91
10
44
60
75
80
78
Hubungan Luas Penampung dengan Debit Pelampung
Kondisi Penampang Basah Hilir
Kedalaman air (cm)
Kondisi Penampang Basah Hulu
Kedalaman (cm)
PERKOLASI PLOT 6
PRAKTIKUM HIDROLOGI MENGENAI HIDROGEOLOGI, PERKOLASI, TRANSPIRASI, EVAPORASI, INTERSEPSI, DEBIT SUNGAI DI DESA CIKEMBANG DAN STORAGE DI SITU CISANTI
LAPORAN
Disusun untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Hidrologi yang diampu oleh Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT.
Disusun oleh:
Andini Mutiara Galih Winata
(1401278)
Hilman Fathurrohman
(1407046)
Sheli Nur Saputri
(1405448)
Rio Septianto Tamara
(1405561)
Wike Merdiana
(1403912)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
Kata Pengantar
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelasaikan laporan praktikum Hidrologi di Pangalengan, Bandung Selatan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada nabi besar Muhammad saw., beserta keluarganya, sahabatnya, dan penganutnya yang senantiasa taat pada ajarannya. Aamiin yarrobal alamiin.
Praktikum Hidrologi wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi Departemen Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia.
Harus diakui bahwa terselesaikannya laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada :
Allah Swt.
Kepada orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan materi
Bapak Prof Dr. Ir. Dede Rohmat, M.T., selaku dosen mata kuliah Hidrologi
Rekan-rekan yang sudah ingin bekerja sama.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan pembuatan makalah dikemudian hari. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita dalam memahami tentang Hidrosfer dan Daur Hidrologi.
Bandung, Desember 2015
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar v
Daftar Tabel vi
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Praktikum 2
1.4 Manfaat Praktikum 2
1.5 Sistematika Penulisan 3
BAB II 4
KAJIAN PUSTAKA 4
2.1 Pengertian Hidrologi 4
2.2 Daur Hidrologi 4
2.3 Presipitasi 8
2.4 Intersepsi 13
2.5 Evaporasi 13
2.6 Transpirasi 15
2.7 Perkolasi 20
2.7.1 Sifat-sifat Tanah 21
2.7.2 Air Tanah 24
2.7.3 Keadaan Medan 25
BAB III 26
METODE PENELITIAN 26
3.1 Lokasi dan Waktu Praktikum 26
3.1.1 Lokasi Praktikum 26
3.1.2 Waktu Praktikum 26
3.2 Variabel yang Diukur 26
3.3 Alat dan Bahan Praktikum 27
3.4 Teknik Pengambilan Data 27
3.4.1 Pengukuran Sumur (Hidrogeologi) 27
3.4.2 Pengukuran Evaporasi 28
3.4.3 Pengukuran Transpirasi 28
3.4.4 Pengukuran Intersepsi 28
3.4.5 Pengukuran Perkolasi 29
3.4.6 Pengukuran Debit Sungai 29
3.4.7 Pengukuran Storage 30
3.5 Analisis Data 31
BAB IV 32
HASIL DAN ANALISIS 32
4.1 Hasil Pengukuran Sumur (Hidrogeologi) 32
4.1.1 Menghitung Total Head 35
4.1.2 Mencari iso piezometrik 35
4.1.3 Membuat dan menghubungkan titik-titik Total Head yang sama 36
4.1.4 Menghitung kemiringan lereng 38
4.1.5 Menghitung koefisien nilai batuan 41
4.1.6 Membuat arah aliran air tanah 42
4.1.7 Menghitung debit air tanah 44
4.2 Pengukuran Evaporasi, Transpirasi dan Intersepsi 46
4.2.1 Transpirasi 47
4.2.2 Evaporasi 47
4.2.3 Intersepsi 48
4.3 Pengukuran Perkolasi 49
4.4 Pengukuran Debit Sungai 58
4.4.1 Mengukur kecepatan menggunakan pelampung 61
4.4.2 Menghitung debit dengan pelampung 61
4.4.3 Menghitung kecepatan dengan current meter 62
4.4.4 Menghitung debit dengan current meter 63
4.4.5 Hubungan luas penampang dengan debit 64
4.5 Pengukuran Storage Danau 65
4.5.1 Data Situasi Danau dan Plot Situ Cisanti 67
4.5.2 Data Luas Situ Ci Santi 75
BAB V 78
PENUTUP 78
5.1 Simpulan 78
5.2 Saran 79
Daftar Pustaka 81
Lampiran 82
Daftar Gambar
Gambar 2. 1 Daur Hidrologi 7
Gambar 2. 2 Bentuk Topografi Batas-batas Horison 22
Gambar 4. 1 Flownet Sumur Desa Cikembang 37
Gambar 4. 2 Kemiringan Lereng Sumur Desa Cikembang 39
Gambar 4. 3 Peta Geologi Plot Sumur 41
Gambar 4. 4 Konduktivitas Hidraulika 42
Gambar 4. 5 Gambar Aliran Air Tanah 43
Gambar 4. 6 Pengukuran transpirasi, evaporasi dan intersepsi 49
Gambar 4. 7 Pengukuran Perkolasi 50
Gambar 4. 8 Vegetasi di sekitar lokasi pengukuran Perkolasi 50
Gambar 4. 9 Vegetasi Disekitar lokasi pengukuran Perkolasi 51
Gambar 4. 10 Keadaan tanah di lokasi pengukuran Perkolasi 51
Gambar 4. 11 Kondisi Penampang Basah Hulu 59
Gambar 4. 12 Kondisi Penampang Basah Hilir 60
Gambar 4. 13 Penampang Plot 6 66
Gambar 4. 14 Situ Cisanti 74
Daftar Tabel
Tabel 1 Horison O 21
Tabel 2 Horison A 22
Tabel 3 Horison B 22
Tabel 4 Klasifikasi Tekstur Tanah 24
Tabel 5 Data Hasil Pengukuran Sumur Plot 12 33
Tabel 6 Data Hasil Pengukuran Sumur Plot 12 34
Tabel 7 Menentukan Iso Piezometrik 36
Tabel 8 Data Kemiringan Lereng 40
Tabel 9 Kelas Kemiringan Lereng 40
Tabel 10 Debit Sumur 46
Tabel 11 Debit Aliran Air Tanah 46
Tabel 12 Hasil Pengukuran Transpirasi Kelompok 12 47
Tabel 13 Hasil Pengukuran Evaporasi Kelompok 12 48
Tabel 14 Hasil Pengukuran Intersepsi Kelompok 12 49
Tabel 15 Data Perkolasi 55
Tabel 16 Hasil Pengukuran Perkolasi 57
Tabel 17 Kondisi Wilayah Hulu Sungai 59
Tabel 18 Kondisi Wilayah Hilir Sungai 60
Tabel 19 Kecepatan Sungai Dengan Pelampung 61
Tabel 20 Data Kecepatan dengan Current Meter di Hulu 62
Tabel 21 Data Kecepatan dengan Current Meter di Hilir 63
Tabel 22 Hubungan Luas Penampang Basah dengan Debit metode Pelampung 64
Tabel 23 Kedalaman tiap plot Situ Cisanti 66
Tabel 24 Data Situasi Situ Cisanti 69
Tabel 25. Perhitungan elevasi situ Ci Santi 76
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan sumber kehidupan makhluk hidup. Bahkan planet yang dihuni manusia (bumi) disebut planet air. Lebih kurang 70,8% dari luas muka bumi yang luasnya 510 juta km2adalah laut. Air yang ada dibumi bersifat dinamis. Air terus bergerak dan mengalami daur hidrologi. Mulai dari laut, menuju atmosfer, turun ke darat hingga kembali ke laut begitu seterusnya.
Ilmu yang mengkaji tentang air adalah hidrologi yang mencakup daur hidrologi. Masalah mengenai air sangat kompleks, seperti pencemaran air, intrusi air laut, dan kekeringan sumur. Sedangkan kebutuhan air untuk saat ini sulit didapat terutama air bersih untuk dikonsumsi. Dibeberapa daerah bahkan ada yang sulit mendapatkan air bersih atau air untuk memenuhi kebutuhan hidup dan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Bukan saja manusia yang menerima dampaknya, tumbuhan dan binatang pun menjadi korban.
Praktikum hidrologi dipusatkan pada beberapa fenomena hidrologi seperti pengukuran hidrogeologi (sumur), perkolasi, menghitung debit air sungai, dan menghitung daya tampung situ/danau (storage). Praktikum ini merupakan suatu penerapan langsung dari berbagai teori yang sudah diajarkan dan merupakan suatu tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. Praktikum yang dilakukan langsung di lapangan ini, terdapat beberapa manfaat diantaranya, mengetahui keadaan sebenarnya tentang keadaan air di bumi jikadikaitkan dengan teori yang ada. Sehingga dapat menghasilkan data yang sesuai dari hasil penelitian tersebut.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada laporan praktikum ini adalah
Bagaimana arah aliran dan debit dari air sumur yang ada di lokasi praktikum?
Bagaimana laju perkolasi di lokasi praktikum?
Bagaimana besaran debit air sungai dan hubungannya dengan luas penampang sungai di lokasi praktikum?
Bagaimana daya tampung dan bentuk penampang dari Situ Cisanti di lokasi praktikum?
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum pada laporan ini adalah
Mengetahui arah aliran dari air sumur yang ada di sekitar lokasi praktikum;
Mengetahui laju perkolasi di lokasi praktikum;
Mengetahui besaran debit air sungai dan hubungannya dengan luas penampang sungai di lokasi praktikum;
Mengetahui daya tampung dan bentuk penampang dari Situ Cisanti di lokasi praktikum.
Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum yaitu sebagai berikut:
Dapat mengetahui arah aliran air sumur di lokasi praktikum;
Dapat mengetahui perbedaan laju perkolasi di tempat yang berbeda dilihat dari jenis tanah dan pengaruh keadaan sekitarnya;
Dapat mengetahui besarnya debit air sungai di lokasi praktikum;
Dapat mengetahui dan bentuk daya tampung danau;
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai objek yang diteliti;
Dapat memperdalam pengetahuan mengenai mata kuliah hidrologi;
Mengembangkan keterampilan dalam memperoleh data dan informasi di lapangan;
Menganalisis data sehingga menghasilkan deskripsi yang informatif dalam bentuk laporan penelitian;
Menerapkan dan mengintegrasikan teori-teori dan berbagai ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan keadaan riil di lapangan.
Sistematika Penulisan
Makalah ini dilengkapi dengan kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, dan daftar pustaka sebagai informasi tentang sumber materi yang dibahas dan lampiran, selain itu makalah ini terdiri atas lima bab.
BAB I adalah latar belakang, rumusan masalah, tujuan praktikum, manfaat praktikum, dan sistematika penulisan. Latar belakang berisi tentang alasan dari dibuatnya makalah ini. Rumusan masalah berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi topik bahasan pada BAB II. Tujuan praktikum berisi tentang hasil atau informasi yang akan kita dapatkan dari praktikum yang akan dilakukan. Manfaat praktikum berisi tentang informasi tentang manfaat apa saja yang bisa didapatkan dari praktikum.
BAB II Tinjauan Teoritis berisi teori-teori yang menunjang dari topik yang akan dibahas dalam makalah.
BAB III Metodologi Penelitian yang membahas metode-metode yang digunakan dalam melakukan penelitian.
BAB IV Analisis Data yang berisi hasil dari analisis data dari praktikum yang telah dilakukan sesuai dengan rumusan masalah.
BAB V Penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari apa yang telah dibahas dalam BAB IV. Selain itu
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang memelajari air dalam segala bentuknya (cairan, gas, padat) pada, dalam, dan diatas permukaan tanah. Termasuk di dalamnya adalah penyebaran, daur dan perilakunya, sifat-sifat fisika dan kimianya, serta hubungan-hubungan dengan unsur-unsur hidup dalam air itu sendiri.Cabang-cabang ilmu Hidrologi sendiri meliputi Hidrometeorologi (ilmu yang memelajari air yang berada di atmosfer), Hidrogeologi (ilmu yang memelajari air yang berada di bawah permukaan bumi), Potamologi (ilmu yang memelajari air yang mengalir di permukaan), Limnologi (ilmu yang memelajari air yang menggenang di permukaan bumi) dan Kriologi (ilmu yang memelajari air yang berbentuk padat).
Secara luas hidrologi meliputi pula pergerakan dan distribusi, berbagai bentuk air, termasuk transformasi antara keadaan cair, padat dan gas dalam atmosfer, di atas dan di bawah permukaan tanah.
Penelitian Hidrologi juga memiliki kegunaan lebih lanjut bagi teknik lingkungan, kebijakan lingkungan, dan perencanaan. Hidrologi juga memelajari perilaku hujan terutama meliputi periode ulang curah hujan karena berkaitan dengan perhitungan banjir serta rencana untuk setiap bangunan teknik sipil antara lain bendungan dan jembatan.
Daur Hidrologi
Daur Hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan air laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak pernah berhenti, air tersebut akan tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk, dan dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup lainnya. Namun daur hidrologi sebenarnya tidak sesederhana yang dibayangkan, karena daur hidrologi dapat berupa daur pendek, yaitu hujan yang segera dapat mengalir kembali ke laut, tidak adanya keseragaman waktu yang diperlukan oleh suatu daur hidrologi. Selama musim kemarau kelihatannya daur seolah-olah berhenti, sedangkan dalam musim hujan berjalan kembali. Intensitas dan frekuensi daur hidrologi tergantung pada letak geografi dari keadaan iklim suatu lokasi. Berbagai bagian daur hidrologi dapat menjadi sangat kompleks, sehingga hanya dapat diamati bagian akhirnya saja terhadap suatu curah hujan di atas permukaan tanah yang kemudian mencari jalannya untuk kembali ke laut.
Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor-faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi dan tanah, di laut atau badan-badan air lainnya. Uap air sebagai hasil proses evaporasi akan terbawa oleh angin melintasi daratan yang bergunung maupun datar, dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan, sebagian dari uap air tersebut akan terkondensasidan turun sebagai presipitasi. Presipitasi terjadi karena adanya gesekan antara butir-butir uap air akibat desakan angin, dapat berbentuk hujan atau salju.
Sebelum mencapai permukaan tanah, air hujan tersebut akan tertahan oleh tajuk vegetasi. Sebagian dari air hujan tersebut akan tersimpan di permukaan tajuk/daun selama proses pembasahan tajuk. Sebagian lainnya jatuh ke atas permukaan tanah melalui sela-sela daun (throughfall) atau mengalir ke bawah melalui permukaan batang pohon (stemflow). Sebagian air hujan tidak akan pernah sampai ke permukaan tanah melainkan langsung diuapkan kembali ke atmosfer yang disebut Intersepsi.
