12
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI
RESPIRASI PADA KECAMBAH
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Respirasi merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Respirasi dilakukan oleh semua makhluk hidup dengan semua penyusun tubuh, baik manusia, tumbuhan, dan hewan. Respirasi dilakukan baik siang maupun malam hari.
TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini, yaitu :
Untuk mengetahui proses respirasi pada kecambah
Untuk mengetahui laju kecepatan respirasi pada kecambah
Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi laju kecepatan respirasi kecambah.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari praktikum ini, yaitu :
Bagaimana laju kecepatan respirasi pada kecambah dari menit ke menit?
BAB II
DASAR TEORI
Respirasi
Bernafas artinya melakukan pertukaran gas, yaitu mengambil oksigen (O2) ke dalam paru-paru yang disebut proses inspirasi dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) serta uap air (H2O) yang disebut proses ekspirasi. Sedangkan respirasi adalah seluruh proses sejak pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Pertukaran gas O2 dan gas CO2 berlangsung melalui proses difusi. Alat-alat pernafasan dapat berupa paru-paru, insang, trakea maupun bentuk lain yang dapat melangsungkan pertukaran gas O2 dan gas CO2.
Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak hanya melibatkan oksigen.
Respirasi dapat berlangsung dengan 2 cara, yaitu :
Respirasi Aerob (Oksidasi)
Proses ini merupakan pemecahan molekul dengan menggunakan oksigen, reaksi umumnya sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + 675 kalori
Pada umumnya dalam keadaan normal manusia menggunakan cara ini.
Respirasi Anaerob
Proses ini merupakan pemecahan molekul tidak menggunakan oksigen. Reaksi umumnya sebagai berikut:
C6H12O6 2C2H5OH + CO2 + 28 Kalori
Pada proses respirasi anaerob terjadi pemecahan molekul yang sempurna, karena masih dihasilkan zat organik sehingga energinya belum terbebaskan semua. Pada proses tersebut hanya terhenti sampai glikolisis dan terbentuk asam laktat, sehingga energi yang dihasilkan sedikit dan dampaknya mengakibatkan kelelahan pada tubuh. Proses ini umumnya terjadi pada organisme tingkat rendah, yaitu pada ragi dan bakteri. Pada organisme tingkat tinggi proses ini hanya berlangsung dalam keadaan darurat, yaitu apabila persediaan oksigen kurang mencukupi. Ini terjadi ketika otot bekerja terlalu keras dan berlebih.
Prinsip kerja
Dalam bereksperimen atau melakukan praktikum respirasi pada kecambah, diperlukan alat yang berfungsi untuk mengukur kelajuan respirasi pada kecambah dengan mengukur rata – rata pertukaran oksigen dan karbondioksida. Alat itu disebut respirometer. Respirometer memungkinkan penyelidikan bagaimana faktor – faktor lain, seperti umur pada kecambah dan cahaya mempengaruhi rata – rata pernapasan.
Alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernapasan, terdapat oksigen yang digunakan oleh organisme dan terdapat pula karbon dioksida yang dikeluarkan oleh organisme tersebut. Jika organisme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbon dioksida yang dikeluarkan organisme dalam ruang tertutup itu diikat (misalnya, oleh kristal KOH), maka penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam tabung itu dapat dicatat (diamati) pada pipa kapiler berskala pada respirometer.
Eksperimen
Selanjutnya yaitu langkah – langkah bereksperimen atau melakukan praktikum. Spesimen yang akan digunakan dalam praktikum ini, sebaiknya kecambah yang masih segar dan tidak layu (kecambah yang digunakan yaitu kecambah pendek atau kecambah soto). Kemudian, tabung spesimen dipisahkan dari bagian berskala dan memasukkan zat pengikat CO2, yaitu kristal KOH yang dibalut dengan kapas tipis.
Setelah itu, spesimen dimasukkan ke dalam tabung (perlu diperhatikan bahwa jangan meletakkan spesimen terlalu dekat atau bahkan menempel dengan balutan kapas CO2, karena bisa menyebabkan kecambah mati sebelum diamati laju respirasinya). Kemudian, menutup rapat bagian tabung spesimen dengan tabung skala (bila diperlukan memakai plastisin dengan tujuan untuk menghindari kebocoran udara).
