21
21
BAB I
PENDAHULUAN
Figur Guru Profesional (Menurut Pakar)
Guru adalah suatu profesi kependidikan yang sampai saat ini masih dianggap sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan suatu sistem pendidikan di Indonesia. Seperti profesi lainnya, seorang guru diharuskan memiliki profesionalitas di dalam dirinya. Guru Profesional adalah guru yang handal; dapat menampilkan kehandalannya dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang guru. Kehandalan tersebut dapat dilihat dari segi kemampuan guru dalam:
Mengetahui, memahami, dan menerapkan apa yang harus dikerjakannya sebagai guru,
Memahami mengapa ia harus melakukan pekerjaannya,
Memahami serta menghormati batas-batas kempuan dan kewenangan profesinya, dan menghormati profesi lain, dan
Mewujudkan pemahaman dan penghayatan itu dalam perbuatan mendidik, mengajar, dan melatih. (Drs. Usada, M.Pd., dkk., dalam Rochman Natawidjaja, dalam Achmad Sanusi, dkk. (1991:42))
Guru Profesional adalah sosok guru yang berhasil menjalankan tugasnya sebagai guru. Di samping itu, mereka hendaknya terus meningkatkan kualitas diri dan profesinya sehingga dapat menjadi guru ideal. Berikut beberapa pendapat ahli mengenai figur guru ideal:
Wijaya Kusumah
Guru ideal adalah sosok guru yang mampu menjadi panutan dan selalu memberikan keteladanan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis. Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa dahaga bagi siapa saja yang meminumnya.
Baskoro Poedjinoegroho E (Kompas Kamis, 05 Januari 2006)
Guru Profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya. Yaitu bahwa dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi Peserta didik untuk/dalam belajar. Guru dituntut untuk mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya Peserta didik itu belajar. Maka apabila ada kegagalan Peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebab kegagalan dan mencari jalan keluar bersama dengan Peserta didik; bukan mendiamkannya atau malahan menyalahkannya.
Suparlan (2006: 83)
Guru yang ideal harus memiliki kompetensi minimal yaitu meliputi: menguasai materi, metode dan sistem penilaian, namun jika tidak dilandasi penguasaan kepribadian keguruan dan ketrampilan lainnya, guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya secara profesional.
Dari pendapat ahli di atas, Penulis menyimpulkan bahwa seorang guru ideal adalah sosok guru yang mengenal baik kepribadian dirinya, memahami tugas-tugasnya sebagai guru, dapat menjadi teladan bagi orang lain, dan memiliki kompetensi dasar seorang guru yakni menguasai materi, metode dan sistem penilaian sehingga dapat melaksanakan tugasnya secara profesional.
BAB II
PEMBAHASAN
DESKRIPSI HASIL OBSERVASI DAN INTERVIEW
Observasi dilaksanakan selama bulan Mei 2015 dengan rincian:
Interview Guru Model (Jumat, 15 Mei 2015 di Ruang Guru)
Interview dilaksanakan dengan berpedoman pada instrumen magang yang telah Penulis susun (lampiran 1). Berikut rangkuman Penulis:
Pertama, Penulis menanyakan tentang sikap guru yang baik. Dalam hal ini, Guru model yang telah berprofesi sebagai guru selama hampir 30 tahun mengatakan bahwa yang pertama harus dilakukan adalah mencintai, menyayangi, dan selalu berpositive-thinking kepada Peserta didik. Menjadi salah satu sekolah favorit di Sukoharjo juga menjadi motivasi tersendiri untuk Guru Model dalam menyikapi Peserta didik yang diyakininya memiliki nilai moral dan akademis yang baik.
Kedua, tentang kesulitan dalam mengajarkan Bahasa Inggris. Guru Model mengutarakan bahwa anak-anak yang baik memudahkan beliau dalam mengajar. Beliau belum menemukan kesulitan yang berarti. Kedisiplinan dan motivasi belajar Peserta didik yang tinggi semakin mempermudah beliau dalam memberikan pelajaran. Selama ini, Guru Model hanya terkendala kurikulum yang baru, dalam hal pemberian tugas dan penilaian prestasi Peserta didik karena terkendala alokasi waktu yang semakin sedikit dan kriteria penilaian yang dirasa semakin kompleks. Hal ini disiasati dengan memberikan tugas kelompok untuk kelas IPA dan IPS. Sedangkan untuk kelas Bahasa, Guru Model memberikan tugas berupa pembuatan buku harian (diary) menggunakan Bahasa Inggris. Di akhir semester, Guru Model memberikan tugas untuk membuat film sebagai tugas akhir.
