LP total av blok TOTAL AV BLOCK 1.
Definisi Gangguan pada nodus AV dan/atau system konduksi menyebabkan kegagalan transmisi gelombang P ke ventrikel (Davey, 2005). AV block merupakan komplikasi infark miokardium yang sering terjadi (Boswick, 1988). Sehingga dapat disimpulkan bahwa AV block adalah gangguan system konduksi AV yang menyebabkan transmisi gelombang P ke ventrikel dan ditimbulkan sebagai bagian komplikasi IMA.
2.
Klasifikasi
a.
AV block derajat pertama Pada AV block derajat pertama ini, konduksi AV diperpanjang tetapi semua impuls akhirnya dikonduksi ke ventrikel. Gelombang P ada dan mendahului tiap-tiap QRS dengan perbandingan 1:1, interval PR konstan tetapi durasi melebihi di atas batas 0,2 detik.
b.
AV block derajat kedua Mobitz I (Wenckebach) Tipe yang kedua, blok AV derajat dua, konduksi AV diperlambat secara progresif pada masing-masing sinus sampai akhirnya impuls ke ventrikel diblok secara komplit. Siklus kemudian berulang dengan sendirinya. Pada gambaran EKG, gelombang P ada dan berhubungan dengan QRS di dalam sebuah pola siklus. Interval PR secara progresif memanjang pada tiap-tiap denyut sampai kompleks QRS tidak dikonduksi. Kompleks QRS mempunyai bentuk yang sama seperti irama dasar. Interval antara kompleks QRS berturut-turut memendek sampai terjadi penurunan denyut.
c.
AV block derajat kedua Mobitz II AV block tipe II digambarkan sebagai blok intermiten pada konduksi AV sebelum perpanjangan interval PR. Ini ditandai oleh interval PR fixed jika konduksi AV ada dan gelombang P tidak dikondusikan saat blok terjadi. Blok ini dapat terjadi kadang-kadang atau berulang dengan pola konduksi 2 : 1, 3 : 1, atau bahkan 4 : 1, karena tidak ada gangguan pada nodus sinus, interval PP teratur. Sering kali ada bundle branch block (BBB) atau blok cabang berkas yang menyertai sehingga QRS akan melebar.
d.
AV block derajat ketiga (komplit) Pada blok jantung komplit, nodus sinus terus memberi cetusan secara normal, tetapi tidak ada impuls yang mencapai ventrikel. Ventrikel dirangsang dari sel-sel pacu jantung yang keluar dan dipertemu (frekuensi 40-60 denyut/menit) atau pada ventrikel (frekuensi 20-40 denyut/menit) tergantung pada tingkat AV blok. Pada gambaran EKG gelombang P dan kompleks QRS ada tetapi tidak ada hubungan antara keduanya. Interval PP dan RR akan teratur tetapi interval RR bervariasi. Jika pacu jantung pertemuan memacu ventrikel, QRS akan mengecil. Pacu jantung idioventrikular akan mengakibatkan kompleks QRS yang lebar.
3.
Etiologi
a.
AV blok derajat I Terjadi pada semua usia dan pada jantung normal atau penyakit jantung. PR yang memanjang lebih dari 0,2 detik dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti digitalis, ß blocker, penghambatan saluran kalsium, serta penyakit arteri koroner, berbagai penyakit infeksi, dan lesi congenital.
b. -
AV blok derajat II AV blok derajat II Mobitz I (Wenckebach) Tipe ini biasanya dihubungkan dengan blok di atas berkas His. Demikian juga beberapa obat atau proses penyakit yang mempengaruhi nodus AV seperti digitalis atau infark dinding inferior dari miocard dapat menghasilkan AV blok tipe ini.
-
AV blok derajat II Mobitz II Adanya pola Mobitz II menyatakan blok di bawah berkas His. Ini terlihat pada infark dinding anterior miokard dan berbagai penyakit jaringan konduksi.
c.
AV blok derajat III (komplit) Penyebab dari tipe ini sama dengan penyebab pada AV blok pada derajat yang lebih kecil. Blok jantung lengkap atau derajat tiga bisa terlihat setelah IMA. Dalam irama utama ini, tidak ada koordinasi antara kontraksi atrium dan ventrikel. Karena kecepatan ventrikel sendiri sekitar 20 sampai 40 kali permenit, maka sering penderita menyajikan tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti hipotensi dan perfusi serebrum yang buruk.
