BAB I HASIL OBSERVASI I. Observasi berdasarkan pada saat pasien memasuki dan meninggalkan area Puskesmas 1. Standar Keselamatan Pasien : A. Saat Masuk Puskesmas 1. Hak pasien mendapatkan informasi tentang risiko jatuh, tata cara pengambilan nomor antrean, dan pendaftaran.
a. Jalan menuju gerbang puskesmas berkerikil dan berpasir meningkatkan risiko pasien jatuh.
b. Plang puskesmas hampir jatuh meningkatkan kejadian kecelakaan pada pasien yang datang dan pulang dari puskesmas
1
c. Nomor antrean terletak di area parkir dan petunjuk pengambilan nomor antrean kurang terlihat dengan jelas sehingga pasien sering melewatinya. Pasien sering kembali lagi ke area parkir untuk mengambil nomor antrean karena petunjuk pengambilan nomor antrean yang jelas berada di depan pintu masuk.
d. Lantai antara teras dengan lobby terdapat perbedaan tinggi yang menjadi risiko jatuh bagi pasien
2
e. Pasien datang dan melakukan pendaftaran dan pengambilan rekam medis sudah sesuai dengan standar sehingga resiko rekam medis tertukar sangat kecil
f. Pagar pembatas jalan menuju poli kurang ergonomis sehingga tidak bisa menahan tubuh pasien ketika pasien kehilangan keseimbangan 2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga kegiatan mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. a. Untuk pasien dengan penyakit air-borne disease belum diedukasi untuk memakai masker, puskesmas seharusnya berkewajiban menyediakan masker untuk pasien yang bersangkutan. b. Untuk pasien yang membawa anak kecil belum diedukasi untuk menjaga anaknya agar tidak berlarian di puskesmas 3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan upaya fasilitas pelayanan kesehatan di bidang keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan
3
a. Sistem triage belum diterapkan di puskesmas Karangpandan
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan peningkatan keselamatan pasien kegiatan mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang telah ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien a. Puskesmas sudah sesuai standar 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien kegiatan pimpinan fasilitas kesehatan dalam mendorong dan menjamin implementasi keselamatan pasien, menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit, mengalokasikan sumber daya dan mengukur serta mengkaji efektivitas kontribusi setiap unsur a. Puskemas sudah sesuai standar 6. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensii staf serta medukung pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien. a. Di puskesmas karangpandan tidak semua tenaga kesehatan mendapatkan pelatihan RJP 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien Merupakan kegiatan fasyankes dalam merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan internal dan eksternal a. Puskesmas sudah sesuai starndar
B. Saat Keluar Puskesmas 1. Hak pasien mendapatkan standar pelayanan mulai dari penindakan pasien, pengambilan obat, dan rujukan. -
Semua penindakan dilakukan di ruang IGD seharusnya terdapat ruangan khusus
4
-
Pengambilan obat tidak sesuai dengan standar karena identifikasi pasien hanya dengan nama tidak disertai penyebutan alamat/tanggal lahir untuk mengurangi risiko obat yang tertukar karena kesamaan nama.
-
Tempat pengambilan tidak ergonomis pasien harus membungkuk sehingga meningkatkan risiko LBP
-
Pembuatan rujukan sesuai dengan poli yang bersangkutan sudah sesuai standar
-
Tidak ada petunjuk arah pintu keluar sehingga jalan masuk dan jalan keluar sama meningkatkan risiko bertabrakan satu sama lain ketika puskesmas sedang penuh pasien.
5
2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga kegiatan mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. a. Pada saat pengambilan obat petugas tidak mengedukasi cara pemakaian obat kepada pasien atau keluarga 3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan upaya fasilitas pelayanan kesehatan di bidang keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan a. Sudah sesuai standar yaitu dari poli menuju ke farmasi b. Belum tersedia APAR di tiap ruangan dan lokasi penyimpanan APAR tidak mudah terlihat
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan peningkatan keselamatan pasien kegiatan mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang telah ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien a. Puskesmas sudah sesuai standar 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien kegiatan pimpinan fasilitas kesehatan dalam mendorong dan menjamin implementasi keselamatan
6
pasien, menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit, mengalokasikan sumber daya dan mengukur serta mengkaji efektivitas kontribusi setiap unsur a. Puskemas sudah sesuai standar 6. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensii staf serta medukung pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien. a. Di puskesmas karangpandan tidak semua tenaga kesehatan diberikan pelatihan tentang cara menggunakan APAR 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien Merupakan kegiatan fasyankes dalam merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan internal dan eksternal a. Puskesmas sudah sesuai standar
2. SASARAN KESELAMATAN PASIEN 1. SKP.1 Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar 2. SKP.2 Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif 3. SKP.3 Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai 4. SKP.4 Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar, Pembedahan Pada Pasien Yang Benar 5. SKP.5 Mengurangi Resiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan 6. SKP.6 Mengurangi Cedera Pasien Akibat Terjatuh Berdasarkan Observasi Saat Masuk dan Keluar di Puskesmas Kecamatan Karangpandan : a. Sasaran 1 : Sudah mengidentifikasi pasien dengan benar menggunakan Kartu Identitas Diri dan Kartu BPJS