Air yang dapat mencapai permukaan tanah akibat adanya gravitasi bumi kemudian akan terserap ke dalam tanah (Infiltration) dan bergerak terus ke bawah (Perkolasi) ke dalam daerah jenuh (saturated zone) yang terdapat di bawah permukan air tanah atau yang dinamakan permukaan freatik. Sedangkan air hujan yang tidak terserap ke dalam tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan permukaan tanah (surface detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah (runoff) untuk selanjutnya masuk ke sungai.air infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk kelembapan tanah. Apabila tingkatan kelembapan air tanah sudah jenuh, maka air hujan yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak secara horisontal untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah (subsurface flow) dan akhirnya mengalir ke sungai. Adapun air yang masuk ke dalam tanah dan bergerak secara vertikal yang lebih dalam dan menjadi bagian dari air tanah (ground water). Air tanah tersebut, terutama pada musim kemarau akan mengalir secara pelan-pelan ke sungai, danau atau tempat penampungan air alamiah lainnya (baseflow).
Tidak semua air infiltrasi mengalir ke sungai atau tampugan air lainnya, melainkan ada sebagian air infiltrasi yang tetap tinggal dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer melalui permukaan tanah disebut Evaporasi dan air yang diuapkan berasal dari dalam tanah melalui mekanisme fisiologi tanaman disebut Transpirasi. Proses transpirasi berlangsung ketika tidak ada hujan. Gabungan kedua proses tersebut adalah Evapotranspirasi. Besarnya angka Evapotranspirasi ditentukan selama satu tahun, yaitu gabungan antara besarnya evaporasi musim hujan (intersepsi) dan musim kemarau (transpirasi).
Gambar 2. 1 Daur Hidrologi
Dalam daur hidrologi, masukan berupa curah hujan akan didistribusikan melalui beberapa cara, yaitu air lolosan (throughfall), aliran batang (stemflow), dan air hujan langsung sampai ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian, evaporasi dan air infiltrasi. Air larian dan air infiltrasi akan mengalir ke sungai sebagai debit aliran (discharge). Terdapat tiga daur atau siklus Hidrologi, yaitu Siklus Pendek, Siklus Menengah dan Siklus Panjang. Siklus Pendek merupakan suatu proses peredaran air dengan jangka waktu yang relatif cepat. Proses ini biasanya terjadi di laut. Proses terjadinya siklus pendek, yaitu air laut mengalami evaporasi (penguapan), karena adanya panas dari sinar matahari. Uap air dari evaporasi naik ke atas sampai pada ketinggian tertentu dan mengalami kondensasi sehingga terbentuk awan. Awan semakin lama semakin besar dan jenuh, maka turunlah terjadi presipitasi di atas laut. Air yang turun ini kembali menjadi air laut yang akan mengalami evaporasi lagi.Siklus sedang/menengah merupakan air laut yang mengalami evaporasi menuju atmosfer, dalam bentuk uap air karena panas sinar matahari. Angin yang bertiup membawa uap air laut ke arah daratan. Pada ketinggian tertentu, uap air yang berasal dari evaporasi air laut, sungai, dan danau terkumpul makin banyak di udara. Suatu saat uap air menjadi jenuh dan mengalami kondensasi, kemudian menjadi prsepitasi. Air hujan yang jatuh di daratan selanjutnya mengalir ke parit, selokan, sungai, danau, dan menuju ke laut lagi. Sedangkan Siklus panjang atau besar merupakan siklus air yang mengalami proses panjang mulai daripanas sinar matahari yang menyebabkan evaporasi air laut. Angin membawa uap air laut ke arah daratan dan bergabung bersama uap air yang berasal dari danau, sungai, dan tubuh perairan lainnya, serta hasil transpirasi dari tumbuhan. Uap air ini berubah menjadi awan dan turun sebagai presipitasi. Air hujan yang jatuh, sebagian meresap ke dalam tanah (infiltrasi) menjadi air tanah. Adakalanya presipitasi tidak berbentuk hujan, tetapi berbentuk salju atau es. Sebagian air hujan diserap oleh tumbuhan serta sebagian lagi mengalir di permukaan tanah menuju parit, selokan, sungai, danau, dan selanjutnya ke laut. Aliran air tanah ini disebut perkolasi dan berakhir menuju ke laut. Air tanah juga dapat muncul ke permukaan menjadi mata air. Siklus panjang merupakan siklus yang berlangsung paling lama dan prosesnya paling lengkap. Terdapat empat proses penting dalam daur hidrologi yang perlu dipahami, yaitu prsepitasi, evaporasi, infiltrasi dan limpasan (permukaan dan air tanah).
Presipitasi
Presipitasi mnerupakan faktor yang mengendalikan berlangsungnya daur hidrologi dalam suatu wilayah DAS. Presipitasi pun dapat menjadi faktor pembatas dalam usaha sumber daya air dan tanah. Adapun mekasnime presipitasi, yaitu diawali ketika sejumlah uap air di atmosfer bergerak ke tempat yang lebih tinggi oleh adanya beda tekanan uap air. Uap air yang bergerak dari tempat dengan tekanan uap air lebih besar ke tempat dengan tekanan yang lebih kecil. Uap air yang bergerak ke tempat yang lebih tinggi (dengan suhu udara menjadi lebih rendah) tersebut pada ketinggian tertentu mengalami penjenuhan dan apabila hal ini diikuti dengan terjadinya kondensasi, maka uap air tersebut akan berubah bentuk menjadi butiran-butiran air hujan. Udara di atmosfer mengalami proses pendinginan melalui beberapa cara, antara lain, oleh adanya pertemuan antara dua massa udara dengan suhu yang berbeda atau dalam sentuhan antara massa udara dengan objek atau benda dingin. Adanya pembentukan awan tidak terjadi dengan sendirinya diikuti dengan terjadinya hujan. Awan dapat dijadikan sebagai indikasi awal berlangsungnya presipitasi.Biasanya hujan memiliki kadar asam pH 6. Hujan di bawah pH 5 – 6dianggap hujan asam. Bau yang dicium pada saat hujan dianggap wangi atau menyenangkan. Sumber dari bau ini adalah petrichor, minyak yang diproduksi oleh tumbuhan, kemudian diserap oleh batuan dan tanah kemudian dilepas ke udara pada saat hujan. Hujan yang turun ke bumi tidak berlangsung merata di seluruh wilayah (geografis) maupun di setiap waktu, namun terdistribusi sesuai kondisi. Distribusi geografis adalah faktor yang menentukan besarnya curah hujan dan rata-rata tahunan di suatu daerah/tempat adalah latitude, suhu laut dan air laut, posisi dan luas daerah, efek geografis, jarak/sumber lembah, dan ketinggian.Curah hujan meningkat dari arah pantai ke pegunungan di daerah pedalaman. Curah hujan berubah dengan ketinggian lereng, meningkat sampai ketinggian tertentu (> 900 m) dan kemudian berkurang, karena kejenuhan kelembapan spesifik dan air yang maksimum di dalam suatu kolom di atas permukaan tanah berkurang. Distribusi waktu terjadi menurut suatu pola dan siklus tertentu. Terjadi penyimpangan pada pola tertentu. Namun biasanya pada waktu tertentu akan kembali pada pola yang teratur. Mekanisme terjadinya hujan melibatkan tiga faktor utama sebagai berikut:
Kenaikan massa uap air ke tempat yang lebih tinggi sampai saatnya atmosfer jenuh
Terjadinya kondensasi atas partikel-partikel uap air di atmosfer
Partikel-partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu untuk kemudian jatuh ke bumi dan permukaan laut (sebagai hujan) karena gaya gravitasi.
Tiga tipe hujan yang dijumpai di daerah tropis sebagai berikut:
Hujan Konvektif, tipe hujan ini disebabkan oleh adanya beda panas yang diterima permukaan tanah dengan panas yang diterima oleh lapisan udara di atas permukaan tanahtersebut
Hujan Frontal, tipe hujan yang pada umumnya disebabkan oleh bergulungnya dua massa udara yang berbeda suhu dan kelembapan. Massa udara lembap yang hangat dipaksa bergerak ke tempat yang lebih tinggi (suhu lebih rendah dengan kerapatan udara dingin lebih besar). Hujan frontal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hujan frontal dingin dan hujan frontal panas. Hujan frontal dingin memiliki kemiringan permukaan frontal yang besar dan menyebabkan gerakan massa udara ke tempat yang lebih tinggi lebih cepat sehingga bentuk hujan yang dihasilkan adalah hujan lebat dalam waktu yang singkat. Sedangkan hujan frontal dingin memiliki kemiringan frontal yang tidak terlalu besar sehingga gerakan massa udara ke tempat yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan perlahan-lahan (proses pendinginan berlangsung bertahap). Hujannya tidak terlalu lebat dan berlangsungnya dalam waktu lebih lama (hujan dengan intensitas rendah). Hujan badai dan hujan monsoon (monsoon) adalah tipe hujan frontal yang lazim dijumpai.
Hujan Orografik, tipe hujan yang umum terjadi di pegunungan, yaitu ketika massa udara bergerak ke tempat yang lebih tinggi mengikuti bentang lahan pegunungan sampai saatnya terjadi kondensasi. Ketika massa udara melewati daerah yang bergunung, pada lereng dimana angin berhembus (windsward side) terjadi hujan orografik. Sementara pada lereng dimana gerakan massa udara tidak atau kurang berarti (leeward side), udara yang turun akan mengalami pemanasan dengan sifat kering dan daerah ini disebut daerah "bayangan". Tipe hujan orografik dijadikan sebagai pemasok air tanah, danau, bendungan, dan sungai karena berlangsung di daerah hulu DAS.
Indonesia berada di antara Benua Asia dan Benua Australia yang memiliki tekanan udara berbedadan dipengaruhi pula oleh angin musiman. Sehingga tipe hujan yang umum dijumpai di Indonesia adalah hujan Konvektif dan hujan Orografik. Hujan Orografik terjadi sepanjang pantai selatan ketika arus udara bergerak dari Australia ke Asia pada bulan Juli. Sementara hujan terjadi di sepanjang pantai utara bila arus udara bergerak dari Asia ke Australia pada bulan Januari. Pada bulan Desember, Januari, dan Februari bumi belahan utara sedang mengalami musim dingin, akibatnya terdapat tekanan tinggi di daratan Asia. Sementara di bumi bagian selatan pada waktu itu berlangsung musim panas yang memiliki tekanan rendah. Oleh karena itu, pada bulan Desember, Januari, dan Februari bertiup angin dari Asia menuju Australia yang disebut angin Muson Barat biasanya angin ini mendatangkan hujan karena mengandung uap air yang banyak. Pada bulan Juni, Juli, dan Agustus angin bertiuo dari Australia menuju Asia yang membawa sedikit uap air, angin ini sering disebut angin Muson Timur atau Tenggara. Periode transisi antara Muson Barat dan Muson Timur (Maret. April, Mei) dan transisi antara Muson Timur dan Muson Barat (September, Oktober, November) pada umumnya arah angin berubah-ubah dan kecepatan anginbiasanya berkurang. Periode-periode transisi disebut musim Pancaroba.
Pengukuran Presipitasi dapat diukur menggunakan alat pengukur yang terdiri atas dua jenis, yaitu alat penakar hujan tidak otomatis dan alat penakar hujan otomatis. Alat penakar hujan tidak otomatis pada dasarnya hanya berupa container atau ember yang telah diketahui diameternya. Untuk mendapatkan data yang memadai, alat penakar hujan tidak otomoatis biasanya dalam bentuk bulat memanjang ke arah vertikal untuk memperkecil terjadinya percikan air hujan. Diameter penangkap air hujan bervariasi. Di Amerika Serikat, alat penakar hujan tidak otomatis (standar) mempunyai diameter 20 cm dengan ketinggian 79 cm. Jika alat penakar yang digunakan memiliki dimensi dan ketinggian seperti di atas dikenal sebagai alat penakar hujan "standar". Alat penakar hujan otomatis adalah alat penakar hujan yang mekanisme pencatatan besarnya besarnya curah hujan bersifat otomatis. Cara ini memudahkan memeroleh data besarnya curah hujan selama periode waktu tertentu dan lama waktu hujan, sehingga besarnya intensitas hujan dapat ditentukan. Dua jenis alat penakar hujan otomatis yang sering digunakan adalah weighing bucket raingauge dan tipping bucket raingauge.
Untuk menghitung curah hujan harian, bulanan dan tahunan di suatu DAS/sub-DAS, umumnya menggunakan dua cara perhitungan, yaitu:
Rata-rata Aritmatika
Teknik Poligon (Thiessen Polygon)
Cara menghitung dengan cara Aritmatika adalah besarnya curah hujan tahunan dalam satuan millimeter dari setiap stasiun penakar hujan dijumlahkan kemudian dibagi jumlah stasiun penakar hujan. Prosedur perhitungan dengan menggunakan Teknik Poligon, yaitu menghubungkan satu alat penakar hujan dengan lainnya menggunakan garis lurus. Adapun persamaannya di bawah ini:
(R1a1/A) + (R2a2/A) + … + (Rnan/A)
(R1a1/A) + (R2a2/A) + … + (Rnan/A)
R1,R2…Rn adalah curah hujan untuk masing-masing alat penakar (mm)
a1,a2, … an adalah luas untuk masing-masing daerah Poligon (ha)
A adalah luas total daerah tangkapan air (ha).
Menurut Shaw (dalam Asdak 2010:57) Teknik Poligon tidak cocok digunakan di daerah bergunung-gunung dan daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi. Teknik ketiga lainnya adalah Teknik Isohet (Ishoyet). Teknik ini dipandang paling baik, tetapi bersifat subjektif dan tergantung pada keahlian, pengalaman dan pengetahuan pemakai terhadap curah hujan di daerah setempat. Metode Isohet berguna untuk memelajaripengaruh curah hujan terhadap perilaku aliran air sungai terutama di daerah dengan tipe curah hujan Orografik.
Intersepsi
Intersepsi air hujan (rainfall interception loss) adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi, tertahan beberapa saat, untuk kemudian diuapkan kembali (hilang) ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Proses intersepsi terjadi selama berlangsungnya curah hujan dan setelah hujan berhenti sampai permukaan tajuk vegetasi menjadi kering kembali.
Intersepsi dianggap faktor penting dalam daur hidrologi Karena berkurangnya air hujan yang sampai di permukaan tanah oleh adanya proses intersepsi adalah cukup besar.
