BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi), membersihkan ruangan tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitas-aktivitas lainnya (Achmad, 2004). Air yang masuk dalam tubuh manusia selain perlu cukup jumlahnya, jugaharus sesuai dengan proses hayati. Oleh karena itu diperlukan persyaratan pokokyakni pesyaratan biologis, fisik dan kimiawi. Dari persyaratan tersebut yang paling mudah diatasi adalah pencemaran biologi karena umumnya mikroorganisme akan mati bila air dididihkan. Oleh karena itu dianjurkan untuk merebus air untuk dikonsumsi. Akan tetapi problem yang serius di negara berkembang adalah masalah kimiawi pada air bersih seperti deterjen, logam berat, pestisida, dan nitrat tidak dapat diatasi dengan merebus air tersebut. Demikian pentingnya arti air dalam kehidupan dan kesehatan manusia maka air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan seharihari khususnya untuk penyediaan air minum harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam Permenkes RI No.416/Menkes/ Per/ IX/ 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Dengan kata lain bahwa air yang digunakan atau dikonsumsi harus memenuhi persyaratan baik secara kualitas maupun kuantitas. Air yang terdapat di alam mengandung bahan-bahan terlarut maupun bahan-bahan tersuspensi. Begitu juga halnya dengan air yang berasal darisumber mata air mengandung komponen-komponen terlarut seperti CO2, O2, N2dan bahan-bahan terlarut lainnya yang terbawa dari atmosfer, serta bahan-bahanterlarut yang berasal dari lingkungan sekitarnya, misalnya adanya NO2− dan NO3− yang berasal dari limbah pertanian maupun limbah dari rumah tangga di sekitar sumber mata air tersebut. Penurunan kualitas air tanah ditandai dengan terdeteksinya kehadiran beberapa polutan diantaranya polutan nitrat dan nitrit, yang sangat berhubungan dengan kegiatan manusia seperti pembuangan limbah domestik, pelindihan TPA, dan penggunaan pupuk yang berlebihan.
Kandungan nitrat yang tinggi dalam air minum dapat menyebabkan gangguan sistem peredaran darah pada bayi. Penyakit ini disebut gejala bayi biru (blue baby sydrome) dengan gejala yang khas yaitu terlihat warna kebiruan pada daerah sekitar bibir dan bagian tubuh. Saul (1990) melaporkan bahwa WHO mencatat 2000 kasus bayi biru diberbagai negara karena bayi tersebut diberi air minum yang mengandung 20 mg nitrat/L air. Di lain pihak, beberapa peneliti melaporkan bahwa nitrat yang direduksi oleh usus menjadi nitrit sehingga mengakibatkan kanker pada lambung dan saluran pernapasan (Ompusunggu, 2009). Diperaian, nitrit (NO2-) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit lebih sedikit dari pada nitrat, karena tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrit (NO 2-) merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat (Effendi, 2003). Keberadaan nitrit menggambarkan oksigen terlarut rendah. Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Pada manusia, konsumsi nitrit berlebihan akan mengakibatkan terganggunya proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin darah, yang selanjutnya membentuk methemoglobin yang tidak mampu mengikat oksigen.Di samping itu, NO2- juga menimbulkan nitrosamin pada air buangan tertentu, nitrosamin tersebut dapat menyebabkan kanker. Berdasarkan bahayanya Nitrat dan Nitrit bagi kesehatan manusia jika dikonsumsi dalam kadar yangtinggi yang terdapat dalam air bersih, maka analisis nitrat dan nitrit dalam sampel air ini perlu dilakukan agar kandungan nitrat dan nitrit dalam air dapat diketahui. 1.1 Rumusan Masalah 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui kadar nitrat dan nitrit pada sampel air bersih yang diuji di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
2.
Untuk mengetahui apakah kadar Nitrat dan Nitrit yang diujikan tersebut telah memenuhi persyaratan
kualitas
air
bersih
sesuai
Peraturan
No.416/MENKES/PER/IX/1990. 1.3 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah :
Menteri
Kesehatan
RI
1.
Dapat mengetahui cara analisis kadar nitrat (NO 3-) dan nitrit (NO2-) pada sampel air dengan menggunakan metode spektrofotometer UV-Visible.
2.
Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa kadar nitrat (NO 3-) dan nitrit (NO2-) untuk Baku Mutu Persyaratan Kualitas Air Bersihyakni 10 mg/L untuk Nitrat (NO 3-) dan 1 mg/L
untuk
Nitrit
(NO2-)
sesuai
dengan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.416/MENKES/PER/IX/1990.
