Laporan Praktikum Biokimia
Hari/Tgl Waktu PJP Asisten
: Senin/30 Desember 2013 : 11.00-12.40 WIB : Inda setyawati, STP, M. Si : Sari Yuniarni, S. Si Lusianawati, S.Si
VITAMIN
Kelompok 9 : Ekawisudawati J3L112185 Vidya Maela Rasep J3L112109 Muhammad Mustofa Kamal J3L112035
PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Pendahuluan
Asam askorbat atau lebih dikenal dengan nama vitamin C adalah suatu reduktor kuat, dan adanya panas, sinar atau enzim oksidasi, katalis tembaga atau besi menyebabkan Vitamin C lebih cepat teroksidasi. Namun, oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah. Bentuk teroksidasinya, asam dehidroaskorbat, mudah direduksi lagi dengan berbagai reduktor. Sifat fisik dan kimiawi asam askorbat adalah merupakan derivat monosakarida yang mempunyai gugus enediol dan mempunyai 2 rumus bangun yang erat, yaitu sebagai asam askorbat dan dehidro asam askorbat (Wahjudi 2003). Dehidro asam askorbat terjadi karena oksidasi spontan dari udara. Keduanya merupakan bentuk aktif yang terdapat dalam cairan tubuh dan merupakan kristal putih tidak berbau yang larut dalam air (tetapi kurang stabil), tidak larut dalam lemak. Stabil dalam larutan dan penyimpanan dingin, peka terhadap pemanasan dan oksidasi (terutama bila ada Cu, maka vitamin C adalah pereduksi yang kuat). Kebutuhan vitamin C dewasa 45 mg/hari, anak-anak 35 mg/hari, ibu hamil 60 mg/hari (Hawab 2005). Vitamin tidak dapat disintesis oleh tubuh. Oleh karena itu, kebutuhan akan vitamin perlu dibantu oleh asupan makanan ke dalam tubuh. Vitamin berperan sebagai bagian dari enzim dan ko-enzim untuk mengaturproses metabolisme karbohidrat, lemak, protein dalam tubuh. Selain itu, vitamin yang berperan sebagai antioksidan, banyak berperan dalam mempertahankan berfungsinya berbagai jaringan tubuh. Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein yang menghubungkan jaringan tubuh. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan. Selain itu, Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular (Lehninger 1996). Vitamin dapat dibagi dalam dua golongan berdasarkan sifat kelarutannya yaitu golongan yang dapat larut dalam air dan yang dapat larut dalam lemak. Golongan vitramin yang larut dalam air adalah tiamin, riboflavin, asam nikotinat, piridoksin, asam kolat, biotin, asam pantotenat, vitamin B dan vitamin C. Sedangkan yang golongan vitamin yang larut dalam lemak Vitamin A, Vitamin D, Vitamin E, Vitamin K (Baliwati dan Ali 2002)
Tujuan
Percobaan bertujuan penentuan kadar vitamin C dalam sari buah jeruk dan tablet vitamin C.
Metode
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini ialah erlenmeyer, buret gelap, statif, pipet mohr , bulp, pipet volumetrik, pipet tetes, batang pengaduk, labu takar, mortar dan pastle, gelas piala, botol semprot,corong, dan sudip. Bahan-bahn yang digunakan dalam percobaan ini ialah tablet vitamin C, sari jeruk, larutan H2SO4, larutan akuades, larutan iod, larutan NaOH, larutan natriumtiosulfat 0,01 N dan tissue. Titrasi Blangko, dimasukkan 3 mL H 2SO4 2N dan 10 mL iod kedalam
Erlenmeyer, kemudian bahan dititrasi dengan natriumtiosulfat. Setelah terjadi perubahan warna yaitu kuning titrasi dihentikan dan kemudian bahan ditambahkan dengan pati atau kanji. Titrasi dilanjutkan sampai titik akhir dengan perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna. Volume awal dan akhir titrasi dicatat. Penentuan vitamin C dalam tablet , dilakukan dengan cara satu tablet
vitamin C dihaluskan dengan mortar. Setelah itu, tablet dilarutkan dengan 5 mL akuades kemudian diencerkan kedalam labu takar 50 ml. Hasil pengenceran tablet vitamin C, dipipet 5 ml dimasukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 3 mL H2SO4 2N dan 10 mL iod, kemudian bahan dititrasi dengan natriumtiosulfat. Saat sudah terlihat perubahan warna titrasi dihentikan dan kemudian bahan ditambahkan dengan pati atau kanji. Setelah itu, titrasi dilanjutkan sampai titik akhir yaitu sampai terbentuk tidak berwarna pada larutan. Volume awal dan akhir titrasi dicatat untuk penentuan kadar vitamin C dalam tablet. Penentuan vitamin C dalam sari jeruk . Sebanyak 5 mL C-1000
diencerkan kedalam 50 ml. Dipipet 5 ml sampel kedalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 3 mL H 2SO4 2N dan 10 mL iod, kemudian bahan dititrasi dengan natriumtiosulfat. Saat sudah terlihat perubahan warna titrasi dihentikan dan kemudian bahan ditambahkan dengan pati atau kanji. Setelah itu, titrasi dilanjutkan sampai titik akhir. Volume awal dan akhir titrasi dicatat untuk penentuan kadar vitamin C dalam tablet.