Air hujan yang jatuh di atas permukaan vegetasi yang lebat, terutama pada permulaan hujan, tidak langsung mengalir ke permukaan tanah. Untuk sementara, air tersebut akan ditampung oleh tajuk, batang dan cabang vegetasi. Setelah
Evaporasi
Evaporasi adalah penguapan air dari permukaan air, tanah. Dan bentuk permukaan bukan vegetasi lainnya oleh proses fisika. Dua unsur utama untuk berlangsungnya evaporasi adalah energi (radiasi) matahari dan ketersediaan air. Sebagian radiasi gelombang pendek (shortwave radiation) matahari akan diubah menjadi energi panas di dalam tanaman, air, dan tanah. Udara tersebut akan menghangatkan udara disekitarnya. Panas yang dipakai untuk menghangatkan partikel-partikel berbagai material di uadara tanpa mengubah bentuk partikel tersebut dinamakan panas tampak (sensible heat). Sebagian dari energimatahari akan diuabha menjadi tenaga mekanik. Tenaga mekanik ini akan menyebabkan perputaran udara dan uap air di atas permukaan tanah jenuh, dan mempertahankan tekanan uap air yang tinggi pada bidang evaporasi. Ketersedian air melibatkan tidak hanya jumlah air yang ada saja, tetapi persediaan air yang siap untuk terjadinya epavorasi. Permukaan bidang evaporasi yang kasar akan memberikan laju epavorasi yang tinggi daripada bidang permukaan rata karena pada bidang permukaan yang lebih kasar besarnya turbulent meningkat.Menurut Lakitan (dalam Anonim tidak ada tahun:1) menyatakan bahwa evaporasi adalah salah satu komponen siklus hidrologi, yaitu peristiwa menguapnya air dari permukaan air, tanah dan bentuk permukaan bukan dari vegetasi lainnya.Evaporasi merupakan proses penguapan air yang berasal dari permukaan bentangan air atau dari bahan padat yang mengandung air. Sedangkan menurut Manan dan Suhardianto (dalam Anonim tidak ada tahun:1), evaporasi (penguapan) adalah perubahan air menjadi uap air. Air yang ada di bumi bila terjadi proses evaporasi akan hilang ke atmosfer menjadi uap air.Evaporasi dapat terjadi dari permukaan air bebas seperti bejana berisi air, kolam, waduk, sungai ataupun laut. Proses evaporasi dapat terjadi pada benda yang mengandung air, lahan yang gundul atau pasir yang basah. Pada lahan yang basah, evaporasi mengakibatkan tanah menjadi kering dan dapat memengaruhi tanaman yang berada di tanah itu. Mengetahui banyaknya air yang dievaporasi dari tanah adalah penting dalam usaha mencegah tanaman mengalami kekeringan dengan mengembalikan sejumlah air yang hilang karena evaporasi.
Faktor-Faktor yang memengaruhi evaporasi, diantaranya adalah faktor meteorologi yang memengaruhi evaporasi adalah radiasi matahari, suhu udara, kelembaban udara dan angin. Tempat-tempat dengan radiasi matahari tinggi mengakibatkan evaporasi tinggi karena evaporasi memerlukan energi. Menurut Manan dan Suhardianto (dalam Anonim tidak ada tahun:1) umumnya radiasi matahari tinggi diikuti suhu udara tinggi dan kelembaban udara rendah. Kedua hal ini dapat memacu terjadinya evaporasi. Angin yang kencang membuat kelembaban udara rendah, hal inipun memacu evaporasi. Laju evaporasi sangat tergantung pada masukan energi yang diterima. Semakin besar jumlah energi yang diterima, maka akan semakin banyak molekul air yang diuapkan. Sumber energi utama untuk evaporasi adalah radiasi matahari. Oleh sebab itu, laju evaporasi yang tinggi tercapai pada waktu sekitar tengah hari (solar noon). Selain masukan energi, laju evaporasi juga dipengaruhi oleh kelembaban udara di atasnya. Menurut Lakitan (dalam Anonim tidak ada tahun: 1) laju evaporasi akan semakin terpacu jika udara diatasnya kering (kelembaban rendah), sebaliknya akan terhambat jika kelembaban udaranya tinggi. Evaporasi sangat bergantung kepada karakteristik lokasi sehingga faktor-faktor meteorologi yang berperan dalam proses evaporasi dapat berbeda dari tempat ke tempat lainnya.
Faktor-faktor utama yang berpengaruh terhadap evaporasi adalah:
Faktor-faktor meteorologi
Radiasi Matahari
Temperaturudara dan permukaan
Kelembaban
Angin
Tekanan Barometer
Faktor-faktor Geografi
Kualitas air (warna, salinitas dan lain-lain)
Jeluk tubuh air
Ukuran dan bentuk permukaan air
Faktor-faktor lainnya
Kandungan lengas tanah
Karakteristik kapiler tanah
Jeluk muka air tanah
Warna tanah
Tipe, kerapatan dan tingginya vegetasi
Ketersediaan air (hujan, irigasi dan lain-lain).
Transpirasi
Transpirasi adalah penguapan air dari daun dan cabang tanaman melalui pori-pori daun oleh proses fisiologi. Daun dan cabang umumnya dibalut lapisan mati yang disebut (cuticle) yang kedap uap air. Air diserap dari akar tumbuhan dan air, kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Air yang berlebihan akan disingkirkan melalui proses transpirasi. Kadar kehilangan air melalui transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang. Menurut Michael (dalam Rury, Gusnimar dan Desriningsih 2009:4)menyatakan bahwaproses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam transpirasi.
Faktor-faktor transpirasi ada tiga, yaitu meteorologi, vegetasi dan tanah (kelembapan tanah) berikut uraiannya:
Kemampuan atmosfer untuk berlangsungnya proses penguapan dari permukaan daun atau tajuk vegetasi ditentukan oleh besarnya suhu udara (tepat di atas permukaan daun dan suhu daunnya sendiri), beda tekanan uap air yang berlangsung di tepat tersebut, dan kecepatan angin.faktor meteorology lainnya seperti, intensitas dan frekuensi hujan berperan dalam menentukan besarnya penguapan air dari curah hujan (proses intersepsi) dalam proses intersepsi berlangsungnya penguapan air dari permukaan daun/tajuk lebih mudah dibandingkan penguapan air yang terjadin melalui mekanisme pembukaan pori-pori daun (proses transpirasi)
Pengaruh vegetasi ditentukan oleh karakteristik permukaan daun/tajuk yang merupakan bidang permukaan.tingkat reflektif yang terjadi pada daun/tajuk akan menentukan besarnya radiasi matahari yang dapat diserap oleh vegetasi yang bersangkutan/ selain itu, kekasaran permukaan vegetasi. Permukaan tajuk yang lebih kasar akan meningkatkan besarnya tranpirasi karena dengan struktur permukaan yang kasar dapat menciptakan kondisi yang kondusif terhadap aliran udara yang tidak beraturan sehingga dapat mempercepat proses penguapan yang terjdai pada permukaan tajuk vegetasi tersebut.Sistem perakaran vegetasi ketika air dalam keadaan cukup banyak, peranan akar vegetasi terhadap proses penguapan air kemungkinan tidak terlalu besar, tetapi ketika cadangan air tanah mulai menyusut, factor kedalaman dan kerapatan akar vegetasi menjadi penting. Ketika kelembapan dalam tanah menyusut, vegetasi dengan sistem perakaran dangkal akan menguapkan air pada tingkatan lebih rendah daripada laju potensialnya. Sementara vegetasi yang memiliki sistem perakaran yang lebih dalam dan masih mampu melakukan proses transpirasi pada tingkat sama dengan laju potensial.
Kadar kelembapan tanah ikut menentuksn besar kecilnya transpirasi, terutama apabila keadaan kelembapan berkurang sampai pada titik ketika vegetasi tersebut ridak lagi dapat dimanfaatkan cadangan kelembapan air yang ada di dalam tanah. (wilting point). Sebaliknya, pada keadaan ketika kelembapan tanah cukup, artinya berada diantara keadaan wilting point dan field capacity, transpirasi secara material tidak dipengaruhi oleh kelembapan tanah.Field capacity atau kapasitas lapang tanah adalah keadaan ketika air tetap tinggal dalam tanah dan tidak bergerak ke bawah oleh gaya gravitasi. Besar kecilnya lapang tanah dipengaruhi oleh struktur tanah. Pada tanah dengan kapasitas air tanah tersedia terbatas, kelembapan air dalam tanah mudah berkurang dan akan menurun laju evapotranspirasi di bawah laju evapotranspirasi potensial.Evapotranspirasi potensial adalah nilai yang menggambarkan kebutuhan lingkungan, sekumpulan vegetasi, atau kawasan pertanian untuk melakukan evapotranspirasi yang ditentukan oleh beberapa faktor, seperti intensitas penyinaran matahari, kecepatan angin, luas daun, temperatur udara, dan tekanan udara. Evapotranspirasi potensial juga menggambarkan energi yang didapatkan oleh kawasan tersebut dari matahari.
Faktor-faktor tanaman yang memengaruhitranspirasi:
Penutupan stomata. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan lebar stomata faktor utama yang memengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.
Jumlah dan ukuran stomata. Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata.
Jumlah daun. Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.
Penggulungan atau pelipatan daun. Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.
Kedalaman dan proliferasi akar. Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen.
Tumbuh-tumbuhan di negara kita menerima pancaran matahari yang terik secara terus menerus sepanjang tahun. Ini karena negara kita terletak di kawasaan yang beriklim Khatulistiwa. Oleh karena itu, transpirasi yang dijalankan oleh tumbuh-tumbuhan mempunyai kadar yang lebih tinggi daripada tumbuh-tumbuhan di kawasan iklim lain. Lantaran itu air perlu diserap dengan kadar yang tinggi juga untuk mengimbangi kehilangan air. Oleh karena itu, tumbuh-tumbuhan di negara ini perlu disiram lebih sering. Jika tidak, tumbuh-tumbuhan akan layu dan mati
Perbedaan antara transpirasi dengan evaporasi adalah:
Pada tranpirasi
Proses fisiologis atau fisika yang termodifikasi
Diatur bukaan stomata
Diatur beberapa macam tekanan
Terjadi dijaringan hidup
permukaan sel basah
Pada evaporasi
Proses fisika murni
Tidak diatur bukaan stomata
Tidak diatur oleh tekanan
Tidak terbatas pada jaringan hidup
Permukaan yang menjalankannya menjadi kering.
Sebagian besar air yang diserap tanaman ditranspirasikan. Menurut Fitter (dalam Rury, Gusnimar dan Desriningsih 2009:5)tanaman jagung, dari 100% air yang diserap 0,09% untuk menyusun tubuh, 0,01% untuk pereaksi, 98,9% untuk ditranspirasikan.
Menurut Jumin (dalam Rury, Gusnimar dan Desriningsih 2009:5)transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, sehingga mengakibatkan tanaman layu, layu permanen, mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi.
Peranan transpirasi:
Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel
Penyerapan dan pengangkutan air dan hara
Pengangkutan asimilat
Membuang kelebihan air
Pengaturan bukaan stomata
Mempertahankan suhu daun.
Macam-macam transpirasi:
Stomater :80 – 90% total transpirasi
Kutikuler : 20% total transpirasi
Lentikuler : 0,1% total transpirasi.
Transpirasi sangat berkaitan dengan stomata. Stomata pada umumnya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna hijau, terutama sekali pada daun-daun tanaman. Pada daun-daun yang berwarna hijau stomata terdapat pada satu permukaannya saja.Adaptasi tumbuhan terhadap transpirasi, pada daun tumbuhan seperti pohon Cemara, Jati dan Akasia mengurangi penguapan dengan cara menggugurkan daunnya di musim panas.Pada tumbuhan padi-padian, liliacea dan jahe-jahean,tumbuhan jenis ini mematikan daunnya pada musim kemarau. Pada musim hujan daun tersebut tumbuh lagi. Contoh kaktus: Melocactus curvispinus tumbuhan yang hidup di gurun pasir atau lingkungan yang kekurangan air (daerah panas) misalnya Kaktus, mempunyai struktur adaptasi khusus untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada tumbuhan yang terdapat di daerah panas, jika memiliki daun maka daunnya berbulu, bentuknya kecil-kecil dan kadang-kadang daun berubah menjadi duri dan sisik.Lapisan lilin kulit luar daunnya tebal, mempunyai lapisan lilin yang tebal dan mempunyai sedikit stomata untuk mengurangi penguapan. Beberapa tumbuhan di gurun pasir daunnya menutup (mengatup) pada siang hari dan membuka pada malam hari untuk menghindari penguapan yang berlebih. Menurut Salisbury (dalam Rury, Gusnimar dan Desriningsih 2009:6) sistem perakaran tumbuhan di daerah panas memiliki akar yang panjang-panjang sehingga dapat menyerap air lebih banyak.
Perkolasi
Perkolasi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perhitungan besarnya kebutuhan air di sawah. Perkolasi adalah proses mengalirnya air dibawah permukaan tanah akibat adanya gaya gravitasi atau tekanan hidrostatik atau juga dari keduanya, dan suatu lapisan tanah ke lapisan tanah dibawahnya, hingga mencapai permukaan air tanah pada lapisan jenuhnya. Jenis air ini tidak dapat dimanfaatkan untuk tanaman. Dalam serangkaian masuknya air hujan atau pemberian air irigasi melalui permukaan tanah (infiltrasi) ke dalam tanah dan bergeraknya air di dalam penampang tanah (permeabilitas). Kadang-kadang istilah perkolasi, juga digunakan untuk menunjukkan perkolasi di bawah zona perakaran tanaman yang normal. Perkolasi atau peresapan air kedalam tanah dibedakan menjadi dua, yaitu perkolasi vertikal dan perkolasi horizontal.
Faktor-faktor yang memengaruhi perkolasi adalah :
Sifat tanah
Air tanah
Keadaan medan
Sifat-sifat Tanah
Disuatu tempat ditemukan lapisan pasir berseling dengan lapisan liat, lempung atau debu, sedang di tempat lain ditemukan tanah yang semuanya terdiri atas liat, tetapi di lapisan bawah berwarna kelabu dengan bercak-bercak merah, dibagian tengah berwarna merah, dan lapisan atasnya berwarna kehitam-hitaman. Lapisan-lapisan tersebut terbetuk karena dua hal, yaitu:
Pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.
Apabila air genangan tersebut masih mengalir dengan kecepatan tinggi, maka hanya butir-butir kasar seperti pasir, kerikil yang dapat diendapkan. Namun, air yang menggenang tidak dapat mengalir lagi, butir-butir yang halus seperti liat atau debu mulai dapat diendapkan. Biasanya ditemukan di daerah sekitar sungai.
