BAB I
PENDAHULUAN
A. ANALISIS SITUASI
1. LATAR BELAKANG
Tubuh yang berubah cepat pada masa remaja membutuhkan masukan
energi,protein dan vitamin dalam jumlah besar. Energi diperlukan sebagai
sumber tenaga sel-sel tubuh yang bekerja lebih keras untuk berkembang dan
berubah cepat. Pemenuhan kebutuhan gizi sangat diperlukan untuk mendukung
pertumbuhan. Selain dari asupan, pemenuhan gizi seimbang juga berasal dari
aktifitas fisik seperti olahraga.
Perkembangan zaman yang dibarengi dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi membuat pola dan gaya hidup kebanyakan orang menjadi berubah.
Tersedianya restoran-restoran cepat saji atau fast food membuat seseorang
menjadi malas untuk memasak dan mengonsumsi makanan yang bergizi lengkap.
Selain itu adanya gadget membuat seseorang menjadi malas untuk melakukan
olahraga atau melakukan aktifitas fisik lainnya.
Dengan adanya perkuliahan pemberdayaan masyarakat ini, kami ingin
berbagi pengetahuan akan pentingnya menerapkan pola hidup dengan gizi
seimbang.
2. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana membudayakan pola hidup dengan penerapan gizi seimbang
sebagai upaya awal peningkatan kesehatan ?
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mengetahui, memahami, dan mampu menerapkan gaya hidup sesuai dengan
10 Pesan Umum Gizi Seimbang.
b. Tujuan Khusus
a) Memahami apa itu gizi seimbang
b) Mampu menyebutkan contoh asupan gizi seimbang
c) Sasaran dapat mengubah gaya hidup sesuai dengan 10 Pesan Umum Gizi
Seimbang
C. MANFAAT
a. Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui pentingnya gizi seimbang, sehingga
nantinya diharapkan untuk menerapkan pola gizi seimbang dalam kehidupan
sehari-hari
b. Mahasiswa
Dapat lebih memahami tentang gizi seimbang dan mampu menerapkan pola
gizi seimbang dalam kehidupan sehari-harinya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gizi Seimbang
Gizi berasal dari bahasa arab "Al Gizzai" yang artinya
makanan dan manfaat untuk kesehatan. Ilmu gizi adalah ilmu yang
mempelajari cara memberikan makanan yang sebaik-baiknya agar tubuh
selalu dalam kesehatan yang optimal (Azwar, 2004).
Berbagai masalah gizi dan masalah psikososial, dapat dicegah
melalui perilaku penunjang dari para orang tua, ibu atau pengasuh dalam
keluarga untuk selalu menyediakan makanan dengan gizi seimbang bagi anggota
keluarganya.
Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi individu dalam satu hari
yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur sesuai dengan kebutuhan tubuhnya ( Paath dkk, 2005).
Kebutuhan gizi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam
membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Pemenuhan
kebutuhan gizi pada anak haruslah seimbang di antara zat gizi
lain, mengingat adanya berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan
gizi yang tidak seimbang seperti tidak suka makan, tidak mau atau
tidak mampu untuk makan padahal yang tidak disukai makanan tersebut
mengandung zat gizi yang seimbang (Hidayat, 2004).
Pola konsumsi pangan yang bermutu gizi seimbang mensyaratkan
perlunya diversifikasi pangan dalam menu sehari-hari. Ini berarti
menuntut adanya ketersediaan sumber tenaga (karbohidrat dan lemak),
sumber zat pembangun (protein), dan sumber zat pengatur (vitamin
dan mineral). Pangan yang beraneka ragam sangat penting karena tidak ada
satu jenis pangan apapun yang dapat menyediakan gizi bagi seseorang secara
lengkap (Khomsan, 2004).
