LAPORAN PRAKTIKUM PEDOGENESIS DAN KLASIFIKASI TANAH
DI SUSUN OLEH:
Agus Prayitno 111510501043
Deni Setyawan 111510501088
Andy Reza Z 111510501086
Aldy arifian A 111510501085
Amanah fitria 111510501062
PROGRAM STUDI AGRITEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanah merupakan akumulasi alam bebas, yang menduduki sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim, bahan induk, relief tertentu dan selama jangka waktu tertentu juga. Dalam proses pembentukannya pada dasarnya tanah berasal dari batuan dan bahan organik yang telah mengalami proses pelapukan. Ada lima faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah yaitu bahan induk, waktu, organisme, topografi dan iklim. Batuan dan bahan organik berubah menjadi butir-butir tanah disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut. Pertama adalah pemanasan matahari pada waktu siang hari dan pendinginan pada waktu malam hari. Kedua batuan yang sudah retak pelapukannya akan dipercepat oleh air. Ketiga binatang-binatang kecil seperti cacing akan membuat lubang-lubang pada batuan yang sudah melapuk dan meninggalkan kotoran. Keempat pelapukan karena akar tanaman yang menerobos batuan-batuan hingga hancur.
Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan baik pelapukan fisik amupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan tersebut batuan kan berubah komposisinya dan akan melunak. Pada tahap ini batuan yang melapuk belum bisa dikatakan sebagai tanah akan tetapi masih bahan tanah karena strukturnya masih seperti batuan induk. Pelapukan akan terjadi terus menerus hingga batuan induk berubah menjadi tanah. Proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah sehingga proses yang mendorong terjadinya proses pelapukan juga berperan dalam proses pembentukan tanah. Curah hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan. Curah hujan termasuk kedalam unsur iklim selain itu iklim yang mempengaruhi pembentukan tanah adalah suhu/temperatur, suhu akan berpengaruh terhadap pelapukan bahan induk, apabila fluktuasi suhu tinggi maka proses pelapukan batuan juga akan berjalan lebih cepat. Organisme sangat berpengaruh dalam proses pembentukan tanah dalam hal yang pertama adalah membantu proses pelapukan baik pelapukan organik amupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup baik hewan dan tumbuhan sedankan pelapukan kimia adalah pelapukan yang terjadi akibat proses kimia. Yang kedua adalah membantu dalam pembenttukan humus, tumbuhan akan menyisakan daun dan ranting yang menmupuk dipermukaan tanah yang akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada didalam tanah.
Dari proses pembentukan tanah akan diperoleh berbagai jenis tanah yang berbeda- beda tergantung dari faktor pembentuk tanah, misalnya adalah tanah entisol, inseptisol, andisol,ultisol, spodosol, vertisol, oxisol dan sebagainya. Perbedaan tersebut akan mempengaruhi sifat fisik, kimia maupun biologi tanah yang masing – masing mempunyai spesifikasi dan karakteristik masing-masing.
Tujuan
Tujuan dari praktikum yang dilakukan adalah sebagi berikut:
Untuk mengetahui jenis tanah yang ada pada lahan agroteknopark jubung.
Untuk mengetahui kelas tekstur, warna tanah dan kelas tekstur pada lahan agroteknopark jubung.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan bagian palinng atas dari lapisan kerak bumi. Tubuh tanah terdiri atas batuan yang telah mengalami pelapukan, kemudian bercampu dengan sisa-sisa bahan organik, air dan udara serta mengalami proses fisika dan kimia membentuk lapisan tanah. Sebagai suatu sistem tubuh alam, tanah tersusun atas lima komponen utama, yaitu partikel mineral (fraksi anorganik), bahan organik (humus), unsur air, udara dalam tanah dan kehidupan jasad renik atau mikroorganisme seperti cacing tanah, bakteri dan jamur. Komposisi tanah yang paling optimal bagi pertumbuhan tanaman terdiri atas 45% mineral (hara), 20-30% udara dan air, da 5% bahan organik (Utoyo. 2007).