Proses pembentukan tanah.
Dimulai dari proses pelapukan batuan induk hingga menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik dengan bahan mineral di permukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan anah dari bagian atas tanah ke bagian bawah dan berbagai proses lainnya yang menghasilkan berbagai horizon tanah.
Horison O ditemukan pada tanah-tanah yang belum terganggu. Tanah ini terbentuk di atas lapisan tanah mineral.
O1
Bentuk asli sisa-sisa tanaman masih terlihat
O2
Bentuk asli sisa tanaman tidak terlihat
Tabel 1 Horison O
Horison A adalah horizon dipermukaan tanah yang terdiri atas campuran bahan organic dan bahan mineral.
A1
Bahan mineral campur dengan humus, berwarna gelap.
A2
Horizon yang terdapat eluviasi.
A3
Horizon peralihan ke B, lebih menyerupai A.
Tabel 2 Horison A
Horison B merupakan horison iluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya (liat, Fe, Al, bahan organik).
B1
Peralihan dari A ke B, lebih menyerupai B.
B2
Penimbunan .
B3
Peralihan ke C, lebih menyerupai B.
Tabel 3 Horison B
Horison C merupakan bahan induk, sedikit terlapuk.
Horison D atau R merupakan batuan keras yang belum dilapuk.
Susunan tanah tidak selalu mempunyai susunan horison seperti di atas.Batas suatu horison dengan horison lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau baur. Topografi dari batas horison terdiri atas rata, berombak, tidak teratur atau terputus.
Gambar 2. 2 Bentuk Topografi Batas-batas Horison
Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Penyebab perbedaan tanah umumnya oleh perbedaan kandungan bahan organic. Semakin tinggi kandungan organik, warna tanah semakin gelap. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Di lapangan tekstur tanahdapat ditentukan dengan memijit tanah basah diantara jari-jari, berikut penjelasnnya:
Pasir
Rasa kasar sangat jelas, tidak melekat, tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.
Pasir berlempung
Rasa kasar jelas, sedikit sekali melekat, dapat dibentuk bola yang mudah sekali hancur.
Lempung berpasir
Rasa kasar agak jelas, agak melekat, dapat dibuat bola, mudah hancur.
Lempung
Rasa kasar tidak kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
Lempung berdebu
Rasa licin, agak melekat, dapat dientuk bola agak teguh, gulungan dengan permukaan mengkilat.
Debu
Rasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dapat disebut digulung dengan permukaan membulat.
Lempung berliat
Rasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk biola agak teguh, dapat dibentuk gulungan yang agak hancur.
Lempung liat berpasir
Rasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
Lempung liat Berdebu
Rasa halus agak licin, melekat, dapat dibentuk bola teguh, gulungan mengkilat.
Liat berpasir
Rasa halus, berat tetapi terasa sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, mudah digulung.
Liat berdebu
Rasa halus, berat, agak licin, sanagt lekat, dapat dibentuk bola teguh dan mudah digulung .
Liat
Rasa berat, halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah digulung.
Tabel 4 Klasifikasi Tekstur Tanah
Air Tanah
Air yang sudah tidak berperan lagi dalam proses evaporasi atau transpirasi. Keadaan tersebut menyebabkan terbentuknya wilayah jenuh di bawah permukaan tanah yang kemudian disebut air tanah. Secara umum keseluruhan air tawar yang berada di planet bumi lebih dari 97% terdiri atas air tanah. Faktor yang memengaruhi air tanah adalah formasi geologi. Formasi geologi adalah formasi batuan atau mineral yang berfungsi menyimpan air tanah dalam jumlah besar. Formasi geologi dikenal sebagai akifer (aquifer). Akifer dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akifer bebas (unconfined aquifer) dan akifer terkekang (confined aquifer). Akifer bebas terbentuk ketika tinggi muka air tanah (water table) menjadi batas atas zona tanah jenuh. Tinggi muka air tanah berfluktuasi tergantung pada jumlah dan kecepatan air (hujan) masuk ke dalam tanah, pengambilan air tanah, dan permeabilitas tanah. Sedangkan akifer terkekang dikenal sebagai artesis.Wilayah atau zona aerasi adalah bagian profil tanah yang terletak pada permukaan tanah dengan bagian atas zona jenuh air. Bagian atas dari zona jenuh dikenal sebagai muka air tanah (water table), yang dapat diketahui dari ketinggian muka air sumur. Sedikit di atas permukaan air tanah adalah capillarity fringe, yaitu suatu wilayah di dalam tanah ketika air yang berasal dari zona jenuh ditarik oleh gaya kapiler ke dalam zona aerasi. Wilayah capillarity fringe ini tidak beraturan dan selalu berubah mengikuti tinggi muka air tanah. Zona aerasi tidak selamanya kering, zona tersebut dapat menjadi jenuh, terutama pada waktu terjadi hujan lebat. Pada musim kemarau tinggi permukaan air tanah turunsehingga mata air yang keluar dimusim hujan menjadi terhenti serta air tanah tidak lagi memasok aliran sungai di sekitarnya.Pemanfaatan air tanah dalam jumlah besar seperti lingkungan industri, komplek perumahan, pertanian modern, dan aktivitas manusia lainnya pada umunya menggunakan sumur untuk memenuhi kebutuhan air sesuai dengan tingkat kebutuhannya.
Keadaan Medan
Faktor lainnya yang memengaruhi perkolasi, yaitu keadaan medan. Tergantung pada kondisi fisik sekitar, seperti sifat tanah sekitar lokasi pengukuran perkolasi, vegetasi dan air tanah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perkolasi adalah kehilangan air yang dipengaruhi oleh keadaan fisik dilapangan.
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Praktikum
Lokasi Praktikum
Praktikum Hidrologi dilaksanakan di Desa Cikembang dan Situ Cisanti Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung Selatan. Pada hari pertama, kami mengukur tentang Hidrogeologi, evaporasi, transpirasi, intersepsi dan perkolasi.
Lalu pada hari kedua kami melakukan pengukuran debit sungai dan tampungan atau storage Situ Cisanti.
Waktu Praktikum
Praktikum Hidrologi dilaksanakan di Desa Cikembang selama 2 hari, yakni pada tanggal 21 – 22 November 2015. Perjalanan menuju lokasi praktikum dari Universitas Pendidikan Indonesia lebih kurang 2 jam. Berangkat pukul 07.00 – 09.00 WIB.Pengukuran Sumur dimulai dari pukul 09.00 – 12.00 WIB. Evaporasi, Transpirasi, Intersepsi diukur mulai dari hari pertama, yaitu pukul 12.00 WIB hingga hari kedua dengan pengecekan hasil terakhir pada pukul 16.00 WIB dan Perkolasi dilakukan hari pertama, yaitu pada tanggal 21 November 2015. Pengukuran dimulai pukul 12.00 – 18.00 WIB. Sedangkan pengukuran Sungai dan Danau dilakukan hari kedua, yaitu pada tanggal 22 November 2015. Pengukuran Sungai dimulai pada pukul 09.00 – 10.30 WIB. Dilanjutkan dengan pengukuran Danau Cisanti mulai dari pukul 13.00 – 15.00 WIB.
Variabel yang Diukur
Beberapa variabel yang diukur saat praktikum diantaranya:
Hidrogeologi
Evaporasi, Transpirasi dan Intersepsi
Perkolasi
Debit Aliran Sungai
Storage
Alat dan Bahan Praktikum
Terdapat beberapa alat dan bahan yang digunakan selama praktikum, yaitu:
Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Lebaksari skala 1 : 25.000
Pelampung yang terbuat dari botol air mineral terdiri atas 3 buah
Tali raffia 10 buah
Meteran
Water pass
Handphone
Tabung Perkolasi
Papan
Kompas Bidik
Penggaris 60 cm
Ember 2 buah
Alat tulis
Mika
Solatape/silk
Kamera
2 Tongkat yang berukuran 2 meter
Payung/rain coat
Batu
Air
Teknik Pengambilan Data
Teknik yang digunakan dalam pengukuran praktiukum hidrologi, diantaranya:
Pengukuran Sumur (Hidrogeologi)
Langkah yang pertama adalah tentukan lokasi pengukuran, tentukan plot pertama yang kemudian plot selanjutnya ditentukan oleh masing-masing kelompok
Tentukan elevasi, koordinat, dan arah sumur
Mengukur diameter, dinding, kedalaman sumur dengan menggunakan meteran
Mengikat botol mineral dengan tali rafia untuk mengukur dari bibir sumur ke permukaan air
Mengikat batu (sebagai pemberat) dengan tali rafia untuk mengukur kedalaman sumur dari bibir sumur sampai ke dasar air
Catat hasil pengukuran pada kertas/mika.
Pengukuran Evaporasi
Plot lokasi pengukuran
Potong akar tanaman (jika ada), lalu masukan kedalam botol yang rata (tidak bergelombang) isi botol dengan air hingga 1/2 atau 2/3 dari botol, catat tinggi air awal dan beri tanda oleh spidol
Diamkan selama 12 jam
Setelah pengukuran selama 12 jam ukur kembali tinggi air
Catat hasil pengukuran terakhir.
Pengukuran Transpirasi
Plot lokasi pengukuran (dekat dengan evaporasi)
Siapkan wadah, misalnya Loyang, kaleng biskuit atau wadah yang rata (tidak bergelombang)
Isi wadah tersebut dengan air 1/4 atau 1/3 beri tanda oleh spidol sebagai ketinggian air awal
Diamkan selama 12 jam
Setelah pengukuran selama 12 jam ukur kembali tinggi air
Catat hasil pengukuran terakhir.
Pengukuran Intersepsi
Siapkan wadah yang rata sama seperti pengukuran Transpirasi
Simpan wadah di bawah pohon (wadah tidak diisi air)
Diamkan selama 12 jam
Ukur dan catat hasilnya.
Pengukuran Perkolasi
Plot lokasi pengukuran plot yang sudah ditentukan, kemudian tanah dibor dengan alat bor tanah sedalam 50 cm
Siapkan alat untuk pengukuran Perkolasi, misalnya Tabung Perkolasi (paralon yang diberi lubang pada sisi-sisinya), penggaris 60 cm, alat tulis/mika,stopwatch/handphone, dan payung
Siapkan ember yang telah diisi air
Masukkan Tabung Perkolasi ke dalam tanah
Masukkan penggaris pada Tabung Perkolasi
Masukkan air yang ada dalam ember (jangan sampai tumpah ruah)
Hitung kecepatan air meresap ke dalam tanah. Penghitungan mulai dari menit 1,menit 2, menit 3, menit 5, menit 10 (kelipatan 5) hingga menit 30. Pergantian menit apabila hasil pengukuran sudah konstanta hingga 3 – 5 kali.
Catat hasil pengukuran.
Pengukuran Debit Sungai
Debit air sungai adalah satuan air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan dalam sistem satuan SI adalah meter kubik per detik (m3/detik)
Perhitungan debit sangat diperlukan untuk perencanaan penggunaan air sungai, potensi banjir juga ditentukan oleh tinggi rendahnya nilai debit air sungai. Debit merupakan luas penampang basah sungai dikalikan dengan kecepatan berdasarkan persamaan Bernoulli dikenal juga sebagai the continuity equation (Q = A x V, dengan Q = debit, satuan: m3/dt, A = luas penampang basah sungai, satuan: m2, V = kecepatan air, satuan: m/dt. Maka perlu diketahui luas penampang sungai dan kecepatan untuk mendapatkan data debit.
Pengukuran debit secara konvensional dapat dilakukan dengan:
Menentukan luas penampang basah sungai (A),
Mengukur kecepatan air (V) dengan alat pengukur kecepatan (current meter) atau pelampung (kecepatan diukur dengan stop watch)
Terkait dengan debit air sungai, kami telah melakukan praktikum hidrologi untuk mendapatkan data-data sebagai berikut:
Mengukur kedalaman sungai dengan bantuan kayu dan meteran, kemudian diukur juga jarak antara kedalaman yang kita hitung(h). Hal ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran penampang basah sekaligus mengetahui luas penampangnya (A)
Mengukur kecepatan air dengan metode pelampung dan current meter (V)
Menghitung garis energi
Tentukan lokasi plot beri jarak 50 meter antarplot
Untuk keakuratan bahwa jarak antarplot 50 meter, ukur kembali dengan tali rafia yang sudah diukur sepanjang 50 meter atau langsung menggunakan meteran, satu orang jaga di hulu dan satu orang di hilir, catat hasil pengukuran
Ukur kemiringan aliran air dengan menggunakan 2 buah tongkat yang memiliki panjang 2 meter, beri jarak antartongkat 105 cm, pasangkan water pass untuk menyeimbangkan ketinggian, ukur dari ujung tongkat hingga dasar sungai, lalu ukur dari batas permukaan air hingga dasar, catat hasil pengukuran, lakukan pengukuran dari satu titik ke titik lain (dari hulu hingga hilir)
Mengukur kecepatan arus air sungai sediakan botol yang telah diisi air 2/3, hanyutkan botol tersebut dari hulu sampai hilir, pengukuran ini dibagi tiga, yakni sungai bagian kiri, tengah dan kanan, catat hasil pengukuran atau dengan menggunakan alat, yaitu currentmeter.
Pengukuran Storage
Tentukan lokasi plot
Sediakan alat, seperti tongkat, handphone dibungkus dengan waterproof(untuk menentukan koordinat dengan menggunkan aplikasi Polaris), kompas bidik,dan alat tulis
Bidik man membidik target man diluruskan terhadap objek yang dituju, setelah target man sesuai dengan arah yang telah ditentukan oleh bidik man, tancapkan tongkat yang telah diberi ukuran perlima puluh sentimeter, ukur kedalam air dengan melihat batas air pada tongkat, tentukan koordinat dengan menggunakan aplikasi Polaris. Pengukuran ini dilakukan mulai dari titik awal hingga objek yang telah ditentukan oleh bidik man
Catat hasil pengukuran.
Analisis Data
Adapun teknik analisis data pada prktikum hidrologi ini sebagai berikut:
Mengumpulkan data dari semua plot
Penggabungan data hidrogeologi, perkolasi, debit sungai, dan storage dari semua plot
Penggabungan data dalam bentuk table dan grafik.
Khusus data storage, air tanah, debit sungai dan perkolasi mengunakan pemetaan dalam menentukan koordinat untuk menganalis data
Data yang sudah terkumpul dianilisis oleh masing-masing kelompok.
