Laporan pendahuluan ke-5 LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
ELIMINASI URINE
OLEH :
RIA MARINI
01070111028
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
2012
KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE A. PENGERTIAN Eliminasi urin adalah pembuangan produk limbah dan toksin dari hasil metabolisme yang terkumpul di dalam darah, difiltrasi dalam ginjal dan dikeluarkan dalam bentuk urin (Potter - Perry, 2005). Kateterisasi kandung kemih adalah memasukkan selang plastic atau karet melalui uretra kedalam kandung kemih. Fungsi kateterisasi adalah memungkinkan mengalirnya urin yang berkelanjutan pada klien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau klien yang mengalami obstruksi. Tipe kateterisasi, yaitu : 1. Kateterisasi indwelling / intermitten untuk retensi urin 2. Kateter menetap/ kateter foley, tetap di tempat untuk periode waktu yang lebih lama sampai klien mampu berkemih dengan tuntas dan spontan atau selama pengukuran akurat per jam dibutuhkan. 3. Kateter coude memiliki ujung yang melengkung digunakan pada klien pria yang mengalami pembesaran prostat yang mengobstruksi sebagian uretra. Kateter coude tidak terlalu traumatic selama insersi karena kateter ini lebih kaku dan lebih mudah dikontrol dari pada kateter yang ujungnya lurus.
B. FUNGSI FISIOLOGIS 1. Menurut Azis (2006), system perkemihan terdiri dari : a. Ginjal Ginjal merupakan sepasang organ yang berbentuk seperti kacang buncis berwarna coklat agak kemerahan, yang terdapat di kedua sisi kaluna vertebra posterior terhadap peritoneum dan terletak pada otot punggung bagian dalam, pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal kanan dan kiri columna vertebrallis. Tingginya mulai vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbal ke3. Satuan fungsional ginjal disebut nefron kurang lebih 1.000.000 nefron dalam ginjal setiap nefron terdiri glumerolus atau badan malpigy.
b. Ureter Terdapat 2 ureter berupa 2 pipa saluran yang bersambung dengan ginjal berjalan ke kandung kencing (vesika urinaria). Panjang ureter kurang lebih 35-40 cm dengan diameter 3 mm. ureter terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan lunak (fibrous), lapisan tengah yang berotot, lapisan dalam (lapisan mukosa). Urin mengalir melalui uretrovesikal juction yang berfungsi mencegah refluk urin ke ginjal. c. Vesika urinaria Organ berbentuk buah yang bekerja sebagai penampung urin, letaknya di dalam panggul besar di belakang simpisis pubis. Pada wanita vesikaurinaria terletak di depan uterus dan vagina. Sedangkan pada laki-laki terletak di depan rectum dan diatas kelenjar prostat, vesikaurinaria memiliki 4 sisi permukaan, yakni 1 facies superior, 2 facies inferior, 1 facies posterior. Dinding k andung kemih terdiri dari 4 lapisan,
yakni
lapisan
serosa/membrane
serosa
(sebelah
luar),
lapisan
otot/membrane muskuler, lapisan mukosa/membrane mukosa. Vesika urinaria mempunyai 3 muara yaitu 2 muara ureter secara oblik pada basis dan untuk menghindarkan urin mengalir kembali ke ureter dan 1 muara ke uretra ke luar kandung kemih pada orang dewasa kurang lebih 100-150 ml. urin masih dikatakan normal 200-400 ml. d. Urethra Uretra menstransver urin dari kandung kemih ke meatus eksterna urethra pria berbeda ukurannya dengan wanita. Pada wanita kurang lebih 4 cm terletak pada bagian anterior vagina dan terpisah dari organ reproduksi. Pria kurang lebih 18-20 cm dan menstransport semen dan urin. Urethra mendapat inervasi dari sisitem saraf simpatis dan para simpatis. Uretra laki-laki terdiri dari pars prostatika, pars membranosa dan pars spongiosa.
2. Fungsi fisiologis system perkemihan a. Pembentukan urin -
Filtrasi Proses filtrasi berawal; dari glomerulus. Arterial renal membawa darah dari ginjal, cabang yang lebih kecil dari arteri ini membawa darah ke glomerulus pada tiap nefron. Kapilari glomerulus berlubang-lubang dan darah melewati glomerulus kapilari.
