Laporan KLB Keracunan Makanan
UPT Puskesmas LeuwisariPage 10
LAPORAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KERACUNAN MAKANAN di wilayah desa mandalagiri dan ciawang Kecamatan leuwisari PADA TANGGAL 1 FEBRUARI 2017
(H. Epi Edwar Lutpi, S.KM, MKM)
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit yang disebabkan oleh pangan masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di Indonesia. Pangan merupakan jalur utama penyebaran patogen dan toksin yang diproduksi oleh mikroba patogen. Pangan juga dapat menimbulkan masalah serius jika mengandung racun akibat cemaran kimia, bahan berbahaya maupun racun alami yang terkandung dalam pangan, yang sebagian diantaranya menimbulkan KLB keracunan pangan.
Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan adalah suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama setelah mengkonsumsi pangan, dan berdasarkan analisis epidemiologi, pangan tersebut terbukti sebagai sumber penularan. KLB keracunan pangan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di perkotaan, pemukiman dan perindustrian.
Keracunan pangan secara umum disebabkan oleh bahan kimia beracun (tanaman, hewan, metabolit mikroba) kontaminasi kimia, mikroba patogen dan non bakteri (parasit, ganggang, jamur, virus, spongiform enchaphalopathies).
Gejala dan tanda-tanda klinik keracunan pangan bervariasi tergantung pada jenis etiologinya. Secara umum gejala keracunan pangan dapat digolongkan kedalam 6 kelompok, yaitu :
Gejala utama yang terjadi pertama-tama pada saluran gastrointestinal atas (mual, muntah).
Gejala sakit tenggorokan dan pernafasan.
Gejala utama terjadi pada saluran gastrointestinal bawah (kejang perut, diare).
Gejala neurologik (gangguan penglihatan, perasaam melayang, paralisis).
Gejala infeksi umum (demam, menggigil, rasa tidak enak, letih, pembengkakan kelenjar limfe).
Gejala alergik (wajah memerah, dan gatal-gatal)
Untuk mengidentifikasi etiologi KLB keracunan pangan dapat dilakukan dengan mermeriksa spesimen tinja, air kencing, darah atau jaringan tubuh lainnya, pemeriksaan muntahan serta pemeriksaan sumber makanan yang dimakan. Dengan memperhatikan gejala dan didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium ini dapat diketahui penyebab KLB keracunan pangan.
Pada hari Rabu tanggal 1 Februari 2017 berdasarkan analisa kunjungan BP Umum jam 10.00 WIB bahwa terdapat kunjungan penderita dari daerah yang sama yaitu Kp Nagrog Desa Mandalgiri dengan menunjukan gejala yang sama antara lain ; Pusing, Mual, Muntah, Diare dan penurunan kesadaran sebanyak 5 orang, selanjutnya dari hasil anamnese didapatkan riwayat konsumsi makanan pada pagi hari sebelumnya berupa bubur ayam dari seorang pedagang keliling
Menyikapi hal tersebut kami menduga bahwa dimungkinkan adanya kasus lain pada daerah tersebut dengan eskalasi yg lebih besar, oleh karena hal tersebut kami menurunkan team kesehatan ke lokasi dan diketemukan banyak penderita yg menunjukan gejala yg sama dan riwayat yang sama. Berdarkan hal tersebut diatas maka dengan ini kami melakukan investigasi / penyelidikan epidemiology, apakah telah terjadi keracunan makanan di wilayah Kecamatan Leuwisari pada tanggal 1 Februari 2017 ?
2.Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Mengetahui besar dan luasnya masalah serta gambaran epidemiologi peningkatan kasus diduga keracunan bubur di desa Kecamatan Leuwisari
2.2 Tujuan Khusus
Memastikan KLB keracunan pangan.
Mengetahui distribusi kasus secara epidemiologi .
Megetahui Attack Rate dan case Fatality Rate kasus keracunan pangan
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian tersebut.
II. METODOLOGI
Penyelidikan KLB keracunan pangan ini menggunakan rancangan penelitian epidemiologi deskriptif dengan menggunakan desain cross secsional. Data primer diperoleh dengan melakukan Pengamatan langsung pada penderita baik yang datang ke Puskesmas, posko lapangan dan posko keliling dengan total sampling 39 penderita.