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
Hasil Pengukuran Sumur (Hidrogeologi)
Kelompok 12 mengukur 3 sumur, adapun hasilnya pada tabel di bawah ini:
Plot : 12
Lokasi :
Sumur ke-1
Desa : Cikembang
Kecamatan : Kertasari
Sumur ke-2
Desa : Cikembang
Kecamatan : Kertasari
Sumur ke-3
Desa : Cikembang
Kecamatan : Kertasari
Ketinggian (elevasi)
Sumur ke-1 : 1.561, 78 m
Sumur ke-2 : 1.559, 37 m
Sumur ke-3 : 1.561, 26 m
Koordinat
Sumur ke-1 : 107° 40' 24" BT dan 7 ° 12' 34" LS
Sumur ke-2 : 107° 40' 21" BT dan 7° 12' 33" LS
Sumur ke-3 : 107° 40' 20" BT dan 7° 12' 35" LS
Berikut adalah tabel pengukuran keempat sumur yang terdapat di Desa Cikembang Kecamatan Kertasari.
Urutan Sumur
Jarak (m)
Kedalaman (m)
Keterangan
a
b
c
1
10
9,80
8,62
1,18
Pada saat musim kemarau keempat sumur tersebut, airnya berkurang. Namun sumur warga tidak pernah kering. Sehingga warga di Desa Cikembang mengambil air ke MCK yang telah disediakan oleh Pemerintah Desa. Pada saat musim hujan air banyak dan sedikit keruh.
2
50
11,22
10,88
0,34
3
100
12,18
10,17
2,01
Tabel 5 Data Hasil Pengukuran Sumur Plot 12
Keterangan :
a = kedalaman muka air tanah
b = kedalaman dari bibir sumur ke permukaan air
c = kedalaman permukaan air dari dasar sumur
Di bawah ini masing-masing sumur keempat memiliki diameter, yaitu sebagai berikut:
Urutan Sumur
Diameter
Keterangan
Dalam (cm)
Luar (cm)
Sumur ke-1
95
125
-
Sumur ke-2
65
85
-
Sumur ke-3
80
Tidak ada
Pada sumur keempat tidak memiliki diameter luar dan dinding sumur
Tabel 6 Data Hasil Pengukuran Sumur Plot 12
Pada data di atas menghasilkan data sumur yang teridir atas sumur ke-1, 2, dan 3. Masing-masing koordinat sumur adalah 107° 40' 24" BT dan 7° 12' 34" LSdengan elevasi 1.561,78 m, 107° 40' 21" BT dan 7° 12' 33" LSdengan elevasi 1.559,37 m, serta 107° 40' 20" BT dan 7° 12' 35" LSdengan elevasi 1.561,26 m.Kedalaman sumur mulai dari bibir sumur hingga dasar sumur adalah 12,60 m, tinggi dari permukaan air sumur hingga dasar sumur adalah 3,8 m dan tinggi dari bibir sumur hingga permukaan air sumur adalah 8,8 m. Pada sumur ke-1 memiliki kedalaman sumur mulai dari bibir sumur hingga dasar sumur, yaitu 9,80 m, mulai dari air permukaan hingga dasar sumur memiliki tinggi 1,18 m dan tinggi dari bibir sumur hingga permukaan air adalah 8,62 m. Tinggi dinding sumur adalah 0,4 m. Sumur ke-2 memiliki diameter luar dan dalam yang masing-masing berukuran 95 dan 125 cm. Jarak sumur ke-1 – sumur ke-2 adalah 50 m. Sumur ke-2 memiliki kedalaman 11,22 m, kedalaman sumur mulai dari permukaan air hingga dasar sumur adalah 0,34 m menyatakan bahwa jumlah air sedikit dibandingkan dengan sumur yang lain. Kedalaman sumur yang diukur mulai dari bibir sumur hingga permukaan air adalah 10,88 m. Jarak sumur ke-2 – sumur ke-3 adalah 100 m. Kedalaman sumur ke-3 mulai dari bibir sumur hingga dasar sumur adalah 12,18 m, tinggi sumur mulai dari permukaan air hingga dasar sumur adalah 2,01 dan kedalaman sumur yang diukur dari bibir sumur hingga permukaan air adalah 10,17 m. Masing-masing diameter luar dan dalam sumur ke-3 adalah diameter dalam 80 cm dan pada sumur ke-3 tidak memiliki diameter luar (tidak memiliki dinding sumur).
Berdasarkan hasil pengukuran sumur menyatakan bahwaketiga sumur memiliki rata-rata kedalaman sumur 9 meter. Pada musim hujan air sumur melimpah dan sedikit keruh. Air selalu ada meskipun pada musim kemarau. Pada musim kemarau beberapa warga mengambil air ke MCK yang telah disediakan oleh Pemerintah Desa. Air yang ada di MCK berasal dari mata air Gunung Wayang.
4.1.1 Menghitung Total Head
Total Head = Elevasi (m) – kedalaman dari bibir sumur ke permukaan air (m)
Langkah kedua adalah Menghitung Total Head dari ketiga sumur, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Sumur 1 (Plot 1)
Total Head = Elevasi – kedalaman
= 1561,78 – 8,62 = 1553,16 m
Sumur 2 (Plot 2)
Total Head = Elevasi – kedalaman
= 1.559,37 – 10,88 = 1548,49 m
Sumur 3 (Plot 3)
Total Head = Elevasi – kedalaman
= 1561,26 - 10,17 = 1551,09 m
4.1.2 Mencari iso piezometrik
Setelah di lakukannya pengukuran Total Head masing masing sumur, selanjutnya mengurutkan Total Head yang terbesar dan terkecil masing-masing kelompok. Sehingga didapat data perhitungan pada tabel berikut.
Kelompok
Total Head
Terbesar (m)
Terkecil (m)
1
1.548,08
1.542,44
2
1.544,05
1.539,90
3
1.566,30
1.559,69
4
1.565,49
1.559,05
5
1.552,12
1.550,03
6
1.558,46
1.540,36
7
1.559,58
1.549,37
8
1.558,24
1.554,04
9
1.559,52
1.492,30
10
1.564,40
1.536,98
Terbesar
1.561,36
-
Terkecil
-
1.492,30
Interval
70,43
Iso Piezometrik
3
Tabel 7 Menentukan Iso Piezometrik
4.1.3 Membuat dan menghubungkan titik-titik Total Head yang sama
Dibuat titik-titik elevasi dengan ketentuan interval sepanjang 1 meter. Selanjutnya dihubungkan titik-titik yang memiliki total head yang sama sehingga terbentuklah garis-garis yang saling terhubung seperti pada gambar berikut.
Gambar 4. 1 Flownet Sumur Desa Cikembang
Gambar 4. 1 Flownet Sumur Desa Cikembang
4.1.4 Menghitung kemiringan lereng
Kemiringan lereng (i) dihitung dengan rumus sebagai berikut.
i =dhdl= n-1 (interval)l (penyebut skala)
Keterangan :
i = kemiringan lereng
n = banyaknya kontur yang ada dalam satu kotak pada gambar
interval = jarak antarkontur
l = panjang jarak datar antarkontur
Gambar 4. 2 Kemiringan Lereng Sumur Desa Cikembang
No
n
n-1
interval (m)
l (m)
Penyebut Skala (m)
dh (m)
dl (m)
I
A2
2
1
1
0,02
5,5
1
0,11
9,090909
A3
4
3
1
0,08
5,5
3
0,44
6,818182
A4
2
1
1
0,067
5,5
1
0,3685
2,713704
B2
7
6
1
0,13
5,5
6
0,715
8,391608
B3
3
2
1
0,12
5,5
2
0,66
3,030303
B4
4
3
1
0,14
5,5
3
0,77
3,896104
B5
6
5
1
0,045
5,5
5
0,2475
20,20202
C2
13
12
1
0,144
5,5
12
0,792
15,15152
C3
4
3
1
0,12
5,5
3
0,66
4,545455
C4
9
8
1
0,139
5,5
8
0,7645
10,46436
C5
7
6
1
0,1
5,5
6
0,55
10,90909
D2
16
15
1
0,084
5,5
15
0,462
32,46753
D3
13
12
1
0,11
5,5
12
0,605
19,83471
D4
7
6
1
0,122
5,5
6
0,671
8,941878
D5
8
7
1
0,128
5,5
7
0,704
9,943182
E3
8
7
1
0,122
5,5
7
0,671
10,43219
E4
7
6
1
0,105
5,5
6
0,5775
10,38961
E5
7
6
1
0,106
5,5
6
0,583
10,2916
F3
7
6
1
0,105
5,5
6
0,5775
10,38961
F4
5
4
1
0,11
5,5
4
0,605
6,61157
F5
6
5
1
0,107
5,5
5
0,5885
8,496177
10,61959
Tabel 8 Data Kemiringan Lereng
Kelas
Kemiringan
Klasifikasi
I
0-8
DATAR
II
>8-015
LANDAI
III
>15-25
AGAK CURAM
IV
>25-45
CURAM
V
>45
SANGAT CURAM
Tabel 9 Kelas Kemiringan Lereng
Plot 1 terdapat pada bagian E3
Plot 2 terdapat pada bagian D3
Plot 3 terdapat pada bagian E2
4.1.5 Menghitung koefisien nilai batuan
Menghitung debit dengan terlebih dahulu melihat jenis batuannya. Untuk melihat jenis batuan disekitar daerah penelitian untuk plot kami, berikut digunakan potongan Peta Geologi Lembar Garut-Pameungpeuk.
Gambar 4. 3 Peta Geologi Plot Sumur
Jenis batuan di daerah kertasari ini adalah memiliki kode Qopu, yang merupakan Endapan Rempah Lepas Gunungapi Tua Tak Teruraikan. Qopu adalahtuf hablur halus kasar dasitan, breksi tufan mengandung batuapun dan endapan lahar tua bersifat andesit basaltan.
Untuk melihat konduktivitas hidraulik nya kita dapat melihat dari gambar dibawah ini.
Gambar 4. 4 Konduktivitas Hidraulika
Setelah mengetahui nilai k, maka debit sungai sudah dapat dihitung. Perhitungan untuk debit sungai yaitu menggunakan rumus Q=k.i.A yang mana k adalah koefisien batuan, i adalah kemiringan lereng dan A adalah luas.
4.1.6 Membuat arah aliran air tanah
Langkah selanjutnya adalah membuat arah aliran sumur dari elevasi tertinggi ke elevasi terendah sehingga akan tampak di mana yang menjadi titik pusat aliran atau yang disebut damenya
Gambar 4. 5 Gambar Aliran Air Tanah
4.1.7 Menghitung debit air tanah
Pada langkah terakhir ini adalah untuk menghitung berapa debit air tanah yang tersedia dalam semua kotak (lihat gambar kemiringan lereng). Berikut adalah tabel hasil perhitungan debit air tanah.
Sumur 1
Diketahui :
Diameter : 0.95 m
Kedalaman permukaan air : 1,18 m
Konduktivitas : 10-5
Kemiringan : 19.83m
Ditanyakan : Q Sumur = …?
Penyelesaian :
A=π. D. Ketebalan air
= 3,14 x 0,95 x 1,18
= 3,519 m2
Q = K . I . A
= 10-5 x 19,83 m x 3,519 m2
= 0.000698
= 698 x 10-6 m3/day
Sumur 2
Diketahui :
Diameter : 0.65 m
Kedalaman permukaan air : 0,34 m
Konduktivitas : 10-5
Kemiringan : 10,43219m
Ditanyakan : Q Sumur = …?
Penyelesaian :
A=π. D. Ketebalan air
= 3,14 x 0.65m x 0,34 m
= 0,69394 m2
Q = K . I . A
= 10-5 x 10,43219 m x 0,69394 m2
=0.00007239 m3
= 7239 x 10-8 m3/day
Sumur 3
Diketahui :
Diameter : 0,8 m
Kedalaman permukaan air : 2,01 m
Konduktivitas : 10-5
Kemiringan : 32,46753m
Ditanyakan : Q Sumur = …?
Penyelesaian :
A=π. D. Ketebalan air
= 3,14 x 0,8 m x 2,01 m
= 5,04912 m2
Q = K . I . A
= 10-5 x 32,46753 m x 5,04912 m2
= 0,00163932m3
= 163932 x 10-8 m3/day
Tabel 10 Debit Sumur
Debit Aliran air tanah
Zona
k
i
A
Q=k.i.A
A2
0,00001
9,090909
1
0,00009091
A3
0,00001
6,818182
1
0,00006818
A4
0,00001
2,713704
1
0,00002714
B2
0,00001
8,391608
1
0,00008392
B3
0,00001
3,030303
1
0,00003030
B4
0,00001
3,896104
1
0,00003896
B5
0,00001
20,20202
1
0,00020202
C2
0,00001
15,15152
1
0,00015152
C3
0,00001
4,545455
1
0,00004545
C4
0,00001
10,46436
1
0,00010464
C5
0,00001
10,90909
1
0,00010909
D2
0,00001
32,46753
5,04912
0,00163932
D3
0,00001
19,83471
3,51994
0,00069817
D4
0,00001
8,941878
1
0,00008942
D5
0,00001
9,943182
1
0,00009943
E3
0,00001
10,43219
0,69394
0,00007239
E4
0,00001
10,38961
1
0,00010390
E5
0,00001
10,2916
1
0,00010292
F3
0,00001
10,38961
1
0,00010390
F4
0,00001
6,61157
1
0,00006612
F5
0,00001
8,496177
1
0,00008496
Tabel 11 Debit Aliran Air Tanah
Pengukuran Evaporasi, Transpirasi dan Intersepsi
Pengukuran dilakukan pada hari pertama hingga hari kedua mulai dari pukul 12.00 WIB (hari pertama) – 16.00 WIB (hari kedua). Hasil dari pengukuran yang dilakukan oleh kelompok 12 adalah sebagai berikut:
Transpirasi
Pada hari pertama dilakukan pengukuran pukul 12.00 WIB dengan ketinggian air awal 4 cm. Kemudian dilakukan pengukuran kembali pada pukul 18.00 WIB dengan hasil terakhir 4,2 cm. Pertambahan air sebanyak 0,2 cm ini diakibatkan oleh ada celah antara tanaman dengan botol yang diberi perekat (solatape). Sehingga air hujan masuk ke dalam botol. Pada hari kedua dilakukan pengukuran kembali pada pukul 07.00 WIB dengan tinggi awal 4,2 cm (hasil pengukuran terakhir pada hari pertama ada pertambahan sebanyak 0,2 cm). Namun hasil pengukuran adalah 4 cm akibat terjadi penguapan sebanyak 0,2 cm. Hasil pengukuran terakhir yang dilakukan pukul 16.00 WIB pada hari kedua adalah 3,4 cm. Terjadi penurunan akibat adanya penguapan (setelah menutup rapat/tidak ada celah antara botol dengan batang tanaman) sehingga terjadi penurunan tinggi air sebanyak 0,6 cm.