4.
Manifestasi klinis
a.
AV blok sering menyebabkan bradikardia, meskipun lebih jarang dibandingkan dengan kelainan fungsi nodus SA.
b.
Seperti gejala bradikardia yaitu pusing, lemas, sinkop, dan dapat menyebabkan kematian mendadak
c.
AV blok derajat I
-
Sulit dideteksi secara klinis
-
Bunyi jantung pertama bisa lemah
-
Gambaran EKG : PR yang memanjang lebih dari 0,2 detik
d.
AV blok derajat II
-
Denyut jantung < 40x/menit
-
Pada Mobitz I tampak adanya pemanjangan interval PR hingga kompleks QRS menghilang.
-
Blok Mobitz tipe II merupakan aritmia yang lebih serius karena lebih sering menyebabkan kompleks QRS menghilang. Penderita blok Mobitz tipe II sering menderita gejala penurunan curah jantung dan akan memerlukan atropine dalam dosis yang telah disebutkan sebelumnya.
e. -
AV blok derajat III (komplit) Atrium yang berdenyut terpisah dari ventrikel, kadang-kadang kontraksi saat katup tricuspid sedang menutup. Darah tidak bisa keluar dari atrium dan malah terdorong kembali ke vena leher, sehingga denyut tekanan vena jugularis (JVP) nampak jelas seperti gelombang “meriam (cannon)”
-
Tampak tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti hipotensi dan perfusi serebrum yang buruk.
f.
Cara membaca gelombang EKG : NO GELOMBANG 1 Gelombang P 2 QRS kompleks
GAMBARAN Depolarisasi atrium Waktu depolarisasi ventrikel
NORMAL < 0.12 s dan , 0.3 mV 0.06 – 0.12 s Gel. Q = < 0.04 s & <1/3R
3
Gelombang T
Repolarisasi ventrikel
4
Segmen ST
Akhir depolarisasi ventrikel – Isoelektris
5
PR Interval
awal repolarisasi ventrikel Awal depolarisasi atrium – awal depolarisasi ventrikel
0.12 – 0.20 s
6
QT Interval
Awal depolarisasi ventrikel –
0.38 – 0.42 s
akhir repolarisasi ventrikel Menghitung HR : Metode KOTAK BESAR KOTAK KECIL IRAMA IREGULER 5.
Cara menghitung 300 / ?? KOTAK BESAR R – R 1500 / ?? KOTAK KECIL R – R ?? QRS X 10 selama 6 detik
Patofisiologi (terlampir) Blok jantung adalah perlambatan atau pemutusan hantaran impuls antara atrium dan venrikel. Impuls jantung biasanya menyebar mulai dari nodus sinus, mengikuti jalur internodal menuju nodus AV dan ventrikel dalam 0,20 detik (interval PR normal); depolarisasi ventrikel terjadi dalam waktu 0,10 detik (lama QRS komplek). Terdapat tiga bentuk blok jantung yang berturut-turut makin progresif. Pada blok jantung derajatderajat satu semua impuls dihantarkan melalui sambungan AV, tetapi waktu hantaran memanjang. Pada blok jantung derajat dua, sebagian impuls dihantarkan ke ventrikel tetapi beberapa impuls lainnya dihambat. Terdapat dua jenis blok jantung derajat dua, yaitu Wnckebach (mobitz I) ditandai dengan siklus berulang waktu penghantaran AV ang memanjang progresif, yang mencapai puncaknya bila denyut tidak dihantarkan. Jenis kedua (mobitz II) merupakan panghantaran sebagian impuls dengan waktu hantaran
AV
yang
tetap
dan
impuls
yanglain
tidak
dihantarkan.
Pada blok jantung derajat tiga, tidak ada impuls yang dihantarkan ke ventrikel, terjadi henti jantung, kecuali bila escape pacemaker dari ventrikel ataupun sambungan atrioventrikuler mulai berfungsi.
Blok
berkas
cabang
adalah
terputusnya
hantaran
berkas
cabang
yang
memperpanjang waktu depolarisasi hingga lebih dari 0,10 detik. 6.
Pemeriksaan diagnostic
a.