Ketiga, Penulis bertanya tentang sikap Guru Model terkait adanya plagiasi. Beliau mengutarakan tergantung bagaimana bentuk plagiasi tersebut. Dalam hal penerjemahan dari Bahsa Inggris-Indonesia atau sebaliknya, beliau membolehkan Peserta didiknya untuk menggunakan google translate dengan syarat Peserta didik harus meng-edit hasil terjemahan tersebut agar sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar. Jika plagiasi dilakukan dengan menjiplak persis hasil pekerjaan teman mereka, Peserta didik akan diberi nilai 0 namun diberikan kesempatan untuk mengulang pekerjaan tersebut.
Guru Model sangat menjunjung tinggi nilai kejujuran di dalam hidupnya. Beliau pernah menerapkan kejujuran saat pembelian buku lewat Guru Model. Peserta didik diminta mengambil buku di meja beliau, kemudian membayar sendiri hingga mengambil uang kembalian sendiri. Memang ada beberapa Peserta didik yang masih belum membayar, namun pada akhirnya di akhir semester, para Peserta didik yang bersangkutan memberikan uang pembayaran buku tersebut langsung kepada Guru Model.
Keempat, Penulis bertanya seputar usaha yang dilakukan Guru Model untuk meningkatkan kualitas pembelajar Bahasa Inggris. Beliau memaparkan bahwa dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Inggris, Guru Model tidak hanya menggunakan buku modul yang tersedia tapi juga melakukan browsing di internet. Beliau mencari materi yang dianggap segar, menyenangkan, dan dapat menarik minat Peserta didik tentunya dari sumber terpercaya seperti Cambridge dan Oxford, kemudian beliau mempersilakan Peserta didik untuk re-tell by speaking. Pemberian tugas berbentuk video kelompok 10-20 menit sebagai tugas akhir juga merupakan salah satu upaya beliau untuk meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik.
Kelima, Penulis bertanya tentang komunikasi antarwarga sekolah. Sebagai guru Bahsa Inggris, Guru Model menjawab bahwa komunikasi resmi yang dilakukan di dalam kelas sebisa mungkin menggunakan Bahasa Inggris untuk pembiasaan, hingga SMS dari Peserta didik kepada Guru Model diharuskan menggunakan Bahasa Inggris untuk melatih kemampuan writing mereka. Kasih nomor HP untuk komplain kalo nggak b.ing nggak wajib dijawab. Komunikasi dengan wali murid menggunakan bahasa indonesia atau bahasa daerah. Saat menjadi wali kelas, beliau menganjurkan para orangtua untuk mengambil hasil belajar anak mereka langsung ke sekolah untuk mengkomunikasikan perilaku dan prestasi Peserta didik. Komunikasi dengan sejawat guru, karyawan, dan karyawati dirasa baik karena tidak ada unsur senioritas. Interaksi dengan lingkungan di sekitar sekolah juga dijaga baik olaeh Guru Model. Misalnya ketika ada kematian/lelayu di sekitar sekolah, sebisa mungkin Guru Model akan bertakziah.
Keenam, Penulis bertanya tentang alasan Guru Moel memilih berprofesi sebagai seorang guru, khususnya guru Bahsa Inggris. Guru Model merasa bahwa Guru Bahasa Inggris itu Keren! dan menanamkan pada diri beliau bahwa menjadi guru adalah amal jariyyah yang pahalanya akan tetap mengalir walaupun seseorang telah meninggal dunia. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa karakter siswa yang bersemangat juga merupakan motivasi tersendiri untuk beliau. Beliau bercerita bahwa dulu profesi guru tidaklah menjanjikan seperti sekarang sehingga Guru Model pada awalnya belum mengakui keguruannya. Namun lama-kelamaan mulai muncul kebanggaan dalam diri Guru Model ketika sudah mulai mengajar di lembaga kursus. Beliau juga mengatakan bahwa Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris ternyata sangat mudah mencari pekerjaan. Guru Model menambahkan bahwa sertifikasi guru merupakan bentuk kesejahteraan yang diberikan kepada guru. Sertifikasi bukan merupakan tantangan yang harus ditakuti, melainkan secara tidak langsung memberikan motivasi kepada guru untuk senantiasa meningkatkan kapasitas dan kualitasnya.
Selanjutnya, Penulis menanyakan tentang pelaksanaan kode etik profesi guru secara umum. Guru Model menilai kode etik telah dilaksanakan dengan baik. Selain itu, kedisiplinan guru juga dinilai baik mengingat sekolah yang Penulis amati adalah salah satu sekolah favorit di Sukoharjo.