Menurut Khomsan (2004), Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) telah
diperkenalkan kepada masyarakat beberapa tahun yang lalu, PUGS
adalah dietary guidelines yang berisi petunjuk-petunjuk rinci tentang
cara memperbaiki pola konsumsi pangan sehingga kita terhindar dari
masalah gizi lebih ataupun kurang. Sementara itu, Empat Sehat Lima
Sempurna adalah food guide atau petunjuk umum tentang ragam makanan
yang sebaiknya kita konsumsi.
Adapun 10 Pesan Umum Gizi Seimbang adalah:
1. Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan .
2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan.
3. Biasakan mengonsumsi lauk pauk mengandung protein tinggi.
4. Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok.
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak.
6. Biasakan sarapan
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman.
8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan.
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir.
10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal.
Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa diperlukan adanya pedoman gizi
seimbang yang dikemukakan oleh Soekirman (2000), yaitu :
1. Manusia memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, bergerak
dan memelihara kesehatan. Kebutuhan akan zat gizi tidak sama bagi
semua orang, tetapi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan
pekerjaan. Keseimbangan jumlah dan jenis zat gizi yang
dibutuhkan berbagai kelompok orang ditetapkan oleh kelompok
pakar dalam suatu daftar yang dikenal sebagai Angka Kecukupan
Gizi (AKG), dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Recommended
Dietary Allowances (RDA).
2. Manusia makan makanan, tidak makan zat gizi.
3. Dalam menyusun pedoman gizi seimbang tidak semata-
matamemperhatikan zat gizi untuk memenuhi AKG tetapi juga
mempertimbangkan fungsi makanan yang lebih luas.
4. Gizi seimbang memerlukan keanekaragaman makanan oleh karena tidak ada
satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang
dibutuhkan manusia, kecuali air susu ibu.
5. Terjadinya transisi epidemiologi masalah gizi dari hanya
masalah gizi kurang ke masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dan gizi
lebih.
6. Kemajuan ilmu dan teknologi pangan.
7. Kemajuan teknologi juga berpengaruh terhadap pola hidup.
8. Makan dan pola makan yang mengandung aspek budaya , etnik,
agama, sosial dan ekonomi.
9. Kemajuan teknologi komunikasi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memunculkan ide-ide dalam
pengolahan makanan. Sebagian besar diantaranya agar bahan makanan menjadi
lebih awet, meningkatkan flavor atau cita rasa, dan memeperbaiki
penampilan. Apabila hal ini tidak dilakukan dengan tepat, maka akan merusak
makanan, sehingga perlu dipelajari tentang keamanan pangan segar dan pangan
olahan.
B. Keamanan Pangan Segar dan Olahan
Keamanan pangan diartikan sebagai terbebasnya makanan dari zat-zat
atau bahan yang dapat membahayakan kesehatan tubuh tanpa membedakan apakah
zat itu secara alami terdapat dalam bahan makanan yang digunakan atau
tercampur secara sengaja atau tidak sengaja kedalam bahan makanan atau
makanan jadi (Moehyi, 2000).
Pengertian keamanan pangan adalah segala upaya yang dapat ditempuh untuk
mencegah adanya indikasi yang membahayakan pada bahan pangan. Untuk
memenuhi kebutuhan akan keadaan bebas dari resiko kesehatan yang disebabkan
oleh kerusakan, pemalsuan dan kontaminasi, baik oleh mikroba atau senyawa
kimia, maka keamanan pangan merupakan faktor terpenting baik untuk
dikonsumsi pangan dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor. Keamanan pangan
merupakan masalah kompleks sebagai hasil interaksi antara toksisitas
mikrobiologik, toksisitas kimia dan status gizi. Hal ini saling berkaitan,
dimana pangan yang tidak aman akan mempengaruhi kesehatan manusia yang pada
akhirnya menimbulkan masalah terhadap status gizi (Seto, 2001).
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
Pangan yang aman setara bermutu dan bergizi tinggi sangat penting
peranannya bagi pertumbuhan, pemeliharaan, dan peningkatan derajat
kesehatan serta peningkatan kecerdasan masyarakat (Saparinto, 2006).