Kelompok
6
Tinggi Awal (mm)
40
Pengamatan 1 (mm)
42
Penguapan 1 (mm)
2
Pengamatan 2 (mm)
40
Penguapan 2 (mm)
-2
Pengamatan 3 (mm)
34
Penguapan 3 (mm)
-6
Keterangan
Tabel 12 Hasil Pengukuran Transpirasi Kelompok 12
Evaporasi
Pada hari pertama pengukuran dilakukan pada pukul 12.00 WIB dengan tinggi air awal adalah 4 cm. Kemudian hasil akhir pengukuran pada hari pertama adalah 4,3 cm. Pada hari pertama terjadi hujan, sehingga air mengalami pertambahan sebanyak 0,3 cm. Pada hari kedua dilakukan pengukuran kembali pada pukul 07.00 WIB dengan tinggi air 4,1 cm. Terjadi pengurangan jumlah air sebanyak 0,2 cm disebabkan oleh terjadi penguapan selama 13 jam. Kemudian dilakukan pengukuran dengan hasil akhir, yaitu 4 cm. Berdasar hasil akhir terjadi pengurangan jumlah air sebanyak 0,1 akibat penguapan yang terjadi selama 13 jam.
Kelompok
6
Tinggi Awal (mm)
40
Pengamatan 1 (mm)
43
Penguapan 1 (mm)
3
Pengamatan 2 (mm)
41
Penguapan 2 (mm)
-2
Pengamatan 3 (mm)
40
Penguapan 3 (mm)
-1
Keterangan
Tabel 13 Hasil Pengukuran Evaporasi Kelompok 12
Intersepsi
Ketinggian air awal 0 cm, karena belum terisi oleh air hujan. Kemudiandilakukan pengukuran pada hari kedua pukul 07.00 WIB , yaitu 0,5 cm. Wadah yang semula kosong, terisi oleh air sebanyak 0,5 cm selama 19 jam. Berikut adalah gambar pengukuran Transpirasi, Evaporasi dan Intersepsi
Gambar 4. 6 Pengukuran transpirasi, evaporasi dan intersepsi
Kelompok
6
Ketinggian Awal
0
Pengamatan 1 (mm)
Lapang Terbuka
5
Dibawah Pohon
0
Pengamatan 2 (mm)
Lapangan Terbuka
0
Di bawah Pohon
0
Pengamatan 3 (mm)
Lapangan Terbuka
5
Di bawah Pohon
0
Tabel 14 Hasil Pengukuran Intersepsi Kelompok 12
Pengukuran Perkolasi
Perkolasi adalah proses mengalirnya air dibawah permukaan tanah akibat adanya gaya gravitasi atau tekanan hidrostatik atau juga dari keduanya, dan suatu lapisan tanah ke lapisan tanah dibawahnya, hingga mencapai permukaan air tanah pada lapisan jenuhnya. Koordinat lokasi pengukuran 07 ˚ 12' 40,4'' LS dan 107˚40' 29,9'' BT. Di bawah ini gambar pengukuran Perkolasi dengan menggunakann tabung Perkolasi yang dilubangi seluruh permukaan tabung dengan tinggi tabung 50 meter.
Gambar 4. 7 Pengukuran Perkolasi
Pengukuran yang pertama diakukan 1 menit sebanyak 14 kali. Semua pengukuran tinggi awal, yaitu 50 cm dengan tinggi akhir 32 cm. Setelah 14 kali pengukuran dengan waktu 1 menit angka mulai konstanta dengan tinggi akhir 43 cm sebanyak 5 kali. Dilanjutkan ke menit berikutnya, yaitu 2 menit yang dilakukan sebanyak 7 kali angka konstanta, yaitu 40 cm sebanyak 5 kali. Kemudian hitungan menit bertambah menjadi 3 menit sebanyak 7 kali dengan tinggi akhir 39 cm.
Gambar 4. 8 Vegetasi di sekitar lokasi pengukuran Perkolasi
Gambar 4. 9 Vegetasi Disekitar lokasi pengukuran Perkolasi
Kondisi vegetasi di lokasi pengukuran Perkolasi terdapat Pinus, Kopi, dan vegetasi lainnya.
Gambar 4. 10 Keadaan tanah di lokasi pengukuran Perkolasi
Kondisi tanah yang berada di lokasi pengukuran Perkolasi merupakan horison A. Horizon Aadalah horizon dipermukaan tanah yang terdiri atas campuran bahan organik dan bahan mineral.Tekstur tanah di lokasi pengukuran Perkolasi adalah pasir berlempung dengan ciri rasa kasar jelas, sedikit sekali melekat, dapat dibentuk bola yang mudah sekali hancur, dengan cara memijit dan menggulung-gulung tanah.
Di bawah ini tabel pengukuran perkolasi:
T (menit)
f (mm)
Tinggi Awal (mm)
F (mm)
t (kum)
F (kum)
f(t) (mm/menit)
fo
fc
ft-fc
fo - fc
ln (ft-fc/f0-fc)
k
1
2
3
4
5
6
7.0
8
9
10.00
11.00
12.00
1
32
50
18
1
28.5
28.5
28.5
0.12
28.4
28.4
0.0
1
39.5
10.5
2
19.5
9.75
9.8
28.4
-18.7
1
41
9
3
17.6
5.87
5.9
28.4
-22.5
1
41.4
8.6
4
17.2
4.30
4.3
28.4
-24.1
1
41.4
8.6
5
16.6
3.32
3.3
28.4
-25.1
1
42
8
6
16
2.67
2.7
28.4
-25.7
1
42
8
7
16
2.29
2.3
28.4
-26.1
1
42
8
8
15.8
1.98
2.0
28.4
-26.4
1
42.2
7.8
9
14.8
1.64
1.6
28.4
-26.8
1
43
7
10
14
1.40
1.4
28.4
-27.0
1
43
7
11
14
1.27
1.3
28.4
-27.1
1
43
7
12
14
1.17
1.2
28.4
-27.2
1
43
7
13
14
1.08
1.1
28.4
-27.3
1
43
7
14
18
1.29
1.3
28.4
-27.1
2
39
11
16
22
1.38
1.4
28.4
-27.0
2
39
11
18
21
1.17
1.2
28.4
-27.2
2
40
10
20
20
1.00
1.0
28.4
-27.4
2
40
10
22
20
0.91
0.9
28.4
-27.5
2
40
10
24
20
0.83
0.8
28.4
-27.6
2
40
10
26
20
0.77
0.8
28.4
-27.6
2
40
10
28
21.5
0.77
0.8
28.4
-27.6
3
38.5
11.5
31
23.5
0.76
0.8
28.4
-27.6
3
38
12
34
23
0.68
0.7
28.4
-27.7
3
39
11
37
22
0.59
0.6
28.4
-27.8
3
39
11
40
22
0.55
0.6
28.4
-27.9
3
39
11
43
22
0.51
0.5
28.4
-27.9
3
39
11
46
22
0.48
0.5
28.4
-27.9
3
39
11
49
25
0.51
0.5
28.4
-27.9
5
36
14
54
28
0.52
0.5
28.4
-27.9
5
36
14
59
27
0.46
0.5
28.4
-27.9
5
37
13
64
26
0.41
0.4
28.4
-28.0
5
37
13
69
29
0.42
0.4
28.4
-28.0
5
34
16
74
30
0.41
0.4
28.4
-28.0
5
36
14
79
27
0.34
0.3
28.4
-28.1
5
37
13
84
28
0.33
0.3
28.4
-28.1
5
35
15
89
30
0.34
0.3
28.4
-28.1
5
35
15
94
30
0.32
0.3
28.4
-28.1
5
35
15
99
36.5
0.37
0.4
28.4
-28.0
10
28.5
21.5
109
43
0.39
0.4
28.4
-28.0
10
28.5
21.5
119
41.5
0.35
0.3
28.4
-28.1
10
30
20
129
40
0.31
0.3
28.4
-28.1
10
30
20
139
40
0.29
0.3
28.4
-28.1
10
30
20
149
43
0.29
0.3
28.4
-28.1
10
27
23
159
46
0.29
0.3
28.4
-28.1
15
27
23
174
46
0.26
0.3
28.4
-28.1
15
27
23
189
46
0.24
0.2
28.4
-28.2
15
27
23
204
54
0.26
0.3
28.4
-28.1
30
19
31
234
62
0.26
0.3
28.4
-28.1
30
19
31
264
31
0.12
0.1
28.4
-28.3
Tabel 15 Data Perkolasi
Proyeksi (ft)
Proyeksi F
K*t
t (kum)
fc
f0
Ft
5
1.17
285
159.0448385350
(0.753)
10
1.17
285
88.9847646213
(1.507)
15
1.17
285
50.0152305450
(2.260)
20
1.17
285
28.3391959465
(3.014)
25
1.17
285
16.2823292928
(3.767)
30
1.17
285
9.5759350562
(4.521)
35
1.17
285
5.8456355555
(5.274)
40
1.17
285
3.7707300440
(6.028)
45
1.17
285
2.6166047837
(6.781)
50
1.17
285
1.9746453745
(7.535)
55
1.17
285
1.6175681168
(8.288)
60
1.17
285
1.4189509360
(9.042)
65
1.17
285
1.3084740472
(9.795)
70
1.17
285
1.2470234572
(10.549)
75
1.17
285
1.2128427786
(11.302)
80
1.17
285
1.1938304505
(12.055)
85
1.17
285
1.1832552180
(12.809)
90
1.17
285
1.1773729535
(13.562)
95
1.17
285
1.1741010600
(14.316)
100
1.17
285
1.1722811337
(15.069)
105
1.17
285
1.1712688356
(15.823)
110
1.17
285
1.1707057648
(16.576)
115
1.17
285
1.1703925677
(17.330)
120
1.17
285
1.1702183581
(18.083)
125
1.17
285
1.1701214574
(18.837)
130
1.17
285
1.1700675583
(19.590)
135
1.17
285
1.1700375780
(20.344)
140
1.17
285
1.1700209020
(21.097)
145
1.17
285
1.1700116263
(21.851)
150
1.17
285
1.1700064669
(22.604)
155
1.17
285
1.1700035971
(23.357)
160
1.17
285
1.1700020008
(24.111)
165
1.17
285
1.1700011129
(24.864)
170
1.17
285
1.1700006190
(25.618)
175
1.17
285
1.1700003443
(26.371)
180
1.17
285
1.1700001915
(27.125)
Tabel 16 Hasil Pengukuran Perkolasi
Grafik 4.1Laju Perkolasi Plot 6
Pada table diatasmenunjukanbahwa perkolasi di plot 6 yang dilakukanolehkelompok 6 yang berlokasi di sekitardaerahperkebunantehmenggunakanselangwaktu lima menitdengankecepatan perkolasi yaitu 159.0448385350padamenitke-10 dan ke-15 mengalamipenurunan yang signifikan, kemudian pada menit ke-20 hingga menit ke-85 mengalami penurunan yang cukup lambat dan padamenitke-90 terjadi perkolasi yang benar-benarkonstandantetappadaangka yang sama. Angkakonstan yang terdapatpada f(c) sama denganangka yang terdapatpada f(t) yaitusebesar 1.17
Selanjutnya dibuat grafik laju perkolasi, untuk melihat bagaimana penurunan laju perkolasi plot 6.
Pengukuran Debit Sungai
Berikut adalah hasil pengukuran debit sungai dengan waktu pengukuran mulai pada pukul 09.00 – 11.00 WIB. Jarak tiap plot adalah 50 meter, keadaan cuaca saat praktikum gerimis. Koordinat hulu sungai adalah 107° 39' 42, 7824" BT dan 07° 11' 56, 7024" LS. Sedangkan koordinat hilir sungai adalah 107° 39' 45,1296" BT dan 07° 11' 56,7492" BT.Lebar hulu sungai adalah 2 m dan lebar hilir sungai adalah 1,5 m.
Tabel 17 Kondisi Wilayah Hulu Sungai
Gambar 4. 11 Kondisi Penampang Basah Hulu
Tabel 18 Kondisi Wilayah Hilir Sungai
Gambar 4. 12 Kondisi Penampang Basah Hilir
4.4.1 Mengukur kecepatan menggunakan pelampung
toPengukuran kecepatan aliran sungai dilakukan dengan metode pelampung pada sungai yang telah dibagi ke dalam 3 ruas kajian yakni 2 pinggir sungai dan 1 di tengah sungai.
to
ΔtBotol air mineral dijatuhkan di titik (to) dan berakhir di titik yang berjarak 15,44 meter.
Δt
Tabel 19 Kecepatan Sungai Dengan Pelampung
4.4.2 Menghitung debit dengan pelampung
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan dalam menghitung debit saluran air di sungai maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Diketahui : luas penampang (A) : Hulu = 1565 cm2
Hilir = 1297,5cm2
Kecepatan aliran (V) bagian kiri = 0,413571429 m/s
Kecepatan aliran (V) bagian tengah = 0,315102041 m/s
Kecepatan aliran (V) bagian Kanan = 0,267745665 m/s
Ditanyakan : debit sesaat (Q) = …
Penyelesaian : Q = A x V
A = A(hulu) + A(hilir)
= 1565 cm2+ 1297,5 cm2
2
=3892,5cm2
2
= 1946,25 cm2
= 19,4625 m2
V = V (kiri) + V (tengah) + V (kanan) / 3
= 0,413571429m/s+0,315102041m/s+0,267745665m/s
3
= 0,332139711 m/s
Q = A x V
= 19,4625 m2 x 0,332139711 m/s
= 6,464269125m3/detik
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dan sesuai perhitungan dengan menggunakan rumus maka diperoleh hasil perhitungan debit saluran air pada aliran sungai adalah 6,464269125m3/detik
4.4.3 Menghitung kecepatan dengan current meter
Wilayah Hulu
Tabel 20 Data Kecepatan dengan Current Meter di Hulu
Wilayah Hilir
Tabel 21 Data Kecepatan dengan Current Meter di Hilir
4.4.4 Menghitung debit dengan current meter
Setelah melakukan penghitungan di tiga titik sungai yang berbeda, menggunakan Currentmeter maka diperoleh data kecepatan aliran sungai (V) sebesar 0,2 m/s. Dan luas penampang basah (A) sebesar 0,05695 m2.
Dengan demikian, debit sesaat (Q) dari Plot 11 dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.
Diketahui : Luas penampang (A) = 19,4625 m2
Kecepatan Aliran Hulu (V) = 0,055555556 m/s
Ditanyakan : Debit sesaat (Q) ?