Observasi Kelas (Kamis, 21 Mei 2015 di kelas XI IPA-3)
Saat memasuki kelas, Penulis merasakan suasana kelas yang nyaman. Seluruh isi kelas menyimak buku cetak yang sedang mereka terjemahkan secara bergiliran dengan antusias. Pelajaran berjalan kondusif. Ketika ada Peserta didik yang ramai, Guru Model dengan segera menegur.
Sebelum memulai pelajaran, guru model akan menjelaskan mengapa mereka perlu mempelajari bahasan tersebut. Guru model juga memberikan contoh sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari, memberikan motivasi, dan memastikan semua Peserta didik mengerti tujuan dari bahasan mereka hari itu.
Guru Model melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan membantuk proses belajar Peserta didik bahwa semua Peserta didiknya mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kelas dengan mengidentifikasi karakter peserta didiknya. Misalnya ketika menerjemahkan, ada Peserta didik yang kurang berani berpartisipasi dan nilainya masih kurang, beliau akan menunjuk Peserta didik tersebut dan mempersilakannya untuk menerjemahkan satu paragraf untuk dapat memberikan nilai tambah yang sesuai. Hal ini dilakukan Guru Model untuk menutupi kekurangan peserta didik.
Di akhir jam pelajaran, Guru Model memberikan rangkuman singkat dan menawarkan sesi pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik. Guru Model juga memberikan tugas baik individu maupun kelompok untuk menambah nilai peserta didik.
Interview Siswa (Selasa, 26 Mei 2015 di Taman Sekolah)
Penulis menemui seorang peserta didik kelas XI saat jam istirahat. Penulis bertanya tentang kultur sekolah hingga pertanyaan seputar guru model.
Ketika ditanya tentang kultur sekolah, peserta didik menjawab bahwa kedisiplinan sangat dijunjung tinggi. Misalnya ketika guru jaga atau petugas kesiswaan menemukan peserta didik yang terlambat, maka akan dikenai teguran/sanksi sebelum diperbolehkan masuk ke dalam kelas. Keterlambatan kedatangan guru-guru juga pasti memiliki alasan. Ketertiban seragam sudah baik, hanya saja masih ada peserta didik yang menggunakan jilbab kurang sesuai dengan aturan. Penertiban seragam hanya dilakukan oleh petugas kesiswaan atau saat sidak dilakukan.
Warga sekolah sudah menerapkan senyum salam sapa sopan dan santun atau yang dikenal dengan "5S". Peserta didik yang datang juga mencium tangan guru di gerbang depan. Saat ditanya tentang kegiatan rutin di sekolah, peserta didik tersebut menjawab bahwa "Kartini-an" diadakan setiap tahun dengan dress-code kebaya dan pemilihan 'Mbak-Mas Sekolah'. Ekstra-kurikuler juga melaksanakan aktivitasnya dengan pembagian hari yang terjadwal setiap minggunya.
Penulis beralih ke dalam kelas dan bertanya seputar Guru Model. Peserta didik mengatakan bahwa Guru Model adalah seorang guru yang baik dan pengertian. Beliau akan dengan sabar mengulang bahasan yang sekiranya peserta didik belum paham. Sesi tanya-jawab merupakan saat yang ditunggu-tunggu peserta didik di mana peserta didik lebih leluasa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum mereka pahami. Tugas membuat film secara kelompok ternyata juga merupakan tugas yang menantang bagi peserta didik. Namun di samping itu, peserta didik juga mengutarakan bahwa kadang kebosanan datang di dalam kelas ketika seorang guru hanya duduk dan menyuruh peserta didik untuk menyimak, apalagi jika jam-jam terakhir.
Peserta didik juga berpendapat bahwa guru model sangat flexible dengan waktu. Misalnya saat peserta didik meminta pengunduran waktu ulangan dengan pertimbangan, guru model akan memberikan kelonggaran, begitu pun dengan pengumpulan tugas. Ketika guru model ada acara hingga harus meninggalkan kelas, guru model akan memberitahukan terlebih dahulu kepada peserta didik dan sebisa mungkin memberikan tugas. Jika guru model masih di sekolah, biasanya beliau akan menyempatkan diri untuk memberikan tugas secara langsung kepada peserta didik.
