BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sejak dikeluarkannya UU Kebebasan Pers Tahun 1999, media di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat. Salah satunya adalah media cetak yang pada tahun 2000-2001 laris manis di pasaran. Tetapi itu hanya sementara, yang ditahun-tahun selanjutnya berangsur-angsur turun peredarannya di pasaran.
Menurut AC Nielsen, bahwa prosentase penurunan pembaca media cetak sebesar 20% di tahun 2008, sedangkan prosentase penjualan media cetak juga mengalami penurunan sebesar 40%. Penurunan itu, dikarenakan banyaknya media massa online yang menyajikan berita lebih cepat dibandingkan media cetak (sumber : http://www.jurnalkomunikasi.com/home/mediamassa).
Hasil survey Nielsen diatas dilanjutkan, dengan hasil yang menyatakan, bahwa pada tahun 2009 pembaca koran semakin menurun, dari perolehan 28% pada tahun 2005 menjadi 19% di tahun 2009. Sedangkan, untuk pembaca majalah pada tahun 2009 menurun menjadi 12% dan pembaca tabloid menjadi 13%. Prosentase ini menurun cukup jauh, karena pada tahun 2005 pembaca tabloid dan majalah mencapai 20% (kompas.com).
Pembaca merupakan salah satu sumber pendapatan koran ataupun media cetak lain lewat jalur penjualan produk. Tetapi bukan itu yang terbesar, sumber pendapatan yang menyumbang kontribusi besar terhadap kelangsungan hidup media cetak adalah iklan.
Belanja iklan di media pada tengah tahun pertama 2011 naik 17% menjadi Rp 33,4 triliun dari periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan belanja iklan tahun ini sedikit lebih lesu dibandingkan tahun lalu yang mengalami kenaikan hingga 29% menjadi Rp 28,5 triliun dari tahun 2009.(nielsen)
Dibandingkan dengan tahun lalu, kenaikan belanja iklan baik di televisi, surat kabar dan majalah/tabloid relatif lebih kecil. Namun pertumbuhan belanja iklan di surat kabar lebih tinggi daripada di televisi dan majalah/tabloid. Televisi hanya tumbuh 16% menjadi Rp 20,5 triliun, padahal pertumbuhan di tahun sebelumnya mencapai 35%. Begitu pula dengan majalah/tabloid yang hanya tumbuh 7% menjadi Rp 997 miliar, padahal pertumbuhan di tahun lalu mencapai 16%. Hanya surat kabar yang pertumbuhannya relatif stabil dengan 19% menjadi Rp 11,8 triliun; sedikit lebih kecil daripada tahun lalu yang mencapai 21%.(nielsen)
Porsi belanja iklan terbesar masih di televisi (61%), disusul kemudian oleh surat kabar (36%) dan majalah/tabloid (3%). Meski terbesar, porsi iklan di televisi sedikit menurun, yaitu dari 62% pada tengah tahun pertama tahun lalu, sedangkan porsi iklan di surat kabar bertambah dari 35%.(nielsen)
Tetapi pada tahun belakangan ini ada sedikit perbedaan di tahun-tahun sebelumnya, nilai belanja iklan di media nasional sepanjang semester I-2013 mencapai Rp 51,16 triliun, naik 25% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 40,92 triliun. Kenaikan itu didorong penambahan volume iklan hingga 6% menjadi 3,5 juta spot menjadi 3,3 juta spot di televisi, surat kabar, dan majalah/tabloid.(daily)
Berdasarkan hasil kajian lembaga survei Nielsen yang dirilis Kamis (22/ 8), persentase belanja iklan terbesar masih di televisi dengan jumlah 68% dari total belanja iklan media. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun lalu yang masih 64%.(daily)
Kenaikan persentase belanja iklan di televisi tentunya mengurangi porsi belanja iklan di media lainnya seperti surat kabar dan majalah. Persentase belanja iklan di surat kabar berkurang dari 33% pada semester I-2012 menjadi 30% pada semester I-2013, sedangkan di majalah/tabloid berkurang dari 3% menjadi 2%.(daily).