III. HASIL INVESTIGASI
Secara kronologis dapat dideskripsikan sebagai berikut, Pada tanggal 1 Pebruari 2017 jam 10.00 WIB Puskesmas Leuwisari kedatangan penderita yang bernama TR, usia 15 bln, dari Kp.Ranjeng, dengan keluhan : muntah-muntah, diare, tampak pucat dan penurunan kesadaran, langsung dirujuk ke RS SMC.
Setelah dilakukan wawancara dengan Ibu penderita bahwa keluhan tersebut dirasakan setelah mengkonsumsi Bubur Ayam Keliling. Penderita mengkonsumsi bubur ayam sekitar jam 07.00 WIB, dan keluhan mulai muncul pk 09.30 WIB.
Tidak lama kemudian, datang penderita yang lain, seorang balita dgn keluhan yang sama, dengan riwayat makan bubur yang dibeli dari tukang bubur yang sama. Berdasarkan keterangan orang tua penderita bahwa, keluhan serupa juga diderita oleh beberapa tetangganya, bahkan ada yang sudah dibawa ke RS Jasa Kartini.
Berdasarkan laporan tersebut, puskesmas melaporkan kejadian tersebut ke dinas kesehatan serta mengirimkan Tim kesehatan yg terdiri dari dokter, perawat, petugas SE dan sanitarian langsung terjun ke lapangan dan membuat pos di madrasah Nagrog setempat serta mobil Puskesmas Keliling yang menjangkau daerah daerah lainnya.
.Tabel 1 : Distribusi Gejala KLB Keracunan Makanan di Kecamatan Leuwisari Tanggal 1 Februari 2017
No
Gejala dan Tanda
Jumlah Kasus
%
1.
2.
3.
4.
5.
Mual
Muntah
Pusing
Demam
Diare
9
30
3
1
9
23,07
76,92
7,69
2,56
23,07
Total populasi 39 orang
Mayoritas penderita mengalami muntah muntah dengan konsistensi cair dan berwarna kekuningan sebesar 76,92 %, sedankan gejala terbesar kedua adalah mual dan diare sebesar 23,07. Serta terdapat satu orang yg mengalami demam
3.1 Definisi Kasus
Berdasarkan distribusi frekwensi menurut gejala seperti terlihat pada Tabel 1 di dapatkan definisi kasus sebagai berikut : "Terdapat 39 orang yang menderita gejala keracunan makanan dengan keluhan muntah, diare, mual, pusing dan demam dengan riwayat konsumsi makan bubur ayam di Desa mandalagiri dan CiawangKecamatan Leuwisari tanggal 1 Februari 2017."
3.2 Variabel Waktu
Waktu terjadinya penyakit dapat dilihat pada tabel masa inkubasi dan kurva epidemik.
Grafik 1: Kurva Epidemik KLB Keracunan Makanan di Desa Mandalgiri dan Ciawang Kecamatan Leuwisari pada tanggal 1 Februari 2017 Berdasarkan Waktu Paparan Dan Mulai Dirasakan Keluhan
Paparan awal mulai jam 07: 00 WIB pagi sedangkan keluhan awal dimulai jam 08:00 WIB dan keluhan trakhir jam 12:30 WIB, melihat data paparan awal berhubungan dengan pola kebiasaan sarapan pada pagi hari
Grafik 2: Distribusi Masa Inkubasi KLB Keracunan Makanan di Desa Mandalgiri dan Ciawang Kecamatan Leuwisari pada tanggal 1 Februari 2017
Sebagian besar jeda waktu antara paparan sampai keluhan berkisar antara 150 Menit dan 90 menit, selengkapnya sebagai berikut :
Waktu terpapar tanggal 1 februari 2017 jam 07.00 s/d 10.30 :
Median masa inkubasi : 2 jam (120 menit)
Masa inkubasi terpendek : 60 menit
Masa inkubasi terpanjang : 5 jam (300 menit ).