Ditanya seputar hasil ulangan, peserta didik menjawab bahwa hasil ulangan dikembalikan kepada peserta didik kemudian dibahas bersama sehingga bahasan mana yang belum mereka pahami akan lebih mudah teridentifikasi. Remidiasi juga dilakukan jika memang dibutuhkan.Atau biasanya ada penambahan nilai dengan cara menerjemahkan suatu bacaan langsung mengkadap ke guru model.
Kelas dapat diatur hingga kondusif. Penggunaan media sudah dioptimalkan mengingat aspek-aspek dalam pelajaran Bahasa Inggris memang memerlukan sarana-prasarana yang memadai.
Ketika masuk ke bahasan baru, guru model biasanya akan mengulas dulu seluruh isi bahasan sehingga peserta didik memiliki gambaran tentang apa yang akan mereka pelajari. Guru model juga sering memberikan pengalaman-pengalaman beliau sehingga peserta didik jadi termotivasi. Bahasan pelajaran juga langsung diaplikasikan. Misalnya peserta didik diberi tugas untuk membuat drama, post-card, dan poster.
Interview Wakil Kepala Sekolah Perbidang (Kolektif Bulan Mei)
Setelah mendapatkan data dari interview secara kolektif bersama kelompok magang, Penulis mendapatkan informasi:
Kualitas ICT di SMAN 1 Sukoharjo sudah cukup bagus karena sarana seperti proyektor dan pengeras suara merupakan media pokok untuk menunjang KBM. Pemanfaatannya pun sudah dimaksimalkan termasuk pemasangan internet yang sudah dapat menjangkau seluruh area sekolah. Jika terjadi kerusakan, sekolah akan langsung menghubungi teknisi yang ahli pada bidangnya. Pengembangan ICT dirasa masih harus terus dikembangkan, terlebih karena adanya wacana Ujian Nasional secara on-line, sehingga ICT perlu banyak dikembangkan lagi.
Hubungan antarwarga sekolah keseluruhan dinilai komunikatif dan kondusif. SMAN 1 Sukoharjo telah menerapkan S5 "senyum salam sapa sopan santun" dalam kesehariannya. Jika ada peserta didik yang diam saja ketika berpapasan dengan guru/karyawan, maka akan dimaklumi karena setiap individu memiliki karakternya sendiri, misalnya pemalu. Hubungan antarguru dinilai baik karena seluruh guru menyatu, tidak membentuk kelompok-kelompok misalnya guru-guru IPA/IPS/Bahasa sendiri-sendiri. Hubungan dengan karyawan/karyawati diistilahkan dengan simbiosis mutualisme. Antarwarga sekolah mengetahui tugas dan wewenang maisng-masing. Pertemuan dengan komite sekolah masih ada, biasanya sebagai media silaturahmi dan memberi saran/pendapat. Urusan AD/ART tidak dengan komite lagi, melainkan langsung dengan pemerintah. Komite sekolah biasanya akan diundang saat pelepasan peserta didik atau acara-acara lain yang sejenis.
Penyusunan jadwal pelajaran mengacu pada kurikulum yang ada. Pada tahun ajaran 2014/2015, sekolah menggunakan dua kurikulum yakni KTSP 2006 dan Kurikulum 2013. Pengaturan jadwal mata pelajaran tertentu akan diutamakan, misal Olahraga di jam-jam pagi, sedangkan untuk mata pelajaran kelas diatur jumlah guru yang ada sesuai dengan jam KBM guru, memerhatikan hari-hari MGMP guru (dihindari sehingga tidak mengganggu KBM) supaya berjalan sesuai dengan jadwal. Penyusunan jadwal dikonfirmasikan dengan guru terlebih dahulu, misal dilihat juga dari tempat tinggal guru. Mengingat pemerataan program pembelajaran/ karakter mata pelajaran dalam hari diusahakan tidak melampaui kapasitas, diusahakan variatif dengan maksud berusaha meminimalisir adanya jam kosong. Kondisi keluarga guru juga menjadi pertimbangan, misalnya guru yang memiliki anak kecil/bayi juga akan dipetimbangkan jam mengajarnya.
Tata tertib dan pembelajaran berjalan lancar. Jika ada jam pelajaran kosong, akan diberi tugas lewat guru piket. Pemakaian seragam sudah sesuai dengan ketentuan yakni Senin-Selasa (OSIS), Rabu-Kamis (Batik), Jumat (Pramuka), Sabtu (Batik).