7
b. Sasaran 2 : Sudah melaksanakan komunikasi efektif dengan pasien. Pasien yang datang diarahkan menuju ke poli yang sesuai c. Sasaran 3: Sudah melakukan usaha untuk mengamankan obat-obatan yang perlu diwaspadai tapi belum maksimal d. Sasaran 4: Sudah melakukan pembedahan sesuai dengan standar e. Sasaran 5: Sudah mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan dengan mencuci tangan sebelum tindakan dan memakai handscoon
f. Sasaran 6: Belum melakukan usaha untuk mengurangi resiko pasien jatuh di lokasi yang berpotensi untuk jatuh
8
A. Instalasi Gawat Darurat Standar Keselamatan Pasien: Standar 1. Hak Pasien (1) Pada jam kerja, dokter bertanggungjawab apabila ada pasien datang. Pada saat jam jaga, terdapat perawat jaga yang sekaligus bertugas jaga di bangsal sedangkan dokter dihubungi melalui telepon apabila terdapat pasien datang. Dokter bertanggungjawab langsung menangani pasien emergensi di luar jam kerja apabila terdapat pasien dengan kasus emergensi. Standar 2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga (1) Edukasi kepada pasien dan keluarga dilakukan oleh dokter dan perawat. Apabila akan dilakukan suatu tindakan medis dan membutuhkan persetujuan pasien (inform consent), inform consent tidak dilakukan secara tertulis dan hanya dilakukan secara lisan. Standar 3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan (1) Pelayanan terhadap pasien terkait alat-alat yang terdapat di ruang IGD belum memenuhi standar minimal, seperti sungkup oksigen yang digunakan lebih dari satu pasien tanpa memerhatikan penyakit yang diderita pasien yang menggunakan alat tersebut. (2) Penggunaan injeksi yang seharusnya hanya sekali pakai digunakan berulang kali. Hal-hal ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Standar 4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan peningkatan keselamatan pasien (1) Dokter pada pelayanan IGD berjumlah 1 orang dan terdapat perawat yang mendampingi berjumlah 1 orang. Di luar jam kerja, 1 orang perawat jaga bertugas untuk menjaga IGD dan bangsal. Hal ini dirasa kurang memenuhi standar, karena apabila terjadi kejadian gawat darurat di lebih dari 1 tempat, hanya 1 tenaga medis yang berada di puskesmas pada jam tersebut.
9
(2) Belum terdapat pendataan per periode tertentu mengenai data kasus emergensi yang terjadi di instalasi gawat darurat puskesmas. Sehingga monitoring kebutuhan obat dan alat emergensi tidak terpantau dan dimungkinkan terjadi stok habis. (3) Keberadaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) tidak diletakkan pada tempatnya dan terkesan sulit dijangkau dengan cepat apabila terjadi kebakaran karena tertutup tirai ruang IGD. Menurut standar, APAR seharusnya diletakkan di tiap sudut ruangan dan mudah dijangkau oleh orang yang berada di sekitar lingkungan tersebut.
Standar 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien (1) Ketika terjadi bencana, belum terdapat tim khusus gerak cepat antar bagian. Perawat IGD akan melaporkan kejadian bencana kepada kapuskes, kemudian kapuskes akan menunjuk tim gerak cepat sehingga dalam hal ini bersifat insidental. Hal ini dirasakan belum tepat karena memakan waktu cukup lama dan beresiko tinggi pada keselamatan pasien karena tidak segera ditangani oleh tenaga medis.
Standar 6. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien (1) Pendidikan mengenai Bantuan Hidup Dasar (BHD) sudah dipahami oleh tenaga medis, yaitu dokter dan perawat. Namun, belum seluruh perawat puskesmas memahami mengenai BHD sehingga ditakutkan apabila perawat jaga tidak kompeten dalam hal ini, maka dapat menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan. Standar 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien (1) Perawat jaga di luar jam kerja, mengkomunikasikan keluhan pasien yang datang ke IGD melalui telepon. Selanjutnya, dokter akan menyampaikan rencana terapi kepada perawat. Perawat jaga menuliskan rencana terapi tersebut dan mengkonfirmasi dengan membaca ulang apa yang telah disampaikan oleh dokter (write back, read back, repeat back). Namun, sepertinya hal ini belum dilakukan oleh seluruh perawat yang berjaga di IGD sehingga dapat dimungkinkan terjadi kesalahan penanganan dan pemberian obat kepada pasien.
10
Sasaran Keselamatan Pasien Sasaran 1. Mengidentifikasi pasien dengan benar (1) Terkait kejadian emergensi, pasien yang datang hanya dipanggil dan dikonfirmasikan dengan nama dan alamat, bukan dengan nama, alamat, tempat dan tanggal lahir. Sehingga dimungkinkan terjadinya kekeliruan penanganan pada orang yang berbeda, bila terdapat kesamaan nama. (2) Saat sebelum injeksi obat, atau pengambilan darah pasien belum diidentifikasi dan dicek ulang terkait identitas sehingga dimungkinkan adanya kekeliruan dan peningkatan risiko keselamatan pasien. Sasaran 2. Meningkatkan komunikasi yang efektif (1) Prosedur anamnesis telah dilakukan oleh perawat jaga bila ada pasien IGD. Lalu perawat menghubungi dokter jaga apabila diperlukan rencana terapi, dan melakukan pencatatan rencana terapi dan konfirmasi ulang kepada dokter jaga. Namun, tidak semua perawat jaga melakukan hal demikian. Sasaran 3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai (1) Penyimpanan obat di IGD dirasa kurang tepat dan belum sesuai dengan standar penyimpanan. Obat belum tersimpan dan dikategorikan dengan rapi sesuai golongan obatnya dan belum terdapat label pada obat-obat NORUM/LASA.
