BAB I PENDAHULAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai mahluk sosial manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi secara lisan maupun maupun tulisan. tulisan. Bahasa pertama diperoleh melalui proses alami dimulai dimulai dari dari lingku lingkunga ngan n keluar keluarga, ga, lingku lingkunga ngan n sekola sekolah h dan masyar masyarakat akat penutu penuturr bahasa, bahasa, sedang sedangkan kan bahasa bahasa kedua kedua dan bahasa bahasa asing asing dipero diperoleh leh melalu melaluii pendid pendidika ikan n formal formal,, khususnya lingkungan sekolah. Dalam pengajaran bahasa asing diantaranya bahasa Inggris, Inggris, pembelajar pembelajar diarahkan diarahkan untuk untuk menggunak menggunakan an bahasa sasaran tersebut tersebut dalam berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan pembelajar yang lain lain mapun mapun dengan dengan pengaj pengajarn arnya. ya. Dengan Dengan interak interaksi si berbah berbahasa asa itulah itulah pembela pembelajar jar berkomunikasi untuk menyatakan pendapat, gagasan dan keinginan sesuai dengan mater materii
yang yang dipe dipero roleh lehny nya. a. Deng Dengan an demi demiki kian an,,
pemb pembela elaja jarr
diha diharap rapka kan n
dapa dapatt
mempraktikkan keterampilan berbahasa mereka. Dalam pengajaran bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya baik di sekolah maup maupun un di univ univers ersit itas, as, ada ada empa empatt kons konsep ep kema kemamp mpua uan n yang yang diba dibang ngun un,, yait yaitu u kemampuan membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Keempat unsur inilah yang kemudian dapat menjadikan pembelajar sempurna dalam menguasai bahasa Inggris. Namun pada kenyataannya terdapat banyak faktor yang tidak mendukung perkembangan keempat keterampilan tersebut. Faktor pertama berkaitan dengan siswa itu sendiri. Pada umumnya mereka tidak mengetahui bagaimana cara mempelajari bahasa Inggris secara efektif. Selain dari itu, kebanyakan dari mereka masih memiliki motivasi belajar yang rendah. Akibatnya, mereka tidak mengikuti pelajaran dengan baik di kelas. Faktor kedua berkaitan dengan guru bahasa Inggris. Banyak guru
1
bahasa Inggris yang masih merasa bahwa kemampuan dan pengalaman berbahasa Inggris mereka masih kurang. Akibatnya, mereka jarang menggunakan bahasa Inggris di kelas, bahkan untuk sekedar memberikan instruksi. Faktor selanjutnya berkaitan dengan dengan keterb keterbata atasan san media, media, sumber sumber,, fasilit fasilitas as dan peralat peralatan an yang yang ada di sekola sekolah. h. Akibatnya, aktivitas belajarpun menjadi menoton dan menbosankan. Permasalahan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Salah satu bagian dalam pengajaran bahasa asing yang dapat menentukan keberhasilan pembelajaran bahasa adalah metode dan teknik pengajaran bahasa, di samping materi pembelajaran itu sendiri. Metode dan teknik pembelajaran yang baik adala adalah h meto metode de dan dan tekn teknik ik yang yang memb membua uatt para para pemb pembela elaja jarr terus terus mene meneus us ingi ingin n mengem mengemban bangka gkan n penget pengetahu ahuan an mereka mereka secara secara mandir mandiri. i. Sebaga Sebagaii konsekw konsekwensi ensinya nya pengajar harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sehingga pengajar dituntut meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan ketrampilan berbahasa mereka. mereka. Jadi, sudah sewajarnya sewajarnya pengajar pengajar memahami memahami prinsipprinsip prinsip berbagai metode dan teknik pengajaran bahasa, baik yang bersifat tradisional maupun modern. Dalam Dalam rangka rangka mening meningkat katkan kan proses proses belajar belajar mengaj mengajar ar yang yang menarik menarik dan menyenangkan tanpa siswa merasa terbebani oleh situasi pembelajaran, maka harus ada teknik pengajaran bahasa asing yang bisa diterapkan di dalam kelas sehingga suasana pembelajaran menjadi kondusif. Adapun teknik pembelajaran bahasa asing yang paling banyak mengalami perkembangan
adalah
menj menjel elas aska kan, n, bahw bahwaa
teknik
pengajaran
bany banyak ak angg anggap apan an;;
berbicara.