Dari data yang dikeluarkan Asosiasi Surat Kabar Dunia, sepanjang rentang waktu 1995-2003, oplah koran turun 5% di Amerika, 3% di Eropa dan 2% di Jepang. Bila pada 1960-an empat dari lima orang Amerika membaca koran, di tahun 2005 tinggal 2 dari lima orang saja yang masih membaca koran. Yang tiga orang lainnya telah terbenam di dunia elektronik dan digital. Bahkan menurut data yg tercatat di tahun 2007 sampai 2011, lebih dari 80% penduduk di negara-negara maju, telah membaca koran lewat internet, baik di rumah maupun dalam perjalanan dengan telepon selular pintar.
Sementara itu, Menurut penelitan SPS di 9 kota besar di Indonesia, jumlah pembaca internet mengalami peningkatan yang stabil dari sekitar 10,3% di tahun 2007 menjadi hampir 20%, pada tahun 2013. (Sps)
Dari data-data diatas terlihat bahwa belakangan ini media cetak atau lebih khususnya koran telah kehilangan banyak pembaca dan mengalami penurunan jumlah belanja iklan di koran.
Selain itu menurut Patricia Aufderheide, perkembangan media online kemudian mempengaruhi media lama (terutama cetak), karena banyak pasar mereka beralih ke media online. Hal ini terjadi karena menjadi fakta bahwa telekomunikasi telah menjadi bagian dari hidup dan sumber sosial untuk mempromosikan dan memperluas ruang publik (Patricia Aufderheide, Telecomunication and the public interest, dalam Erik Barnouw, et all, Conglomerates and the media, The New Press, New York, 1997, hal. 157.)
Oleh karena itu, peneliti tertarik meneliti kelangsungan hidup koran cetak di era media online dan masa depan koran cetak di era media online yang semakin tumbuh pesat saat ini.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
Apa kelebihan dan kelemahan koran cetak dan koran online?
Bagaimana kelangsungan hidup koran cetak di era media online?
Tujuan Penelitian
Di era media online seperti saat ini terdapat perbedaan pendapat mengenai eksistensi koran di kehidupan masyarakat. Bagi pembaca setia koran cetak menolak jika koran cetak berkurang peredarannya dalam masyarakat, karena jika koran semakin sukar dijumpai bagaimana mereka bisa mendapatkan berita-berita hangat yang sedang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Tetapi, sama halnya dengan pembicaraan Radio VS TV. Media cetak juga terpengaruh dengan adanya media online, meskipun media cetak mempunyai pembaca setia, perubahan zaman akan melunturkan kesetiaan itu. Karena lama kelamaan pandangan masyarakat akan lebih mengutamakan kecepatan berita dibandingkan ketepatan berita. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk meneliti kelangsungan hidup koran cetak di era media online.
Semakin menurunnya pembaca koran cetak di era media online yang semakin bertumbuh pesat saat ini. Menimbulkan banyak pertanyaan tentang keberadaan koran cetak di era media online. Karena disisi lain, media online jauh lebih cepat dibandingkan media cetak dalam hal penyampaian berita kepada masyarakat. Sehingga, masyarakat banyak memilih yang lebih cepat. Oleh karena itu, salah satu tujuan penelitian ini untuk memprediksi eksistensi koran cetak di era media online. Punahkah atau masih tetap eksis.
Koran cetak dengan koran online adalah dua hal yang berbeda bentuk tetapi sama dalam hal menyampaikan informasi kepada masyarakat. Persaingan ini yang menyababkan peneliti ingin mengetahui sejauh mana persaingan media online dan media cetak serta ingin mengetahui kekurangan dan kelebihan keduanya.
Manfaat Penelitian
Manfaat praktis : diharapkan bisa menjadi bahan acuan media cetak agar tetap eksis di era media online.
Manfaat teoritis : untuk menambah wawasan dan khasanah keilmuan bidang komunikasi khususnya dalam hal media cetak.
Sistematika Pembahasan
Cover
Kata pengantar
Ringkasan/Abstrak
Daftar isi
Pendahuluan : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan
Dasar Teori : konsep objek penelitian dan teori penelitian
Metodologi penelitian : Jenis dan pendekatan penelitian (kuantitatif atau kualitatif), subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data, identitas narasumber/informan penelitian.