Sasaran 4. Memastikan lokasi prosedur dengan benar (1) Saat di IGD, checklist verifikasi untuk prosedur tindakan yang benar masih belum tersedia. Adanya kemungkinan salah lokasi, salah pasien, dan salah prosedur besar terjadi. Akibatnya, pasien bisa dirugikan apabila terdapat kesalahan, dan menimbulkan bahaya pada pasien sendiri. Sasaran 5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
11
(1) Perawat jaga masih belum menerapkan 5 momen dilakukannya cuci tangan dengan 6 langkah secara tepat. Selain itu, penyimpanan alat-alat steril masih belum ditempatkan dengan benar, sehingga bisa meningkatkan risiko infeksi pada pasien. Walaupun, di IGD telah ditempel poster terkait 5 momen dilakukannya cuci tangan. Sasaran 6. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh (1) Tempat tidur pemeriksaan pada IGD tidak terdapat pengaman sehingga memungkinkan resiko jatuh terjadi. Selain itu, untuk bed khusus jika ada pasien yang membutuhkan RJP (bed yang keras) belum tersedia.
B. Poli Umum Standar Keselamatan Pasien Standar 1. Hak Pasien (1) Pelayanan kesehatan di Poli Umum Puskesmas Karangpandan dilaksanakan dengan dokter penanggung jawab dr. Wahyu Wibowo selaku kepala unit Rawat jalan. (Standar 1. Kriteria 1) (2) Pelayanan yang dilakukan pada poli umum Puskesmas Karangpandan belum memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) tertulis dan disahkan oleh Kepala Kapuskes (Standar 1. Kriteria 2) (3) Standar Operasional Prosedur Poli Umum dimaksudkan meliputi: a. Pendaftaran dan Administrasi pasien. b. Pemeriksaan awal dan standar pelayanan minimal. c. Triage dan kegawatdaruratan poli umum. d. Rekam Medis e. Pelaporan Kasus dan Kunjungan harian (4) Dokter penanggung jawab pelayanan belum memberikan penjelasan kepada seluruh keluarga pengantar pasien tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien. Hal ini terjadi karena tempat duduk yang disediakan bagi pasien hanya cukup untuk 1 orang (pasien tersebut) pada salah satu meja pelayanan pada poli umum (Standar 1. Kriteria 3).
12
Standar 2. Mendidik Pasien dan Keluarga (1) Dokter belum memberikan tawaran kepada pasien ataupun keluarga pasien untuk bertanya tentang kondisi yang dialami pasien, rencana pelayanan, hasil pelayanan dan dan risiko pelayanan (Standar 2. Kriteria) (2) Puskesmas belum menyediakan leaflet terkait penyakit yang sering dilakukan pelayanan sebagai pengganti dan pendukung komunikasi dokter dengan pasien dan keluarga pasien (Standar 2. Kriteria) (3) Puskesmas belum ada poster edukasi tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga pada ruang tunggu atau ruang periksa sehingga bisa diakses oleh pasien dan keluarga pasien (Standar 2. Kriteria ) (4) Dokter memberikan edukasi dan komunikasi dengan bahasa daerah dan bahasa Indonesia demi tercapainya komunikasi yang efektif (Standar 2. Kriteria) (5) Dokter telah memberikan pelayanan dengan santun sehingga mendukung tercapainya target pelayanan pengobatan (Standar 2. Kriteria) Standar 3. Keselamatan Pasien dalam Kesinambungan Pelayanan (1) Pelayanan pendaftaran poli umum dilakukan pada bagian pendaftaran dengan petugas mencukupi dan kompeten (Standar 3. Kriteria 1) (2) Terjalin komunikasi verbal dan non verbal antar petugas pelayanan secara efektif melalui komunikasi langsung dan tertulis melalui Rekam Medis (Standar 3. Kriteria 1) (3) Mobilisasi dokumen Rekam Medis pasien dilakukan oleh petugas pada semua pelayanan poli umum (Standar 3. Kriteria 1) (4) Komunikasi tertulis dalam dokumen Rekam Medis belum memenuhi kriteria identifikasi minimal pasien, meliputi: a. Nama b. Jenis Kelamin c. Tanggal Lahir d. Alamat (Standar 3. Kriteria 1-4)
13
(5) Terdapat pembagian tugas antara Medis dan Paramedis dalam proses pelayanan pada Poli Umum untuk menjamin terlaksananya semua cakupan layanan pasien dan Keluarga Pasien (Standar 3. Kriteria 3) (6) Telah ada berkas komunikasi antar profesi kesehatan atau unit pelayanan kesehatan yang meliputi: a. Surat Pemeriksaan penunjang b. Surat Rujukan (Umum/BPJS) (Standar 3. Kriteria 4). Standar 4. Penggunaan Metode – Metode peningkatan Kinerja untuk Melakukan Evaluasi dan Program Peningkatan Keselamatan Pasien (1) Pelayanan poli umum Puskesmas Karangpandan telah menata ruang pelayanan dan ruang tunggu sehingga mempermudah proses berjalannya pelayanan (Standar 4. Kriteria 1) (2) Dokter pada pelayanan poli umum berjumlah 2 sesuai dengan data jumlah kunjungan pasien harian (Standar 4. Kriteria 1) (3) Belum semua tenaga kesehatan pada poli umum terlatih dalam penanganan kegawatan pasien (Standar 4. Kriteria 1) (4) Pelayanan tindakan belum bisa dilakukan di poli umum karena fasilitas tindakan hanya disediakan di IGD (Standar 4. Kriteria 1) (5) Belum adanya laporan harian kunjungan pasien pada poli umum puskesmas sebagai dasar pertimbangan kebijakan kepala Puskesmas, meliputi: a. Data Kunjungan berdasar penyakit b. Data Kunjungan berdasar usia c. Data Kunjungan berdasar pengobatan dan biaya pelayanan (Standar 4. Kriteria 2) (6) Melakukan evaluasi kinerja Sumber Daya Manusia, Sistem dan Program setiap periode tertentu. Standar 5. Peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien. (1) Kepala Puskesmas telah melakukan komunikasi dan identifkasi risiko keselamatan pasien pada setiap unit pelayanan kesehatan (Standar 5. kriteria 2)