Peringatan hari besat HUT sekolah 1 Agustus. Antusiasme peserta didik terlihat dari kegiatan ekstra-kurikuler, misalnya OSIS mengadakan bhakti sosial ke Desa Jagan, Bendosari dan Pramuka Peduli di Desa Kenep sedangkan PMR membantu bersih-bersih lingkungan untuk menunjang kesehatan lingkungan. Kegiatan rutin lain upacara hari Senin dan hari besar nasional. Pembina upacara biasanya adalah Kepala Sekolah atau diwakilkan. Pembinaan dilakukan untuk membentuk karakter bangsa terutama memupuk peserta didik menjadi seorang pemimpin.
Pentas seni untuk menyongsong Dies Natalis atau mengisi jeda class-meeting juga diselenggarakan dengan mendatangkan penyanyi dan band bintang tamu atau band dari SMAN 1 Sukoharjo sendiri.
ANALISA KRITIS
Dari hasil observasi yang dilakukan Penulis selama lebih kurang satu bulan ditambah dengan interview bersama Guru Model, Peserta didik, dan Wakil-Wakil Kepala Sekolah Perbidang, Penulis mencoba mengkaji dan menyimpulkan bahwa:
Observasi Kultur Sekolah (Sekolah)
Kedisiplinan warga sekolah dinilai baik, dilihat dari status sekolah yang merupakan salah satu sekolah favorit di Sukoharjo dan hasil observasi langsung yang menunjukkan kedisiplinan Peserta didik, guru, dan karyawan yang mengenakan seragam sesuai dengan ketentuan yang dibuat sekolah. Di samping itu, hasil interview dengan Peserta didik menunjukkan bahwa ketika ada Peserta didik yang tidak menggunakan atribut sesuai ketentuan maka akan langsung dikenai sanksi. Hasil interview juga menunjukkan bahwa sedikit sekali guru atau pun Peserta didik yang datang terlambat setiap harinya, kecuali dengan alasan. Jika ada Peserta didik yang datang terlambat, maka petugas kesiswaan yang akan menangani.
Hubungan sosial antarwarga sekolah dinilai baik karena terlihat dari observasi langsung yang menunjukkan bahwa tegur-sapa sesama warga sekolah sangat diindahkan di sekolah. Hasil interview juga menunjukkan bahwa bersalaman antarguru dan karyawan serta adanya peserta pidik yang mencium tangan guru piket di gerbang depan setiap pagi masih dilakukan oleh warga sekolah.
Hubungan antara warga sekolah dengan orangtua dinilai baik karena hasil interview menunjukkan bahwa Guru Model memberikan keleluasaan bagi orangtua Peserta didik untuk berkomunikasi dengan Guru Model terkait perkembangan Peserta didik di sekolah. Orangtua juga diminta untuk mengambil laporan hasil belajar Peserta didik setiap semesternya langsung ke sekolah agar dapat bertemu wali kelas.
Sikap Peserta didik terhadap warga sekolah dinilai baik karena terlihat dari observasi langsung yang menunjukkan bahwa Peserta didik akan menyapa atau sekadar tersenyum kepada guru atau karyawan yang berpapasan dengan mereka.
Kegiatan rutin warga sekolah meliputi:
upacara bendera hari Senin dan upacara-upacara hari besar nasional;
peringatan Hari Kartini dengan mengadakan lomba-lomba antarkelas, berpakaian kebaya/batik, kontes 'Mas dan Mbak Sekolah';
kegiatan ekstrakulikuler juga diselenggarakan setelah jam pelajaran sekolah usai.
Kompetensi Kepribadian (Guru Model)
Berperilaku yang dapat diteladani Peserta didik dinilai baik oleh Penulis dilihat dari observasi Penulis yang menunjukkan bahwa Guru Model berpakaian sesuai ketentuan yang dibuat sekolah, selalu menggunakan tanda pengenal, ramah kepada seluruh warga sekolah, memberikan toleransi keterlambatan, dll.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan wibawa dinilai baik oleh Penulis mengingat Guru Model sudah berprofesi sebagai guru selama hampir tiga puluh tahun juga dilihat dari pembawaan Guru Model sehari-hari.
Menunjukkan tanggung jawab dan etos kerja yang tinggi dinilai baik oleh Penulis dilihat dari hasil interview yang menunjukkan bahwa ketika Guru Model tidak dapat hadir di jam tertentu, Guru Model akan menginformasikan kepada Peserta didik kemudian memberika tugas secara langsung, jarang melalui guru piket. Tidak jarang ketika ada tamu bersamaan dengan waktu Guru Model memberikan ujian, Guru Model akan memberikan ujian dulu, baru menerima tamunya.