Hasil penelitian : deskripsi data penelitian dan analisis hasil penelitian
Penutup : kesimpulan dan rekomendasi
Daftar Pustaka
BAB II
DASAR TEORI
Teori Penelitian
Pengertian Komunikasi Massa
Menurut Tan dan Wright, (dalam Liliweri, 1991), Komunikasi Massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.
Onong Uchjana Effendy mengartikan komunikasi massa sebagai komunikasi melalui media massa modern, dan media massa ini adalah surat kabar, radio, film, serta televisi. Karena media itulah yang lazim digunakan dalam kegiatan komunikasi massa. Dengan kalimat yang lugas Bittner mengatakan, "Mass Communication Is Messages Communicated Trough A Mass Medium To A Large Number Of People"(komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang) (Rahkmat, 1991 : 188).
Jalaludin Rakhmat, yang mengartikan komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah besar khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. (dalam Karlinah, dkk, 1999).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian Komunikasi Massa adalah pesan yang yang ditujukan kepada komunikan secara massal dalam jumlah besar, tempat tinggal yang terpencar, heterogen, anonim dan menimbulkan efek tertentu, melalui media cetak atau elektronik sehinnga pesannya dapat diterima secara serentak dan sesaat. Serta, dapat disimpulkan bahwa Komunikasi Massa hanya dapat dilakukan melalui Media Massa saja.
Pengertian Media Massa
Media massa (mass media) singkatan dari media komunikasi massa dan merupakan channel of mass yaitu saluran, alat atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, karakteristik media massa itu meliputi :
Publisitas, disebarluaskan kepada khalayak.
Universalitas, kesannya bersifat umum.
Perioditas, tetap atau berkala.
Kontinuitas, berkesinambungan.
Aktualitas, berisi hal-hal baru (Romly, 2002:5-6).
Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hafied Cangara, bahwa Media Massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi( Cangara, 2011:128).
Dapat disimpulkan bahwa, media massa adalah alat komunikasi massa dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat mekanis yang berbentuk cetak dan elektronik. Sehingga salah satu bentuk media massa adalah media cetak.
Pengertian Media Cetak
Media cetak menurut Eric Barnow adalah segala barang yang dicetak yang ditujukan untuk umum atau untuk suatu publik tertentu. Dengan demikian yang dimaksud media cetak meliputi surat kabar, majalah, serta segala macam barang cetakan yang ditujukan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi.[4]
Sedangkan media cetak adalah media massa atau penerbitan pers yang dicetak seperti surat kabar, majalah, poster, pamflet, iklan, dan lain-lain (lihat – Kurniawan Junaedhie,Ensiklopedi Pers Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, 1991).
Maka disimpulkan, media cetak adalah segala barang yang dicetak dan termasuk penerbitan pers yang ditujukan untuk umum atau suatu publik tertentu sebagai sarana menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi.
Bentuk Media Cetak
Media massa cetak dari segi formatnya dibagi menjadi enam yaitu :
Koran atau surat kabar (ukuran kertas broadsheet atau ½ plano)
Tabloid (½ broadsheet)
Majalah (½ tabloid atau kertas ukuran polio atau kuarto)
Buku (½ majalah)
Newsletter (polio atau kuarto, jumlah halaman lazimnya 4 – 8 halaman)
Buletin (½ majalah jumlah halaman lazimnya 4 – 8) (Romly, 2002:6).
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa koran atau surat kabar termasuk dalam media massa yang berbentuk cetak dengan ukuran kertas broadshet atau ½ plano.
Pengertian koran
Menurut Onong Uchjana Effendy, Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca (Effendy,1993:241).
Menurut Kurniawan Junaidi yang dimaksud dengan surat kabar adalah Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak berupa lembaran berisi tentang berita-berita, karangan-karangan dan iklan serta diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum, isinya pun harus actual, juga harus bersifat universal, maksudnya pemberitaanya harus bersangkut-paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan (Junaidi, 1991 : 105).