14
(2) Belum ada tim khusus (tim gerak cepat) yang dibentuk dari SDM yang ada pada poli umum dalam penananggulangan kejadian kegawatan pasien, bencana alam dan kebakaran (Standar 5. Kriteria 1) (3) Belum adanya mekanisme evakuasi bencana dalam fasilitas kesehatan yang meliputi: a. Pembentukan tim reaksi cepat b. Jalur Evakuasi c. Tanda/Peringatan bahaya (Kode Merah, Kode Biru dan Kode Kuning) (4) Belum tersedia Alat Pemadam Api Ringan yang bisa digunakan dalam kondisi kebakaran (Standar 5. Kriteria 2) (5) Belum adanya Standar Pemeriksaan berkala pada sarana prasarana Puskesmas demi menjamin keamanan petugas kesehatan, pasien serta keluarga pasien (Standar 5. Kriteria 2) Standar 6. Mendidik Staff tentang Keselamatan Pasien (1) Kepala Puskesmas melalui unit administrasi melakukan pendataan pelatihan yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan yang ada di Puskesmas (Standar 6. kriteria 1) (2) Puskesmas belum bisa mengadakan pelatihan pertolongan kegawatan pasien pada semua petugas yang ada pada pelayanan kesehatan (Standar 6. Kriteria 1) (3) Belum ada pedoman tertulis tentang keselamatan Pasien pada setiap unit pelayanan kesehatan (Standar 6. kriteria 2) (4) Puskesmas telah melakukan pelatihan kerjasama kelompok dan kordinasi unit demi tercapainya keselamatan pasien (Standar 6. Kriterua 3) Standar 7. Komunikasi Sebagai Kunci bagi Staff untuk Mencapai Keselamatan Pasien (1) Sistem komunikasi berbasis computer dan jaringan antar unit belum sepenuhnya ada (Standar 7. Kriteria 2). (2) Pengadaan anggaran dalam perbaikan sistem, manajemen dan sarana prasarana terkait pelayanan telah disusun (Standar 7. kriteria 1).
15
Sasaran Keselamatan Pasien Sasaran 1. Mengidentifikasi Pasien dengan Benar (1) Pasien sudah diidentifikasi dengan dua identitas yaitu nama dan alamat (Kegiatan 1). (2) Pasien telah dilakukan identifikasi sebelum pemeriksaan awal dan diagnosis serta perencanaan pelayanan (tindakan dan terapi) (Kegiatan 2,3) (3) Identifikasi identitas pasien belum bisa konsisten dilakukan pada semua rangkaian unit poli umum, terutama pada bagian pemeriksaan penunjang (Kegiatan 4) Sasaran 2. Meningkatkan Komunikasi yang Efektif (1) Perintah lisan/ telpon dan hasil pemeriksaan telah mekanisme Write back, read back, Repeat oleh penerima tugas (perawat) (Kegiatan 1,2,3) (2) Dokumen Rekam Medis belum bisa ditulis lenkap sesuai kaidah (S-O-A-P) meliputi Subjektif, Objektif, Assesment, Planing (Kegiatan 4) Sasaran 3. Meningkatkan Keamanan Obat-obatan yang harus diwaspadai (1) Dokter belum menulis resep sesuai dengan penulisan yang lengkap sehingga mengurangi risiko kesalahan pengambilan obat oleh bagian farmasi (Kegiatan 1). (2) Dokter juga belum memberikan tanda khusus untuk obat-obat dengan risiko kesalahan yang tinggi (Kegiatan 1). (3) Belum adanya daftar obat dan dosis yeng tersedia sebagai alat bantu bagi dokter untuk mengurangi kesalahan dosis (Kegiatan 1). (4) Obat-obat yang berisiko sudah tidak disediakan langsung pada poli umum (Kegiatan 3). Sasara 4. Memastikan Lokasi Pembedahan yang Benar, Prosedur yang Benar, Pembedahan pada Pasien yang Benar (1) Belum ada Lembar Inform Consent tertulis sebagai pedoman dan komunikasi antara pemberi perintah tindakan dan pelaksana tindakan (Kegiatan 1) (2) Pasien telah diidentifikasi dengan data rekam medis berupa dua identitas, yaitu nama dan alamat (Kegiatan 1) (3) Belum ada daftar obat dan alat emergensi yang tersedia di poli umum (Kegiatan 1)
16
(4) Dokter sudah menanyakan kembali identitas pasien sebelum melakukan pemeriksaan dan atau terapi pada pasien (Kegiatan 2) (5) Belum lengkapnya pencatatan rekam medis terkait dengan tindakan medis oleh temaga kesehatan. Sasaran 5. Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan (1) Dokter belum terbiasa melakukan hand hygiene ketika berada pada ruang pelayanan kesehatan (Kegiatan 1) (2) Handscrub pada ruang pemeriksaan belum berada pada tempat yang mudah dijangkau oleh semua tenaga kesehatan, pasien dan keluarga pasien (Kegiatan 3) (3) Belum adanya tempat sampah khusus untuk sampah medis dan non medis (Kegiatan 3) (4) Belum terdapat tempat cuci tangan yang disertai dengan sabun dan pengering tangan (tissue) (Kegiatan 1) (5) Belum terdapat poster edukasi tentang etika batuk dan anjuran untuk cuci tangan dengan sabun sesuai dengan standar WHO (Kegiatan 3) Sasaran 6. Mengurangi Risiko Cedera Pasien akibat Terjatuh (1) Belum tersedia kursi roda bagi pasien yang memiliki risiko terjatuh (kegiatan 2) (2) Bed transfer pasien antar unit belum memiliki pengaman (Kegiatan 2) (3) Belum ada tangga untuk membantu pasien naik ke bed pemeriksaan pada pelayanan poli umum (Kegiatan 2) (4) Perlu di berikan pegangan yang ada pada akses jalan yang kemngkinan mengakibatkan risiko terjatuh (Kegiatan 2)