Keamanan pangan adalah jaminan bahwa pangan tidak akan menyebabkan bahaya
kepada konsumen jika disiapkan atau dimakan sesuai dengan maksud dan
penggunaannya (FAO/WHO 1997). Sedangkan definisi keamanan pangan menurut
Undang – Undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan dan
Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
Ketentuan mengenai keamanan pangan meliputi sanitasi pangan, bahan tambahan
pangan, rekatasa genetika dan iradiasi pangan, kemasan pangan, jaminan mutu
dan peperiksaan laboratprium, dan pangan tercemar. Selain hal tersebut, di
dalam peraturan yang sama juga disebutkan bahwa setiap orang dilarang
mengedarkan pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya, yang dapat
merugikan, atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia. Pada dasarnya
keamanan pangan (food safety) merupakan hal yang komplek dan berkaitan erat
dengan aspek toksisitas mikrobiologik, kimia, status gizi dan ketentraman
batin. Masalah keamanan pangan ini kondisinya terus berkembang, bersifat
dinamis seiring dengan berkembangnya peradaban manusia yang meliputi aspek
sosial budaya, kesehatan, kemajuan Iptek dan segala yang terkait dengan
kehidupan manusia.
C. Permasalahan Gizi dan Kesehatan
Permasalahan gizi tidak hanya disebabkan oleh kekurangan atau
kelebihan zat makro dan zat mikro saja, melainkan juga dapat disebabkan
oleh ketidakamanan pangan.
Lebih dari 90% terjadinya penyakit pada manusia yang terkait dengan makanan
(foodborne diseases) disebabkan oleh kontaminasi mikrobiologi, yaitu
meliputi penyakit tipus, disentri bakteri/amuba, botulism, dan intoksikasi
bakteri lainnya, serta hepatitis A dan trichinellosis.
Foodborne disease lazim didefinisikan namun tidak akurat, serta dikenal
dengan istilah keracunan makanan. WHO mendefinisikannya sebagai penyakit
yang umumnya bersifat infeksi atau racun, yang disebabkan oleh agent yang
masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dicerna.
Foodborne disease baik yang disebabkan oleh mikroba maupun penyebab lain di
negara berkembang sangat bervariasi. Penyebab tersebut meliputi bakteri,
parasit, virus, ganggang air tawar maupun air laut, racun mikrobial, dan
toksin fauna, terutama marine fauna. Komplikasi, kadar, gejala dan waktu
lamanya sakit juga sangat bervariasi tergantung penyebabnya.
Patogen utama dalam pangan adalah Salmonella sp, Staphylococcus aureus
serta toksin yang diproduksinya, Bacillus cereus, serta Clostridium
perfringens. Di samping itu muncul jenis patogen yang semakin popular
seperti Campylobacter sp, Helicobacter sp, Vibrio urinificus, Listeria
monocytogenes, Yersinia enterocolitica, sedang lainnya secara rutin tidak
dimonitor dan dievaluasi. Jenis patogen tertentu seperti kolera thypoid
biasanya dianalisa dan diisolasi oleh laboratorium kedokteran.
Patogen yang dianggap memiliki penyebaran yang luas adalah yang menyebabkan
penyakit salmonellosis, cholera, penyakit parasitik, enteroviruses.
Sedangkan yang memiliki penyebaran sedang adalah toksin ganggang, dan yang
memiliki penyebaran terbatas adalah S.aureus, B.cereus, C. perfringens, dan
Botulism.
Apabila kejadian keracunan tidak segera ditangani, maka dapat menyebabkan
penurununan status gizi pada seseorang.
BAB III
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
A. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Pola makan dan gaya hidup yang tidak benar,
(diperbaiki) dengan cara penerapan gaya hidup dengan asupan bergizi
seimbang melalui 10 pesan dasar gizi seimbang.
B. REALISASI PEMECAHAN MASALAH
Telah dilaksanakan penyuluhan di desa Trimulyo Pandean Jatinom
Klaten, pada hari Minggu, 15 Juni 2014.