Sedangkan jenis-jenis koran dapat dibedakan menurut beberapa kategori, yakni (Cangara, 2011:129) :
Periode : koran harian (yang terbit setiap hari baik dalam bentuk edisi pagi atau sore), koran mingguan (yang terbit paling sedikit satu kali dalam seminggu).
Ukuran : dalam bentuk plano dan dalam bentuk tabloid
Isi : surat kabar bersifat umum (informasi masyarakat umum) dan surat kabar bersifat khusus ( isinya memiliki ciri khas tertentu)
Dari segi pemasukan uang, koran lebih ditunjang oleh iklan seperti halnya media lain, yakni media online, TV, dan Radio. Boleh dikatakan hanya 1/3 pendapatan koran berasal dari harga jual koran itu sendiri, selebihnya 2/3 berasal dari iklan (Cangara, 2011:130).
Jadi, koran adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, serta diedarkan secara umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca.
Koran juga terbagi dalam beberapa bentuk menurut periode, ukuran dan isinya. Tetapi, sayangnya sumber pemasukan koran dan media lain yang terbesar adalah iklan.
Pengertian media online
Menurut Ashadi Siregar (dalam Kurniawan, 2005: 20). Media online adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis telekomunikasi dan multimedia (baca-komputer dan internet). Didalamnya terdapat portal, website (situs web), radio-online, TV-online, pers online, mail-online, dll, dengan karakteristik masing-masing sesuai dengan fasilitas yang memungkinkan user memanfaatkannya.
Dalam pengertian khusus, media online adalah media komunikasi massa yang tersaji secara online di internet, seperti versi online suratkabar atau majalah dan portal berita online (situs berita).( Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Online: Panduan Mengelola Media Online, Nuansa Cendikia, Bandung, 2012.)
Sehingga penulis menarik kesimpulan media online adalah salah satu bentuk media massa yang tersaji secara online.
Teori niche
Menurut teori ini, untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya setiap makhluk hidup memerlukan sumber penunjang yang ada di alam sekitarnya. Bila sumber penunjang kehidupan yang diperlukan itu sama dan jumlahnya terbatas, maka akan terjadi perebutan atau persaingan (John W. Dimmick, 2003: ix).
Menurut John W. Dimmick dan Eric Rothenbuhler, terdapat tiga sumber utama yang menjadi sumber kehidupan industri media yaitu capital (misalnya pemasukan iklan), types of content (jenis isi media), dan types of audience (jenis khalayak sasaran) (Rahmat Kriyantono, 2006: 272-273).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sumber kehidupan industri media adalah iklan, isi media, dan khlayak sasaran. Tetapi jika digabungkan dengan teori Cangara diatas, yang menyatakan bahwa sumber terbesar koran dan media lain adalah iklan. Maka dapat disimpulkan, bahwa terjadi perebutan atau persaingan antara koran dan media lain untuk mendapatkan sumber penunjang kehidupan yang sama yakni, iklan. Sesuai dengan teori niche dalam sub-bab ini.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Secara umum, metode adalah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu secara sistematis. Sementara metodologi ialah suatu kajian untuk mempelajari peraturan-peraturan dari suatu metode. Jadi metode penelitian adalah kajian untuk mempelajari peraturan-peraturan dalam penelitian. (Husnaini Usman dan Purnomo Setiady A, 2000: 42). Jadi metode penelitian membantu dan mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Karena dengan adanya metode penelitian, peneliti melakukan penelitian secara sistematik sesuai dengan prosedur yang sudah dibuat.
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif. Penelitian Deskriptif sendiri biasanya dilakukan seorang peneliti untuk mengajukan beberapa pertanyaan mengenai keadaan sesuatu kepada obyek atau subyek amatan secara rinci. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab pemasalahan yang dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmodjo, 2002:138 ). Dalam penelitian ini digambarkan bagaimana masa depan koran cetak di era media online saat ini.
Pendekatan penelitian yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati oleh orang yang diteliti (Taylor dan Bogdan, 1984 : 5). Dengan kata lain, penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena merupakan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.
Penelitian kualitatif harus mempertimbangkan metodologi kualitatif itu sendiri. Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan di masyarakat (Djajasudarma,2006: 11).