EKG Pada EKG akan ditemukan adanya AV blok sesuai dengan derajatnya
b.
Foto dada Dapat ditunjukkan adanya pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel dan katup
c.
Elektrolit Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium, dan magnesium dapat menyebabkan disritmia.
7.
Penatalaksanaan Tindakan yang dapat dilakukan sesuai derajat AV blok.
a.
Obat antiaritmia Reseptor Saluran Na+, K+ Saluran Na+
Klas 1A
Obat Procainamide, Quinidine,
1B
Amiodarone Lidocaine, Phenitoin
Cara kerja obat Mencegah masuknya Na ke dalam sel Menghambat konduksi, memperlambat masa pemulihan (recovery) dan mengurangi kecepatan otot jantung untuk discharge secara spontan Class 1A memperpanjang aksi
ß-adrenergik
2
Esmolol, Metoprolol,
potensial Anti simpatetik, mencegah efek
Propanolol, Sotalol*,
katekolamin pada aksi potensial
Amiodarone Saluran K+ Saluran Ca+
Termasuk golongan ß-
3
Sotalol*, Bretylium,
adrenergik antagonis Memperpanjang waktu aksi
4
Ibutilide, Dofetilide Verapamil, Diltiazem,
potensial Mencegah masuknya Ca ke
Amiodarone
dalam sel otot jantung Mengurangi waktu plateau aksi potensial, efektif memperlambat konduksi di jaringan nodal.
b.
AV blok derajat I
-
Tidak ada tindakan yang diindikasikan.
-
Interval PR harus dimonitor ketat terhadap kemungkinan blok lebih lanjut,
-
Kemungkinan dari efek obat juga harus diketahui
c. -
AV blok derajat II Molitz I Tidak ada tindakan yang diindikasikan. Kecuali menghentikan obat jika ini merupakan agen pengganggu
-
Monitor klien terhadap berlanjutnya blok.
-
Tipe ini biasanya tidak diterapi kecuali sering kompleks QRS menghilang dengan akibat gejala klinis hipotensi dan penurunan perfusi serebrum. Bila ada gejala ini maka pada penderita bisa diberikan 0,5 sampai 1,0 mg atropine IV sampai total 2,0 mg.
d.
AV blok derajat II Molitz II
-
Observasi ketat terhadap perkembangan menjadi blok jantung derajat III.
-
Obat seperti atropine atau isopreterenol, atau pacu jantung mungkin diperlukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala atau jika blok terjadi dalam situasi IMA akut pada dinding anterior.
e. -
AV blok derajat III (komplit) Atropin (0,5 sampai 1 mg) bisa diberikan dengan dorongan IV. Bila tidak ada kenaikan denyut nadi dalam respon terhadap atropine maka bisa dimulai tetesan isoproterenol 1 mg dalam 500 ml D5W dengan tetesan keciluntuk meningkatkan kecepatan denyut ventrikel. Penderita yang menunjukkan blok jantung derajat tiga memerlukan pemasangan alat pacu jantung untuk menjamin curah jantung yang mencukupi (Boswick, 1988).
f.
Pacu jantung diperlukan permanen atau sementara Implantasi pacu jantung (pace maker) Merupakan terapi terpilih untuk bradiatritmia simtomatik. Pacu jantung permanen adalah suatu alat elektronik kecil yang menghasilkan impuls regular untuk mendepolarisasi jantung melalui electrode yang dimasukkan ke sisi kanan jantung melalui system vena. Suatu pacu jantung satu bilik memiliki electrode pada ventrikel kanan atau atrium kanan. Pacu jantung dua bilik memberikan impuls ke atrium dan ventrikel melalui dua electrode dan bisa menghasilkan impuls yang sinkron pada ventrikel setelah tiap gelombang P yang terjadi di atrium. Sehingga timbul impuls yang mendekati depolarisasi fisiologis pada jantung, dan memungkinkan jantung berdenyut sesuai dengan nodus sinus. Nomenklatur pacu jantung :
-
huruf pertama -- rongga yang dipacu (V : ventrikel, A : atrium, D : keduanya)
-
huruf kedua – rongga yang dituju (V, A, atau 0 bila tidak ada)
-
huruf ketiga – pacu jantung merespon terhadap deteksi aktivitas listrik jaunting (I : diinhibisi, T : dipicu, D : keduanya)
-
huruf keempat – menunjukkan apakah pacu jantung menstimulasi lebih cepat saat aktivitas fisik yang disimbolkan dengan huruf R, artinya denyut responsive (misal VVI-R) (Davey, 2005).
