LAPORAN PRAKTIKUM
RESPIRASI PADA HEWAN
Oleh :
Ahmad Athoillah (01)
Juangga Fariz F. (05)
Shafa Prasita (12)
SMA NEGERI 1 SIDOARJO
2016
Tujuan Pengamatan
untuk mengetahui faktor banyak sedikitnya oksigen yang diperlukan oleh hewan pada saat bernapas per satuan waktu.
Rumusan Masalah
Bagaimana laju respirasi pada hewan?
Bagaimana pengaruh jumlah serangga (berat) terhadap laju respirasi?
Alat dan Bahan
Alat
Stopwatch
Kapas
Pipet Tetes
Respirometer
Kapas
Pinset
Bahan
Jangkrik
Kristal NaOH
Plastisin
Eosin
Langkah Kerja
Membungkus keistal NaOH dengan kapas.
Memasukkan kapas ke dalam tabung respirometer.
Memasukkan seekor jangkrik ke dalam respirometer.
Menutup tabung respirometer.
Memberi plastisin pada sambungan agar udara tidak masuk dan keluar.
Menetesi eosin pada ujung pipo respirometer dengan menggunkan pipet tetes secukupnya.
Mengukur pergerekan eosin dengan menggunakan stopwatch secara berkala (3 menit, 6 menit, 9 menit, 12 menit, 15 menit)
Lakukan percobaan yang sama (langkah 1 sampai dengan 6) menggunakan jangkrik atau belalang lain dengan ukuran yang berbeda.
Mencatat perubahan jarak eosin.
Hasil Pengamatan
No
Jumlah Jangkrik
Kedudukam Eosin pada Menit ke-
Jumlah udara pernafasn 12 menit (ml)
Rata-rata
3
6
9
12
1.
1
0.010
0.025
0.080
0.155
0.270
0.067
2.
2
0.055
0.070
0.130
0.250
0.505
0.126
3.
3
0.145
0.239
0.335
0.440
1.159
0.232
Analisis Hasil
Dalam percobaan ini, khususnya pada percobaan yang menggunakan respirometer, digunakan larutan KOH. Fungsi dari larutan ini adalah untuk mengikat CO2, sehingga pergerakan dari larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Adapun reaksi yang terjadi antara KOH dengan CO2 adalah sebagai berikut:
KOH + CO2 K2CO3 + H2O
Setelah itu serangga dimasukkan ke dalam tabung dan tabung ditutup dengan bagian yang berskala rapat-rapat. Untuk mengetahui penyusutanudara dalam tabung, pada ujung terbuka pipa berskala diberi setetes larutan eosin. Larutan eosin ini akan bergerak ke arah tabung spesimen karena terjadinya penyusutan volum udara dalam ruang tertutup (tabung spesimen) sebagai akibat pernapasan, yaitu O2 diserap sedangkan CO2 dihembuskan tetapi lalu diserap oleh KOH. Kecepatan larutan eosin itu bergerak ke dalam menunjukkan kecepatan pernapasan organisme (serangga) yang diselidiki.
Perhitungan dilakukan untuk memperoleh angka kecepatan respirasi organisme tertentu dalam ml tiap satuan waktu. Data yang diambil adalah lama pernapasan. Dalam percobaan ini diambil tiap 3 menit sekali dan jarak yang ditempuh oleh larutan eosin bergerak. Pada hitungan kenaikan interval kedua, dicari dengan interval 2 dikurangi interval 1 dan begitu seterusnya untuk mencari kenaikan nilai interval berikutnya hinggga menit ke 12 atau interval ke 4.
Pada hasil pengamatan jumlah rata-rata pada jumlah jangkrik pertama, kedua, dan ketiga berturut-urut adalah 0.067, 0.126, 0.232. dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa semakin banyak jumlah serangga yang dimasukkan maka semakin besar laju respirasi. Hal tersebut juga berhubungan dengan berat serangga karena semakin besar berat pada serangga maka semakin besar pula laju respirasi pada respirometer begitu juga sebaliknya.
Pada percobaan ini, perubahan suhu udara (bila menjadi panas) menyebabkan titik air yang sudah bergerak ke arah tabung dapat bergerak kembali ke arah luar. Oleh karena itu percobaan ini diadakan dalam waktu perubahan suhu tidak besar. Sebaliknya bila suhu menurun, tetes air cepat bergerak ke arah tabung spesimen.
