutnya.
Untuk tanah inceptisol tanpa perlakuan ini hasil C - organiknya sebesar 2,09%, termasuk kriteria tanah dengan kandungan C – organik sedang. Dari hasil yang didapat, diketahui hubungan antara C-Organik dan bahan Organik berbanding lurus (semakin tinggi C organik semakin tinggi juga bahan organik yang terkandung di dalam tanah tersebut). Hal tersebut karena bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari tanah inceptisol ini, memiliki nilai N – total 0,20 % dengan kriteria rendah. Hal ini disebabkan karena rendahnya bahan organik yang terdapat pada sempel tanah Alfisol, sedangkan bahan organik merupakan sumber bahan 23
N yang paling utama. Sesuai dengan pernyataan Lopulisa (2004) yang menyatakan bahwa Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah, bahan organik halus, N tinggi, C/N rendah, bahan organik kasar, N rendah C/N tinggi. Kriteria yang rendah pada N-Total mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman bahkan dapat mati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kemas (2005) yang menyatakan bahwa kekurangan N menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan akar terbatas, daun-daun kuning dan gugur. Hal tersebut sama dengan tanaman jagung kelompok kami yang tumbuhnya tidak tinggi. Kemudian analisis dilanjutkan dengan penetapan fosfor dan kalium dengan cara metode Bray I, hal ini ditujukan untuk mengetahui jumlah P dan K yang tersedia di dalam tanah. Didapat data absorban untuk P adalah 1,327, termasuk dalam kriteria sangat rendah
. Sedangkan data absorban untuk K adalah 5,1521 dengan hasil pengukuran K-tersedia . dengan hasil pengukuran P-tersedia
Dari hasil pengamatan hasil tanaman untuk tanah inceptisol, jagung yang tumbuh hanya pada perlakuan control yaitu K 0t2P0, pada perlakuan K0t2P1 dan K0t2P2 tidak tumbuh sama sekali padahal sudah dilakukan penyulaman berulang kali. Bahkan tanah relihat sangat lembek. Dari hasil analisis tanah dapat disimpulkan sample tanah inceptisol ini mengalami degradasi kualitas dan berefek pada tanaman yang ditumbuhkan. Sedangkan pada tanah ultisol dari perlakuan K0t1P0 sampai K0t1P2 semua jagung tumbuh, bahkan pertumbuhan jagung pada perlakuan dengan pupuk organic ditambah anorganik sangat baik. Begitu juga dengan tanah pasir, pada perlakuan control (K0t3P0) tidak ada jagung yang tumbuh, hal ini dikarenakanan pasir tidak menjadi tanah dengan criteria yang memadai untuk jangung tumbuh. Namun, pada perlakuan K0t3P1 dan K0t3P2 jagung dapat tumbuh karena dibantu dengan adanya pupuk organic dan anorganik guna mencukupi unsur hara yang dibutuhkan jagung untuk hidup dan bertumbuh. Seharusnya tanah inceptisol lah yang terbaik baik pertumbuhan jagung, namun pada praktikum ini kemungkinan terjadi kesalahan sehingga jagung pada perlakuan K0t2P1 dan K0t2P2 tidak tumbuh dan dari hasil analisis sampel tanah ini mengalami penurunan kualitas.
24
BAB IV KESIMPULAN
4.1
Kesimpulan
Dari praktikum ini didapat data analisis tanah : 1. Kadar air sebesar 8,57% dengan FKA senilai 1,09 2. Nilai pH dengan KCl 5,35 dengan criteria masam, yang lebih rendah dari nilai pH dengan H2O yang senilai 6,47. 3. Penetapan C - organiknya sebesar 2,09% yang berkriteria sedang. 4. Penetapan N – totalnya sebesar 0,20% dengan kriteria rendah. 5. Data absorban untuk P adalah 1,327, termasuk dalam kriteria sangat rendah dengan
. Sedangkan data absorban untuk K adalah 5,1521 dengan hasil pengukuran K-tersedia . hasil pengukuran P-tersedia
Berdasarkan data hasil tanaman, tanah yang menunjukkan perkembangan yang baik dari setiap perlakuannya adalah tanah ultisol. Walaupun yang berperan baik dalam pertumbuhan tanaman jagung ini seharusnya adalah tanah inceptisol, namun karena terjadi kesalahan dan dari data analisis sample tanah mengalami penurunan kualitas maka pertumbuhan jagung tidak baik bahkan untuk perlakuan K0t2P1 dan K0t2P2 jagung sama sekali tidak tumbuh.
25
DOKUMENTASI Alat dan bahan yang dipakai serta proses kerja
26
27
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, Mety. 2012. Penetapan Kadar Air Tanah at http://metyapriyanti.blogspot.com/2012/05/penetapan-kadar-air-tanah.html.online (diakses tanggal 12 Juni 2013) Hakim, N., Y.M. Nyakpa, M.A. Lubis, G.S. Nogroho, Saul R.M., Diha A.M., Hong B.G., dan Anonim. 2011. Karakteristik Kimia dan Kesuburan Tanah Inceptisol . Online at http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20347/4/Chapter%20II.pdf (diakses tanggal 13 Juni 2013 Lopulisa. 2004. Tanah-Tanah Utama Dunia Ciri, Genesa, dan Klasifikasinya. Lembanga Penerbitan Universitas Hasanuddin. Makassar. Soviani. 2012. Kadar Air Tanah. Online at http://soviasonia.blogspot.com/2012/12/laporankadar-air-tanah.html (diakses 12 Juni 2013)
28