Grace
Stovall
Burkart
teru teruta tama ma pemb pembel elaj ajar ar baha bahasa sa bahw bahwaa
kemamp kemampuan uan seseora seseorang ng dalam dalam berbah berbahasa asa asing asing diliha dilihatt dari dari kemamp kemampuan uan mereka mereka berbicara, lebih tinggi dibandingkan kemampuan kemampuan dalam menulis maupun membaca.
2
Many language learners regard speaking ability as the measure of knowing a language. These learners define fluency as the ability to converse with others, much more than the ability to read, write, or comprehend oral language. They regard speaking as the most important skill they can acquire and they asses their progress in term of their accomplishment in spoken communication.1
Oleh karena itu banyak teknik yang ditawarkan dan dilaksanakan dalam pengajaran ini. Salah satunya adalah teknik debat dalam kelas yang merupakan bagian dari metode komunikatif yang bisa digunakan dan dikembangkan sesuai dengan materi pembelajaran yang diberikan. Untuk mengetahui apakah teknik debat dalam pengajaran berbicara dapat mengembangkan
kemampuan
mahasiswa
berbahasa
Inggris,
maka
peneliti
menetapkan untuk melakukan suatu penelitian tindakan/action research. Peneliti akan mengajak dosen pengampu mata kuliah berbicara yang ditunjuk untuk bekerjasama meneliti dan menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran berbicara dengan teknik debat ini. B. Identifikasi Masalah
Identifikasi dalam penelitian ini diantaranya; 1. Mengapa prestasi ketrampilan berbicara bahasa Inggris siswa kelas VII SMP Al-Fath Cirendeu masih rendah? 2. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi peningkatan berbicara bahasa Inggris siswa?
1 Grace Stovall Burkart, in Modules for the Professional Preparation of Teaching Assistants in Foreign Languages (Grace Stovall Burkart, ed; Washington DC: Center for Applied Linguistics), 1998.
3
C. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu pada penggunaan teknik debat dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris.
D. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris melalui teknik debat? 2. Dapatkah teknik debat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa kelas VII SMP Al-Fath Cirendeu?
E. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan ini akan memberikan manfaat yang berarti bagi perorangan atau institusi, antara lain: 1. Bagi Pengajar: Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, pengajar secara bertahap dapat mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas sehingga permasalahan-permasalahan yang dihadapi baik oleh siswa, pengajar, materi pembelajaran dan lain sebagainya dapat diminimalisir. Pengajar juga akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang tentunya akan bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran serta karier pengajar itu sendiri. 2. Bagi Siswa: Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi siswa yang bermasalah di kelas dalam melafalkan bahasa Inggris yang baik dan benar.
4
3. Bagi Sekolah: Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan pembelajaran pada khususnya dan lembaga pada umumnya.
5
BAB II ACUAN TEORI
A. Ketrampilan Berbicara Bahasa Inggris
Seseorang dapat dikatakan mempunyai ketrampilan apabila orang tersebut memiliki kesanggupan untuk berbuat dan melakukan tindakan tertentu dengan mudah dan tepat setelah melalui proses belajar.2 Sementara Mulyasa lebih jauh menjelaskan bahwa ketrampilan, sikap, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki dan diapresiasi harus ditunjukkan oleh siswa bahwa dia dapat melaksanakan prilaku kognitif, afektif, dan psikomotarik tugas-tugas dalam pekerjaan tertentu dengan sebaik-baiknya. 3 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ketrampilan merupakan kesanggupan seseorang untuk mempraktikkan dengan baik apa yang telah dipelajari dan dilatihkan. Sedangkan berbicara adalah menyampaikan pikiran, pendapat atau perasaan secara langsung. Vygotsky menambahkan, berbicara adalah cara-cara menyampaikan secara lisan dengan menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi yang pengembangannya berdasarkan daya imajinasi manusia. 4 Lado (1961) berpendapat; berbicara merupakan kesanggupan seseorang untuk mengekspresikan situasi tertentu, menceritakan, melaporkan sesuatu secara tepat dan lancar. Menurut Fries; berbicara merupakan tahap awal atau permulaan sesesorang untuk menguasai suatu bahasa. 5 Dengan demikian bahasa menjadi alat komunikasi manusia yang sistematik, terstruktur, sehingga lawan bicara mudah memahami apa yang dibicarakan.