Sebelum disimpan, spesimen hewan dikembalikan ke tempatnya dan KOH yang biasanya meleleh segera dikeluarkan dan tabung dicuci bersih. Jika kurang bersih dan tabung tertutup, maka akan terjadi respirometer tak dapat dibuka lagi, karena merekat oleh KOH. Faktor- faktor yang mempengaruhi laju respirasi:
Jenis kelamin
Belalang atau jangkrik betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi yang berbeda.
Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.
Ketersediaan Oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
Suhu
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara terat
Berat Tubuh
Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen berbanding lurus. Karena setiap makhluk hidup membutuhkan O2 (Oksigen) dalam jumlah yang besar.Semakin berat serangga semakin cepat pergerakan larutan eosin pada pipa berskala, begitupun sebaliknya, semakin ringan serangga maka semakin lambat pergerakan larutan eosin pada pipa berskala. Ini artinya semakin berat tubuh serangga, akan semakin banyak membutuhkan oksigen sehingga akan semakin cepat pernafasannya. Sebaliknya, semakin ringan tubuh serangga akan semakin lambat respirasinya. Seperti halnya manusia apabila dia berbadan gemuk dia lebih banyak membutuhkan oksigen sehingga akan bernafas cepat.
Pada hasil praktikum di atas, jelas sekali bahwa ukuran tubuh belalang atau jangkrik tidak mempengaruhi laju pernapasan. Semakin besar ukuran dan berat tubuh belum tentu semakin cepat pernapasannya. Walaupun diatas ada sedikit kegagalan yaitu pernapasan pada belalang yang ukurannya lebih besar dan lebih berat daripada jangkrik, memberikan hasil yang tidak sebagaimana mestinya. Karena pada belalang yang berukuran lebih besar daripada jangkrik melakukan aktifitas yang berkemungkinan banyak melakukan pergerakkan,sehingga membutuhkan banyak pernafasan dan oksigen. Ternyata aktifitas yang banyak bergerak dari serangga juga memengaruhi laju pernapasan. Akan tetapi, hasil praktikum menunjukkan bahwa belalang yang berukuran lebih besar pernafasannya lebih lambat daripada jangkrik yang aktif bergerak. Seharusnya semakin berat/ besar ukuran serangga, oksigen yang butuhkan akan semakin banyak karena untuk melakukan aktifitas yang banyak bergerak sehingga laju respirasinya akan lebih cepat. Sehingga kami menyimpulkan bahwa selain berat, aktivitas juga sangat berpengaruh terhadap laju pernafasan serangga.
Pada pembahasan tersebut dapat diketahui bahwa data hasil praktikum yang telah kami buat belum sepenuhnya akurat. Kesalahan atau kegagalan percobaan dapat disebabkan karena :
ü Alat praktikum tidak berfungsi secara maksimal/ rusak.
ü Adanya air dalam respirometer yang menghambat laju respirasi
ü Serangga yang digunakan sudah tidak bugar/ sehat atau serangga diambil sehari sebelum praktikum
Kesimpulan
Pada proses respirasi menghasilkan karbondioksida (CO2), uap air (H2O) dan sejumlah energi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi adalah berat tubuh, kegiatan tubuh dan suhu tubuh.
Bedasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat di tarik kesimpulan bahwa KOH dapat membantu mempercepat proses pernapasan pada belalang, dan terdapat hubungan antara berat (ukuran/besar) serangga dengan kecepatan pernafasannya, semakin berat (besar) tubuh belalang maka semakin banyak oksigen yang di butuhkan sehingga semakin cepat pernapasannya. Sebaliknya, Semakin ringan berat serangga (ukurannya kecil) maka makin sedikit pula oksigen yang ia butuhkan sehingga semakin lambat pernapasannya. Begitu pula dengan aktifitas belalang tersebut, juga mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Daftar Pustaka
Aryulina, Diah., Choirul Muslim dan Syalfinaf Manaf.2010.Biology 2B for Senior High School Grade XI Semester 2.Jakarta:Esis.
Syamsuri, Istamar.,dkk.2007.Biologi untuk SMA Kelas XI Semester 2. Jakarta: Erlangga.
Reza Fredo Simarmata. Praktikum Respirasi Serangga. (Online). (http://biologipedia.blogspot.com/2012/03/praktikum-respirasi-serangga.html/