2.2
Air Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H 2O, artinya satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air mempunyai sifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan suhu 273,15 K (0ºC). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting karena mampu melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan senyawa organik. Atom oksigen memiliki nilai keelektronegatifan yang sangat besar, sedangkan atom hidrogen memiliki nilai keelektronegatifan paling kecil diantara unsur-unsur bukan logam. Hal ini selain menyebabkan sifat kepolaran air yang besar juga menyebabkan adanya ikatan hidrogen antar molekul air. Ikatan hidrogen terjadi karena atom oksigen yang terikat dalam satu molekul air masih mampu mengadakan ikatan dengan atom hidrogen yang terikat dalam satu molekul air yang lain. Ikatan hidrogen inilah yang menyebabkan air memiliki sifat-sifat khas. Sifat-sifat khas air sangat menguntungkan bagi kehidupan makhluk di bumi (Achmad, 2004). 2.2.1 Sumber dan Kegunaan Air Kuantitas air berhubungan dengan adanya bahan-bahan lain terutama senyawa-senyawa kimia baik dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik juga adanya mikroorganisme yang memegang peranan penting dalam menentukan komposisi kimia air. Seluruh peradapan manusia dan mahluk hidup lainnya dapat lenyap karena kurangnya air yang disebabkan berbagai faktor terutama akibat dari perubahan iklim. Kualitas air yang buruk yang disebabkan adanya berbagai jenis bakteri pathogen dan kandungan bahan-bahan kimia berbahaya dapat membunuh berjuta manusia terutama di negara-negara sedang berkembang.
Sebagian besar dari air ditemukan dalam bentuk lautan dan samudra. Bagian lainnya terdapat dalam bentuk uap air di atmosfer. Air dalam bentuk padat juga ditemukan di bumi yaitu yang membentuk salju di daerah kutub utara dan selatan. Air permukaan terdapat dalam danau, sungai dan sumber-sumber air lainnya, sedangkan air tanah (ground water), terdapat di dalam tanah. Air tanah dapat melarutkan mineral-mineral bahan induk dari tanah yang dilewatinya. Sebagian besar mikroorganisme yang semula ada dalam air tanah berangsur-angsur disaring sewaktu air meresap dalam tanah. Terdapat perbedaan yang cukup besar antara air tanah dengan air permukaan. Hai ini disebabkan oleh kandungan berbagai zat, baik yang terlarut maupun yang tersuspensi dalam perjalanan menuju ke laut. Air permukaan yang terkumpul dalam danau atau waduk mengandung nutrisi penting untuk pertumbuhan ganggang. Air permukaan yang mengandung bahan organik mudah terurai dalam konsentrasi tinggi secara normal akan mengandung bakteri dalam jumlah tinggi pula yang mengandung bakteri dalam jumlah tinggi pula yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap kualitas air permukaan. Ada keterkaitan yang sangat kuat antara lapisan air dimana air berada dengan lapisan tanah/lahan dimana keduanya dipengaruhi oleh kegiatan manusia. Misalnya, gangguan terhadap hutan menjadi lahan pertanian dapat menyebabkan reduksi negative yang ada diatasnya dan mengurangi proses transpirasi yaitu penguapan air oleh tanaman. Hal ini dapat mempengaruhi iklim mikro di wilayah tersebut. Akibat dari hal tersebut adalah meningkatnya limpasan air, erosi, dan akumulasi dari lumpur dalam badan air (sungai) serta dapat meningkatkan unsur-unsur hara di permukaan air, sehingga siklus nutrient akan dipercepat. Terjadinya percepatan siklus tersebut akan sangat memberikan pengaruh terhadap karakteristik kimia dan biologi dari badan air. Air yang digunakan oleh manusia adalah air permukaan tawar dan air tanah murni. Pada daerah kering sebagian kebutuhan airnya berasal dari larutan, suatu sumber yang akan menjadi penting setelah persediaan air tawar dunia relative berkurang dibandingkan kebutuhan. Meningkatnya kebutuhan air ini bukan hanya disebabkan oleh jumlah penduduk dunia yang makin bertambah juga sebagian akibat dari peningkatan taraf hidupnya yang diikuti oleh peningkatan kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga, industri, rekreasi disamping pertanian (Achmad, 2004). 2.2.2 Sifat-Sifat Unik dari Air
Air merupakan senyawa kimia yang terdiri dari atom H dan O. Sebuah molekul air terdiri dari satu atom O yang berikatan kovalen dengan dua atom H. Molekul air yang satu dengan molekul-molekul air lainnya yang bergabung dengan satu ikatan hydrogen antara atom H dengan atom O dari molekul air yang lain. Adanya ikatan ikatan hydrogen inilah yang menyebabkan air mempunyai sifat-sifat yang khas seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1 Sifat-Sifat Penting dari Air Sifat
Efek dan Kegunaan Transport zat-zat makanan dan bahan buangan
Pelarut yang sangat baik Konstanta dielektrik paling tinggi diantara
yang dihasilkan proses biologi. Kelarutan dan ionisasi dari senyawa ini tinggi
cairan murni lainnya. Tegangan permukaan lebih tinggi daripada
dalam larutannya. Faktor pengendali dalam fisiologi; membentuk
cairan lainnya. Transparan terhadap cahaya tampak dan
fenomena tetes dan permukaan. Tidak berwarna, mengakibatkan cahaya yang
sinar yang mempunyai panjang gelombang
dibutuhkan untuk fotosintesis mencapai
lebih besar dari ultraviolet. Bobot jenis tertinggi dalam bentuk cairan
kedalaman tertentu. Air beku (es) mengapung, sirkulasi vertical
(fasa cair) pada 4ᵒC Panas penguapan lebih tinggi dari material
menghambat stratifikasi badan air. Menentukan transfer panas dan molekul air antara
lainnya. Kapasitas kalor lebih tinggi dibandingkan
atmosfer dan badan air. Stabilisasi dari temperatur organisme dan wilayah
dengan cairan lain kecuali ammonia. Panas laten dan peleburan lebih tinggi
geographis.
daripada cairan lain kecuali ammonia.