Sedangkan jenis penelitian kualitatif yang dipakai dalam penelitian ini adalah Etnometodologi. Etnometodologi merupakan studi tentang bagaimana individu mencipta dan memahami kehidupan sehari-hari. Subjek penelitiannya bukanlah suku bangsa primitif (asing) seperti yang sering menjadi subjek etnografi tradisional. Tetapi orang atau kelompok dalam berbagai situasi khusus atau tertentu di dalam masyarakat. Para peneliti berusaha untuk mengerti bagaimana orang memandang dan merumuskan struktur di dunia kehidupannya sendiri sehari-hari (Sutopo, 2002: 30). Dalam penelitian ini, peneliti memahami narasumber dari interaksinya dengan koran cetak dan koran online dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga narasumber dapat merumuskan bagaimana masa depan koran cetak di era media online.
Subjek dan Objek Penelitian
Moleong (2010: 132) mendeskripsikan subjek penelitian sebagai informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Sejalan dengan definisi tersebut, Moeliono (1993: 862) mendeskripsikan subjek penelitian sebagai orang yang diamati sebagai sasaran penelitian. Dalam penelitian ini, subjek yang digunakan sebagai informan adalah orang-orang yang berhubungan dengan media cetak dan media online, meliputi wartawan media cetak, wartawan media online, pembaca media cetak, dan pembaca media online.
Yang dimaksud obyek penelitian, adalah hal yang menjadi sasaran penelitian ( Kamus Bahasa Indonersia; 1989: 622). Menurut (Supranto 2000: 21) obyek penelitian adalah himpunan elemen yang dapat berupa orang, organisasi atau barang yang akan diteliti. Kemudian dipertegas (Anto Dayan, 1986: 21), obyek penelitian, adalah pokok persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan data secara lebih terarah. Dalam penelitian ini, objek penelitiannya adalah koran cetak dan koran digital.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa subjek dan objek penelitian ini adalah koran cetak dan koran online dengan informan wartawan koran cetak, wartawan koran online, pembaca koran cetak dan pembaca koran online.
Teknik Pengumpulan Data
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan (Marshall dan Rossman, 1989 :82).
Wawancara adalah teknik penelitian yang paling sosiologis karena bentuknya yang berasal dari interaksi verbal antara peneliti dan responden (Black. 2009: 305). percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. percakapan in-formal menunjuk pada kecenderungan sifat sangat terbuka sehingga wawancara benar-benar mirip dengan percakapan (Pawito, 2007: 132).
Dalam penelitian ini, kami mewawancarai subyek penelitian yang disebutkan diatas tadi, yang bertempat di DPRD Sidoarjo, meliputi staf-staf dan wartawan yang bertugas di DPRD Sidoarjo. Alasan peneliti memilih lokasi ini, dikarenakan DPRD Sidoarjo sendiri setiap harinya berlangganan 11 koran cetak dari berbagai media serta penunjang akses internet untuk mengakses koran online pun sangat mendukung. Sehingga bisa dikatakan berimbang dalam hal potensi untuk mengakses berita dari media online maupun media cetak.
Identitas Narasumber
Dalam penelitian ini, kami menggunakan 5 narasumber yang mewakili setiap subjek penelitian. Kesemuanya bekerja atau sedang bertugas di DPRD Sidoarjo. Dengan rician sebagai berikut :
Tri (pembaca media online)
Beliau adalah seorang IT di kantor DPRD Sidoarjo. Beliau bertempat tinggal di kawasan Wonocolo, lebih tepatnya jemursari. Katanya, Beliau juga lulusan IAIN Sunan Ampel Fakultas Syari'ah.
Titik (pembaca Koran Cetak)
Beliau bekerja sebagai receptionist di kantor DPRD Sidoarjo. Beliau tinggal dikawasan Balongbendo Sidoarjo. Dilihat dari perawakannya beliau berumur di kisaran 26-an.
Sugeng (pembaca Koran Cetak)
Beliau bekerja sebagai salah satu staf keamanan di kantor DPRD Sidoarjo. Beliau tinggal di Jl. Pahlawan Sidoarjo. Beliau pernah mempunyai majalah Mentari taoi sekarang sudah gulung tikar.