Untuk mengetahui penyusutan udara dalam tabung, pada ujung terbuka pipa berskala diberi tetesan air. Tetesan air ini akan bergerak ke arah tabung spesimen, karena terjadinya penyusutan volume udara dalam ruang tertutup (tabung spesimen). Hal itu merupakan akibat dari adanya pernapasan, yaitu O2 diserap dan CO2 dihembuskan, tetapi diikat oleh kristal KOH.
Kecepatan tetesan air yang bergerak ke dalam menunjukkan kecepatan pernapasan organisme yang diselidiki. Perhitungan dilakukan untuk memperoleh angka kecepatan respirasi kecambah dalam ml tiap satuan waktu. Data yang diambil berupa lama pernapasan (diambil 2 menit sekali) dan jarak yang ditempuh oleh tetesan air yang bergerak.
Faktor yang mempengaruhi laju respirasi
Ketersediaan substrat
Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya, bila substrat tanaman tinggi, maka akan melakukan respirasi dengan laju yang tinggi pula.
Ketersediaan oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
Suhu
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC. Namun hal ini tergantung pada masing – masing spesies.
Tipe dan umur tumbuhan
Masing – masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme. Dengan demikian, kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing – masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua.
BAB III
PRAKTIKUM
Praktikum biologi respirasi pada kecambah, telah dilakukan pada :
Hari / tanggal : Kamis, 14 April 2016
Pukul :
Tempat : Laboratorium Biologi SMA N 1 Sragen
Pembimbing : Ibu Juwitasari, S.Pd
Alat dan bahan
Respirometer
Pipet tetes
Penggaris
Spidol
Kecambah
Air (aquades)
Kristal KOH (5 butir)
Kapas
Plastisin
Timer
Langkah kerja
Menyiapkan alat dan bahan.
Membersihkan respirometer dari air menggunakan tisu atau kertas.
Mengambil kristal KOH sebanyak 5 butir. Kemudian membalutnya dengan kapas yang tipis dan memasukkan pada tabung spesimen respirometer.
Memasukkan kecambah sebanyak 5 ke dalam tabung spesimen.
Menutup ujung pipa skala respirometer dengan jari selama 1 menit.
Meneteskan air pada pipa skala respirometer menggunakan pipet.
Mengamati pergerakan air pada pipa skala per 2 menit selama 6 menit.
Melakukan langkah yang sama untuk jumlah kecambah 9, 13, dan tanpa kecambah.
Mencatat hasil pengamatan dan melaporkan.
BAB IV
DATA DAN ANALISA
Data hasil pengamatan
No.
Banyaknya kecambah
2' I
2' II
2' III
ῡ
1.
5 kecambah
6,5 cm
11,5 cm
14,5 cm
2,8 cm/menit
2.
9 kecambah
6,5 cm
12,5 cm
16,5 cm
3,04 cm/menit
3.
13 kecambah
5 cm
9 cm
12 cm
2,25 cm/menit
4.
Tanpa kecambah
8 cm
12,8 cm
16 cm
3,26 cm/menit
Grafik pergerakan air pipa skala per 2 menit selama 6 menit :
Perhitungan laju kecepatan respirasi secara matematis :
Percobaan I
2 menit = 6,5 cm2 menit = 3,25 cm/menit
4 menit = 11,5 cm4 menit = 2,87 cm/menit
6 menit = 14,5 cm6 menit = 2,41 cm/menit
ῡ = 3,25+2,87+2,41 cm/menit 3
= 2,8 cm/menit
Percobaan II
2 menit = 6,5 cm2 menit = 3,25 cm/menit
4 menit = 12,5 cm4 menit = 3,12 cm/menit
6 menit = 16,5 cm6 menit = 2,75 cm/menit
ῡ = 3,25+3,12+2,75 cm/menit3
= 3,04 cm/menit
Percobaan III
2 menit = 5 cm2 menit = 2,5 cm/menit
4 menit = 9 cm4 menit = 2,25 cm/menit
6 menit = 12 cm6 menit = 2 cm / menit
ῡ = 2,5+2,25+2 cm/menit3
= 2,25 cm/menit
Percobaan IV
2 menit = 8 cm2 menit = 4 cm/menit
4 menit = 12,8 cm4 menit = 3,2 cm/menit
6 menit = 16 cm6 menit = 2,6 cm/menit
ῡ = 4+3,2+2,6 cm/menit3
= 3,26 cm/menit
Grafik laju kecepatan respirasi kecambah :
Analisa data
Dari grafik tersebut, dapat dilihat bahwa uji respirasi dengan kecambah berjumlah 5, 9, 13, dan tanpa kecambah terjadi pergerakan air pada pipa skala. Lalu, mengapa air dapat bergerak?