Penyelesaian : Q = A x V
= 19,4625 m2 x 0,055555556 m/s
= 1,081250009 m3/s
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dan sesuai perhitungan dengan menggunakan rumus maka diperoleh hasil perhitungan debit saluran air pada aliran sungai bagian hulu menggunakan currentmeter adalah 1,081250009 m3/s.
4.4.5 Hubungan luas penampang dengan debit
Plot
Luas Penampang (m2)
Kecepatan
Debit Pelampung
(m/s)
(m3/s)
1
15.14
4.29
64.98
2
29.41
0.41
12.05
3
0.654
0.42
0.28
4
19.25
3.73
71.98
5
27.3
0.38
10.37
6
19.46
0.33
6.46
7
9.56
0.283
2.7
8
0.99
0.43
0.49
9
242.99
0.34
0.4
10
49
0.056
2.72
Tabel 22 Hubungan Luas Penampang Basah dengan Debit metode Pelampung
Berikut adalah grafik hubungan luas penampang dengan debit dengan metode pelampung
Grafik 4.1 Hubungan luas penampung dengan debit pelampung
Pengukuran Storage Danau
Danau Cisanti atau Situ Cisanti atau Situ Cisanti terletak di kaki GunungWayang, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Secarageografis Waduk Cisanti terletak pada 107 39' 30'' LS dan 7 12' 30'' BT. Situini merupakan salah satu sumber mata air Sungai Citarum, Jawa Barat. Terdapat tujuhmata air yang bersatu di situ ini yaitu Pangsiraman, Cikahuripan, Cikawedukan,Koleberes, Cihaniwung, Cisadane dan Cisanti. Tujuh mata air di sekitar hutan milikPT Perhutani ini mengalir sepanjang musim dan menjadi sumber kehidupan bagijutaan orang yang berada di bagian hilir.Adapun kedalaman setiap plot di bawah ini
Kedalaman
PLOT
(meter)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
h1
0.45
0.39
1.05
0.4
0.87
0.48
1.05
0.5
0.27
0.7
h2
0.25
1.19
0.98
1
1.75
0.9
1.26
0.79
0.63
1.15
h3
0.45
1.18
1.3
1.15
1.32
0.96
1.31
0.81
0.72
1.55
h4
0.5
2
1.3
0.9
1.2
0.85
1.2
0.91
0.54
1.75
h5
0.42
2.5
1.34
1
1.26
1.18
1.27
1.07
0.4
1.2
h6
0.53
1.49
1.28
1.8
1.26
1.2
1.15
0.98
0.3
1.35
h7
1.5
2
1.4
0.96
1.25
1.1
1
0.45
1.4
h8
1.25
1.35
0.94
1.3
1.25
0.99
0.46
1.25
h9
1.2
1.2
1.17
1.35
1.3
1.01
0.42
1.25
h10
1.1
0.9
1
1.3
1.35
1.02
0.32
1.05
h11
0.45
0.25
0.95
1.2
1.3
1.18
0.07
1.05
h12
1.15
1.3
1.05
1.22
1
h13
1
1.3
0.95
1.05
1
h14
0.95
1.2
0.9
1.15
1.3
h15
1.6
1.38
0.9
1.08
1.2
h16
1.7
1.2
0.94
0.9
1.15
h17
1.05
1.3
1.1
0.87
0.83
h18
1.65
1.6
1.25
1
0.82
h19
0.98
1.1
1.21
0.96
0.91
h20
0.82
1.23
1.3
0.87
0.8
h21
1.05
1.3
1.12
0.99
0.71
h22
0.9
1.25
1.13
1.05
0.59
h23
0.23
1.2
1.51
0.8
0.66
h24
1.05
1.25
0.9
0.6
h25
1.1
1.3
0.52
0.3
h26
1.15
1
0.6
h27
1.05
1.2
0.55
h28
1.05
1.12
0.73
h29
1.1
0.4
h30
0.55
0.l
h31
0.58
Jumlah
2.6
10.25
13.25
11.35
25.76
32.73
35
25.9
4.58
25.57
Tabel 23 Kedalaman tiap plot Situ Cisanti
Berdasar tabel di atas diketahui jumlah kedalaman situ Ci Santi adalah 186,99 m, yakni dengan cara menjumlahkan semua kedalaman setiap plot. Sedangkan untuk rata-rata kedalaman tampungan air situ Ci Santi adalah 1,027 m, yakni caranya jumlahkedalaman setiap plot dibagi jumlahsampel pengukuran dengan jumlah 182. Sampel pengukuran plot 1 + plot 2 + plot 3 + plot 4 + plot 5 + plot 6 +plot 7 +plot 8 + plot 9 +plot 10 masing-masing sampelnya adalah 6 + 7 + 11 +11 + 23 + 28 + 31 + 30 + 11 + 25 = 182. Berikut adalah grafik kedalaman situ Ci Santi.
Gambar 4. 13 Penampang Plot 6
Berdasar data di atas diketahui kedalaman tiap pengukuran mulai dari 6.1 pengukuran pertama hingga 6.28 pengukuran terakhir plot 6. Adapun titik koordinat 6.1, yakni 107°39'31.8708" BT dan 7°12'34.848"LS. Koordinat 6.28 adalah 107°39'28.026" BT dan 7°12'38.594" LS. Pengukuran yang paling dalam adalah pengukuran ke-6.18, yaitu 1,6 meter. Sedangkan kedalaman yang terendah adalah 0,9 meter.
4.5.1 Data Situasi Danau dan Plot Situ Cisanti
Stasiun
X
Y
S0
107,6595
-7,208
S1
107,65958
-7,208278
S2
107,65947
-7,20825
S3
107,65931
-7,208472
S4
107,65914
-7,208583
S5
107,65889
-7,20875
S6
107,65875
-7,208778
S7
107,65869
-7,208806
S8
107,65864
-7,209083
S9
107,65861
-7,209278
S10
107,65842
-7,2095
S11
107,6585
-7,209583
S12
107,65872
-7,209611
S13
107,65878
-7,209639
S14
107,659
-7,209833
S15
107,65914
-7,209972
S16
107,65919
-7,21
S17
107,65944
-7,210028
S18
107,65964
-7,210056
S19
107,65972
-7,21
S20
107,65992
-7,209889
S21
107,66011
-7,209917
S22
107,66031
-7,21
S23
107,66042
-7,210056
S24
107,66047
-7,210028
S25
107,66047
-7,21
S26
107,66044
-7,210139
S27
107,66042
-7,210194
S28
107,66033
-7,21025
S29
107,66022
-7,210278
S30
107,66011
-7,21025
S31
107,65989
-7,210167
S32
107,65972
-7,210167
S33
107,65953
-7,21025
S34
107,65931
-7,210417
S35
107,65911
-7,210639
S36
107,65897
-7,210806
S37
107,65889
-7,210861
S38
107,65892
-7,210972
S39
107,65892
-7,211083
S40
107,65886
-7,211167
S41
107,65889
-7,211139
S42
107,65869
-7,211167
S43
107,65844
-7,211111
S44
107,65828
-7,211083
S45
107,65817
-7,210972
S46
107,65794
-7,210861
S47
107,65783
-7,210583
S48
107,65772
-7,210472
S49
107,65753
-7,21025
S50
107,65736
-7,210028
S51
107,65725
-7,209944
S52
107,65711
-7,209694
S53
107,657
-7,209667
S54
107,65692
-7,209528
S55
107,65681
-7,21075
S56
107,65675
-7,209917
S57
107,65667
-7,210056
S58
107,65656
-7,209917
S59
107,6565
-7,209833
S60
107,65647
-7,209556
S61
107,65639
-7,209306
S62
107,65625
-7,209167
S63
107,65617
-7,209111
S64
107,65606
-7,208833
S65
107,65592
-7,208611
S66
107,65581
-7,208389
S67
107,65558
-7,208389
S68
107,65553
-7,208306
S69
107,65553
-7,208167
S70
107,65544
-7,208083
S71
107,65542
-7,207889
S72
107,65583
-7,207806
S73
107,65586
-7,207806
S74
107,656
-7,207639
S75
107,65611
-7,207556
S76
107,65622
-7,207528
S77
107,65636
-7,207611
S79
107,65664
-7,207667
S80
107,65686
-7,20775
S81
107,65694
-7,207917
S82
107,65692
-7,208028
S83
107,65706
-7,208111
S84
107,65714
-7,208139
S85
107,65728
-7,20825
S86
107,65756
-7,208222
S87
107,65767
-7,208194
S88
107,65781
-7,208083
S89
107,65789
-7,207889
S90
107,658
-7,207917
S91
107,65822
-7,208111
S92
107,65836
-7,208167
S93
107,65853
-7,208167
S94
107,65867
-7,208306
S95
107,65892
-7,208444
S96
107,65897
-7,208361
S97
107,65908
-7,208278
S98
107,65933
-7,208056
S99
107,65953
-7,208
Tabel 24 Data Situasi Situ Cisanti
Berikut data kedalaman Situ Ci Santi pada masing-masing plot (m).
Plot
X
Y
Kedalaman (m)
Bathimetri (m)
Muka air (m)
1,2
107,658889
-7,208611
1,1
1567,94
1569,04
1,3
107,658333
-7,208333
2
1567,04
1569,04
1,4
107,658056
-7,208333
0,8
1568,24
1569,04
2,1
107,658583
-7,20875
0,39
1568,65
1569,04
2,2
107,658689
-7,208611
1,19
1567,85
1569,04
2,3
107,658689
-7,208566
1,18
1567,86
1569,04
2,4
107,658606
-7,208442
2
1567,04
1569,04
2,5
107,658554
-7,208577
2,5
1566,54
1569,04
2,6
107,658542
-7,208496
1,49
1567,55
1569,04
2,7
107,658505
-7,208375
1,5
1567,54
1569,04
3,2
107,658333
-7,210556
0,98
1568,06
1569,04
3,3
107,658333
-7,208889
1,3
1567,74
1569,04
3,4
107,658333
-7,208889
1,3
1567,74
1569,04
3,6
107,658333
-7,208611
1,28
1567,76
1569,04
3,11
107,658056
-7,210556
0,45
1568,59
1569,04
4,1
107,658381
-7,209497
0,4
1568,64
1569,04
4,2
107,658428
-7,209544
1
1568,04
1569,04
4,3
107,658347
-7,209503
1,15
1567,89
1569,04
4,4
107,658303
-7,209489
0,9
1568,14
1569,04
4,5
107,658086
-7,209503
1
1568,04
1569,04
4,6
107,658014
-7,209444
1,8
1567,24
1569,04
4,7
107,657958
-7,209508
1,4
1567,64
1569,04
4,8
107,657903
-7,20935
1,35
1567,69
1569,04
4,9
107,657756
-7,209414
1,2
1567,84
1569,04
4,1
107,656706
-7,209194
0,9
1568,14
1569,04
4,11
107,656325
-7,209056
0,25
1568,79
1569,04
5,6
107,658379
-7,20963
1,26
1567,78
1569,04
5,7
107,658366
-7,209657
0,96
1568,08
1569,04
5,8
107,658365
-7,209658
0,94
1568,1
1569,04
5,9
107,658314
-7,209782
1,17
1567,87
1569,04
5,1
107,658274
-7,209733
1
1568,04
1569,04
5,11
107,65824
-7,209811
0,95
1568,09
1569,04
5,12
107,658183
-7,20983
1,15
1567,89
1569,04
5,13
107,65814
-7,20885
1
1568,04
1569,04
5,14
107,65808
-7,209898
0,95
1568,09
1569,04
5,15
107,658039
-7,209918
1,6
1567,44
1569,04
5,16
107,658004
-7,209942
1,7
1567,34
1569,04
5,17
107,657857
-7,210004
1,05
1567,99
1569,04
5,18
107,657901
-7,210022
1,65
1567,39
1569,04
5,19
107,65781
-7,210075
0,98
1568,06
1569,04
5,2
107,657721
-7,210123
0,82
1568,22
1569,04
5,21
107,65768
-7,210147
1,05
1567,99
1569,04
5,22
107,657636
-7,210191
0,9
1568,14
1569,04
5,23
107,65756
-7,210199
0,23
1568,81
1569,04
6,1
107,658853
-7,20968
0,48
1568,56
1569,04
6,2
107,658808
-7,209696
0,9
1568,14
1569,04
6,3
107,658788
-7,20975
0,96
1568,08
1569,04
6,4
107,658787
-7,209763
0,85
1568,19
1569,04
6,5
107,658784
-7,209772
1,18
1567,86
1569,04
6,6
107,658664
-7,209824
1,2
1567,84
1569,04
6,7
107,658657
-7,209838
1,25
1567,79
1569,04
6,8
107,65864
-7,209876
1,3
1567,74
1569,04
6,9
107,658622
-7,209894
1,35
1567,69
1569,04
6,1
107,658534
-7,209994
1,3
1567,74
1569,04
6,11
107,658505
-7,209974
1,2
1567,84
1569,04
6,12
107,658482
-7,210051
1,3
1567,74
1569,04
6,13
107,658447
-7,21006
1,3
1567,74
1569,04
6,14
107,658394
-7,210077
1,2
1567,84
1569,04
6,15
107,658362
-7,210133
1,38
1567,66
1569,04
6,16
107,658349
-7,210167
1,2
1567,84
1569,04
6,17
107,658302
-7,210177
1,3
1567,74
1569,04
6,18
107,658285
-7,210211
1,6
1567,44
1569,04
6,19
107,658162
-7,210236
1,1
1567,94
1569,04
6,2
107,658196
-7,210285
1,23
1567,81
1569,04
6,21
107,658195
-7,210285
1,3
1567,74
1569,04
6,22
107,658101
-7,210398
1,25
1567,79
1569,04
6,23
107,65809
-7,210405
1,2
1567,84
1569,04
6,24
107,658071
-7,210421
1,05
1567,99
1569,04
6,25
107,65804
-7,210448
1,1
1567,94
1569,04
6,26
107,657986
-7,210545
1,15
1567,89
1569,04
6,27
107,657885
-7,210596
1,05
1567,99
1569,04
7,1
107,659017
-7,209894
0,75
1568,29
1569,04
7,3
107,658994
-7,209964
0,9
1568,14
1569,04
7,4
107,658881
-7,209964
0,83
1568,21
1569,04
7,5
107,658842
-7,209953
0,85
1568,19
1569,04
7,6
107,658828
-7,210064
0,8
1568,24
1569,04
7,7
107,6588
-7,210114
0,78
1568,26
1569,04
7,8
107,658772
-7,21015
0,83
1568,21
1569,04
7,9
107,658747
-7,210178
0,83
1568,21
1569,04
7,1
107,658714
-7,210206
0,75
1568,29
1569,04
7,11
107,658686
-7,210239
0,8
1568,24
1569,04
7,12
107,658639
-7,210308
0,83
1568,21
1569,04
7,13
107,658628
-7,210286
0,78
1568,26
1569,04
7,14
107,658583
-7,210367
0,7
1568,34
1569,04
7,15
107,658542
-7,210397
0,6
1568,44
1569,04
7,16
107,658519
-7,210394
0,62
1568,42
1569,04
7,17
107,658497
-7,210394
0,7
1568,34
1569,04
7,18
107,658425
-7,210453
0,63
1568,41
1569,04
7,19
107,658453
-7,210581
0,7
1568,34
1569,04
7,2
107,658453
-7,210567
0,65
1568,39
1569,04
7,21
107,658442
-7,210747
0,69
1568,35
1569,04
7,22
107,658344
-7,210617
0,7
1568,34
1569,04
7,23
107,658303
-7,210644
0,41
1568,63
1569,04
7,24
107,658275
-7,210706
0,75
1568,29
1569,04
7,25
107,658242
-7,210739
0,78
1568,26
1569,04
7,26
107,658225
-7,210772
0,57
1568,47
1569,04
7,27
107,658183
-7,210794
0,6