Kebanggaan dan kepercaya-dirian sebagai seorang pendidik ditunjukkan oleh Guru Model dengan menjadi guru Bahasa Inggris selama hampir tiga puluh tahun. Dalam interviewnya, kata "keren" adalah kata pertama yang digunakannya untuk memilih menjadi guru Bahasa Inggris. Guru Model juga berpedoman bahwa menjadi guru merupakan 'amal jariyyah' yang tidak akan putus pahalanya.
Perilaku jujur, tegas, adil, dan manusiawi terlihat saat Penulis diberi kesempatan melakukan observasi dalam kelas. Guru Model dapat menguasai kelas dan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap Peserta didik untuk menunjukkan kemampuan mereka. Guru Model juga biasanya akan menunjuk Peserta didik yang kurang aktif atau kurang baik nilainya untuk berpartisipasi dan menambah nilai Peserta didik tersebut.
Guru Model telah menerapkan kode etik profesi guru karena Guru Model menunjukkan kecintaan dan pengabdian serta telah berperilaku dengan berpedoman kode etik jabatan guru.
Kompetensi Sosial (Guru Model)
Guru Model bersikap dan berperilaku sesuai norma yang berlaku telah Penulis paparkan dalam Kompetensi Kepribadian.
Guru Model dapat menjalin hubungan baik dengan teman sejawat, Peserta didik dan orang tua, terlihat dari observasi langsung dan interview. Aspek ini sudah Penulis paparkan dalam hubungan antarwarga sekolah yang Penulis nilai baik.
Guru Model dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja karena dari hasil interview, Guru Model sudah pernah mengajar di beberapa sekolah, kursus, dan/atau bimbingan belajar sebelum menjadi guru di SMA Negeri 1 Sukoharjo.
Guru Model dinilai telah bersikap inklusif dan objektif, dan tidak bersikap diskriminatif terhadap warga sekolah karena hasil observasi dan interview menunjukkan tidak adanya unsur senioritas antarguru dan karyawan serta sikap guru odel yang easy going. Observasi langsung di kelas juga menunjukkan Guru Model yang memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh Peserta didik.
Komunikasi ilmiah secara santun, empatik, dan efektif terlihat dari cara Guru Model berbicara kepada guru lain, Penulis, serta Peserta didik saat Penulis melakukan observasi kelas.
Kompetensi Pedagogik (Guru Model)
Guru Model dinilai telah berusaha meningkatkan dan mengembangkan kualitas pembelajaran di sekolah dengan cara tidak hanya menggunakan buku cetak/modul yang dimilikinya, melainkan juga mencari bahan ajar yang 'segar' dari internet seperti video dan lagu-lagu berBahasa Inggris melalui situs-situs yang relevan seperti BBC dan Oxford. Guru Model juga diberi tugas untuk membuat film kelompok berBahasa Inggris sebagai tugas akhir.
Guru Model memiliki kesempatan untuk mengomunikasikan hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi saat pertemuan MGMP Bahasa Inggris setiap hari Selasa di Kartasura.
Guru Model sangat jarang menemui Peserta didik yang bermasalah, khususnya dalam proses pembelajaran, karena Guru Model sudah menanamkan pada dirinya bahwa semua Peserta didik yang diterima di sekolah tersebut memiliki kemampuan akademik yang baik.
Ketika Guru Model menemukan ada Peserta didik yang bermasalah, misalnya melakukan plagiasi, Guru Model akan langsung menegur dan memberi kesempatan kepada Peserta didik tersebut untuk mengulangi tugas tersebut dengan lebih baik.
Guru Model telah menggunakan sarana dan prasarana pembelajaran yang disediakan sekolah secara optimal mengingat pelajaran Bahasa Inggris memiliki beberapa aspek yang harus dikuasai, meliputi reading, speaking (re-tell video menggunakan proyektor), listening (menggunakan speaker), dan writing.
Dari hasil observasi yang dilakukan Penulis selama lebih kurang satu bulan ditambah dengan interview bersama Guru Model dan Peserta didik, Penulis melakukan analisa kritis terkait kultur sekolah dan kompetensi kepribadian, sosial, dan pedagogik guru. Berikut ini masukan yang dapat Penulis sampaikan:
Peraturan mengatakan dilarang merokok dan juga ada pamflet besar di salah satu dinding sekolah bertuliskan "No Smoking Area", namun masih terdapat warga sekolah yang merokok di area sekolah.
Hendaknya setiap warga sekolah dapat menekan keinginannya untuk merokok di area sekolah. Walaupun merokok merupakan hak individual, tidak merokok di area pendidikan merupakan suatu peraturan yang harus diindahkan setiap warga sekolah.