8.
Pengkajian Pengkajian primer :
a.
Airway Penilaian akan kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan mengenai adanya obstruksi jalan nafas, karena benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap bahwa jalan nafas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara nafas tambahan misalnya stridor
b.
Breathing Inspeksi frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu nafas, adanya sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi adanya suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing, kaji adanya trauma pada dada yang dapat menyebabkan takipnea dan dispnea.
c.
Circulation Dilakukan pengkajian tentang volume darah dan kardiak output serta adanya perdarahan. Monitor secara teratur status hemodinamik, warna kulit, nadi.
d.
Disability Nilai tingkat kesadaran serta ukuran dan reaksi pupil Pengkajian sekunder : Meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat menggunakan format AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illness, Last meal, dan Event/environment, yang berhubungan dengan kejadian perlukaan). DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1.
Penurunan curah jantung b.d disfungsi konduksi listrik
2.
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
3.
Defisit pengetahuan: proses penyakit dan prosedur terapi b.d kurangnya paparan informasi
4.
Resiko Infeksi b.d pertahanan sekunder inadequate dan prosedur invasive RENCANA TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN 1.
Penurunan curah jantung b.d disfungsi konduksi listrik
NOC: Klien dapat memiliki pompa jantung, sirkulasi, perfusi jaringan & status tanda vital yang normal. Dengan kriteria hasil: Mendemonstrasikan curah jantung yang cukup dilihat dari TD, nadi, ritme normal, nadi perifer kuat, melakukan aktivitas tanpa dipsnea NIC: -
Monitor gejala gagal jantung dan CO menurun termasuk nadi perifer yang kualitasnya menurun, kulit dingin dan ekstremitas, RR ↑, dipsnea, HR↑, distensi vena jugularis, ↓ kesadaran dan adanya edema
-
Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, ritme, adanya S3&S4&bunyi baru
-
Observasi bingung, kurang tidur, pusing
-
Observasi adanya nyeri dada/ketidaknyamanan, lokasi, penyebaran, keparahan, kualitas, durasi, manifestasi spt mual&factor yang memperburuk&mengurangi
-
Jika ada nyeri dada, baringkan klien, monitor ritme jantung, beri oksigen, medikasi&beri tahu dokter
-
Monitor intake&output/24 jam
-
Catat hasil EKG&XRay dada
-
Kaji hasil lab, nilai AGD, elektrolit termasuk kalsium
-
Monitor CBC, [Na], kreatinin serum
-
Memberi oksigen sesuai kebutuhan
-
Posisikan klen dalam posisi semi fowler atau posisi yang nyaman
-
Cek TD, nadi&kondisi sbl medikasi jatung spt ACE inhibitor, digoxin&β bloker. Beritahu dokter bila nadi&TD rendah sebelum medikasi
-
Selama fase akut, pastikan klien bedrest&melakukan aktivitas yang dapat ditoleransi jantung
-
Berikan makanan rendah garam, kolesterol
-
Berikan lingkungan yang tenang dgn meminimalkan gangguan&stressor. Jadwalkan istirahat stlh makan & aktivitas 2.
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
NOC: Penghematan energi -
Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
-
Menggunakan teknik penghematan energi
-
Merubah gaya hidup sesuai dengan tingkat energi
-
Menjaga keadekuatan nutrisi NIC: a.
-
Pengelolaan energi
Pantau respon kardiorespirasi terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, pucat, frekuensi respirasi)
-
Pantau respon oksigenasi pasien ( nadi, irama jantung, dan frekuensi respirasi)
-
Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan energi
-
Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik menejemen waktu untuk mencegah kelelahan
-
Bantu pasien dalam aktivitas fisik secara teratur
-
Bantu pasien dalam mengidentifikasi pilihan aktivitas b.
Terapi aktivitas
-
Kaji kemampuan klien melakukan aktivitas
-
Evaluasi motivasi dan keinginan klien untuk meningkatkan aktivitas
-
Jelaskan pada klien manfaat aktivitas secara bertahap
-
Bantu dalam pemenuhan aktivitas perawatan diri jika klien belum dapat mentoleransi aktivitas tersebut
-
Orientasikan klien beraktivitas secara bertahap sesuai toleransi
-
Tetap sertakan O2 selama aktivitas
-
Bantu klien mengidentifikasi pilihan aktivitas 3.