2 Fries, Cc, Teaching and Learning English as Foreign Language, Ann Arbor: Michigan University 1954, p. 6-7 3 Mulyasa, Kurikulum Brbasis Kompetensi, Bandung Remaja Rosdakarya 2002, h. 38 4 Vygotsky, LS. Though and Language. Machassuses of Institute of Technology 1963, p. 68-79 5 Fries, 1954, p.7
6
Dari penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ketrampilan berbicara merupakan ketrampilan yang bersifat produktif, di mana seseorang dituntut untuk mampu menyampaikan gagasan, ide, pikiran, dan perasaan. Kemampuan ini terlihat pada saat seseorang menyampaikan gagasan melalui bahasa secara lisan, menyenangkan, dan tepat serta sanggup memahami apa yang dikatakan pihak lain secara tepat atau kemampuan khusus yang dimiliki seseorang karena belajar dan berlatih dengan mengekspresikan gagasan dan perasaan melalui ucapan yang baik dan lancar, sistematik, berkaidah dan dapat dimengerti.
B. Pengajaran Komunikatif
Dalam belajar bahasa, tujuan utamanya adalah memberikan persiapan bagi pembelajar untuk melakukan interaksi bermakna dengan cara membuat mereka mampu menggunakan dan memahami bentuk-bentuk ujaran alamiah, menyampaikan apa yang ada di dalam hati dan pikiran mereka. Berangkat dengan asumsi bahwa ujaran interaksional asli berbeda dengan interaksi ruang kelas dan tidak ada satupun siswa di ruang kelas dapat berbicara bahasa sasaran secara fasih, kecuali guru. Sementara tujuan umum yang ada adalah bahwa guru harus mampu memberikan kesempatan seluas mungkin kepada siswa untuk belajar dan berlatih, selain diskusi dan aktifitas interaktif. Tidak dapat disangkal bahwa interaksi di kelas sangat berbeda dengan interaksi di tempat bahasa itu digunakan secara nyata misalnya di pasar, di terminal, di restoran, dan sebagainya. Namun demikian, siswa harus tetap mendapat kesempatan belajar mengenal bentuk-bentuk dan kosa kata di luar silabus. Inilah salah satu tugas yang harus diemban oleh prosedur pengajaran khas pendekatan komunikatif.
7
Dewasa ini tujuan pengajaran bahasa kedua adalah membantu siswa meningkatkan ketrampilan berbicara mereka karena hanya dengan cara itulah siswa akan dapat mengekspresikan diri mereka dan belajar melakukan komunikasi aktif menggunakan
bahasa
sesungguhnya.
6
yang
sedang
dipelajari
seperti
di
lingkungan
yang
Guru haruslah menekankan pengajaran mereka pada bagaimana
membantu siswa menggunakan bahasa tersebut dalam berkomunikasi dari pada hanya sekedar mempelajari tentang struktur, kaidah bahasa tersebut. Prinsip-prinsip yang mendasari pendekatan pengajaran secara komunikatif antara lain:
Pembelajaran belajar bahasa dengan cara berkomunikasi
Komunikasi autentik dan bermakna menjadi tujuan utama pengajaran di kelas
Kelancaran menjadi dimensi utama dari komunikasi
Komunikasi terintegrasi antara berbagai ketrampilan
Pembelajaran merupakan proses yang melibatkan kesalahan Dalam pengajaran komunikatif guru memiliki dua peran; yang pertama guru
dituntut mampu menjadi fasilitator bagi terciptanya proses komunikasi oleh siswa. Kedua, guru harus mampu bertindak secara independen terhadap peserta didik. 7 Selain itu guru haruslah mampu membangkitkan motivasi belajar siswa, menjadi konselor, dan mampu mengelola sumber belajar.