Secara garis besar tanah di Indonesia dikelompokkan atas tanah organik, tanah tanpa diferensiasi horizon, tanah merah, andosol, grumosol, hidrosol, tanah garam dan podsol. Tanah organik atau organosol secara umum dianamkan tanah ga,bit. Jenis tanah ini mengandung banyak bahan organik sehingga tidak mengalami perkembangan profil ke arah terbentuknya horison-horison yang berbeda, berwarna coklat kelam sampai hitam, berkadarair tinggi dan bereaksi asam (pH antara 3-5). Bahan organik berasal dari akumulasi sisa sisa vegetasi yang telah mengalami humifikasi, tetapi belum mengalami mineralisasi. Jika telah mengalami mineralisasi, struktur tanah biasanya berbentuk granular yang dinamakan muck. Berdasarkan proses pembentukannya, gambut dibedakan sebagai berikut : gambut ombrogen, gambut topogen dan gambut pegunungan.
Tanah diferensiasi horison yaitu tanah yang belum mengalami diferensiasi profil membentuk horison sehingga masih dianggap lapisan-lapisan tanah saja. Jenis tanah ini antara lain litosol, tanah aluvial dan regosol. Tanah regosol dibagi lagi menjadi regosol dibagi lagi menjadi regosol abu-vulkanik, regosol bukit-pasir dan regosol batuan sedimen. Tanah merah meliputi sebagian besar lahan di Indonesia mulai dari tepian pantai yang landai, berombak sampai pegunungan tinggi. Terbentuk dari batuan beku, sedimen dan malihan dengan iklim agak kering sampai basah. Jenis tanah merah di Indonesia antara lain, latosol, tanah mediteranian merah-kuning, tanah laterit dan tanah podzolik merah-kuning. Tanah andosol adalah tanah yang berwarna hitam kelam mengandung bahan organik dan lempung tipe amorf. Tanah ini tersebar di daerah vulkanik sekitar Samudra Pasifik mulai dari kepulauan Jepang, Filipina, indonesia, Papua Nugini, selandia baru, Pantai barat amerika selatan, Amerika tengah, kepualauan hawai sampai alaska. DI indonesia, tanah andosol terdapat dilereng gunung wayang,pengalengan dan Bandung Selatan.
Tanah grumusol (vertisol) memiliki tekstur lempung, tanpa horizon eluvial dan Iluvial. Struktur lapisan atas granuler, sedangkan pada lapisan bawah seperti bunga kubis, mengandung kapur, mengalami kembang kerut, konsistensi sangat kuat, bahan induk berkapurdan berlempung sehingga kedap air. kedalaman solum sampai 75cm dan berwarna kelam (Yani. 2007).
Faktor utama yang berperan dalam proses pembentukan tanah adalah batuan induk (komposisi mineral dan kimiawi, ukuran partikel dan struktur, relief batuan), iklim (suhu, air, keseluruhan pengaruh iklim) dan tumbuhan. Pada tanah yang telah dibudidayakan untuk pertanian, manusia juga merupakan faktor pembentuk tanah. Semua faktor tersebut akan berpengaruh dan berinteraksi dalamkurun waktu yang sangat panjang. Tumbuhan bukan faktor independen seperti batuan indukdan iklim, tetapi merupakam hasil interaksi antara batuan, iklim dna tanah (Sutanto. 2005).
Tanah sawah berbeda dengan tanah lahan kering. Ciri utama tanah sawah adalah identik dengan genangan air dalam waktu yang lama. Penggenangan tanah menyebabkan terjadinya perubahan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kondisi inilah yang membedakan lahan sawah dengan lahan kering (Siradz, 2006). Penggenangan tanah untuk lahan persawahan dapat menyebabkan perubahan permanen pada sifat-sifat tanah asal yang selanjutnya dapat menyebabkan perubahan tingkat perkembangan profil tanah dan klasifikasi tanah. Menurut Didin (2000) Perkembangan tanah dicirikan oleh terjadinya diferensiasi horizon sebagai wakil proses pedogen baik fisik, kimia dan biologi yang oleh reaksi dalam profil tanah terjadi penambahan bahan organik dan mineral berupa bahan padatan, cair atau gas, menghilangnya bahan diatas tanah, alih tempat bahan dari satu bagian ke bagian lain dalam tubuh tanah, alih rupa senyawa mineral dan bahan organik di dalam tubuh tanah (Rajamuddin. 2009).