Temperatur stabil pada titik beku.
Air merupakan pelarut yang sangat baik bagi banyak bahan, sehingga air merupakan media transport utama bagi zat-zat makanan dan produk buangan/ sampah yang dihasilkan
proses kehidupan. Oleh karena itu air yang ada di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni, tetapi selalu ada senyawa atau mineral/ unsur lain yang terdapat di dalamnya. Meskipun demikian tidak berarti bahwa semua perairan di bumi ini telah tercemar. Sebagai contoh, air yang berasal dari sumber air di daerah pegunungan atau daerah hulu sungai dapat dianggap sebagai air yang bersih (Achmad, 2004). 2.2.3 Pencemaran Air Dewasa ini, air menjadi menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yangseksama dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik ataupun yang sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyaktercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah darirumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya (Ompusunggu, 2009). Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, tetapi bukan berarti semua air sudah terpolusi. Sebagai contoh meskipun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari polusi, air hujan selalu mengandung bahan-bahan terlarut CO2, O2,dan N2 serta bahan-bahan tersuspensi dan partikel-partikel lainnya yang trerbawa dari atmosfer. Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah : masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (Achmad, 2004). Dalam pasal 2, air pada sumber air menurut kegunaan/peruntukkannya digolongkan menjadi: 1.
Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2.
Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.
3.
Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4.
Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik negara. Menurut definisi pencemaran air tersebut di atas bila suatu sumber air yang termasuk dalam kategori golongan A, misalnya sebuah sumur penduduk kemudian mengalami pencemaran dalam bentuk rembesan limbah cair dari suatu industri maka kategori sumur tadi bukan golongan A lagi, tapi sudah turun menjadi golongan B karena air tadi digunakan langsung sebagai air minum tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Dengan demikian air sumur tersebut menjadi kurang/ tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (Achmad, 2004). 2.2.4
Air Bersih Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang ”Syarat-syarat
Dan Pengawasan Kualitas Air “, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.Air harus bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit. Air tidak boleh mengandung bahan kimia yang berbahaya maupun beracun. Air tidak berasa dan tidak juga berbau. Air harus memenuhi standar yang ditentukan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) atau Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2.3
Senyawa Nitrogen dalam Air Senyawa-senyawa nitrogen terdapat dalam keadaan terlarut juga sebgai bahan tersuspensi. Dalam air senyawa-senyawa ini memegang peranan sangat penting dalam perairan reaksi-reaksi biologi perairan. Jenis-jenis nitrogen anorganik utama dalam air adalah ion nitrat (NO3-), dan ammonium (NH4+). Dalam kondisi tertentu terdapat dalam bentuk nitrit (NO 2-). Sebagian besar dari nitrogen total dalam air terikat sebagai nitrogen organik, yaitu dalam bahanbahanyang berprotein, juga dapat berbentuk senyawa/ion-ion lainnya dari bahan pencemar. Nitrogen perairan merupakan penyebab utama pertumbuhan yang sangat cepat dari ganggang yang menyebabkan eutrofikasi. Pada umumnya nitrogen anorganik dalam perairan aerobic terdapat dalam keadaan bilangan oksidasi +5, yaitu sebagai NO 3-, dan dengan bilangan oksidasi +3, dalam keadaan anaerob, sebagai NH4+ yang stabil (Achmad, 2004).
2.4 Nitrat dan Nitrit
Nitrat (NO3-) dan Nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik alami yang merupakan bagian dari siklus Nitrogen.Aktivitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung Nitrogen organik pertama–tama menjadi Amonia, kemudian dioksidasikan menjadi Nitrit dan Nitrat. Oleh karena Nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi Nitrat, maka Nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan. Nitrifikasi dapat didefenisikan sebagai konversi biologis dan nitrogen dari komponen organik atau anorganik dari bentuk tereduksi ke bentuk teroksidasi. Pada penanganan polusi air, nitrifikasi adalah proses biologis yang akan mengoksidasi ion ammonium menjadi bentuk nitrit atau nitrat. Bakteri yang mengoksidasi amonium menjadi nitrit adalah bakteri dari genus Nitrosospira, Nitrosococcus, Nitrosocystis.Sedangkan bakteri yang mengoksidasi nitrit menjadi nitrat adalah Nitrobacter juga dari genus Nitrosogloea dan Nitrocystis. Pada limbah yang belum diolah, nitrogen dijumpai dalam bentuk nitrogen organik dan komponen amonium. Nitrogen organik akan diubah oleh aktivitas mikroba menjadi ion amonium. Bila kondisi lingkungan mendukung maka mikroba nitrifikasi akan mampu mengoksidasi amonia. Mikroba tersebut bersifat autotropik yaitu mendapatkan energinya melalui proses oksidasi dari ion amonium. Reaksinya adalah sebagai berikut: 2NH4+ + 3O2
2NO2-+ 4H++ 2H2O + energi bakteri
2NO2-+ O22NO3- + energi bakteri Nitrat (NO3-) adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan sebuah senyawa yang stabil. Nitrat merupakan salah satu unsur penting untuk sintesa protein tumbuh-tumbuhan dan hewan, akan tetapi nitrat pada konsentrasi yang tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan ganggang yang tak terbatas (bila beberapa syarat lain seperti konsentrasi fosfat dipenuhi), sehingga air kekurangan oksigen terlarut yang menyebabkan kematian ikan. NO 3- dapat berasal dari buangan industri bahan peledak, piroteknik, pupuk, cat dan sebagainya. Kadar Nitrat secara alamiah biasanya agak rendah, namun kadar nitrat dapat menjadi tinggi sekali pada air tanah di
daerah-daerah yang diberi pupuk yang mengandung nitrat. Kadar nitrat tidak boleh melebihi 10 mg NO3/L (di Indonesia dan A.S) (Alaert dan Sri Sumestri, 1984). Analisa nitrat cukup sulit, karena rumit dan peka terhadap berbagai jenis gangguan. Namun ada beberapa cara analisa yang tersedia antara lain: 1.