C. Pengajaran Speaking (Berbicara)
Berbicara dalam bahasa asing (L2) juga masuk dalam pengembangan berbahasa komunikatif. Dalam mempelajari bahasa oral (ujaran) juga sama halnya
6 Kayi. Hayreyek. http://iteslj.org/Teqniques/Kayi-Teaching Speaking.htm 7 Communicative Approach. http://jobs.languagelink.ru/tefl_clinic/teaching_knowledge/teaching_methodologies/communicative_ap proach.php
8
dengan mempelajari grammar atau writing, karena dalam ujaran juga terdapat sistem tipe gramatikal, leksikal, dan atau aturan-aturan kebahasaan lainnya. 8 Dengan demikian pengajaran bahasa harus mampu meningkatkan tujuan komunikatif. Oleh karena itu, berbicara seharusnya diajarkan melalui aktivitas yang komunikatif juga, seperti: information and opinion gap task, games, conversation, role play dan dbat atau discussion.9 Teknik-teknik aktivitas pembelajaran berbicara yang disebutkan di atas tidak hanya mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk berbicara bahkan dapat memotivasi mereka untuk menyenangi belajar bahasa asing (bahasa Inggris). Karena dengan teknik-teknik tersebut mereka dapat mengkomunikasikan ide dan pikiran mereka secara refleks tenpa merasa terbebani untuk melakukan kesalahan. Adapun kriteria yang ditingkatkan dalam pengukuran keberhasilan pengajaran bahasa, juga sebagai standarisasi penilaian tes dalam pengajaran berbicara bahasa asing menurut Oller, diantaranya: accent, grammar, vocabulary, fluency, dan comprehension.10 Dengan rating penialian: 1 (excellent ) , 2 (very good ) , 3 ( good ), 4 (bad ), dan 5 (very bad ). Penilaian seperti tertera pada tabel berikut; Name Tirta
Grammar 1 2
3
4
Vocabulary 1 2 3
4
5
Fluency 1 2 3
4
5
Comprehension 1 2 3 4 5
Pronounsiation 1 2 3 4 5
Introducing oneself Describing oneself Expressing opinion
D. Teknik Debat
8 Ronald Carter and David Nunan. The Cambridge Guide to Teaching English to Speakers of Other Language. Cambridge University Press, 2004, p. 14 9 Ibid 10 John W Oller. Language Test at School. A Pragmatic Approach. London: Longman Gropu Ltd. 1979, p. 435
9
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, debat adalah kegiatan adu argumen antara dua belah pihak baik perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Dalam pengajaran bahasa Inggris (terutama pengajaran berbicara) bagi tingkat lanjut, debat merupakan fasilitas teknik yang baik digunakan. Sebab selain melatih ketertiban struktur kalimat pembicara, sekaligus juga menguji pengetahuan mereka. Tidak hanya itu, teknik debat dalam pengajaran berbicara memiliki tantangan lebih dibandingkan dengan teknik pengajaran berbicara lainnya, semisal dialog atau diskusi. Teknik ini bahkan dapat membawa siswa untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan linguistik mereka sekaligus. Davidson menjelaskan seperti yang dikutip Daniel Kriger; bahwa ketika orang berdebat, banyak pembelajar yang mampu meningkatkan kemampuan mereka dalam mengekspresikan dan mempertahankan ide-ide mereka dan bahkan mereka akan mengetahui dengan cepat kesalahan-kesalahan argumen yang dibuat lawan bicaranya.11 Anggapan ini didukung oleh Nesbett yang mengatakan bahwa teknik berdebat dalam pengajaran berbicara adalah alat yang penting dalam mendidik seseorang untuk berpikir analitis dan memacu pikiran mereka untuk merefleksikan ide-ide mereka.
12
Dengan demikian teknik berdebat dalam pengajaran berbicara dapat membantu siswa untuk mengungkapkan dan flesh out pemikiran mereka dengan cepat. Teknik berdebat juga mengajak mahasiswa untuk berpikir analitis yang pada akhirnya dapat melatih mereka untuk memecahkan masalah yang sedang diperdebatkan. Dalam pengajaran bahasa asing tingkat lanjut, teknik ini akan sangat membantu meningkatkan motivasi siswa untuk berbicara. Tidak hanya itu, mereka juga dapat mengembangkan perbendaharaan kata pada topik-topik tertentu dan struktur kalimat
11 Daniel Kriger. Teaching Debate to ESL Students: A Six-Class Unit. Shinyfruit (yahoo).com. siebold University of Nagasaki (Nagasaki Japan) 12 Richard E Nesbett. The Geography of Thought. The Free Press. 2003. p. 120
10
mereka pada waktu relatif cepat, hal ini sangat penting dalam pengembangan kebahasaan mereka.
E. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Reseach (CAR) ini sebenarnya lebih mengarah pada penelitian masalah interaksi sosial yang secara langsung ke arah perbaikan dalam proses siklus berkesinambungan dengan melingkar (spiral) melalui penyelidikan sistematis. Dijelaskan oleh David Kember, bahwa di dalamnya juga terdapat refleksi proses antara peserta (partisipan) dan pelaksana ( practitioner ). Penelitian ini ditentukan dan dilakukan oleh pelaksana. 13 David Nunan menambahkan bahwa penelitian tindakan merupakan penyelidikan reflektif pada diri sendiri, yang dilakukan praktisi dengan tujuan untuk memecahkan masalah, meningkatkan praktik atau memperdalam pemahaman yang dilakukan secara kolaboratif .14 Pada kesempatan ini, penelitian tindakan mengawali penelitiannya dari telaah situasi dan kondisi yang dilanjutkan secara hirarkis ke arah perencanaan, pelaksaan proses tindakan perbaikan disertai pemantauan. Penelitian tindakan pada satu siklus akan diakhiri dengan refleksi timbal balik dan tindakan dengan evaluasi menuju arah perkembangan secara profesional. Pada penerapannya penelitian tindakan memiliki beberapa bentuk yang memberikan pengaruh pada langkah-langkah penelitian tersebut. Kurt Lewin berpendapat bahwa penelitian tindakan memiliki langkah-langkah yang berbentuk spiral, yang memiliki empat tingkatan; yakni perencanaan, aksi, observasi, dan
13 David Kember. Action Learning and Action Research. Improving the Quality of Teaching and Learning. London. Biddles ltd. 2000. p. 24 14 David Nunan. Research Methods in Language Learning. Cambridge. Cambridge University Press, 1992. p. 229
11
refleksi. Hirarkis ini kemudian ditambahkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart dengan memberikan formulasi baru yaitu setelah refleksi diadakan, maka dileksanakan perencanaan ulang menjadi revisi terhadap pelaksanaan sebelumnya. Perencanaan dan pelaksanaan ulang tersebut ditindaklanjuti dengan aksi, ovservasi, dan refleksi kembali. Kegiatan ini kemudian disebut dengan siklus selanjutnya. Dengan demikian siklus akan berlanjut beberapa kali, sampai peneliti menemukan teknik yang paling cocok untuk menanggulangi atau meringankan masalah yang sedang dialami. Karena itu, peran partisipan, praktisi dan kolaborator jika ada sangat dominan pengaruhnya dalam pengambilan keputusan sebagai landasan kebijakan kegiatan silus berikutnya. Penelitian ini akan menggunakan model yang telah disebut di atas dengan modifikasi bentuk dan istilah berupa problem solving dan observasi, deskripsi dan eksplanasi. Ini mengacu pada tindakan penelitian yang memiliki kapasitas untuk menangani sejumlah masalah pada saat yang bersamaan. Model ini memungkinkan rangkaian penelitian tindakan untuk mengembangkan rangkaian tindakan baru. Prinsip pemicunya adalah kenyataan bahwa suatu masalah akan mengaitkan diri pada masalah yang lain yang tidak mendatangkan kebiasaan bahkan akan mempertajam proses penelitian tanpa harus peneliti kehilangan fokus penelitiannya.
12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat pengaruh teknik debat dalam peningkatan keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa kelas VII SMP Al-Fath Cirendeu. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana proses penggunaan teknik debat dalam meningkatkan ketrampilan berbicara bahasa Inggris Inggris siswa kelas VII SMP Al-Fath Cirendeu. 2. Untuk mengetahui apakah teknik debat dapat meningkatkan hasil keterampilan berbicara bahasa Inggris Inggris siswa kelas VII SMP Al-Fath Cirendeu.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Al-Fath Cirendeu pada kelas VII.. Penelitian akan dilaksanakan selama 2 bulan, dimulai 4 Maret sampai dengan 4 Mei 2010.