Kelembaban dan tekstur tanah adalah dua karakteristik lahan pertanian untuk pertumbuhan tanaman, terkait dengan penyediaan air bagi tanaman serta perkembangan akar tanaman. Dengan diketahuinya karakteristik lahan ini, maka akan memudahkan pemilihan dan penetapan komoditas yang sesuai untuk dikembangkan di suatu wilayah. Selanjutnya beberapa karakteristik lahan ini akan dikelompokkan menjadi kualitas lahan yang nilaina (besarannya) akan menentukan kelas kemampuan lahan untuk komoditas tertentu (Suriadikusumah. 2010).
Selain itu pukulan langsung butir hujan akan menghancurkan agregat tanah, sebagian dari butir tanah terdispersi akan menyumbat pori-pori tanah, meningkatkan kepadatan permukaan tanah. Kondisi ini akan mengakibatkan menurunnya daya infiltrasi dan tata air lainnya sehingga pemasukan air ke dalam tanah yang menjadi persediaan air tanaman menjadi berkurang. Kondisi ini akan semakin diperburuk lagi dengan tingginya kehilangan air melalui evaporasi dari permukaan tanah yang terbuka langsung terhadap sinar matahari dan atau tiupan angin ( Lumbanraja, 1997).
Penutupan permukaan tanah untuk mengurangi kehilangan air dari perkmukaan tanah melalui evaporasi juga merupakan alternatif lain dalam mengoptimalkan tata air dalam pengelolaan lahan kering. Selain itu pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa dalam konservasi tanah dan air terutama untuk melindungi tanah dari pukulan ari hujan untuk menghindari penghancuran agregat adalah sangat efektif (Duley, 1939 dalam Schwab, et al., 1966). Ibrahim, dkk., 1990 menegaskan bahwa mulsa dapat menjaga kelembsaban tanah, memperlambat aliran permukaan, meningkatkan infiltrasi (Lumbanraja. 2012).
BAB 3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 14 Desember 2013 pada pukul 8.00 – selesai di lahan Agroteknopark jubung Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Kamera
2. Alat tulis
3. Bor tanah
4. cangkul
5. Muzle
6. Timba
7. Pisau lapang
8. Karung
3.2.1 Bahan
1. Tanah
3.3 Cara Kerja
Mahasiswa menentukan lokasi lahan yang akan dilakukan pengamatan.
Lokasi yang diamati terdiri dari tiga lokasi yang berbeda mulai dari vegetasi, dan kelerengannya.
Membuat mini profil sedalam 60 cm dengan menggunakan bor tanah.
Tanah hasil pengeboran dilakukan pengamatan mulai dari warna, plastisitas, kelas tekstur dan sebagainya.
Mencatat hasil pengamatan yang dilakukan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Plot
Karakteristik
Lapisan 1
Lapisan 2
Lapisan 3
1
Tekstur
Sandy cley
Silty cley
Silty loam
Warna matrik
Karatan
7,5 YR 3/2
5 YR 5/8
5 YR 3/2
5 YR 5/8
5 YR 5/8
10 YR 3/2
Plastisitas
P
PV
P
Stickynes
SS
S
SV
2.
a. Tekstur
Sandy cley loam
Cley loam
Sandy cley loam
Warna matrik
Karatan
10 YR 3/1
5 YR 5/8
10 YR 3/1
5 YR 5/8
10 YR 3/2
5 YR 5/8
Plastisitas
PS
P
P
Stickynes
S
S
S
3.
a. Tekstur
Cley loam
Silty cley loam
Sandy cley loam
b. Warna matrik
karatan
10 YR 3/2
2,5 YR 5/8
10 YR 4/3
2,5 YR 4/8
10 YR 5/4
2,5 YR 6/8
c. Plastisitas
P
PS
PS
d.Stickynes
S
S
SS
4.2 Pembahasan
Praktikum yang dilakukan yaitu pada lahan yang berada di UPT Agroteknopark jubung. Jenis tanah yang berada disana adalah tanah inseptisol. Dalam praktikum yang dilakukan yaitu dengan membuat mini profil sedalam 60 cm pada 3 tempat yang berbeda untuk mengamati perbedaan warna, kelas tekstur, indeks plastisitas dan stickynes pada tanah-tanah tersebut. Tanah Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang. Profilnya mempunyai horizon yang pembentukannya agak lambat sebagai hasil alterasi bahan induk. Horizon-horizonnya tidak memperlihatkan hasil pelapukan yang intensif. Horizon akumulasi liat dan oksida-oksida besi & aluminium yang jelas tidak ada pada tanah ini. Profil nya lebih berkembang dibandingkan dengan entisol. Kebanyakan Inceptisol memiliki kambik. Horizon B yang mengalami proses- proses genesis tanah seperti fisik, biologi, kimia dan proses pelapukan mineral. Perubahan ini menghasilkan struktur kubus atau gumpal bersudut. Inceptisol dapat berkembang dari bahan induk batuan beku, sedimen, metamorf. Karena Inceptisol merupakan tanah yang baru berkembang biasanya mempunyai tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, dalam hal ini dapat tergantung pada tingkat pelapukan bahan induknya. Bentuk wilayah beragam dari berombak hingga bergunung. Kesuburan tanahnya rendah, jeluk efektifnya beragam dari dari dangkal hingga dalam. Di dataran rendah pada umumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah lereng curam solumnya tipis. Pada tanah berlereng cocok untuk tanaman tahunan atau untuk menjaga kelestarian tanah.