Defisit pengetahuan: proses penyakit dan prosedur terapi b.d kurangnya paparan
informasi NOC: Pengetahuan: proses penyakit dan prosedur terapi -
Familiar terhadap nama penyakit
-
Mampu mendiskripsikan proses penyakit
-
Mampu mendiskripsikan penyeban, tanda dan gejala, komplikasi dari penyakit
NIC: a.
Pembelajaran : proses penyakit
-
Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
-
Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana kaitannya dengan anatomi dan fisiologi tubuh
-
Identifikasi kemungkinan penyebab dan tanda dan gejala umum penyakit
-
Berikan informasi tentang kondisi klien dan hasil pemeriksaan diagnostik
-
Instruksikan klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada petugas
b.
Pembelajaran : prosedur/perawatan
-
Informasikan klien waktu dan lama waktu pelaksanaan prosedur/perawatan
-
Kaji tingkat pengetahuan klien tentang prosedur yang akan dilakukan
-
Jelaskan
tujuan
prosedur/perawatan
dan hal-hal
yang
perlu
dilakukan
setelah
prosedur/perawatan -
Instruksikan klien menggunakan tehnik koping untuk mengontrol beberapa aspek selama prosedur/perawatan (relaksasi da imagery) 4.
Resiko Infeksi b.d pertahanan sekunder inadequate dan prosedur invasive
NOC: a.
Pengendalian risiko
-
Monitor factor risiko lingkungan
-
Monitor perubahan status kesehatan
-
Pengguanaan strategi kontrolrisikoyang efektif b.
Deteksi risiko
-
Mengenali tanda dan gejala timbulnya risiko
-
Mengidentifikasi risiko potensial kesehatan
-
Menggunakan perawatan kesehatan sesuai dengan kebutuhan NIC:
a.
Pengendalian infeksi
-
Ajarkan kepada pengunjung untuk cuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruangan
-
Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang tanda/gejala infeksi
-
Kolaborasi pemberian antibiotic bila diperlukan
-
Lakukan tindakan perawatan secara aseptic
-
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
-
Gunakan universal precaution
-
Batasi jumlah pengunjung
b.
Perlindungan terhadap infeksi
-
Pantau tanda dan gejala adanya infeksi
-
Monitor hasil laboratorium (limfosit, leukosit, granulosit, DPL, protein serum)
-
Monitor tanda-tanda vital
-
Monitor kulit dan membrane mukosa adannya kemerahan, panas, dan drainase
-
Anjurkan untuk meningkatkan intake cairan sesuai dengan kebutuhan
-
Anjurkan untuk istirahat yang cukup
-
Anjurkan untuk meningkatkan mobilitas dan latihan
-
Ajarkan pada pasien dan keluarga bagaimana menghindari infeksi.
DAFTAR PUSTAKA ACC/AHA/HRS. 2008. Guidelines for Device Based Therapy of Cardiac Rhythm Abnormalities. Circulation; 117:2820-2840. Boyle AJ, Jaffe AS. Acute Myocardial Infarction. In: Crawford MH ed. Current Diagnosis & Treatment Cardiology 3rd ed. New York: McGraw-Hill; 2009:51-72.1. Boswick, John A. 1988. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC. Davey. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
Myocardial Infarction.http://www.emedicine.medscape.com/article/155919.htm. Verdy. 2012. Inferior Myocardial Infarction dengan Complete Heart Block. CDK 189/vol 39 no 1.