Masa inkubasi rata-rata : 122 menit
Grafik 3: Case Finding KLB Keracunan Makanan di Desa Mandalgiri dan Ciawang Kecamatan Leuwisari pada tanggal 1 Februari 2017 Berdasarkan Waktu Penemuan
Grafik penemuan penderita menunjukkan bahwa kurvanya bersifat parabolic dengan titik tertinggi pada jam 14:30 WIB dan penemuan kasus berkahir jam 17: 30.
3.3 Variabel Orang
Grafik 4 : Distribusi Kasus KLB Keracunan Makanan di Desa Mandalgiri dan Ciawang Kecamatan Leuwisari Menurut Golongan Umur
Proporsi terbesar dari kasus ini adalah pada golongan usia produktif yaitu umur 16-45 tahun, selanjutnya adalah pada usia balita yaitu 1-5 tahun sebanyak 12 orang yang tujuh diantara(58,33%) dirawat di berbagai fasilitas rawat inap. Terdapat delapan orang yang harus menjalani rawat inap yang tujuh diantaranya adalah balita atau sebesar 87,5 % dari total penderita yang mengalami dehidrasi
Grafik 5 : Proporsi Kasus KLB Keracunan Makanan di Desa Mandalgiri dan Ciawang Kecamatan Leuwisari Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah kaum laki-laki sebesar 54 % , namun demikian tidak bias disimpulkan bahwa kaum laki-laki lebih beresiko untuk terserang keracunan disbanding perempuan sehubungan dengan factor lain, yaitu campuran bahan makanan (lauk) seperti daging ayam, cakue, kecap dll
3.3 Variabel Tempat
Tempat Kejadian adalah di empat kampung yang meliputi dua desa yaitu ; Kp Nagrog, Cijambe, Paniis Desa Mandalagiri dank Kp Ranjeng Desa Ciawang dengan distribusi penderita sebagai berikut :
.Tabel 2 : Distribusi Penderita Keracunan Makanan di Kecamatan Leuwisari Tanggal 1 Februari 2017 Berdasarkan Tempat
No
Kampung
Jml
%
1
Nagrog
14
35,89
2
Cijambe
7
17,94
3
Paniis
11
28,20
4
Ranjeng
7
17,94
Jumlah
39
100
Distribusi terbesar pada kasus ini ada di Kampung Nagrog Desa Mandaligiri yang merupakan daerah asal diketemukannya penderita awal serta daerah domisili pedagang bubur berasal. Secara kronologis sebaran kasus bias dilihat pada gambar ilustrsi berikut
Gambar 1 : Grafik Sebaran Penderita Keracunan Makanan Kecamatan Leuwisari pada tanggal 1 Februari 2017 Berdasarkan Domisili
NagrogNagrogRanjengRanjengCijambeCijambePaniisPaniis
Nagrog
Nagrog
Ranjeng
Ranjeng
Cijambe
Cijambe
Paniis
Paniis
Terlihat jelas bahwa sebaran kasus mengikuti jalan desa antara Kp ranjeng, Nagrog, Cijambe dan paniis. Hal ini dapat dimaklumi karena pedagang bubur ayam menggunakan gerobak yang hanya melalui jalan desa dengan rute nagrog-Cijambe-Paniis yang berjarak + 1 KM,
3.4 Pemeriksaan Laboratorium
Untuk membantu menegakkan penyebab keracunan pangan ini dilakukan pengambilan sampel berupa :
2sendok makan Bubur Ayam yg telah tercampur ( Ati ampela, Daging, Krupuk, kacang dll)
2 sendok makan Bubur ayam yg belum dikucek
3 pot Muntahan pasen atas nama : "T", "N", "G"
Selanjutnya sampel makanan dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya untuk di Uji Laboratorium di Balai POM Bandung
IV. TINDAKAN YANG TELAH DILAKUKAN
Pelacakan kasus ke lapangan.
Pengamanan, pengambilan, serta pengiriman sample
Tata laksana Kasus
Pengobatan di Puskesmas Leuwisari : 11 Orang
Pengobatan di Posko Nagrog : 16 orang
Pengobatan di Puskesmas Keliling : 8 Orang
Rujukan
RS SMC : 4 orang
PKM DTP Tinewati : 1 orang
RS Jasa kartini : 3 orang
Kaporisasi ke Sumur milik warga
Pengawasan dan penyuluhan di Tempat Pengolahan Makanan.