Analisa spektrofotometris pada panjang gelombang 220 nm (sinar ultra ungu yang cocok sebagai analisa penduga bagi air tanpa zat organis dengan kadar NO3-N antara 0,1 sampai 11 mg/L.
2.
Analisa dengan elektroda khusus (dan pH meter) yang cocok sebagai analisa penduga baik untuk air bersih maupun air buangan dengan skala kadar NO3-N antara 0,2 sampai 1400 mg/L.
3.
Analisa dengan brusin untuk air dengan kadar 0,1 sampai 2 mg NO3-N/L.
4.
Analisa dengan asam kromotropik untuk air dengan kadar 0,1 sampai 5 mg NO3-N/L.
5.
Analisa dengan reduksi menurut Devarda untuk air dengan kadar NO3-N lebih dari 2 mg/L.
6.
Analisa kolorimetris khusus bagi nitrit, setelah semua zat nitrat direduksi oleh butir kadmium (Cd), metode ini cocok untuk air dengan kadar NO3-N antara 0,01 sampai 1 mg/L (Alaert dan Sri Sumestri, 1984). Dalam penelitian ini analisis nitrat dilakukan dengan metode brusin sulfat. Prinsip dari pengujian nitrat nitrogen dengan metode brusin sulfat yaitu ion nitrat bereaksi denganbrusin dalam suasana asam membentuk senyawaberwarna kuning. Jadi sampel yang membentuk warna kuning pekat menunjukan konsentrasi nitrat nitrogen yang terkandung pada sampel sangat besar, dan jika sampel yang diuji memiliki konsentrasi nitrat nitrogen berada di luar kurva kalibrasi larutan standar maka sampel yang diuji harus diencerkan agar bisa terbaca atau masuk dalam kurva kalibrasi. Nitrat dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan diare campur darah, disusul oleh konvulsi, koma, dan bila tidak tertolong akan meninggal. Keracunan kronis dapat menyebabkan depresi, sakit kepala. Methemoglobin adalah hemoglobin yang di dalamnya ion Fe 2+diubah menjadi ion Fe3+ dankemampuannya untuk mengangkut oksigen telah berkurang dan menyebabkan darah menjadi coklat. Methemoglobin dapat terjadi apabila hemoglobin terpapar oksidator termasuk nitrat. Sebenarnya darah manusia secara normal mengandung methemoglobin pada konsentrasi tidak lebih dari 2% tetapi jika methemoglobin meningkat menjadi 10%-20% akan mengakibatkan kemampuan darah untuk mengangkut oksigen menjadi sangat terganggu. Darah mengandung methemoglobin yang tinggi disebut methemoglobinemia dengan gejala
tubuh berwarna biru (sianosis), sesak nafas, mual dan muntah-muntah dan shock. Kematian dapat terjadi kalau kadar methemoglobin mencapai 70%. Bayi pada umumnya lebih sensitif terhadap methemoglobin daripada orang dewasa. Hal ini disebabkan beberapa faktor yakni: 1.
Sebagian besar (60%) kandungan hemoglobin dalam darah bayi merupakan tipe yang sangat peka terhadap nitrat.
2.
Enzim
methemoglobin
reduktase
yang
terdapat
dalam
darah
bayi
untukmerubah
methemoglobin menjadi hemoglobin menjadi terbatas jumlahnya. 3.