C. KHALAYAK SASARAN
1. Sasaran Primer : ibu-ibu masyarakat desa Trimulyo Pandean Jatinom
Klaten
2. Sasaran Sekunder : bapak RT dan ibu kader PKK Pandean Jatinom Klaten
D. METODE KEGIATAN
Metode yang kami gunakan untuk melakukan penyuluhan adalah dengan
melakukan pendekatan pada sekelompok masyarakat yang diwakili oleh ibu
rumah tangga, dengan cara ceramah yang dibantu dengan leaflet. Ibu-ibu
diharapkan untuk memberikan umpan balik dan aktif mengajukan pertanyaan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI
Desa Trimulyo merupakan salah satu desa di kelurahan Pandean
kecamatan Jatinom kabupaten Klaten. Batas barat desa Trimulyo adalah desa
Plaeng, batas timur adalah desa Gabugan, batas utara adalah desa Semensari,
dan batas selatan adalah desa Pandean. Desa Trimulyo berada tidak terlalu
jauh dari lereng Gunung Merapi. Sebagian besar wilayah ini masih
dikelilingi persawahan dan jauh dari perkotaan. Mayoritas masyarakatnya
bermata pencaharian sebagai petani.
B. GAMBARAN KARAKTERISTIK PESERTA
Mayoritas ibu-ibu di desa Trimulyo Pandean Jatinom Klaten merupakan
ibu rumah tangga yang suaminya bermata pencaharian sebagai petani.
Mereka rata-rata merupakan lulusan dari Sekolah Menengah Pertama. Walaupun
rata-rata berpendidikan rendah, namun mereka sangat antusias dan kritis
dalam mengikuti penyuluhan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan
yang mereka ajukan.
C. KEGIATAN YANG DILAKUKAN
a) Pemberian materi
b) Pembukaan sesi pertanyaan dan menjawabnya.
c) Mengetest pemahaman ibu-ibu dengan memberikan pertanyaan
d) Memberikan hadiah atau doorprize kepada ibu-ibu yang dapat menjawab
pertanyaan.
D. EVALUASI dan RENCANA TINDAK LANJUT
Kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat yang berjudul
Pengenalan Asupan Gizi Seimbang Untuk Keluarga Di Desa Trimulyo Pandean
Jatinom Klaten diharapkan dapat memberikan kesadaran masyarakat akan
pentingnya menerapkan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu
dapat meningkatkan pengetahuan akan gizi seimbang. Dalam penyuluhan ini
kami menyampaikan materi mengenai gizi seimbang. Kami meyebutkan dan
menjelaskan 10 Pesan Umum Gizi Seimbang. Kemudian dihubungkan dengan
penjelasan mengenai keamanan pangan dan akibat ketidakamanan pangan.
Setelah itu kami membuka sesi pertanyaan. Dalam sesi ini terdapat 2 peserta
yang mengajukan pertanyaan.
Setelah pertanyaan-pertanyaan tersebut kami jawab, kemudian kami bergantian
memberikan pertanyaan kepada para peserta. Hal ini kami lakukan untuk
mengetest pemahaman peserta. Bagi peserta yang dapat menjawab pertanyaan,
kami berikan doorprize berupa alat rumah tangga.
Untuk kedepannya kami berharap, masyarakat Desa Trimulyo Pandean
Jatinom Klaten mau dan mampu menerapkan pola hidup dengan gizi seimbang,
agar terwujud masyarakat yang berkwalitas secara Sumber Daya Manusianya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat yang berjudul
Pengenalan Asupan Gizi Seimbang Untuk Keluarga Di Desa Trimulyo Pandean
Jatinom Klaten diharapkan dapat memberikan kesadaran masyarakat akan
pentingnya menerapkan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Dalam suatu kegiatan seperti penyuluhan atau pemberdayaan masyarakat
perlu adanya dukungan dari berbagai pihak baik secara moril, ataupun
materil agar program yang dilaksanakan dan diterapkan dapat berhasil secara
optimal.