Total AV Blok Total AV blok merupakan keadaan darurat jantung yang membutuhkan penanganan segera. Blok AV derajat III terjadi jika tidak ada impuls atrium yang dihantarkan ke ventrikel berdenyut sendiri-sendiri (terdapat disosiasi atrioventrikel). Atrium berdenyut teratur mengikuti impuls yang berasal dari simpuls SA. Ventrikel juga berdenyut dengan teratur namun frekuensinya jauh lebih lambat dibandingkan atrium ( 20-60 x/ menit). Blok biasanya berkembang dari blok derajat I dan II, tetapi total AV blok dapat juga terjadi tanpa blok parsial sebelumnya atau interval PR yang bisa normal segera setelah terjadi periode blok total. Letak blok total sering diperkirakan dengan lebar kompleks QRS dan
kecepatan ventrikel. Jika terjadi distal dari His Bundle kompleks QRS biasanya melebar dan kecepatan ventrikel biasanya > 50x/ menit. Makna klinis dan prognosis blok AV bergantung pada penyebabnya. Blok AV akibat peningkatan rangsang vagus atau pada keracunan digitalis yang ditangani dengan baik, mempunyai prognosis yang cukup baik. Namun bila ditemukan perubahan mendadak dari irama sinus menjadi blok AV total (sindrom Adam-Stokes), prognosisnya menjadi serius, karena dapat mendatangkan kematian akibat henti jantung mendadak atau fibrilasi ventrikel. Etiologi total AV blok selain kongenital bisa juga didapat. Kelainan-kelainan tersebut adalah : penyakit degeneratif sistem penghantaran (Lev's disease, Lenegre' disease), iskemi atau infark miokard, kardiomiopati dilatasi, keracunan obat karena digitalis, quinidin, fenotiazin, anti depresi trisiklik, penyakit katup jantung khususnya stenosis aorta dan insufisiensi aorta, kelainan miokard dan jaringan ikat (sarkodiosis, skeloderma, amiloidosis, SLE, penyakit tiroid) pembedahan, hiperkalemia dan diikuti anti aritmia, tumor jantung (baik primer maupun sekunder),dan Chagas'disease. Diagnosis total AV blok biasanya ditegakkan dengan pemeriksaan EKG. Pada EKG dapat dijumpai frekuensi gelombang P tidak sama dengan kompleks QRS, bentuk kompleks QRS dapat normal (picu sekunder di AV junction) atau menyerupai bentuk denyut ektopik ventrikel (picu sekunder pada dinding ventrikel). Gelombang P sinus dan banyak , sementara kompleks QRS hanya ada beberapa. Adanya disosiasi AV dimana tidak adanya hubungan gelombang P dan kompleks QRS. Interval RR masih teratur. Irama atrial lebih cepat daripada irama ventrikel, irama ventrikel biasanya sangat lambat > 45 x/menit (pada yang kongenital 40-60x/menit). Pada kasus terlihat gambaran seperti tersebut dengan VR 31 x/ menit.11 Gambar1. AV Blok derajat 3 / Total AV Blok (TAVB) Keterangan: a. Gelombang P bisa 2 kali lebih banyak dari kompleks QRS.b. Gelombang P dan kompleks QRS membentuk pola irama sendiri-sendiri. Penatalaksanaan total AV blok dilakukan dengan obat obatan dan pemasangan pacu jantung. Obat-obatan yang diberikan berupa sulfas atropin 0,5 mg intravena dengan dosis maksimal 2 mg merupakan obat pilihan, dan sebagai alternatif adalah isoproterenol. Bila obat tidak menolong, dipasang alat pacu jantung temporer. Biasanya jarang diperlukan alat pacu jantung permanen. Sangat perlu diperhatikan kondisi hemodinamik pasien. American
Heart Association/ American College of Cardiology membagi indikasi pemasangan pacu jantung ke dalam 3 kelas: kelas I,II,III. Yang dimaksud kelas I adalah keadaan dimana pacu jantung harus dipasang, kelas II keadaan dimana masih terdapat perbedaan mengenai kepentingannya, dan kelas III keadaan dimana tidak diperlukan pacu jantung. Khusus untuk indikasi kelas I pemasangan pacu jantung pada blok AV adalah sebagai berikut: 1. AV blok derajat III pada setiap tingkatan anatomik yang dihubungkan dengan salah satu komplikasi berikut: a. Bradikardia simtomatik. b. Aritmia dan kondisi medis lain yang membutuhkan obat-obat yang menimbulkan bradikardia simtomatik. c. Periode asistol yang terekam > 3 detik atau setiap kecepatan yang hilang < 40 denyut/menit pada pasien yang bebas dari gejala. d. Setelah ablasi kateter AV junction. e. Blok AV pasca operasi yang tidak diharapkan terjadi. f. Penyakit neuromuskular dengan blok AV seperti: distrofi miotonik muskular, Kearns-Sayre syndrome, Erb's dystrophy dan atrofi muskular peroneal. 