C. Bagian KIA Standar Keselamatan Pasien Standar 1. Hak Pasien: (1) Pada Bagian KIA, petugas yang bertanggungjawab adalah seorang perawat. Terkait prosedur pelayanan di KIA ditampilkan skema alur pelayanan yang ditempel di meja
17
periksa, akan tetapi hanya digunakan petugas saja. Sehingga, pasien belum mendapatkan hak terkait informasi alur pelayanan pada bagian KIA. Standar 2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga (1) Informasi terkait hak dan kewajiban pasien belum disampaikan oleh perawat dengan cukup benar, jelas, lengkap, dan jujur. Sehingga pasien masih belum mengerti dan memberikan informasi terkait keluhannya secara lengkap. Oleh karena itu, pasien masih perlu mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti dan mampu mematuhi instruksi dan menghormati peraturan pada fasilitas pelayanan kesehatan Standar 3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan (1) Ibu hamil yang akan periksa akan diarahkan ke bagian-bagian lain untuk pemeriksaan skrining lengkap dalam rangka ANC yang terintegrasi. Ibu hamil diarahkan ke bagian gizi, laboratorium, imunisasi, dan poli umum. Sehingga bisa disimpulkan adanya koordinasi pelayanan yang menyeluruh. (2) Bentuk koordinasi pelayanan diwujudkan dalam bentuk tulisan rujukan ke bagian masing-masing di rekam medis dengan keterangan informasi yang masih kurang
Standar 4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan peningkatan keselamatan pasien (1) Perancangan program bagian KIA lebih diutamakan pada mencapai sasaran SPM yang telah ditetapkan sebelumnya dan belum memikirkan factor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan tujuh langkah menuju keselamatan pasien.
Standar 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien (1) Terkait adanya risiko keselamatan pasien, pada bagian KIA belum ada tim khusus untuk perwakilan tim antarbagian yang bertugas mengelola program keselamatan pasien. (2) Selain itu, belum ada prosedur tetap terkait aksi cepat tanggap jika ada insiden termasuk apabila ada musibah yang mengenai pasien.
18
Standar 6. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien (1) Saat ini, puskesmas belum memiliki program pendidikan dan pelatihan khusus pada petugas terkait keselamatan pasien yang terintegrasi dalam setiap kegiatan di bagian. Namun, sudah ada langkah awal untuk mendata terkait pelatihan yang telah diikuti oleh petugas baik dari mulai tingkat kecamatan hingga provinsi. Standar 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien (1) Belum ada anggaran khusus dan mekanisme identifikasi masalah untuk merencankan dan mendesain proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien Sasaran Keselamatan Pasien Sasaran 1. Mengidentifikasi pasien dengan benar (1) Pada bagian KIA, pemanggilan pasien dilakukan dengan menyebutkan nama dan alamat pasien. Saat pasien masuk ruangan, tidak dilakukan konfirmasi terkait identitas pasien, yaitu nama, alamat dan tempat tanggal lahir. Sasaran 2. Meningkatkan komunikasi yang efektif (1) Anamnesis dilakukan oleh pemeriksa yaitu perawat dengan hanya menanyakan keluhan pasien saja tanpa memandang seven sacred dan fundamental four. Pemeriksa menjelaskan diagnosis yang disebutkan kepada pasien dan faktor resiko yang dapat menyebabkan munculnya diagnosis tersebut. Pemeriksa juga menjelaskan pertanyaanpertanyaan yang diajukan oleh pasien. Sasaran 3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai (1) Penyimpanan obat dirasa kurang tepat dan belum sesuai dengan standar penyimpanan. Obat belum tersimpan dengan rapi dan belum terdapat label pada obat-obat NORUM/LASA. Sasaran 4. Memastikan lokasi prosedur dengan benar
19
(1) Pada bagian KIA tidak melakukan prosedur terapi dan hanya terfokus pada bidang konseling saja. Sasaran 5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan (1) Perawat belum menerapkan 5 momen dilakukannya cuci tangan dengan 6 langkah. Sasaran 6. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh (1) Tempat tidur pemeriksaan tidak terdapat pengaman sehingga memungkinkan resiko jatuh terjadi.