-
Reabsorbsi Setelah filtrasi glomerulus kemudian masuk ke tubulus. Mereabsorbsi substansi dalam tubuh, sunstansi ini termasuk jumlah air dan elektrolit yang +
+
-
3-
bervariasi (Na , K , Cl dan HCO ) semua glukosa dan asam amino. Reabsorbsi terbesar di tubulus proksimal tetapi juga di tubulus distal dan duktus pengumpul. -
Sekresi Dalam mereabsorbsi sunstansi tubulus mensekresi beberapa substansi untuk +
melepaskan dari tubuh. Sekresi dalam jumlah yang bervariasi dari ion H dan +
ion K .
3. Factor-faktor yang mempengaruhi urinasi Menurut Asmadi (2008), factor-faktor yang mempengaruhi urinasi antara la in : a. Factor perkembangan dan pertumbuhan Bayi dan anak mengekskresi urin dalam jumlah yang besar di bandingkan dengan ukuran tubuhnya. Orang dewasa mengekskresi urin 1500-1600 ml/jam. Lansia mengalami gangguan mikturisi (inkontinensi/retensi urin) mengalami nokturia peningkatan frekuensi berkemih. b. Factor social cultural Adat istiadat adanya waktu untuk berkemih, missal pada saat istirahat sekolah. c. Factor psikologis Ansietas dan stress emosional dapat menimbulkan dorongan untuk berkemih dan frekuensi berkemih meningkat. Ansietas juga dapat membuat individu tidak dapat berkemih sampai tuntas, ketegangan otot membuat reaksi otot abdomen dan otot
perineum menjadi sulit. Apabila spingter uretra eksterna tidak berelaksasi secara total buang air dapat menjadi tidak tuntas dan terdapat sisa urin di dalam kandung kemih. d. Tonus otot Lemahnya otot abdomen dan otot dasar panggul merusak kontraksi kandung kemih dan kontrol spingter uretra eksterna. Kontrol mikturisi yang buruk dapat disebabkan oleh otot yang tidak dipakai, yakni lamanya imobilisasi, peregangan otot selama melahirkan, atrofi otot. e. Kondisi penyakit Dm dan sklerosis multiple menyebabkan kondisi nefropatik yang mengubah fungsi vesika urinaria. Arthritis rheumatoid, penyakit sendi degenerative dan Parkinson, GGK.
C. GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR 1. Retensi urin Adalah akumulasi urin yang nyata di dalam kandung kemih akibat ketidak mampuan mengosonhkan kandung kemih. Tidak ada haluaran urin selama beberapa jam, ada distraksi kandung kemih, timbul perasaan tegang, tidak nyaman, nyeri tekan pada simpisis pubis. 2. ISK bawah Penyebab mikroorganisme dan personal hygine yang buruk. 3. Inkontinensia urin Hilangnya kontrol berkemih karena penurunan pengontrol stingfer uretra eksterna, missal pada lansia, bayi dan balita dengan tanda dan gejala mengompol. 4. BPH Merupakan kondisi patologi dengan adanya pembesaran prostat yang menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan menghambat aliran urin. Hal ini dapat disebabkan karena peningkatan kadar dihdrotestoteron dan proses aging. Kompleks gejala obstruktif mencakup penurunan volume urin, haus, mengejan saat berkemih, anorekksia, mual muntah rasa tidak nyaman pada epigastrik, ISK, retensi urin.
D. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN 1. Pemeriksaan urin a. Specimen acak Specimen yrin yang diambil secara acak dari klien saat berkemih secara alami atau dari kateter dan digunakan untuk pemeriksaan urinalisis atau mengukur berat jenis diit atau kadadr glukosa dalam urin secara spesifik. b. Specimen midstream Digunakan untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas urin, harus bebas dari mikroorganisme, urin ini diambil dari urin tengah saat klien berkemih. 2. Penanganan gangguan eliminasi urin Penangan dapat dilakukan dengan pemasangan kateterisasi a. Kateterisasi intermitten untuk retensi urin b. Kateterisasi menetap c. Kateter coude digunakan pada BPH, obstruksi sebagian uretra
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Focus pengkajian a)
Pola berkemih
b)
Gejala perubahan perkemihan
c)
Factor yang mempengaruhi perkemihan
d)
Pemeriksaan fisik Focus pengkajian pada ginjal, kandung kemih, meatus uretra
e)
Pemeriksaan urin Asupan dan haluaran, karakteristik urin
2. Pemeriksaan fisik a. Kulit dan kuku, rambut Inspeksi : warna kulit, rambut, lesi Palpasi : akral, turgor, tekstur
b. Kepala Inspeksi : bentuk Palpasi : nyeri tekan, pembengkakan c. Mata Inspeksi : letak, konjungtiva, pupil, sklera Palpasi : nyeri tekan d. Hidung Inspeksi : kesimetrisan, warna Palpasi : ada sinusitis atau tidak e. Telinga Inspeksi : kesimetrisan, serumen, fungsi pendengaran Palpasi : ada pembengkakan atau tidak f.
Mulut Inspeksi : mukosa bibir, mulut bau atau tidak, kelengkapan gigi
g. Leher Pembesaran kelenjar tiroid, fungsi menelan h. Dada I : kesimetrisan P : traktil fremitus P : sonor A : vesikuler i.
Jantung I : ictus cordis P : nyeri tekan P :redup A :S1 dan S2
j.
Abdomen I : bentuk, lesi A : peristaltik P : ginjal, kandung kemih, meatus uretra P : timpani
k. Sisitem musculoskeletal Kaji Ekstremitas atas dan bawah, tonus otot l.
GCS Eyes, verbal, motorik
B. Diagnose keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan obstruksi pada uretra 2. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan sensorik motorik 3. Resti infeksi berhubungan dengan insersi kateter, personal hygine yang buruk
C. Intervensi
No 1
Diagnose Nyeri
Tujuan / KH
Intervensi
berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Catat
dengan
obstruksi keperawatan selama 3 kali
pada uretra
sehari
nyeri
teratasi
klien
dengan
lokasi,
nyeri
intensitas (P,Q,R,S,T)
dapat
perhatikan tanda dan verbal
criteria
misalnya peningkatan TD,
hasil:
nadi, gelisah dan merintih
Pada saat berkemih tidak 2. Pijat punggung lingkungan nyeri Nyeri
dan istirahat berkurang
(skala 3. Bantu
nyeri)
dan
dorong
penggunaan nafas dalam
P (penyebab)
4. Bantu dan dorong ambulasi
Q (qualitas nyeri)
sesuai andikasi
R (tempat nyeri)
5. Kolaborasi
S (skala nyeri)
dalam
pemberian obat
T (waktu) 2
Perubahan eliminasi Setelah urin dengan
diberikan
berhubungan keperawatan kerusakan pola
sensorik motorik
menjadi
diharapkan
eliminasi normal,
criteria hasil :
asuhan 1. Awasi intake dan output cairan
klien 2. Pemasangan kateter dengan 3. Observasi karakteristik urin 4. Perawatan kateter
Pola perkemihan normal 2-3 5. Palpasi kali per hari Tidak
distensi
suprapubik/bagian kandung
ada
gangguan
kemih
(inkontinensia) Intake dan output terpenuhi 3
Resti
infeksi Setelah dilakukkan asuhan 1. Pertahankan teknik aseptic
berhubungan dengan keperawatan insersi kateter uretra personal yang buruk
tidak
terjadi 2. Lakukan perawatan kateter
infeksi dengan criteria hasil 3. Ajarkan
hygine :
tentang
tanda infeksi
Tidak terjadi infeksi Personal hygine baik
D. Evaluasi S : klien mengatakan pola berkemihnya lancar dan normal O : klien tampak dan mampu berkemih tanpa bantuan dan terpasang kateter A : kebutuhan dasar eliminasi urin terpenuhi P : melakukan tindak lanjut keperawatan bila belum terpenuhi
tanda-
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika. Azis, Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia 2. Jakarta : Salemba. Potter, Perry. 2005. “Fundamental Keperawatan”. Volume 2. Jakarta : EGC.