Air yang terdapat pada pipa skala dapat bergerak, karena pada saat organisme bernapas, mereka menghirup oksigen atau udara di sekitar dan menghembuskan karbon dioksida dan uap air, dimana karbon dioksida yang terhembus langsung diikat oleh kristal KOH yang ada di dalam tabung spesimen. Pada saat mereka berada di dalam respirometer, udara yang tersimpan di dalamnya tidak dapat keluar ataupun masuk, sehingga jumlah udara yang berada di dalam respirometer tersebut semakin sedikit (terjadi penyusutan udara). Karena di ujung pipa skala respirometer ditetesi air, maka air tersebut bergerak mendekat tabung spesimen sebagai akibat dari berkurangnya jumlah udara yang ada di dalam respirometer tersebut.
Analisa percobaan I dan II
Berdasarkan grafik data hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan laju respirasi pada kecambah yang berjumlah 5, 9, dan tanpa kecambah. Serta terjadi penurunan pada kecambah yang berjumlah 13.
Laju respirasi dengan jumlah 5 kecambah meningkat dari 6,5 cm pada 2 menit pertama; 11,5 cm pada menit kedua; 14,5 cm pada menit ketiga (ῡ = 2,8 cm/menit)
Laju respirasi dengan jumlah 9 kecambah meningkat dari 6,5 cm pada 2 menit .pertama; 12,5 cm pada 2 menit kedua; 16,5 cm pada 2 menit ketiga (ῡ = 3,04 cm/menit).
Kedua hal di atas, sesuai dengan teori bahwa semakin banyak spesimen yang diujikan maka semakin cepat pula terjadi penyusutan udara. Penyusutan udara tersebut diamati dari adanya pergerakan air mendekati tabung spesimen.
Dengan peningkatan jumlah kecambah, yaitu 5 kemudian 9, maka jarak pergerakan air dari ujung pipa skala akan semakin besar atau panjang dengan waktu yang sama. Sehingga, dari analisa kedua data tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan jarak tempuh air dari ujung pipa skala, yaitu :
Jumlah spesimen yang diujikan
Terlihat jelas bahwa semakin banyak spesimen yang diujikan maka terjadi peningkatan laju respirasi.
Analisa percobaan III
Sedangkan pada kecambah yang berjumlah 13, terjadi penurunan laju respirasi (ῡ = 2,25 cm/menit). Padahal pada kecambah yang berjumlah 5 dan 9 terjadi peningkatan laju respirasi. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Adanya penurunan laju respirasi pada kecambah yang berjumlah 13, disebabkan oleh faktor – faktor sebagai berikut :
Umur kecambah
Faktor yang pertama adalah umur dari kecambah itu. Spesimen yang digunakan saat praktikum adalah kecambah pendek yang dijual di warung, bukan kecambah yang diproduksi sendiri untuk praktikum. Hal yang memungkinkan adalah umur kecambah yang sudah tua, mengakibatkan pernapasan rendah daripada kecambah yang masih segar, dan penyusutan udara berlangsung lama. Sehingga, laju respirasi menjadi menurun.
Ketersediaan substrat
Berdasarkan dasar teori yang telah disebutkan, ketersediaan substrat pada spesimen berpengaruh terhadap laju respirasi. Jika substrat spesimen rendah, maka laju respirasi akan rendah. Dan jika substrat spesimen tinggi, maka laju respirasi akan tinggi pula. Sehingga, pada kecambah yang berjumlah 13 ini dimungkinkan memiliki substrat yang rendah pada kecambah yang diujikan.
Massa kecambah
Massa suatu spesimen akan berpengaruh terhadap laju respirasi. Apabila massa kecambah berat, maka sel yang membutuhkan oksigen untuk bernapas banyak pula, sehingga akan terjadi penyusutan udara yang sangat cepat, dengan kata lain laju respirasi akan meningkat. Begitu juga sebaliknya. Jika massa kecambah ringan, maka sle yang membutuhkan oksigen untuk benapas juga kecil, sehingga penyusutan udara akan berlangsung lama atau laju respirasi akan rendah. Jadi, hal yang mungkin terjadi pada kecambah berjumlah 13 yang mengalami degradasi laju respirasi adalah massa kecambah yang ringan.