Percernaan bayi merupakan pH yang paling sensitif yang akan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri yang mengubah nitrat menjadi nitrit ( Harris dan Karmas, 1989). Bakteri pereduksi nitrat dalam usus manusia atau hewan akan mengubah nitrat menjadi nitrit. Nitrit tersebut akan mengoksidasi hemoglobin pada darah menjadi methemoglobin yang tidak dapat mengikat oksigen. Walaupun nitrit penyebab masalah pada tubuh manusia, namun karena sangat jarang dijumpai dalam makanan dan air maka standar didasarkan pada nitrat yang dapat dijumpai pada makanan, air seperti halnya pada sayuran daun dan bayam (Jenie dan Winiati, 1990). Nitrit dan nitrat merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi, dengan tingkat oksidasi masing-masing +3 dan +5. Nitrit biasanya tidak bertahan lama dan merupakan keadaan sementara proses oksidasi antara amoniak dan nitrat, yang dapat terjadi pada instalasi pengolahan air buangan, dalam air sungai dan sistem drainase, dan sebagainya. Nitrit sendiri membahayakan kesehatan karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, hingga darah tersebut tidak dapat mengangkut oksigen lagi. Di samping itu, NO 2-juga menimbulkan nitrosamin pada air buangan yang tertentu, nitrosamin tersebut dapat menyebabkan kanker (Alaert dan Sri Sumestri, 1984). Nitrit akan bereaksi dengan amino sekunder/tersier membentuk senyawa N-nitrosamin yang bersifat mutagen dan karsinogen, selanjutnyanitrosamine menunjukkan aktifitas karsinogenik. Residu nitrit yang tertinggal dalam produk akhir akan menimbulkan kematian bila melebihi 15-20 mg/kg bobot badan yangmengkonsumsi. Nitrosamin adalah suatu kelompok senyawa yang terbentuk dari interaksiantara nitrit dengan senyawa amin sekunder atau tersier (Soeparno, 1998). R2NH + HNO2R2N-NO + H2O
Amin sekunder
nitrosamine (karsinogenik)
Nitrit (NO2-) ditentukan secara kolorimetris dengan alat spektrofotometer UV-Vis. Pada pH 2,0 – 2,5 berkaitan dengan hasil reaksi antara diazo asam Sulfanilatdan N-1-naftiletilendiamin dihidroklorida(NED dihidroklorida), maka akan terbentuk larutan berwarna ungu kemerah-merahan. Warna tersebut mengikuti hukum Lambert-Beer dan menyerap sinar pada panjang gelombang 543 nm. Metoda kolorimetris tersebut sangat peka, sehingga biasanya perlu pengenceran sampel. Selain dari metoda ini, tidak ada cara analisa lain yang dapat dianggap bersifat baku (Alaert dan Sri Sumestri, 1984). Interferensi yang sering terjadi dalam analisis nitrit yaitu NCl 3mengganggu warna reaksi murni, tetapi jarang ditemui (hanya ada di dekat tempat proses klorinasi air minum) dan dapat dihilangkan dengan penambahan Na2S2O3(natrium tiosulfat). Kation-kation Fe3+, Pb2+, Hg2+, Ag2+, Sb3+, Au3+dan anion PtCl62- dan VO32-juga mengganggu analisa karena dapat mengendap selama analisa, kation-kation tersebut harus dihilangkan. Gangguan Fe3+ dapa dihilangkan dengan mereduksi Fe3+dengan zat pereduksi misalnya Na2S2O3 sampai menjadi Fe2+, atau dengan mengendapkan Fe3+ sebagai Fe(OH)3 pada pH 7 sebelum analisa nitrit dimulai (Alaert dan Sri Sumestri, 1984). 2.5 Spektrofotometer UV-Vis Spektrofotometri merupakan salah satu metode analisis instrumental yang didasarkan pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan atom maupun molekul suatu senyawa kimia. Dengan mengetahui interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat-sifat dari interaksi tersebut. Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan beberapa peristiwa antara lain adalah: pemantulan, pembiasan/hamburan (scattering), difraksi, penyerapan, (absorpsi), fluoresensi, fosforesensi dan emisi (Riyanto, 2009). Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan
bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 1990: 225). Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer meliputi: 1.
Sumber radiasi Sumber tenaga radiasi terdiri dari benda yang tereksitasi hingga ke tingkat tenaga yang tinggi oleh sumber listrik bertenaga tinggi. Sumber radiasi ultraviolet yang banyak digunakan adalah lampu hidrogen dan lampu deuterium. Sedangkan sumber radiasivisibleatau tampak yang biasa digunakan adalah lampu filamen tungsten (Sastrohamidjojo, 2001).
2.
Monokromator adalah suatu alat yang digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma atau grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan celah (Khopkar, 1990: 226).
3.
Sel absorpsi Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya adalah 10 mm. Sel yang bisa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan (Khopkar, 1990: 227).
4.