D. Bagian Fisioterapi Standar Keselamatan Pasien: Standar 1. Hak Pasien: (1) Pada Bagian Fisioterapi, petugas yang bertanggungjawab adalah seorang fisioterapis. Alur pelayanan dan prosedur standar belum ditampilkan atau ditempel di dinding secara jelas kepada pasien. Sehingga, pasien belum mendapatkan hak terkait informasi alur pelayanan pada bagian Fisioterapi. (2) Selain itu, fisioterapis yang bertugas belum memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien terkait rencana pelayanan, prosedur standar, dan kemungkinan hasil pelayanan kepada pasien. Standar 2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga (1) Informasi terkait hak dan kewajiban pasien saat menerima pelayanan fisioterapi belum disampaikan dengan cukup benar, jelas, lengkap, dan jujur. Sehingga pasien kemungkinan belum mengerti dan memberikan informasi terkait keluhannya secara lengkap dan mengerti kemungkinan terjadinya resiko dan efek samping dari pelayanan fisioterapi, semisal timbul rasa nyeri di titik tubuh yang difisioterapi
20
Standar 3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan (1) Apabila pasien datang dengan rujukan dari bagian lain semisal dari poli umum, maka fisioterapis akan menganamnesis ulang dan mengecek ulang terkait informasi pasien, dimulai dari identitas, usia, dan keluhan yang dialami pasien. Terkait form khusus untuk informasi yang dicatat oleh fisioterapis belum tersedia. Standar 4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan peningkatan keselamatan pasien (1) Pendataan terkait insiden, atau kejadian tidak diinginkan, dan efek samping yang timbul ketika pelayanan fisioterapi masih belum tercatat dengan rapi. Terkait inventarisasi peralatan di ruang telah dilakukan dengan baik, walaupun tidak selalu dicek dalam periode waktu tertentu. Standar 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien (1) Terkait adanya risiko keselamatan pasien, pada bagian fisioterapi belum ada petugas khusus untuk perwakilan tim antarbagian yang bertugas mengelola program keselamatan pasien. (2) Selain itu, belum ada prosedur tetap terkait aksi cepat tanggap jika ada insiden termasuk apabila ada musibah yang mengenai pasien di bagian fisioterapi. (3) Dan juga, belum ada mekanisme tetap yang tercatat apabila terjadi kejadian tidak diinginkan, missal efek samping dari fisioterapi Standar 6. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien (1) Saat ini, puskesmas belum memiliki program pendidikan dan pelatihan khusus pada petugas fisioterapi terkait keselamatan pasien yang terintegrasi dalam setiap kegiatan di bagian. Namun, sudah ada langkah awal untuk mendata terkait pelatihan yang telah diikuti oleh petugas baik dari mulai tingkat kecamatan hingga provinsi.
21
Standar 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien (1) Belum ada anggaran khusus dan mekanisme identifikasi masalah untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien. Sasaran Keselamatan Pasien Sasaran 1. Mengidentifikasi pasien dengan benar (1) Pada bagian fisioterapi, pemanggilan pasien dilakukan dengan menyebutkan nama dan alamat pasien. Saat pasien masuk ruangan, tidak dilakukan konfirmasi terkait identitas pasien, yaitu nama, alamat dan tempat tanggal lahir. (2) Hal ini belum sesuai dengan standar yaitu selain dengan konfirmasi nama, alamat, dan tempat tanggal lahir, juga dilakukan dengan mengecek nomor rekam medis pasien. Sasaran 2. Meningkatkan komunikasi yang efektif (1) Anamnesis dilakukan oleh fisioterapis dengan hanya menanyakan keluhan pasien saja tanpa memandang seven sacred dan fundamental four. Pemeriksa menjelaskan diagnosis yang disebutkan kepada pasien dan faktor resiko yang dapat menyebabkan munculnya diagnosis tersebut. Pemeriksa juga menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pasien. Lalu selanjutnya pasien dijelaskan terkait rencana pelayanan dan kemungkinan risiko yang terjadi. Sasaran 3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai (1) Penyimpanan obat dirasa kurang tepat dan belum sesuai dengan standar penyimpanan dengan pengkategorian yang jelas. Obat belum tersimpan dengan rapi dan belum terdapat label pada obat-obat NORUM/LASA. Sasaran 4. Memastikan lokasi prosedur dengan benar (1) Fisioterapis melakukan pengecekan awal titik nyeri pada tubuh pasien terlebih dahulu dengan menyesuaikan hasil anamnesis yang telah dilakukan sebelumnya. Bila telah
22
ditemukan titik yang paling nyeri, lalu fisioterapis melakukan prosedur, sehingga prosedur pada pasien dapat dikatakan telah tepat lokasi. Sasaran 5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan (1) Fisioterapis belum menerapkan 5 momen dilakukannya cuci tangan dengan 6 langkah secara tepat. Prosedur cuci tangan hanya dilakukan ketika selesai fisioterapi. Hal ini dilakukan karena adanya anggapan bahwa pasien dewasa tidak memiliki risiko infeksi yang besar. (2) Namun, ketika pada pasien anak-anak, fisioterapis melakukan cuci tangan pada saat sebelum dan sesudah pemeriksaan, untuk menghindari terjadinya risiko infeksi pada anak-anak. Sasaran 6. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh (1) Tempat tidur pemeriksaan dan pelayanan tidak terdapat pengaman sehingga memungkinkan resiko jatuh terjadi. Selain itu, belum adanya label khusus pada pasien dengan risiko jatuh dapat mengakibatkan kemungkinan pasien jatuh terjadi.