Edi (wartawan Koran Cetak)
Beliau adalah salah satu wartawan di Koran Metro1.
Robert (wartawan Koran Online)
Beliau adalah salah satu wartawan di Koran digital Detik.com.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data Penelitian
Media cetak adalah media tertua di seluruh dunia. Tetapi, sejak kemunculan media baru, yakni media online. Banyak orang yang meragukan keberadaan media cetak di era media online.
Di negara maju seperti Amerika, banyak media cetak yang awalnya memproduksi koran cetak, beralih hanya memproduksi koran digital saja di media online. Di karenakan karena peradaban manusia di amerika sudah cukup maju. Semua orang sudah mengerti dan paham dalam pemanfaatan internet, serta biaya internet lebih murah daripada biaya membeli sebuah koran cetak.
Tetapi lain halnya dengan negara berkembang seperti indonesia, apakah media cetak masih eksis atau sudah punah. Dalam penelitian ini akan di paparkan bagaimana kehidupan koran cetak di era media online.
Dari wawancara dengan beberapa orang di kawasan DPRD Sidoarjo peneliti menemukan hasil bahwa dari kesemua narasumber berpendapat jika media cetak di indonesia akan tetap eksis di era media online saat ini. Seperti yang dikatakan oleh mas edi.
"alhamdulillah masih hidup dan masih terus neredar dampai saat ini, buktinya sekarang di atas meja ini ada 11 koran cetak. Selama masih ada orang yang bisa baca, koran akan tetap eksis."
Itu di karenakan penduduk indonesia masih banyak yang gaptek.
Itupun di akui oleh salah seorang wartawan media online yang bernama mas robert, hingga menjadi salah satu kendala bagi media online. Berikut tutur katanya:
"kendalanya di nilai jual sih, di Indonesia sendiri nilai jual media online masih kalah dengan cetak, jika kita lihat mayoritas orang Indonesia masih banyak yang gaptek "buta elektronik" atau dari kalangan menengah kebawah. Ya itu yang bikin kendala kita."
Hal ini senada dengan apa yang dikatakan mas edi sebagai salah satu wartawan media cetak. Salah satu keuntungan media cetak adalah yang menjadi kelemahan media online. Berikut penuturannya :
"kalau di Indonesia sendiri ya, lebih efektif koran cetak, karena lebih banyak pengguna media online itu kalangan atas atau high class, tapi jika koran cetak itu lebih merakyat dan menyeluruh jadi bisa dibaca oleh siapapun."
Yang senada juga dengan perkataan mbak tatik bahwa semua orang tidak bisa mengakses media online.
"koran cetak akan tetap beredar, karena gak semua orang bisa online dan gak semua orang paham dalam menggunakan internet"
Begitupun pendapat mas tri yang mengatakan bahwa masih adanya generasi tua itu yang membuat koran masih tetap beredar.
"menurut saya endak akan ya... tapi hanya berkurang, karena generasi terdahulu mendapat berita dari koran, generasi dulu pun kan masih banyak yang hidup nah mereka dengan sesuatu yang bersifat online masih agak canggung dan kaku"buta dengan hal-hal IT".
Jadi, dapat disimpulkan bahwa koran cetak akan tetap beredar jika keadaan masyarakat indonesia masih gaptek, sulit akses internet, dan kondisi ekonomi lemah, serta masih ada generasi tua yang membutuhkan koran.
Tetapi, juga banyak yang tidak memungkiri bahwa jika di suatu saat nanti keadaan masyarakat indonesia sudah tidak gaptek dan sarana untuk mengakses internet sudah merata pemakaiaannya di masyrakat. Maka lama kelamaan media cetak akan tergeser dengan media online. Berikut salah satu penuturan narasumber yang bernama mas tri :
"nah... kemungkinan dengan berkembangnya HP yg bisa buat internetan, dan orang indonesia sudah gak gaptek, mungkin koran cetak bisa jadi tergeser".