V. Pembahasan
1. Attack Rate :
Pada kasus ini tidak di dapatkan angka attack rate pasti berhubung luasnya areal pemukiman dari konsumen bubur ayam yag terdiri dari ; Kp Nagrog, Kp Cijambe, Kp Paniis dan Kp Ranjeng
2. Case Fatality Rate : 0 %, tidak ada korban Jiwa dalam peristiwa ini
3 Dugaan
Berdasarkan trend waktu yang ditunjukkan pada Grafik 1,2 dan 3 maka mikroba pathogen penyebab kearcunan pangan ini mempunyai kecenderungan sebagai berikut : masa inkubasi rata rata 2 jam, durasi waktu cepat sekitar 3-5,5 jam, menyebabkan muntah muntah cair dan berwarna kekuningan maka patut diduga adalah mikroba Staphylococcus Aereus yang mempunyai karakteristik sebagai berikut : (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm. S. aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. [3] S. aureus merupakan mikroflora normal manusia[ (Wikipedia)
Bakteri ini merupakan bakteri yang dapat menyebabkan keracunan pangan melalui intoksikasi. Bakteri ini tumbuh pada pangan yang disebabkan oleh produk toksik dan jika makanan dikonsumsi akan menyebabkan gejala, bukan bakterinya. Keracunan makanan akibat bakteri ini disebabkan karena bahan pangan untuk pembuatan bistik daging, sop galatin dan resoles dalam proses pemasakannya belum sempurna khususnya bahan pangan daging. Karena daging apabila tidak ditangani dengan baik mudah terkontaminasi oleh bakteri (Todar, 2005)
Keracunan makanan dapat disebabkan kontaminasi enterotoksin dari S. aureus. Waktu dari gejala keracunan biasanya cepat dan akut, tergantung pada daya tahan tubuh dan banyaknya toksin yang termakan. Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan adalah 1,0 μg/gr makanan. Gejala keracunan ditandai oleh rasa mual, muntah-muntah, dan diare yang hebat tanpa disertai demam (Ryan, et al., 1994 ; Jawetz et al., 1995).
Meskipun demikian kita harus menunggu penyebab pasti mikroba pathogen yang berperan dalam kasus ini serta menentukan bahan makanan yang mana yang menyebabkan keracunan ini berdasarkan hasil Laboratorium BPOM Bandung yang akan keluar 12 hari pasca pengiriman sampel, sekali lagi penyebab pasti keracunan ini belum bias dipastikan.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil investigasi dapat disimpulkan:
Telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Makanan yang berasal dari Bubur Ayam di Kp Nagrog, Cijambe dan Paniis Desa Mandalgiri serta Kp Ranjeng Desa Ciawang Kecamatan Leuwisari Pada tanggal 1 Februari 2017.
Kasus lebih banyak menyerang Laki-laki (54%) dibanding perempuan dan lebih banyak menyerang usia 16-45 tahun (33,33 %). Daerah terbanyak penderita di Kp Nagrog( 35,85%). Penemuan Kasus dimulai tanggal 1 Februari 2017 jam 10:30s/d dengan jam 18:30 WIB. Kejadian Luar Biasa ini dinyatakan berkahir pada hari Kamis tanggal 1 Februari 2017 jam 12:00 WIB.
Proporsi kegawatan penderita yang ditunukan dengan menurunnya kesadaran dan dehidrasi ada pada kelompok balita sebesar 87,5% dengan Case Fatality Rate 0%.
Faktor yang berhubungan langsung dengan kasus ini adalah konsumsi bubur ayam dari pedagang keliling sepanjang jalan Ranjeng-Nagrog-Cijambe –Paniis.
VII. SARAN
Perlunya ditingkatkan penyuluhan tentang cara pemilahan bahan makanan, mengolah menyimpan makanan yang higienis bagi para pedagang dan penjamah makanan.
Perlunya penyuluhan pola konsumsi makanan yang hygienis bagi masyarakat melalui pendekatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Leuwisari, 3 Februari 2017
Kepala UPT Puskesmas Leuwisari
H. Epi Edwar Lutpi, S.KM, MKM
Pembina IV/a
NIP : 1970081989121001
Jumlah Kasus