Toleransi yang diberikan guru tehadap keterlambatan pengumpulan tugas.
Hendaknya guru tidak terlalu memberikan toleransi terkait keterlambatan dalam pengumpulan tugas karena hal ini dapat menyebabkan Peserta didik terlena dengan kebiasaan guru yang membolehkan mereka menyusulkan tugas setelah deadline tugas.
Penggunaan seragam peserta didik yang kurang sesuai dengan aturan.
Hendaknya penertiban seragam tidak hanya dilakukan ketika ada sidak saja, melainkan guru-guru yang mengajar di dalam kelas juga dapat ikut andil dan membantu dalam penertiban demi kedisiplinan peserta didik.
Peserta didik merasa bosan dengan cara mengajar guru.
Misalnya pada saat penerjemahan, hendaknya guru lebih peka ketika peserta didiknya mulai merasa bosan dengan pelajaran. Pemberian ice-breaking atau permainan mungkin dapat membantu guru untuk mengurangi kebosanan peserta didik. Hendaknya guru melakukan sharing untuk dapat meminimalisir kebosanan saat pelajaran berlangsung.
BAB III
REFLEKSI
GURU PROFESIONAL (Menurut Penulis)
Setelah melakukan observasi dan interview, Penulis berusaha mengkaji dan mengambil kesimpulan terkait istilah 'Guru Profesional' dari aspek pedagogis, kepribadian, profesional, dan sosial.
Guru Profesional hendaknya memiliki kepribadian yang matang dan berani menunjukkan kepada dunia terkait jati dirinya. Guru Profesional hendaknya mampu memberikan kesan pertama yang menyenangkan kepada anak didiknya, mampu mengendalikan emosi, dan mampu memantaskan diri sehingga dapat menjadi panutan baik dalam berpenampilan maupun bertutur kata dan berperilaku.
Guru Profesional hendaknya mengerti betul hak dan kewajibannya sebagai seorang guru. Dia harus berusaha, tidak hanya menguasai materi yang diajarkannya, tapi juga senantiasa memperluas pengetahuannya terkait perkembangan pendidikan sehingga memicu dirinya untuk terus berinovasi untuk pendidikan Indonesia.
Guru Profesional tidak hanya menyalurkan ilmu pengetahuan yang monoton, melainkan selalu mengembangkan kapasitasnya dalam ilmu pengetahuan, mengingat sifat ilmu pengetahuan yang dinamis, berubah-ubah, dan semakin modern.
Seorang Guru Profesional hendaknya dapat melaksanakan proses-proses pendidikan, dimulai dari persiapan diri dan materi, eksekusi saat mengajar, hingga evaluasi hasil belajar siswa.
Sorang guru profesonal hendaknya mampu berkomunikasi aktif dan bekerja sama dengan seluruh elemen masyarakat guna mencapai perkembangan dunia pendidikan. Guru Profesional adalah seorang guru yang dapat tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan secara utuh, melainkan selalu bisa memberikan contoh dari pengalamannya sendiri maupun dari pengalaman orang lain yang dapat menginspirasi Peserta didiknya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Guru Profesional adalah guru yang dapat dengan mudah menginternalisasikan nilai-nilai moral dan perilaku yang baik kepada seluruh peserta didiknya hingga sadar atau tidak, dirinya menjadi panutan atau sosok yang selalu diingat dan dirindukan peserta didiknya.
Guru Profesional adalah guru yang mengerti karakter dirinya hingga dapat menemukan jati diri guru di dalam dirinya dan setelahnya dapat menemukan cara mendidik dan mengajar yang seuai dengan karakter dan kemampuannya sehingga menjadi sosok yang diingat sepanjang hayat peserta didiknya.
Guru Profesional adalah guru yang mengerti tugas dan kewajibannya sebagai seorang guru mulai dari mencintari anak didik dan jabatannya hingga menanamkan self-discipline di dalam dirinya dan dapat dengan mudah berbaur dengan masyarakat dan adat istiadatnya.
Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa sorang guru profesional hendaklah memiliki kompetensi dasar seorang guru, yakni kompetensi pedagogis, kepribadian, profesional dan sosial. Dalam kesehariannya, seorang guru juga harus mampu melaksanakan kode etik yang merupakan pedoman kerjanya dengan baik. Akhirnya, seorang guru hendaknya kembali mengerti tentang dirinya sendiri; "Mengapa aku menjadi seorang guru?".