Detektor Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang (Khopkar, 1990: 227). Diagram sederhana dari spektrofotometer adalah sebagai berikut:
Prinsip analisis spektroskopi didasarkan pada adanya serapan berkas sinar oleh sampel yang menyebabkan terjadinya transisi elektron suatu senyawa dari keadaan dasar (ground state) yang energinya rendah ke keadaan tereksitasi (excited state) yang mempunyai energi lebih tinggi. Frekuensi serapan tersebut dapat terukur dan menghasilkan spektra. 2.5.1
Persamaan Lambert-Beer
Jika suatu berkas melewati medium homogen, sebagian intensitas cahaya datang (I o) diabsorpsi oleh medium sebesar Ia, sebagian intensitas dipantulkan sebesar Ir dan sisanya ditransmisikan sebesar It. Io = Ia + It + Ir.......................................................................................1) Karena pada umumnya Ir sangat kecil maka Io = Ia + It. Lambert (1760) dan Beer (1852) menunjukkan hubungan berikut: T=
= 10-abc..................................................................................2)
dengan:
T = transmitansi a = tetapan absorbtivitas b = jarak tempuh optik = tebal sampel c = konsentrasi medium
log [ ] = log [ ] = -abc ...........................................................3) atau A = abc............................................................................................4) dengan A = -log (T) A disebut sebagai absorbansi larutan terhadap sinar ang dilewatkan. Rumus (4) tersebut disebut sebagai rumus Lambert-Beer. Dengan hukum Lambert-Beer ini, maka dengan mengukur absorbansi atau transmisi dapat ditentukan kadar suatu zat bila tebal medium penyerap dan absorbsivitas diketahui. Besarnya absorbsivitas ditentukan dengan cara mengukur absorbansi suatu zat yang sama pada berbagai kadar yang telah diketahui. Kadar zat padat dinyatakan dalam berbagai cara (misalnya, %, molar, gram/liter, miligram/100 ml, dll). Kemudian gambar dalam grafik, yang menunjukkan hubungan antara absorbansi dan kadar, maka diperoleh kurva standar. Dari kurva standar yang linear tersebut, dapat dihitung besarnya absorpsivitas yang merupakan slope dari kurva yang terbentuk (Riyanto, 2009).
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat-alat yang dipakai dalam percobaan ini antara lain: 1.
Spektofotometer UV-Vis double beam, Shimadzu UV-1700
2.
Pipet Ukur 2 mL
3.
Labu Ukur 100 ml
4.
Pipet Volume 10 mL, 50 mL
5.
Erlenmeyer 50 mL, 100 mL
6.
Kompor Listrik
7.
Penangas air
8.
Gelas Piala 100 mL
9.
Kuvet
10. Bola Hisap 11. Corong Gelas 12. Pipet Mikro 100 µL 3.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain: 1.
5 sampel air bersih
2.
Larutan induk NO3-N 1000 mg/L
3.
Larutan campuran Brucin-asam sulfanilat
4.
H2SO4 pekat
5.
NaCl 30%
6.
Akuadest
7.
Larutan induk NO2-N 1000 mg/L
8.
Larutan Asam Sulfanilat
9.
Larutan N-1- Napthylethylene diamine dihidrochloride (NED dihidroklorida) 3.3 Cara Kerja 3.3.1 Pembuatan Larutan Standart Pembuatan larutan standart nitrat NO3-N dengan tahapan sebagai berikut:
1.
Sebanyak 0; 0,25; 0,50; 1,00 dan 2,00 mL larutan standar nitrat 100 mg/L dipipet dan dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 100 mL.
2.
Air suling ditambahkan sampai tepat pada tanda tera sehingga diperoleh kadar nitrat-N 0,00; 0,25; 0,50; 1,00 dan 2,00 mg/L (SNI-06-2480-1991). Pembuatan larutan standart nitrit NO2-N dengan tahapan sebagai berikut:
1.
Sebanyak 0;0,01;0,02;0,05;0,10;0,15 dan 0,20 mL larutan standar nitrit 100mg/Ldipipet dan dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 100 mL.
2.
Air suling ditambahkan sampai tepat pada tanda tera sehingga diperoleh kadar nitrit-N sebesar 0,00; 0,01; 0,02; 0,05; 0,10; 0,15 dan 0,20 mg/L (SNI-06-2484-1991). 3.3.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Pembuatan kurva kalibrasi nitrat dengan tahapan sebagai berikut:
1.
Alat spektrofotometer dioptimalkan sesuai petunjuk penggunaan alat untuk pengujian kadar nitrat.
2.
Sebanyak 10 mL masing-masing larutan standar dan blanko dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 50 mL.
3.
Sebanyak 2 mL larutan NaCl 30 % dan 10 mL larutan asam sulfat, ditambahkan ke dalam masing-masing larutan tersebut, diaduk perlahan-lahan dan dibiarkan sampai dingin.
4.
Sebanyak 0,5 mL larutan campuran brusin-asam sulfanilat ditambahkan aduk perlahan-lahan dan dipanaskan diatas penangas air pada suhu tidak melebihi 95ºC selama 20 menit kemudian dinginkan.
5.
Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, dibaca dan dicatat serapannya pada panjang gelombang 410 nm.
6.
Kurva kalibrasi dibuat dari hubungan antara serapan (A) Vs konsentrasi (C) dari larutan standar nitrat dan tentukan persamaan garis lurusnya (SNI-06-2480-1991). Pembuatan kurva kalibrasi nitrit NO2-N dengan tahapan sebagai berikut:
1.
Alat spektrofotometer dioptimalkan sesuai petunjuk penggunaan alat untuk pengujian kadar nitrit.
2.
Sebanyak 50 mL masing-masing larutan standar dan blanko dipipet kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 100 mL.
3.