E. Bagian Laboratorium Standar 1. Hak Pasien: (1) Petugas yang bertanggungjawab adalah seorang laborat. Alur pelayanan dan prosedur standar sudah ditampilkan atau ditempel di dinding secara jelas kepada pasien, namun sudah lama tidak diperbarui. Sehingga, pasien belum mendapatkan hak terkait informasi alur pelayanan pada bagian laboratorium secara jelas. Standar 2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga (1) Informasi terkait hak dan kewajiban pasien saat menerima pelayanan laboratorium belum disampaikan dengan cukup benar, jelas, lengkap, dan jujur. Sehingga pasien kemungkinan belum mengerti dan memberikan informasi terkait keluhannya secara lengkap dan mengerti kemungkinan terjadinya resiko dan efek samping dari pelayanan laboratorium
23
Standar 3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan (1) Apabila pasien datang dengan rujukan dari bagian lain semisal dari poli umum, berkas rekam medis dibawa oleh pihak pasien sendiri. Hal ini ditakutkan adanya berkas penting yang hilang atau rusak. Formulir khusus permintaan pemeriksaan laboratorium juga belum tersedia. Sehingga ditakutkan terjadinya permintaan pemeriksaan laboratorium yang tidak sesuai dengan indikasi. Standar 4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan peningkatan keselamatan pasien (1) Pendataan terkait insiden, atau kejadian tidak diinginkan, dan efek samping yang timbul ketika pelayanan laboratorium masih belum tercatat dengan rapi. Terkait inventarisasi peralatan di ruang telah dilakukan dengan baik, namun belum tertata dengan rapi. Standar 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien (1) Terkait adanya risiko keselamatan pasien, pada bagian laboratorium belum ada petugas khusus untuk perwakilan tim antarbagian yang bertugas mengelola program keselamatan pasien. (2) Selain itu, belum ada prosedur tetap terkait aksi cepat tanggap jika ada insiden termasuk apabila ada musibah yang mengenai pasien di bagian laboratorium. (3) Dan juga, belum ada mekanisme tetap yang tercatat apabila terjadi kejadian tidak diinginkan, misal efek samping dari pengambilan sampel laboratorium Standar 6. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien (1) Saat ini, puskesmas belum memiliki program pendidikan dan pelatihan khusus pada petugas laboratorium terkait keselamatan pasien yang terintegrasi dalam setiap kegiatan di bagian. Namun, sudah ada langkah awal untuk mendata terkait pelatihan yang telah diikuti oleh petugas baik dari mulai tingkat kecamatan hingga provinsi.
24
Standar 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien (1) Belum ada anggaran khusus dan mekanisme identifikasi masalah untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
Sasaran Keselamatan Pasien Sasaran 1. Mengidentifikasi pasien dengan benar (1) Pada bagian laboratorium, pemanggilan pasien dilakukan dengan menyebutkan nama dan alamat pasien. Saat pasien masuk ruangan, tidak dilakukan konfirmasi terkait identitas pasien, yaitu nama, alamat dan tempat tanggal lahir. (2) Hal ini belum sesuai dengan standar yaitu selain dengan konfirmasi nama, alamat, dan tempat tanggal lahir, juga dilakukan dengan mengecek nomor rekam medis pasien. Sasaran 2. Meningkatkan komunikasi yang efektif (1) Petugas laboratorium belum mengkomunikasikan dengan baik mengenai prosedur laboratorium yang akan dilakukan kepada pasien. Sasaran 3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai (1) Penyimpanan peralatan laboratorium dirasa kurang tepat dan belum sesuai dengan standar penyimpanan. Banyak peralatan yang berserakan di kardus yang diletakkan di lantai sehingga dapat menyebabkan risiko jatuh pada pasien dan juga laborat. Sasaran 4. Memastikan lokasi prosedur dengan benar (1) Laborat melakukan identifikasi titik yang tepat apabila akan dilakukan pengambilan sampel pada pasien. Sasaran 5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan (1) Laborat belum menerapkan 5 momen dilakukannya cuci tangan dengan 6 langkah secara tepat. Prosedur cuci tangan hanya dilakukan ketika selesai melakukan pemeriksaan
25
laboratorium. Hal ini dilakukan karena adanya anggapan bahwa pasien dewasa tidak memiliki risiko infeksi yang besar. Sasaran 6. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh (1) Tempat tidur pemeriksaan dan pelayanan tidak terdapat pengaman sehingga memungkinkan resiko jatuh terjadi. Selain itu, belum adanya label khusus pada pasien dengan risiko jatuh dapat mengakibatkan kemungkinan pasien jatuh terjadi.