2. Blok AV derajat II tidak memandang jenis atau letak blok dengan bradikardia simtomatik. Pemasangan pacu jantung sebagai sumber energi eksternal yang digunakan untuk menstimuli jantung jika gangguan pembentukan impuls dan/ atau transmisi menimbulkan bradiaritmia diharapkan dengan pacu jantung mengembalikan hemodinamik ke tingkat normal atau mendekati nomal pada saat istirahat dan aktivitas. Pemasangan pacu jantung temporer biasanya untuk memberikan stabilisasi segera sebelum pemasangan pacu jantung permanen. Insersi biasanya dilakukan transvena ke apeks ventrikel kanan. Sedang pacu jantung permanen insersinya dilakukan melalui vena subklavia atau sefalika dengan sadapan yang diletakkan dalam aurikula kanan untuk pemasangan atrium dan apeks ventrikel kanan untuk pemasangan pacu jantung ventrikel. Pada kasus ini mula-mula diberikan Alupent (isoproterenol) 2 x 10 mg kemudian diberikan injeksi sulfas atropin 0,5 mg-1 mg IV, total 0,04 mg/kgBB, namun tidak terjadi perbaikan sehingga pasien dipasang alat pacu jantung temporer melalui vena femoralis kanan. Pada akhirnya pasien harus membutuhkan pacu jantung permanen melalui vena subklavia dengan keadaan hemodinamik pasien yang membaik.3
Komplikasi : sinkope, tromboemboli bila disertai takikardia, gagal jantung.Prognosis : tergantung penyebab, berat gejala, dan respon terapi.8 Kesimpulan : Telah dilaporkan satu kasus yang didiagnosis dengan EKG sebagai total AV blok, menunjukkan perbaikan setelah dilakukan pemasangan pacu jantung permanen. Penanganan blok AV total ini sangat penting karena merupakan salah satu kedaruratan di bidang kardiologi.3
ARTERIOVENTRICULAR BLOCK Latar Belakang Atrioventricular bloc terjadi ketika depolarisasi atrium gagal mencapai ventrikel atau ketika terjadi keterlambatan depolarisasi atrium. Ada 3 derajat dari AV blok yang diketahui. Derajat 1 AV Blok Terjadi pemanjangan interval PR pada EKG (> 200/ lebih dari 5 kotak kecilmsec pada dewasa dan > 160 pada anak-anak). Pada AV blok derajat 1 semua impuls atrium mencapai ventrikel. Namun, kunduksinya mengalami keterlambatan sampai ke AV node. Interval PR konstan.
Derajat 2 AV Blok Tipe 1 AV Blok Derajat 2 Yaitu
Derajat
2
AV blok
Mobitz
I
(Wenckenbach
blok), yang
pemanjangan interval PR yang progresif dengan diikuti single P nonkonduksi.
terdiri
dari
Episode Mobitz I blok biasanya terdiri dari 3-5 irama, dengan rasio non konduksi dengan irama konduksi 4:3, 3:2, dan begitu seterusnya.
Tipe II AV Blok Derajat 2 Mobitz II blok PR interval konstan yang diikuti kegagalan dari konduksi gelombang P ke ventrikel, jadi tipe konduksinya 2:1 (2konduksi dan 1 blok), 3:1 (3konduksi dan 1 blok), dan begitu seterusnya
Derajat III AV Blok Didiagnosa ketika tidak ada konduksi impuls suparventrikular ke ventrikel. Gelombang P di garis irama merefleksikan irama nodus sinus yang independen dari gelomb ang QRS komplek. Komplek QRS yang muncul adalah irama escape, juga junctional atau ventrikular. Irama escape bersumber dari junctional atau septum atas yang memiliki karakteristik QRS komplek yang sempit dengan frekuensi 40-50 gelombang/menit, dimana irama escape dari ventrikel bagian bawah yang memiliki karakteristik komplek QRS yang luas denga frekuensi 30-40 gelobang/menit. Tidak ada hubungan yang terlihat antara irama gelombang P dan irama komplek QRS di AV blok derajat tiga. Frekuensi dari gelombang P (atrial rate) adalah lebih tinggi daripada frekuensi komplek QRS (ventrikular rate).