Hal ini juga senada dengan perkataan mas sugeng yang pernah memiliki media cetak tetapi akhirnya gulung tikar karena kalah saing. Berikut penuturannya:
"lama-kelamaan akan tergeser dengan koran online, saya mengalaminya sendiri mas. Dulu saya pernah punya majalah mentari, tapi karena gaka ada lagi pembacanya dan gak ada lagi yang mau iklan, sekarang udah gulung tikar, kalah saing mas dengan media online".
Jadi, koran cetak di indonesia akan runtuh jika kalah saing dalam perebutan khalayak dan iklan, orang indonesia sudah tidak gaptek, dan sarana untuk mengakses internet sudah merata pemakaiannya di masyarakat umum.
Disisi lain, ada yang berpendapat bahwa media cetak akan tetap eksis sampai kapanpun. Karena kualitas media cetak yang melebihi media online. Seperti yang diucapkan mbak tatik berikut ini :
"tetep. Koran cetak masih tetap beredar karena banyak berita yang belum dimuat di koran online, tetapi sudah di muat di koran cetak".
Dan juga perkataan mbak tatik selanjutnya bahwa berita di media cetak lebih spesifik dan beragam dibanding media online.
"karena koran cetak menyajikan berita-beritanya lebih spesifik dari pada koran online, koran cetak juga lebih segmented, di koran cetak juga kita bisa lihat informasi tentang gadget atau teknologi yang sedang in saat ini. Karena pada dasarnya saya lebih banyak baca dan lihat-lihat koran tentang elektronik gitu, yang menampilkan gadget, handphone, laptop, dll".
Begitu juga dengan pengakuan mas robert, seorang wartawan online. Bahwasanya media online lebih mengutamakan up to date dari pada kelengkapan sebuah berita. Beliau menyebutnya sebagai salah satu kemudahan menjadi wartawan media online. Berikut tutur wicara beliau :
"ada, banyak kemudahan malahan. Enaknya jadi wartawan di media online itu kita ndak usah taduk di kejar deadline, soalnya media online bisa dicicil pemberitaannya dan masih boleh menulis berita yang belom lengkap karena memang mengejar updatenya "kisah kelanjutannya"."
Koran cetak dan koran online memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Seperti yang dikatakan mas tri bahwa media online lebih praktis daripada media online. Berikut kata-katanya:
"saya ini bukan dari golongan orang menengah ke atas, jadi saya dulu ndak pernah ada pikiran buat baca koran. Sekarang pun saya endak baca koran cetak, memang karena saya ndak suka baca dan saya ndak suka koran cetak. Koran cetak itu ribet, apa yang saya btutuhkan itu ndak dalam satu pandangan menurut saya. Kalau menggunakan media online, apa yang saya butuhkan tinggal saya tulis lalu terpapar di situ, tiggal saya klik. Ndak perlu saya cari berita satu-satu gitu".
Pernyatan diatas senada dengan perkatan mas sugeng yang menyatakan bahwa koran cetak akurat, tetapi koran online lebih praktis. Berikut penuturannya:
"relatif mas, kalau cetak sih bagusnya beritanya lebih akurat, tetapi koran online lebih praktis daripada koran cetak".
Mas edi pun juga menyampaikan pendapat yang hampir sama tentang keuntungan koran cetak yang tidak harus menunggu sarana yang memadai untuk mendapatkan suatu berita seperti koran digital yang harus ada sarana yang memadai untuk mengakses internet.
"yang pasti bisa tambah wawasan ya.. kan koran dibaca untuk mendapat informasi ter-update. Dan juga jika membaca koran cetak konsumen lebih bisa membaca keseluruhan isi informasi di dalamnya, jadi tidak sulit untuk mengetahuinya. Kalau menggunakan media online kadang jika kita sedang ingin sekali membaca berita yang lagi "hot" tapi yang kita dapat adalah kekecewaan karena paketan habis atau menunggu adanya wifi, dan juga karena banyaknya berita di media online jadinya pembaca bingung mau baca yang mana? Nah kalau koran cetak kan beritanya sudah tersegmen dan berada pada halaman-halaman yang sudah ditentukan sebelumnya".
Tetapi wartawan online pun, tidak mau kalah menyampaikan pendapatnya tentang keunggulan dan kelemahan media online dan media cetak yang sebenernya masih dalam hal kepraktisan.