Hasil Pengamatan
Tabel 1 Data hasil penentuan kadar vitamin C dari sampel tablet dan sari jeruk Volume titran (mL) Rata-rata Kadar Volume Bahan vitamin C kadar vit Volume Volume Volume terkoreksi C (mg) (mg) awal akhir terpakai Blanko 1,20 10,80 9,60 Tablet 1 0.00 3,20 3,20 6,40 56,32 56,32 Tablet 2 3,20 6,40 3,20 6,40 56,32 Sari jeruk 1 11,00 16,6 5,60 4,00 35,20 35,20 Sari jeruk 2 16,70 22,30 5,60 4,00 35,20 Contoh perhitungan: Sari jeruk 2 Volume terkoreksi = Volume terpakai blangko – Volume terpakai sampel = 22,30 mL - 16,70 mL = 4,00 mL Kadar vitamin C = Volume terkoreksi x 0,88 mg/mL x FP = 4,00 mL x 0,88 mg/mL x 50/5 = 35,20 mg Pembahasan
Titrasi reaksi oksidasi dapat berlangsung apabila terjadi interaksi dari senyawa yang bersifat oksidator dengan senyawa lain bersifat reduktor. Penetapan kadar vitamin C menggunakan metode titrasi reduksi oksidasi, karena vitamin C digunakan sebagai analat yang sifatnya sebagai oksidator kuat, struktur dari vitamin C dapat dilihat pada Gambar 1. Sedangkan Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika direaksikan dengan oksidator kuat. berdasarkan pemakaiannya titrasi redoks terbagi menjadi 4 yaitu yodometri tak langsung, yodometri langsung, oksidator kuat sebagai titran, dan reduktor kuat sebagai titran (Harjadi 1993).
Gambar 1 Struktur vitamin C (Hart 2003)
Penetapan kadar vitamin C dalam percobaan digunakan metode yodometri tak langsung karena vitamin C tidak langsung dititrasi dengan titran. Yodometri tak langsung digunakan natriumtiosuulfat sebagai titran. Prinsip penentuan kadar vitamin C adalah vitamin C akan direduksi terlebih dahulu dengan iodide. Penambahan iodide ditambahkan berlebih sehingga sisa dari I 2 kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 sesuai dengan rekasi yang terjadi pada Gambar 1. C6H8O6 + I2 C6H6O6 + 2HI 2S2O32- + I2 S4O62- + 2IGambar 1 Reaksi penentuan kadar vitamin C (Harjadi 1993). Penetuan kadar vitamin C pada percobaan digunakan sari buah jeruk dan tablet vitamin C sebagai analat. Fungsi penambahan H 2SO4 sesaat sebelum dititrasi sebagai katalis untuk menurunkan energi aktivasi sehingga reakasi berlangsung cepat. Titrasi ini dapat dilakukan tanpa dan dengan penambahan indikator. Namun, dalam percobaan dilakukan dengan penambahan indikator yaitu amilum. Amilum dengan I 2 akan membentuk kompleks berwarna biru tua. Penambahan amilum ini ditambahakan saat titrasi mendekati titik akhir titrasi yaitu ketika larutan berwarna kuning muda yang artinya yod sudah tinggal sedikit. Setelah ditambahkan indikator, yod yang terikat akan hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru lenyap dan perubahan warnanya tampak jelas. Penambahan amilum tidak boleh diawal titrasi karena jika ditambahkan diawal titrasi maka amilum akan membungkus semua iod dan sulit untuk dilepaskan kembali menyebabkan titik akhir tidak terlihat. Selain itu, bila yod masih sangat banyak dan ditambahkan amilum maka yod dapat menguraikan amilum dan hasil penguraiannya mempengaruhi perubahan warna pada titik akhir (Harjadi 1993). Saat dilakukan proses titrasi, titran berisi sampel yaitu vitamin C dari sari buah jeruk dan tablet vitamin C sedangkan titrannya adalah natriumtiosulfat. Iodida mudah dioksidasi oleh udara sehingga proses titrasi harus dilakukan dengan cepat. Pengocokan pada saat melakukan titrasi iodometri perlu dilakukan untuk menghindari penumpukan tiosulfat. Penumpukkan konsentrasi tiosulfat dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi tiosulfat untuk menghasilkan belerang yang akan mengganggu penentuan titik akhir titrasi. Terbentuknya reaksi ini dapat
diamati dengan adanya belerang (Gambar 2) dan larutan menjadi bersifat koloid yaitu tampak keruh oleh kehadiran belerang (Harjadi 1993). S2O32- + 2H+
H2SO3 + S