Sebanyak 1 mL larutan asam sulfanilat ditambahkan dan dibiarkan larutan tersebut bereaksi selama 2-8 menit.
4.
Sebanyak 1 mL larutan NED dihidroklorida ditambahkan,diaduk dan dibiarkan paling sedikit 10 menit, tetapi tidak lebih dari 2 jam.
5.
Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, dibaca dan dicatat serapannya pada panjang gelombang 543 nm.
6.
Kurva kalibrasi dibuat dari hubungan antara serapan (A) dengan konsentrasi (C) dari larutan standar nitrit dan tentukan persamaan garis lurusnya (SNI-06-2484-1991). 3.3.3 Penentuan Kadar NO3- dan NO2- pada Sampel Air bersih Analisis kadar nitrat pada sampel air bersih dengan tahapan sebagai berikut:
1.
Sebanyak 10 mL sampel air dengan salah satu sampel dibuat secara duplo dipipet dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 50 mL.
2.
Sebanyak 2 mL larutan NaCl 30 % dan 10 mL larutan asam sulfat ditambahkan, diaduk perlahan-lahan dan dibiarkan sampai dingin.
3.
Sebanyak 0,5 mL larutan campuran brusin-asam sulfanilat ditambahkan, diaduk perlahan-lahan dan dipanaskan di atas penangas air pada suhu tidak melebihi 95ºC selama 20 menit kemudian didinginkan.
4.
Larutan sampel dimasukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 410 nm.
5.
Apabila perbedaan hasil pengukuran secara duplo lebih besar dari 2 %, periksa keadaan alat dan diulangi tahapan 1 sampai dengan 4, apabila perbedaanya lebih kecil atau sama dengan 2 %, rata-ratakan hasilnya (SNI-06-2480-1991). Rumus Perhitungan: mg/L NO3-sebagai N = C × fp
Dimana: C = konsentrasi yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L) Fp = faktor pengenceran Analisis kadar nitrit pada sampel air bersih dengan tahapan sebagai berikut: 1.
Sebanyak 50 mL sampel air dengan salah satu sampel dibuat secara duplo dipipet dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 100 mL.
2.
Sebanyak 1 mL larutan asam sulfanilat ditambahkan dan dibiarkan larutan tersebut bereaksi selama 2-8 menit.
3.
Sebanyak 1 mL larutan NED dihidroklorida ditambahkan,diaduk dan dibiarkan paling sedikit 10 menit, tetapi tidak lebih dari 2 jam.
4.
Larutan sampel dimasukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, dibaca dan dicatat serapannya pada panjang gelombang 543 nm.
5.
Apabila perbedaan hasil pengukuran secara duplo lebih besar dari 2 %, periksa keadaan alat dan diulangi tahapan 1 sampai dengan 4, apabila perbedaanya lebih kecil atau sama dengan 2 %, rata-ratakan hasilnya (SNI-06-2484-1991). Rumus Perhitungan: mg/L NO2-sebagai N = C × fp Dimana: C = konsentrasi yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L) Fp = faktor pengenceran
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan Kegiatan PKL yang dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta ini meliputi analisis terhadap berbagai jenis sampel air dengan metode yang digunakan di Laboratorium Kimia Air. Praktik kerja lapangan yang dilakukan di laboratorium kimia air meliputi: analisis nitrat dan nitrit. Pada laboratorium kimia air sampel didapat dari masyarakat yang akan menguji berbagai parameter dari air minum, air bersih dan sampel air limbah yang kemudian diberi nama sampel atau contoh uji tersebut dengan pemberian kode untuk memudahkan pengerjaan di laboratorium. Untuk mendapatkan data analisis yang akurat, diperlukan beberapa langkah penting yang kadang-kadang kurang mendapatkan perhatian selama ini diantaranya: pengawetan sampel dan metode analisis yang digunakan untuk memeriksa sampel. Banyaknya gangguan yang timbul selama penyimpanan dan pengangkutan sampel dari lapangan ke laboratorium dapat menyebabkan perubahan sampel dari keadaan aslinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan terhadap sampel yang akan dianalisis baik secara fisik maupun secara kimia agar keadaannya tetap stabil. Cara pengawetan sampel tergantung dari jenis analisis yang akan dilakukan, misalnya untuk analisis nitrat dan nitrit dalam air, pemeriksaan harus segera dilakukan setelah pengambilan sampel. Kalau terpaksa diawetkan perlu penambahan asam sulfat pekat sampai pH 2 kemudian didinginkan dalam lemari pendingin khusus pada suhu 4ºC atau dibekukan pada suhu -20ºC dan sampel harus diperiksa maksimal 48 jam setelah dilakukan penyamplingan. Hal ini disebabkan adanya oksigen terlarut dan bakteri-bakteri yang dapat mengoksidasi ammonium (NH 4+) menjadi nitrit (NO2-) atau nitrit (NO2-) menjadi nitrat (NO3-). Untuk mengetahui kualitas dari air pada perairan, banyak sekali parameter yang dianalisis. Parameter-parameter tersebut sudah ditetapkan oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Namun tidak semua parameter akan ditentukan, hanya ada dua parameter yang dianalisis diantaranya adalah: 4.1.1 Analisis Nitrat Tingginya kadar nitrat pada air bersih terutama yang berasal dari sungai atau sumur di dekat pertanian. Hal ini sangat berbahaya bila kandungan nitrat ini dikonsumsi oleh anak bayi dan dapat menimbulkan keracunan akut. Bayi yang baru berumur beberapa bulan belum mempunyai keseimbangan yang baik antara usus dan bakteri usus. Sebagai akibatnya, nitrat yang