1568,44
1569,04
7,28
107,6582
-7,210803
0,64
1568,4
1569,04
7,29
107,658131
-7,210828
0,6
1568,44
1569,04
7,3
107,658103
-7,210844
0,3
1568,74
1569,04
7,31
107,658103
-7,210872
0,25
1568,79
1569,04
8,2
107,65922
-7,210007
0,79
1568,25
1569,04
8,3
107,659165
-7,210053
0,81
1568,23
1569,04
8,4
107,659171
-7,210062
0,91
1568,13
1569,04
8,5
107,659173
-7,210165
1,07
1567,97
1569,04
8,6
107,659183
-7,210252
0,98
1568,06
1569,04
8,7
107,659351
-7,210297
1
1568,04
1569,04
8,8
107,659088
-7,210328
0,99
1568,05
1569,04
8,9
107,659053
-7,210363
1,01
1568,03
1569,04
8,1
107,65902
-7,210353
1,02
1568,02
1569,04
8,11
107,659002
-7,21041
1,18
1567,86
1569,04
8,12
107,65903
-7,210448
1,22
1567,82
1569,04
8,13
107,659018
-7,210507
1,05
1567,99
1569,04
8,14
107,659003
-7,210565
1,15
1567,89
1569,04
8,15
107,658993
-7,210622
1,08
1567,96
1569,04
8,16
107,658952
-7,210633
0,9
1568,14
1569,04
9,2
107,659778
-7,210083
0,63
1568,41
1569,04
9,3
107,659778
-7,210056
0,72
1568,32
1569,04
9,4
107,65975
-7,210083
0,54
1568,5
1569,04
9,5
107,66
-7,209861
0,04
1569
1569,04
9,6
107,659958
-7,209911
0,3
1568,74
1569,04
9,7
107,660031
-7,209992
0,45
1568,59
1569,04
9,8
107,660078
-7,210006
0,46
1568,58
1569,04
9,9
107,660114
-7,210033
0,42
1568,62
1569,04
9,10
107,660136
-7,210069
0,32
1568,72
1569,04
9,11
107,660058
-7,210117
0,07
1568,97
1569,04
10,1
107,658382
-7,209386
1,15
1567,89
1569,04
10,2
107,658356
-7,209351
1,55
1567,49
1569,04
10,3
107,658269
-7,209292
1,75
1567,29
1569,04
10,4
107,658147
-7,209235
1,2
1567,84
1569,04
10,5
107,65805
-7,20919
1,35
1567,69
1569,04
10,6
107,657938
-7,209047
1,4
1567,64
1569,04
10,7
107,657857
-7,209001
1,25
1567,79
1569,04
10,8
107,657763
-7,208944
1,25
1567,79
1569,04
10,9
107,657593
-7,208857
1,05
1567,99
1569,04
10,10
107,657547
-7,208781
1,05
1567,99
1569,04
10,11
107,657418
-7,208666
1
1568,04
1569,04
10,12
107,657275
-7,208536
1
1568,04
1569,04
10,13
107,657128
-7,208406
1,3
1567,74
1569,04
10,14
107,657049
-7,208328
1,2
1567,84
1569,04
10,15
107,656845
-7,208199
1,15
1567,89
1569,04
10,16
107,65675
-7,208111
0,83
1568,21
1569,04
10,18
107,656583
-7,207972
0,91
1568,13
1569,04
10,19
107,656472
-7,207889
0,8
1568,24
1569,04
10,20
107,656389
-7,207833
0,71
1568,33
1569,04
10,21
107,656306
-7,207778
0,59
1568,45
1569,04
10,23
107,656111
-7,207667
0,6
1568,44
1569,04
Setelah mendapatkan data semua plot dan situasi danau, maka dengan bantuan software arcGIS kami memetakan Situ Cisanti menjadi seperti berikut
Gambar 4. 14 Situ Cisanti
4.5.2 Data Luas Situ Ci Santi
Shape
Luas (m2)
Polygon
88106,30952
Tabel 4.3 luas total situ ci santi
Berdasarkan data kedalaman diatas diperoleh total kedalamannya yaitu 186,99 mdengan rata-rata kedalamannya yaitu 1,027 m.
Dari data diatas, kita bisa mendapatkan data total luas danau situ Ci Santi yaitu sebesar 88106,30952 m2. Luas situ Ci Santi ini di dapatkan melalui perhitungan dengan menggunakan dua metode. Metode pertama adalah metode digital dengan menggunakan bantuan dari software ArcGis. Dimana kami melakukan dengan metode Koreksi Geometrik sehingga dengan bentuk yang sudah ditentukan maka luas situ cisanti langsung dapat kami dapatkan. Sedangkan metode kedua adalah metode perhitungan manual dengan menggunakan bantuan dari mlimeter blok.
Dalam metode manual ini, dilakukan penghitungan dengan metode Grid (manual), yaitu metode dimana perhitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan jumlah grid yang di dapat sebanyak 3,5 grid dengan skala 1:1.200 dengan luas gridnya berukuran 12,9 cm x 12,9 cm. Sehingga, luas danau sebenarnya yaitu 8,3 ha.
Dapat diuraikan seperti berikut :
Luas = Jumlah grid x luas grid x (skala)2Perhitungan :Luas = 3,5 grid x 12,9cm x (1200)2 = 3,5 x 166,41cm2 x 1440000 = 582,435 x 1440000 = 838706400cm2 = 83870,64m2
Luas = Jumlah grid x luas grid x (skala)2
Perhitungan :
Luas = 3,5 grid x 12,9cm x (1200)2
= 3,5 x 166,41cm2 x 1440000
= 582,435 x 1440000
= 838706400cm2
= 83870,64m2
Dapat kami simpulkan bahwa luas situ cisanti itu berdasarkan pengukuran yang kami lakukan dan dirata-rata kan kurang lebih sekitar 8,5 hektar.
Untuk penghitungan luas dari penampang Situ Ci Santi dan volume tampungan air dari situ Cisanti,kami menggunakan metode pendekatan secara kuantitatif. Dimana dalam metode ini dilakukan penggambaran terlebih dahulu bagaimana bentukan dasar situ tersebu lalu menghitung luas tersebut secara manual di milimiter blok. Maka luas dari setiap elevasi dan volume nya kami dapatkan seperti dalam tabel dibawah ini.
Elevasi (cm)
Luas pada Elevasi (cm2)
Interval Kontur (cm)
Luas Antarelevasi (cm2)
Volume Air(cm3)
16780
55699200
20
45950400
919008000
16800
101649600
14
57470400
804585600
16814
44179200
6
47649600
285897600
16820
91828800
20
1728576000
16840
5400000
86428800
3738067200 cm3
3738067.2 Liter
3738.0672 m3
Tabel 25. Perhitungan elevasi situ Ci Santi
Berdasar tabel di atas telah dilakukan perhitungan luas elevasi, luas antar elevasi (elevasi besar dikurangi elevasi kecil), serta volume (luas antarelevasi dikalikan dengan interval kontur). Diketahui hasil keseluruhan volume air yakni 3.738.0672 liter. Pemanfaatan utama situ Cisanti adalah sebagai sarana wisata. Ada beberapa alasan kenapa situ ini dijadikan tempat wisata, yaitu udara di situ Cisanti cukup dingin dan sejuk, letaknya juga dikelilingi hutan rimba campur dengan puluhan spesies pohon yang usianya mungkin sudah ratusan tahun, dari sisa perambahan hutan yang dilakukan warga setempat. Banyak pengunjung atau wisatawan melakukan kegiatan pemancingan yang berlebihan, dalam arti kegiatan pemancingan dijadikan sebagai sandaran untuk memnuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini sangat bertentangan dengan keinginan PT Perhutani yang justru menghimbau serta mengajak warga setempat dan wisatawan untuk ikut melestarikan ikan-ikan yang berada di lokasi situ Cisanti dengan cara menanam dan menabur benih ikan pada situ. Kegiatan pemancingan boleh dilakukan sebatas hobi dan dalam frekuensi yang tidak terlalu sering. Keberadaan situ Cisanti sebagai salah satu mata air untuk sungai Citarum sangat penting dan perlu dilestarikan, termasuk habitat ikannya, mengingat banyaknya kerusakan hutan yang terjadi di Jawa Barat. Mata air ini dapat menjadi andalan kebutuhan air untuk pertanian, minum, dan pembangkit tenaga listrik.
BAB V
PENUTUP
Simpulan
Praktikum Hidrologi dilaksanakan didesa Cikembang dan Situ CiSanti Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung Selatan. Adapun kajian yang diukur adalah pengukuran Transpirasi, Evaporasi, Intersepsi, pengukuran sumur, pengukuran perkolasi, dan pengukuran tampunganair situ Ci Santi. Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa:
Transpirasi
Hasil pengukurannya adalah pada hari pertama (pengukuran awal) 4 cm penambahan air hujan sebanyak 0,2 cm. hasil pengukuran adalah 4 cm akibat terjadi penguapan sebanyak 0,2 cm. Hasil pengukuran terakhir yang dilakukan pukul 16.00 WIB pada hari kedua adalah 3,4 cm. Terjadi penurunan akibat adanya penguapan (setelah menutup rapat/tidak ada celah antara botol dengan batang tanaman) sehingga terjadi penurunan tinggi air sebanyak 0,6 cm.
Evaporasi
Tinggi air awal adalah 4 cm. Pada hari pertama terjadi hujan, sehingga air mengalami pertambahan sebanyak 0,3 cm. hasil akhir adalah 4,3 cm. Hari kedua tinggi air 4,1 cm. Terjadi pengurangan jumlah air sebanyak 0,2 cm disebabkan oleh terjadi penguapan selama 13 jam.Hasil akhir, yaitu 4 cm (pengurangan jumlah air sebanyak 0,1 akibat penguapan yang terjadi selama 13 jam).
Intersepsi
Ketinggian air awal 0 cm. Dilakukan pengukuran pada hari kedua pukul 07.00 WIB , yaitu 0,5 cm. Wadah yang semula kosong, terisi oleh air sebanyak 0,5 cm selama 19 jam.
Pengukuran sumur mulai dari sumur pertama, kedua dan ketiga menyatakan bahwa ketiga sumur memiliki rata-rata kedalaman sumur 9 meter. Pada musim hujan air sumur melimpah dan sedikit keruh. Air selalu ada meskipun pada musim kemarau. Pada musim kemarau beberapa warga mengambil air ke MCK yang telah disediakan oleh Pemerintah Desa. Air yang ada di MCK berasal dari mata air Gunung Wayang.
Perkolasi
Pengukura pertama menggunakanselangwaktu lima menitdengankecepatan perkolasi yaitu 159.0448385350padamenitke-10 dan ke-15 mengalamipenurunan yang signifikan, kemudian pada menit ke-20 hingga menit ke-85 mengalami penurunan yang cukup lambat dan padamenitke-90 terjadi perkolasi yang benar-benarkonstandantetappadaangka yang sama.
Berdasar hasil pengukuran dengan metode pelampung diketahui bahwa debit saluran air pada aliran sungai adalah 6,464269125m3/detik. Sedangkan dengan menggunakan metode currentmeter debit saluran air pada aliran sungai bagian hulu menggunakan currentmeter adalah 1,081250009 m3/s. Diketahui bahwa hubungan antara luas penampang dengan debit pada plot 6 adalah luas penampang 19,46m2 dengan kecepatan 0,33 m/s memiliki debit pelampung 6,46m3/s.
Data total luas danau situ Ci Santi yaitu sebesar 88106,30952 m2atau sama dengan 8,3 ha.dengan kedalaman 186,99 mdan rata-rata kedalamannya yaitu 1,027 m. Pengukuran tampungan air situ Ci Santi diketahui hasil keseluruhan volume air yakni 3.738.067,2 liter. Pemanfaatan utama situ Cisanti adalah sebagai sarana wisata.
Saran
Lakukan persiapan secara matang sebelum melakukan praktikum
Pastikan membawa peralatan yang akan digunakan selama praktikum.
Gunakan prosedur praktikum yang telah di berikan oleh dosen pembimbing.
Simpanlah data hasil praktikum sebelum melakukan pengolahan data.
Selama di lapangan usahakan untuk memperhatikan kebersihan dan ketertiban di lingkungan sekitar lokasi praktikum.
Daftar Pustaka
Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: PT Widyatama Sarana
Perkasa.
Lia,Dahlia. 2015. Makalah Hidrologi [online]. Tersedia: http://perkuliahan-dahliani.blogspot.co.id/2015/06/makalah-hidrologi.html. Diakses [ 1 Desember 2015]
Rafi'I, Suryatna. 1995. Meteorologi dan Klimatologi. Bandung: Angkasa
Soemarto, CD. 1999. Hidrologi Teknik. Edisi Dua.Jakarta: Erlangga
Lampiran
Proses pengukuran sumur
Proses Pengukuran Sumur
Pengukuran Evaporasi, Transpirasi dan Intersepsi
Pengukuran Perkolasi
Tabung perkolasi
Keadaan tumbuhan yang ada di sekitar pengukuran perkolasi
Keadaan tanah yang ada di sekitar pengukuran perkolasi
Pengukuran SungaiPengukuran SungaiPengukuran SungaiPengukuran Sungai
Pengukuran Sungai
Pengukuran Sungai
Pengukuran Sungai
Pengukuran Sungai
Situ Ci Santi
Pengukuran situ Ci Santi
Kelompok besar (kelompok 6)/kelompok kecil (kelompok 11 dan 12)
Keadaan vegetasi di sekitar situ Ci Santi