F. Bagian Bangsal Standar Keselamatan Pasien: Standar 1. Hak Pasien: (1) Pada Bagian Bangsal, petugas yang bertanggungjawab adalah dokter dan perawat. Pasien mengerti mengenai penyakit yang diderita yang menyebabkan dirinya dirawat di puskesmas, sehingga dapat dikatakan pasien telah dijelaskan mengenai penyakitnya secara jelas. (2) Selain itu, beberapa petugas yang bertugas telah memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien terkait rencana pelayanan, prosedur standar, dan kemungkinan hasil pelayanan kepada pasien. Standar 2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga (1) Informasi terkait penyakit yang diderita pasien telah dijelaskan kepada pasien dan keluarga secara jelas dan jujur. Pasien mengerti alasan mengapa pasien dirawat di bangsal rawat inap puskesmas. (2) Informasi terkait larangan mengkonsumsi rokok di area puskesmas masih dirasa kurang. Masih ditemukan pasien bangsal yang merokok di koridor puskesmas dan tidak mendapatkan teguran dari petugas.
26
Standar 3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan (1) Perawat yang berjaga di luar jam kerja di Puskesmas hanya 1 orang dan berada di area IGD. Apabila terjadi kejadian yang tidak diinginkan di lebih dari 1 tempat (bangsal dan IGD) ditakutkan tidak ditangani dengan baik dan benar. Standar 4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan peningkatan keselamatan pasien (1) Pendataan terkait insiden, atau kejadian tidak diinginkan, dan efek samping yang timbul di bangsal masih belum tercatat dengan rapi. Terkait inventarisasi peralatan di ruang beberapa telah dilakukan dengan baik, walaupun tidak selalu dicek dalam periode waktu tertentu. Keberadaan tabung oksigen tidak terdapat di setiap kamar pasien, bahkan tabung oksigen diletakkan di tempat yang tidak semestinya. Standar 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien (1) Terkait adanya risiko keselamatan pasien, pada bagian bangsal rawat inap belum ada petugas khusus untuk perwakilan tim antarbagian yang bertugas mengelola program keselamatan pasien. (2) Selain itu, belum ada prosedur tetap terkait aksi cepat tanggap jika ada insiden termasuk apabila ada musibah yang mengenai pasien di bangsal rawat inap. (3) Dan juga, belum ada mekanisme tetap yang tercatat apabila terjadi kejadian tidak diinginkan, misal efek samping dari pengobatan yang dilakukan di bangsal. Standar 6. Pendidikan bagi staf tentang keselamatan pasien (1) Belum semua tenaga medis yang bertugas di bangsal rawat inap mendapatkan pelatihan khusus mengenai penanganan kegawatan pada pasien. Standar 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien (1) Belum ada anggaran khusus dan mekanisme identifikasi masalah untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
27
Sasaran Keselamatan Pasien Sasaran 1. Mengidentifikasi pasien dengan benar (1) Pada bagian bangsal rawat inap, perawat melakukan konfirmasi identitas pasien dilakukan dengan menyebutkan nama dan alamat pasien. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kesalahan pemberian penanganan. Sasaran 2. Meningkatkan komunikasi yang efektif (1) Pemeriksa menjelaskan diagnosis yang disebutkan kepada pasien dan faktor resiko yang dapat menyebabkan munculnya diagnosis tersebut. Sehingga pasien memahami alasan dirinya dirawat inap di puskesmas. Petugas juga menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pasien dengan baik. Sasaran 3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai (1) Penyimpanan obat dirasa kurang tepat dan belum sesuai dengan standar penyimpanan dengan pengkategorian yang jelas. Obat belum tersimpan dengan rapi dan belum terdapat label pada obat-obat NORUM/LASA. Sasaran 4. Memastikan lokasi prosedur dengan benar (1) Belum ada Lembar Inform Consent tertulis sebagai pedoman dan komunikasi antara pemberi perintah tindakan dan pelaksana tindakan. (2) Pasien telah diidentifikasi dengan data rekam medis berupa dua identitas, yaitu nama dan alamat. Sasaran 5. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan (1) Dokter belum terbiasa melakukan hand hygiene ketika berada pada ruang pelayanan kesehatan. (2) Handscrub pada ruangan bangsal belum berada pada tempat yang mudah dijangkau oleh semua tenaga kesehatan, pasien dan keluarga pasien. (3) Belum terdapat tempat cuci tangan yang disertai dengan sabun dan pengering tangan (tissue).
28
(4) Belum terdapat poster edukasi tentang etika batuk dan anjuran untuk cuci tangan dengan sabun sesuai dengan standar WHO. Sasaran 6. Mengurangi Risiko Cedera Pasien akibat Terjatuh (1) Belum tersedia kursi roda bagi pasien yang memiliki risiko terjatuh. (2) Bed transfer pasien antar unit belum memiliki pengaman. (3) Perlu di berikan pegangan yang ada pada akses jalan yang kemungkinan mengakibatkan risiko terjatuh.
29
BAB II PENUTUP I.
Kesimpulan 1. Keberlangsungan sistem yang ada di Puskesmas Kecamatan Karangpandan beberapa sudah sesuai pada standar yang terdapat pada Permenkes No. 11 tahun 2017 2. Hal-hal yang kurang tepat juga sebagian dilakukan oleh pasien yang tidak menaati peraturan yang ada di Puskesmas
II.
Saran 1. Peran Kapuskes dan petugas di Puskesmas sangat penting untuk memperbaiki setiap permasalahan yang ada di Puskesmas. Selain agar meminimalisir risiko terjadinya kejadian yang tidak diinginkan pada pasien, perbaikan sistem juga membantu agar keberlangsungan program di puskesmas berjalan dengan baik 2. Petugas puskesmas sebaiknya lebih memperketat peraturan di Puskesmas agar pasien tidak mudah untuk melanggar peraturan
30