Klasifikasi tanah inseptisol menurut sistem soil taksonomi pada lahan percobaan di jubung adalah sebagai berikut. Pada lahan tersebut memiliki kontur yang berbeda dalam setiap lahan dan tanaman yang dibudidayakan juga berbeda. Jenis tanah yang ada disana dibagi menjadi 4 jenis yaitu yang pertama adalah typic tropaquepts, aeric tropaquepts, flufaquentic eutropepts dan oxyaquic eutropepts. Pada praktikum yang dilaksanakan diperoleh klasifikasi yang baru yaitu dengan sub ordo aquepts karena memiliki draenase yang beruk pada mini profil yang telah dibuat pada kedalaman sekitar 50 cm sudah mengeluarkan air. Pada tanah permukaan tanah terdapat genangan air. Suasana aquepts menyebabkan tanaman sekitar banyak yang menguning karena dalam tanah kekurangan oksigen sehingga akar tidak bisa berkembang dengan maksimal bahkan banyak yang mati. Tanaman yang cocok untuk suasana aquepts adalahatanaman yang tahan terhadap genagan misalnya adalaha tanaman padi.
Tanah inseptisol yang diamati memiliki great great grup epiaquepts merupakan tanah yang jenuh air didalam satu atau lebih lapisan pada kedalaman 200 cm dari permukaan tanah dan terdapat karat warna merah pada lapisan tanah. Great grup epiaquept memiliki ciri-ciri epi saturation yaitu merupakan tanah yang jenuh air dalam satu atau lebih lapisan samapai kedalaman 200 cm. Bercak – bercak warna merah pada tanah disebabkan karena perubahan dari ferii menjadi ferro. Pada tanah tersebut memiliki sub gret grup tipic epiaquepts degan ciri ciri warna abu-abu yang dominan dengan episaturation. Kroma yang tingggi dibeberapa sub horoson adalah dasar yang digunakan untuk aeric.
Praktikum yang dilaksanakan didapatkan kelas tekstur pada plot 1 lapisan 1 teksturnya adalah sandy cley, sedangkan pada lapisan 2 adalah silty cley karena pada lapisan tersebut di dominasi debu. Pada lapisan 3 mempunyai tekstur silty loam. Warna matriks pada lapisan 1 dan 2 memiliki warna yang sama yaitu 5 YR 5/8 dan pada lapisan ketiga memiliki 10 YR 3/2. Dari tanah yang di ambil sampelnya tersebut kemudian di analisa tingkat plastisitas dimana dalam dunia pertanian plastisitas akan mempengaruhi aerasi dan drainase. Apabila pada plastisitas semakin plastis maka dapat dipastikan kemampuan menahan air buruk. Tanah pada lapisan 1 memilki plastisitas dengan harkat P (Plastic), pada lapisan 2 atau kedalaman 20-40 cm memiliki harkat PV (Very Plastic), sedangakan pada lapisan ketiga atau kedalaman 40- 60 cm plastic. Selain itu stickynes pada ketiga lapisan berbeda semua, pada lapisan 1 adalah SS (Slighty sticky), pada lapisan kedua adalah Sticky, dan pada lapisan ketiga very sticky.