C. Metode Penelitian Penelitian tindakan yang digunakan bersifat kualitatif dan kuantitatif. Peneliti berinteraksi dengan subyek penelitian secara alamiah, dalam arti penelitian berjalan sesuai
dengan
jalannya
pengamatan, melakukan
proses
belajar-mengajar,
inkuiri secara
sistematis,
dengan dan
cara
menarik
mengadakan kesimpulan
sebagaimana layaknya dilakukan oleh peneliti kualitatif. Kuantitatif untuk meneliti
13
peningkatan yang terjadi pada pengajaran berbicara Bahasa Inggris dengan teknik debat.
D. Tahapan Intervensi Tindakan Penelitian ini merupakan penelitian tindakan melalui siklus. Penelitian tindakan digunakan dalam rangka pengumpulan data untuk
perbaikan dan
peningkatan keterampilan berbicara bahasa Inggris melalui teknik debat. Perencanaan tindakan Siklus 1 merupakan perencanaan latihan untuk mengatasi masalah berbicara bahasa Inggris. Perencanaan tindakan Siklus 2 merupakan perencanaan ulang dari pencapaian siklus 1. Rencana pada siklus ini juga mencakup latihan berbicara bahasa Inggris melalui teknik debat.
E. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Dengan adanya intervensi tindakan yang dilakukan dalam penelitian, diharapkan dihasilkan perkembangan berbicara bahasa Inggris baik selama maupun setelah perlakuan diberikan. Adapun hasil detail yang diharapkan adalah : 1.
Peningkatan keterampilan berbicara bahasa Inggris melalui teknik debat.
2.
Peningkatan keterampilan berbicara bahasa Inggris yang mencakup pemakaian grammar, pronounciation
yang
vocabulary, benar
dan
comprehension, sistematis
fluency,
sehingga
dan siswa
menghasilkan pembicaraan yang jelas dan berkualitas. F. Data dan Sumber Data
Jenis data yang diambil adalah seluruh aspek yang berkaitan dengan proses penerapan tknik debat dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris termasuk rencana
14
dan refleksi pembelajaran. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP AlFath Cirendeu
G. Instrumen Data yang Digunakan Penelitian tindakan ini menggunakan pendekatan kualitatif maka peneliti sendiri sebagai ‘pencari alamiah’ atau peneliti sebagai instrumen utama penelitian atau alat pengumpulan data.
H. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut: pengamatan awal, tanya jawab, hasil tes, hasil tugas, catatan harian pengajar, wawancara, dan catatan hasil observasi dari kolaborator.
I. Pemeriksaan Keabsahan Data Keabsahan data penelitian diperiksa melalui triangulasi, yakni teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan “sesuatu yang lain” di data itu sebagai pembanding. Salah satu teknik triangulasi adalah penggunaan penyidik atau pengamat lain untuk pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Subyek penelitian (mahasiswa) merupakan pengamat lain dari data yang diperoleh. Diskusi bersama teman sejawat atau para kolaborator merupakan pemeriksaan terhadap keabsahan data, yaitu,(1) catatan harian peneliti, (2) catatan dari kolaborator, (3) dan catatan dari mahasiswa. J. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan ini dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus mencakup
kegiatan-kegiatan
diagnosing
(identifikasi
masalah),
planning
15
(perencanaan), taking action ( aktifitas), evaluating (evaluasi), dan specifiying learning ( identifikasi hasil temuan). Tiap siklus terdiri atas tahapan-tahapan dan langkah-langkah pengajaran. Pada tiap akhir tahap dilakukan refleksi untuk mengetahui hasil pengajaran dan menemukan hal- hal yang harus diperbaiki dalam tahap dan siklus berikutnya, demikian dilakukan sehingga permasalahan yang ada dapat diatasi dan tujuan perbaikan dapat dicapai. Untuk melakukan langkah-langkah dalam setiap siklus perlu dilakukan analisis awal untuk mengidentifikasi masalahmasalah yang dihadapi mahasiswa dalam berbicara bahasa Inggris. Setelah didapat kondisi awal, maka langkah selanjutnya adalah membuat perencanaan yang dituangkan dalam rencana tindakan.
K. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dengan dilandasi oleh hasil atau keluaran dari setiap tindakan berbicara. Komponenkomponen yang dianalisis dalam penelitian tindakan ini adalah: (a) kemampuan berbicara
bahasa
Inggris,(b)
kemampuan
berbicara
bahasa
Inggris
dengan
menggunakan grammar, vocabulary, comprehension, fluency, dan pronounciation yang benar dan sistematis, (c) model pengajaran dengan teknik debat Interpretasi hasil analisis dilakukan dengan mengikuti perkembangan hasil atau keluaran dari setiap tugas yang diberikan kepada subyek penelitian dengan mengamati jumlah kesalahan pada saat mahasiswa berbicara bahasa Inggris melalui teknik debat.
16
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Sejarah Singkat SMP Al-Fath Cirendeu
PROFILE SEKOLAH SMP AL-FATH JL. CIRENDEU RAYA NO 24 CIPUTAT TIMUR
Nama Sekolah
: SMP AL-FATH
Nomor Statistik Sekolah (NSS)
: 202280310032
Alamat Sekolah
: JalanCirendeu Raya No 24
Kecamatan
: Ciputat Timur
Kota
: Tangerang Selatan
Propinsi
: Banten
Kode Pos
: 15419
Telepon & Faksimili
: (021) 7415419
E-mail
:
[email protected]
Status Sekolah
: Swasta
Kegiatan Belajar Mengajar
: Pagi
Tahun Berdiri Sekolah
: 2007
Luas Tanah Sekolah
: 1642 m2
Status Tanah
: Milik sendiri
17
SMP AL-FATH merupakan sekolah swasta yang berdasarkan islami dan berwawasan tehnologi. Sekolah ini menggunakan metode Active Learning dan moving Class. Adapun penggunaan Bahasa Inggris sangat diperlukan karena diharapkan siswa dapat berkomunikasi baik dengan Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia.
B. Visi dan Misi SMP AL FATH. ‐
VISI
Bersama Al‐Fath kita bangun anak Indonesia yang mandiri, kreatif, inovatif dan berakhlakul karimah
MISI
• Membentuk kader pemimpin bangsa dan intelektual muslim berwawasan luas dan berjiwa akhlakul karimah • Mendukung siswa mengembangkan diri sesuai dengan kemampuannya masing‐ masing • Mengembangkan kreatifitas menulis dan berkomunikasi beik dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris • Mendidik siswa mandiri dan bertanggung jawab berwawasan tehnologi
18
C. Penggunaan Teknik Debat Dalam Pengajaran Berbicara Bahasa Inggris
Penelitian ini sengaja mengambil judul tentang Penggunaan Teknik Debat Dalam Pengajaran Berbicara Bahasa Inggris dikarenakan cukup besarnya pengaruh teknik debat itu sendiri. Secara umum teknik debat dapat merangsang cara kerja otak untuk berfikir cepat dan mengeluarkan argumen dengan lugas. Dan dalam mengeluarkan argumen pasti erat kaitannya dengan berbicara, sehingga terbuktilah bahwa teknik debat sangat sesuai jika dijadikan umpan agar anak mau berargumen dengan berbicara bahasa Inggris khususnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
CommunikativeApproach.http://jobs.languagelink.ru/tefl_clinic/teaching_knowledge/ teaching_metodologies/communicative_approach.php Elliot, John, 1991. Action Research for Educational Chance, (Philadephia: Open University Press). Fries Cc, 1945, Teaching and Learning English as Foreign Language, (Ann Arbor: Michigan University). Grace Stovall Burkart, 1998, in Modules for the Professional Preparation of Teaching Assistance in Foreign Language, (Grace Stovall Burkart, ed: Washington, DC: Center for Applied Linguistics). Kayi, Hayreyek. http://iteslj.org/techniques/kayi-teachingspeaking.html Krieger, Daniel, Teachinf Debate to ESL Students: A Six-Class Unit, shinyfruit @ yahoo.com. siebold University of Nagasaki (Nagasaki, Japan). Mills, Geoffry E, 2000. Action Research: A Guide for Teacher Researcher, (New Jersey: Prentice Hall, Inc). Nesbett, E Richard, 2003, The Geography of Thought, (USA: The Free Press). Nunan, David, 1995, Language Teaching Methodology: A Textbook for Teachers. National Center for English Language Teaching and Reseach, (Sidney: Maccquire University). Oller, John W, 1979. Language Test at School. A Pragmatic approach, (London: Longman Group. Ltd). Richard, Jack C, 2001. Approaches and Methods in Language Teaching, (United Kingdom: Cambridge University Press).
20