Pengikatan CO2
Praktikum respirasi kecambah dilakukan di tengah – tengah praktikum. Jadi, hal yang mungkin terjadi yaitu KOH yang telah mencair dan merupakan sisa dari percobaan sebelumnya. Sehingga, daya untuk mengikat CO2 menurun. Dan CO2 digunakan kecambah kembali untuk bernapas
Itulah beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penurunan laju reaksi pada kecambah yang berjumlah 13.
Analisa percobaan IV
Pada percobaan IV, tidak ada spesimen yang diujikan. Percobaan ini sebagai pembanding. Percobaan ini hanya menguji apakah ada pergerakan air pada pipa skala respirometer saat tidak ada spesimen yang diujikan (tanpa kecambah).
Berdasarkan grafik data hasil pengamatan, terdapat grafik naik (ῡ = 3,26 cm/menit) pada percobaan tanpa kecambah. Adanya grafik naik berarti adanya laju respirasi atau terjadi penyusutan udara. Padahal, tidak ada organisme atau kecambah bernapas yang ada di dalam tabung spesimen. Mengapa hal ini terjadi?
Berdasarkan pada teori yang telah disebutkan, bahwa adanya pergerakan air, menandakan terjadinya penyusutan udara, hal itu menunjukkan adanya proses respirasi. Artinya, jika di dalam tabung spesimen tidak ada kecambah ataupun organisme apapun, maka tidak akan terjadi penyusutan udara atau tidak terdapat pergerakan air yang mendekati tabung spesimen.
Tentunya hal seperti itu dipengaruhi oleh faktor, sebagai berikut :
Tabung spesimen tidak bersih
Percobaan IV dilakukan pada percobaan terakhir. Pada percobaan terakhir, KOH yang dibalut dengan kapas tipis telah mencair sedikit demi sedikit. Maka, di dalam tabung spesimen terdapat H2O. Tabung yang mengandung H2O inilah yang menyebabkan adanya pergerakan air pada pipa skala respirometer. H2O akan terurai menjadi 2H+ dan O2-.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisa praktikum respirasi pada kecambah yang telah dijelaskan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa :
Seperti makhluk hidup lainnya, kecambah bernapas membutuhkan oksigen dan menghembuskan karbon dioksida serta uap air. Yang dapat diamati dari pergerakan air pada pipa skala respirometer. Respirasi kecambah sama halnya dengan makhluk hidup lain.
Laju kecepatan respirasi kecambah yang diujikan dari menit ke menit, seharusnya mengalami peningkatan seiring bertambahnya jumlah kecambah. Dan tidak mengalami respirasi saat tidak ada kecambah yang diujikan.
Laju kecepatan respirasi pada kecambah bergantung pada beberapa faktor, diantaranya jumlah kecambah, massa, umur, suhu, serta substrat kecambah sebagaimana yang telah dijelaskan.
Daftar pustaka
http://s3.amazonaws.com/ppt-download/laporankelompokpraktikumbiologiresp-14
http://documents.tips/download/document/?id=AChHJZMBe1OZHveinSEPb%2BG
PraktikanAfrida Ayu Melati (01)Bayu Avrianto R.K (08)Prawestri K. (23)Waidatin Nur A. (29)PraktikanAfrida Ayu Melati (01)Bayu Avrianto R.K (08)Prawestri K. (23)Waidatin Nur A. (29)Pembimbing Juwitasari, S.PdPembimbing Juwitasari, S.PdSragen, 24 April 2016
Praktikan
Afrida Ayu Melati (01)
Bayu Avrianto R.K (08)
Prawestri K. (23)
Waidatin Nur A. (29)
Praktikan
Afrida Ayu Melati (01)
Bayu Avrianto R.K (08)
Prawestri K. (23)
Waidatin Nur A. (29)
Pembimbing
Juwitasari, S.Pd
Pembimbing
Juwitasari, S.Pd
LAMPIRAN
Percobaan tanpa kecambahPercobaan tanpa kecambahPersiapan alat dan bahanPersiapan alat dan bahan
Percobaan tanpa kecambah
Percobaan tanpa kecambah
Persiapan alat dan bahan
Persiapan alat dan bahan
Percobaan 5 kecambahPercobaan 5 kecambahPercobaan 9 kecambahPercobaan 9 kecambah
Percobaan 5 kecambah
Percobaan 5 kecambah
Percobaan 9 kecambah
Percobaan 9 kecambah
Percobaan 13 kecambahPercobaan 13 kecambah
Percobaan 13 kecambah
Percobaan 13 kecambah