Pengambilan sampel kedua dilakukan di lakukan di lahan sawah yang tergenang dan didapatkan data sebagai berikut: tekstur yang dimiliki pada lapisan pertama atau pada kedalaman tanah 0-20 cm adalah sandy cley loam, warna matriks yang dimiliki adalah 10 YR 3/1 yaitu very dark grey. Sedangkan warna karatannya adalah 5 YR 5/8 yaitu yellowish red. Selain itu plastisitas dan stickyness juga di analisa yang didapatkan hasil bahwa PS dan S. selanjutnya pada lapisan kedua dengan kedalaman 20-40 cm memilki tekstur cley loam yang didapatkan dengan metode cepat dilapang menggunkan tangan secara langsung yaitu dengan membuat tanah menjadi bentuk bola, kemudian dibentuk menjadi pita dapat seberapa panjang dan yang terakhir dengan merasakan komposisi apa yang mendominasi pada tanh sampel tersebut. Akhirnya di dapatkan kelas tekstur cley loam dengan warna 10 YR 3/1(very dark grey), dan warna pada karatan 5 YR 5/8 (yellowish red). Pada tanah lapisan ini didapatkan karakter plastic sedangkan stickynessnya adaqlah sticky. Pengambilan sampel selanjutnya adalah pada kedalaman 40-60 cm dan di dapatkan hasil sebagai berikut: tekstur tanahnya adalah sandy cley loam, dimana pada tanah ini di dominasi oleh pasir dan sedikit dengan cley. Karakter tanah ini memiliki kemampuan menahan air yang buruk. Warna matrik adalah 10 YR 3/2 dan warna karatannya adalah 5 YR 5/8. Tanah ini memiliki karakter plastic dan sedangkan stickynessnya adalah sticky.
BAB 5. PENUTUP
Kesimpulan
Dari prakikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tanah yang berada dalam agroteknopark jubung masuk kedalam ordo inseptisol, yang memiliki cirri-ciri tanah Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang perkembangan dari entisol. Memiliki sub ordo Aqupts yaitu tanah yang memiliki draenase yang buruk sehingga terjadi penggenangan. Memiliki great grup epiaquptas dengan cirri-ciri terdapat gleisasi yang menyebabkan tanah berwarna abu-abu. Pada tanah tersebut memiliki sub gret grup tipic epiaquepts degan ciri ciri warna abu-abu yang dominan dengan episaturation.
Dari lahan yang berada dijubung memiliki perbedaan antar petak yang satu dengan petak yang lain dalam lahan tersebut terdapat 4 sub great grup typic tropaquepts, aeric tropaquepts, flufaquentic eutropepts dan oxyaquic eutropepts.
Praktikum yang dilakukan untuk menentukan sub grpup sapai dengan sub great grup dengan cara membuat mini profil sedalam 60 cm dengan beberapa parameter yang diamati antara lain adalah kelas tekstur, warna tanah, indeksplastisitas dan stikynes.
saran
Dalam melakukan praktikum dalam melakukan pengambilan data lebih akurat karena kondisi hhujan dan tanah yang dilakukan pengamatan menjadi tergenang sehingga satu bagian yang digunakan pengamatan sehinggga tidak maksimal. Alat yang digunakan juga kurang memadai sehingga praktikum jjuga kurang maksimal seperti bor patok tidak ada pengungkitnya untuk mengangkat dari tanah, seharusnya semua dilengkapi agar dapat berjalan dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Lumbanraja, Perlindungan. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Sapi dan Jenis Mulsa Terhadap Kapasitas Pegang Air Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L) Var. Willis Pada Tanah Ultisol Simalingkar. JURIDIKTI. 5 (2) : 58-72
Rajamuddin, Ulfiyah A. 2009. Kajian Tingkat Perkembangan Tanah Pada Lahan Persawahan Di Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Agroland. 16 (1) : 45-52
Suriadikusumah, Abraham dan Aryupti Pratama. 2010. Penetapan Kelembaban, Tekstur Tanah dan Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kina (Chinchona spp) di Sub DAS Cikapundung Hulu Melalui Citra Satelit Landsat-TM Image. Agrikultura. 21 (1) : 85-92.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Konsep dan Kenyataan. Kanisiun. Yogyakarta.
Utoyo, Bambang. 2007. Geografi : Membuka Cakrawala Dunia. Setia Purna Inves. Bandung.
Yani, Ahmad dan Mamat Ruhimat. 2007. Menyingkap Fenomena Geosfer. Grafindo Media Pratama. Yogyakarta.