BAB IV
KLIPPING
GURU PROFESIONAL (Menurut Penulis dan Sumbernya)
Berikut adalah figur guru-Guru Profesional menurut Penulis:
Ibu Sukarti
Ibu Sukarti atau biasa dipanggil Bu Karti adalah Guru Kelas 1 Sekolah Dasar dari Penulis. Menurut Penulis, Bu Karti adalah sosok guru yang profesional. Sebagai guru kelas 1 SD, beliau memiliki andil besar dalam pembentukan kepribadian Penulis. Bu Karti memiliki kemampuan profesional (menguasai materi dan konsep dasar sehingga mudah dimengerti anak didiknya), kemampuan sosial (menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan lingkungan sekitar (mudah berbaur dengan anak-anak kecil penakut/nakal dan menjadikan mereka pemberani/penurut)), dan kemampuan personal (sikap dan upayanya menjadi panutan (guru kepribadian di sekolah dasar)). Bu Karti tidak pernah membeda-bedakan anak didiknya, beliau senantiasa menuntun setiap anak didiknya dengan sabar dan tekun, khususnya anak-anak yang kurang bisa menangkap pelajaran. Ketekunan beliau sangat Penulis rasakan ketika beliau menuntun dan menuntun teman sebangku Penulis yang tidak mau sekolah dan mengajarkannya menulis setiap hari.
Beliau juga menciptakan lagu-lagu yang biasa Penulis nyanyikan mulai dari berangkat sekolah di hari Senin hingga kegiatan yang dilakukan di hari Minggu. Penulis bahkan masih ingat lirik lagu-lagu tersebut. Menurut Penulis, itulah sejatinya internalisasi yang tercapai dengan maksimal, yaitu saat tanpa sadar suatu nilai melekat dalam jiwa seseorang. Beliau adalah guru pertama yang membuat Penulis bercita-cita untuk menjadi seorang guru.
Bapak Sapto Puji Raharjo, S.Pd.
Pak Sapto adalah panggilannya sehari-hari. Beliau adalah guru Bahasa Inggris saat Penulis duduk di bangku SMP. Beliau masuk ke dalam figur Guru Profesional karena beliau dapat memunculkan motivasi kepada seluruh peserta didik di kelas. Beliau menampilkan sosok guru yang menyenangkan dengan penampilan dan gaya mengajarnya yang santai namun berisi. Beliau mudah mendapatkan perhatian peserta didik. Beliau dapat membawakan pelajaran Bahasa Inggris dengan mudah. Beliau adalah salah satu guru yang menginspirasi Penulis yang menyukai dunia bahasa dan memilih untuk bercita-cita menjadi guru Bahasa Inggris.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA dan LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Usada M.Pd dan Drs. Suharno Mpd. 2009. Profesi Kependidikan. Surakarta:Inti Media Surakarta.
http://pendidikanselamanya.blogspot.com/2011/03/guru-profesional-dan-ideal.html
https://smpsemanu3.wordpress.com/perpustakaan/mencari-sosok-guru-ideal/
LAMPIRAN
Instrumen Magang Pendidikan Bahasa Inggris
Menurut Bapak, bagaimana sikap guru yang baik itu?
Adakah kesulitan atau permasalahan yang Bapak temui dalam mengajarkan mata pelajaran Bahasa Inggris kepada siswa di sini?
Apa yang akan Bapak lakukan jika mendapati siswa yang melakukan plagiasi dalam mengerjakan tugas-tugas yang Bapak berikan kepada siswa?
Bagaimana usaha Bapak dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Inggris di sini?
Bagaimana komunikasi yang Bapak jalin dengan orang-orang di sekitar lingkungan Bapak (siswa, wali murid, sesama guru, warga sekolah, dan warga sekitar sekolah)?
Jika boleh tahu, mengapa Bapak memilih untuk berprofesi sebagai seorang guru Bahasa Inggris?
REKAPITULASI KOMPETENSI HASIL PENILAIAN KINERJA GURU
NO
KOMPETENSI
NILAI
I. KOMPETENSI PEDAGOGIS
1.1
Mengenal Karakteristik Peserta didik
1.2
Menguasai teori belajar dan prinsip prinsip pembelajaran yang mendidik
1.3
Pengembangan kurikulum
1.4
Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik
1.5
Memahami dan mengembangkan potensi
1.6
Komunikasi dengan Peserta Didik
1.7
Penilaian dan Evaluasi
II. KOMPETENSI KEPRIBADIAN
2.1
Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia
2.2
Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan
2.3
Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru
III. KOMPETENSI SOSIAL
3.1
Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif
3.2
Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat
IV. KOMPETENSI PROFESIONAL
4.1
Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu
4.2
Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif
JUMLAH