Gambar 2 Reaksi pembentukan belerang saat proses titrasi (Harjadi 1993) Penambahan iodida yang harus berlebih sehingga semua analat tereduksi dengan demikian titrasi akan menjadi akurat. Kelebihan iodida tidak akan mengganggu jalannya titrasi redoks akan tetapi jika titrasi tidak dilakukan dengan segera maka I- dapat teroksidasi oleh udara menjadi I2 (Harjadi 1993). Berdasarkan percobaan kadar tablet vitamin C adalah 56,32 mg dan vitamin C pada sari jeruk adalah 35,20 mg. Sedangkan berdasarkan literatur kadar vitamin C pada tablet vitamin C adalah 50 mg dan kadar vitamin C dari sari jeruk sebanyak 1000 mg/140 ml (pada kemasan), dengan kata lain kandungan vitamin C pada sari jeruk (YouC-1000) sebanyak 35,71 mg/5 ml. Perbedaan ini dikarenakan terjadi kesalahan-kesalahan saat titrasi yaitu oksigen diudara menyebabakan hasil titrasi terlalu tinggi karena dapat mengoksidasi ion yodida menjadi I 2, sesua dengan reaksi yang terjadi pada Gambar 3. O2 + 4I- + 4 H+ 2I2 + 2H2O Gambar 3 Reaksi perubahan ion iodide menjadi I 2 (Harjadi 1993) Berdasarkan Gambar 3 tampak bahwa rekasi mengarah kekanan pada pH rendah. Reaksi dengan oksigen ini dapat dicegah dengan penambahan NaHCO 3 kedalam larutan titrat yang asam sebab CO2 yang terbentuk akan mengusir oksigen dari wadah sehingga mencegah kontak oksigen dengan larutan. pH juga berpengaruh terhadap titik akhir titrasi yang menyebabkan kadar vitamin C nya berbeda antara hasil percobaan dan literatur. Selain itu, kesalahan yang dapat terjadi pada percobaan adalah pemberian amilum terlalu awal akan menyebabkan amilum membungkus semua iod dan sulit untuk dilepaskan kembali menyebabkan titik akhir tidak terlihat dan larutan natrium sulfat
yang tidak distandardisasi
merupakan salah satu faktor kesalahan yang meyebabakan kadar vitamin C nya berbeda (Harjadi 1993). Kebutuhan Vitamin C dipengaruhi oleh keadaan,kebutuhan dan umur seseorang. Kebutuhan vitamin C dewasa 45 mg/hari, anak-anak 35 mg/hari, ibu hamil 60 mg/hari (Hawab 2005). Vitamin C berfungsi mempengaruhi kerja
kelenjar anak ginjal, mempengaruhi pembentuka trombosit, menjaga gigi melekat kuat pada gusi, dan berperan dalam proses pembentukan kolagen. Bila konsumsi vitamin in berlebihan,selalu akan dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal. Namun, jika ginjal tidak mampu lagi mensekresikan vitamiC karena kadarnya sangat berlebih
didalam
tubuh
dapat
menimbulkan
keracunan
dengan
gejala
peradangan lambung, diare, kejang otot, mual, dan batu ginjal. Gejala awal dari kekurangan vitamin C adalah timbulnya pendarahan disekitar gigi dan merusak pembuluh darah dibawah kulit, anemia, sering terkena infeksi, kulit menjadi kasar dan kesulitan dalam menyembuhkan luka. Kekurangan vitamin C dalam jumlah besar berakibat pada sistem syaraf dan ketegangan otot yang dapat menyebabkan kerusakan otot, rasa nyeri, gangguan syaraf dan depresi. Sumber vitamin C terbaik adalah berasal dari sayuran dan buah-buahan seperti strawbery, jeruk, melon, brokoli, pepaya, belimbing, kedondong, kubis, asparagus dan aneka sayuran hijau.
Simpulan
Berdasarkan percobaan penentuan kadar vitamin C dilakukan dengan cara titrasi redoks metode
yodometri tidak langsung. Sehingga diperoleh kadar
vitamin C dalam tablet vitamin C adalah 56,32 mg sedangkan pada sari jeruk adalah 35,2 mg.
Daftar Pustaka
Baliwati YF. Ali K. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta. EGC. Harjadi.1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar . Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama Hart H. 2003. Kimia Organik . Jakarta. Erlangga Hawab,HM. 2005. Pengantar Biokimia Edisi Revisi. Medan. Bayumedia. Lehninger A.1996. Dasar-dasar Biokimia. Maggy Thenawidjaya, penerjemah. Jakarta. Erlangga.Terjemahan dari: Basic of Biochemistry.