"karena saya orang media online, ya lebih efektif media online pastinya. Sebenarnya sama-sama efektif sih, kalau koran cetak efektif buat temen nunggu antrian di rumah sakit atau dimanapun itu, tapi menurut saya media online itu lebih efektif dan efisien ya. Males juga sih harus tenteng-tenteng koran kemana-mana dan dengan ukuran yang sedemikian lebar itu menyusahkan kita untuk membaca, jika media online kan kita hanya memerlukan gadget atau handphone pun sekarang bisa dipake untuk internetan, apa lagi untuk mencari berita ter-update."
Jadi, dapat disimpulkan bahwa koran online dan koran cetak memiliki kenunggulan dan kelemahan masing-masing. Koran cetak mempunyai keunggulan dalam hal berita yang akurat, spesifik dan secara langsung bisa dibaca. Tetapi mempunyai kelemahan ribet, tidak praktis, dan kurang mudah dalam hal pencarian berita. Beitupun dengan koran online yang mempunyai keunggulan praktis, mudah dalam pencarian berita, dan bisa di akses dimana dan kapan saja. tetapi kelemahannya adalah harus ada sarana internet yang memadai, berita yang tidak akurat karena kurang lengkap, kurang merakyat dikalangan masyarakat indonesia yang kebanyakan berekonomi menengah kebawah.
Analisis Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian diatas ada dua temuan yang berhasil ditemukan oleh peneliti. Yakni :
Koran cetak di indonesia akan tetap beredar jika keadaan masyarakat indonesia masih gaptek, sulit akses internet, dan kondisi ekonomi lemah, serta masih ada generasi tua yang membutuhkan koran. Tetapi koran cetak di indonesia akan runtuh jika kalah saing dalam perebutan khalayak dan iklan, orang indonesia sudah tidak gaptek, dan sarana untuk mengakses internet sudah merata pemakaiannya di masyarakat umum.
Koran online dan koran cetak memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Koran cetak mempunyai keunggulan dalam hal berita yang akurat, spesifik dan secara langsung bisa dibaca. Tetapi mempunyai kelemahan ribet, tidak praktis, dan kurang mudah dalam hal pencarian berita. Begitupun dengan koran online yang mempunyai keunggulan praktis, mudah dalam pencarian berita, dan bisa di akses dimana dan kapan saja. tetapi kelemahannya adalah harus ada sarana internet yang memadai, berita yang tidak akurat karena kurang lengkap, kurang merakyat dikalangan masyarakat indonesia yang kebanyakan berekonomi menengah kebawah.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Koran cetak di indonesia akan tetap beredar jika :
keadaan masyarakat indonesia masih gaptek
sulit akses internet
kondisi ekonomi lemah
serta masih ada generasi tua yang membutuhkan koran
Tetapi koran cetak di indonesia akan runtuh jika
kalah saing dalam perebutan khalayak dan iklan,
orang indonesia sudah tidak gaptek dan
sarana untuk mengakses internet sudah merata pemakaiannya di masyarakat umum
Koran cetak mempunyai keunggulan dalam hal berita yang akurat, spesifik dan secara langsung bisa dibaca. Tetapi mempunyai kelemahan ribet, tidak praktis, dan kurang mudah dalam hal pencarian berita.
Begitupun dengan koran online yang mempunyai keunggulan praktis, mudah dalam pencarian berita, dan bisa di akses dimana dan kapan saja. tetapi kelemahannya adalah harus ada sarana internet yang memadai, berita yang tidak akurat karena kurang lengkap, kurang merakyat dikalangan masyarakat indonesia yang kebanyakan berekonomi menengah kebawah.
Rekomendasi
Bagi media cetak agar mengurangi atau menghilangkan kelemahan media cetak, yakni ribet, tidak praktis, dan kurang mudah dalam pencarian berita. Serta mempertahankan dan meningkatkan keunggulan yang sudah dimiliki, yakni berita yang akurat, spesifik, dan langsung bisa dibaca. Sehingga media cetak akan tetap eksis dalam era media online.
Page 19 of 19