masuk dalam saluran pencernaan akan langsung diubah menjadi nitrit yang kemudian berikatan dengan hemoglobin membentuk methemoglobin. Ketidakmampuan tubuh bayi untuk mentoleransi adanya methemoglobin yang terbentuk dalam tubuh mereka akan mengakibatkan timbulnyamethemoglobinemia pada bayi.Methemoglobinemia juga disebut "sindrom bayi biru". Penyakit ini disebut gejala bayi biru dengan gejala yang khas yaitu terlihat warna kebiruan pada daerah sekitar bibir dan beberapa bagian tubuh. Pada bayi yang telah berumur enam bulan atau lebih, bakteri pengubah nitrat di dalam tetap ada walau dalam jumlah sedikit. Pada anak-anak dan orang dewasa, nitrat diabsorbsi dan di sekresikan sehingga resiko untuk keracunan nitrat jauh lebih kecil.Oleh karena itu, parameter ini perlu untuk dilakukan analisis. Penentuan kadar nitrat dilakukan dengan metode spektrofotometer (SNI 06-2480-1991) pada kisaran kadar 0,1 mg/L – 2,0 mg/L dengan menggunakan metode brusin sulfat. Prinsip dari percobaaan ini adalah Nitrat dalam air dalam suasana asam dengan Brusin Sulfanilat dan Asam Sulfat membentuk senyawa yang berwarna kuning. Intensitas warna yang terjadi diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm.Jadi sampel yang membentuk warna kuning pekat menunjukan konsentrasi nitrat nitrogen yang terkandung pada sampel sangat besar, dan jika sampel yang diuji memiliki konsentrasi nitrat nitrogen berada di luar kurva kalibrasi larutan standar maka sampel yang diuji harus diencerkan agar bisa terbaca atau masuk dalam kurva kalibrasi. Konsentrasi nitrat dalam sampel air bersih diperoleh dengan cara absorbansi sampel yang diukur dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus larutan standar nitrat. Untuk itu sebelum sampel air diuji, terlebih dahulu dibuat larutan standar dengan konsentrasi masing-masing (0,00; 0,25; 0,50; 1,00; dan 2,00) mg/L dari larutan standar nitrat 100 mg/L. Larutan standar ini berguna sebagai interval atau rentangan untuk menentukan apakah nilai absorban sampel berada dalam rentangan larutan standar tersebut atau tidak. Untuk pembuatan kurva kalibrasi masing-masing dari larutan standar yang telah dibuat kemudian diberi perlakuan yang sama dengan blanko dan sampel air yang dianalisis. Setelah diukur dengan alat spektrofotometer UV-Vis double beam atau berkas ganda maka dapat diketahui absorbansi masing-masing larutan standar dan sampel air. Tabel 2. Absorbansi larutan standar nitrat Standar 1 2
Konsentrasi (mg/L) 0,00 0,25
Absorbansi 0,000 0,024
3 4 5
0,50 1,00 2,00
0,044 0,093 0,188
Hubungan antara absorbansi larutan standar dengan konsentrasi yang dimiliki masingmasing kemudian muncul sebagai kurva kalibrasi yang tampak pada gambar 1. Gambar 1. Kurva larutan standar nitrat Kurva kalibrasi pada gambar 1 memiliki persamaan garis regresi linear y = 0,0941x – 0,0008 dan memiliki nilai korelasi sebesar 0,9996. Kemudian kadar nitrat dapat dihitung dengan cara memasukkan absorbansi sampel yang terbaca dalam persamaan garis tersebut. Tabel 3. Hasil analisis kadar nitrat No Sampel 712 712 1484 1527 1612 1886
Absorbansi
Konsentrasi (mg/L)
0,101 0,102 0,019 0,072 0,066 0,036
1,0818 1,0925 0,2104 0,7736 0,7099 0,3911
Konsentrasi yang sebenarnya (mg/L) 10,8183 10,9250 0,2104 0,7736 0,7099 3,9110
Dari ke lima sampel yang telah dianalisis, ada satu sampel yang kadar nitratnya melampaui
ambang
batas
yang
telah
ditentukan
di
dalam
PERMENKES
RI
No.416/MENKES/PER/IX/1990 kadar maksimal yang diperbolehkan di dalam air bersih adalah 10 mg/L. Tingginya kadar Nitrat mungkin disebabkan karena lokasinya yang berdekatan dengan lahan pertanian dan adanya pengunaan pupuk Nitrogen yang terlalu banyak. Selain itu tingginya kadar Nitrat disebabkan juga oleh limbah domestik dari lokasi tersebut yang mengandung Amonia yang akan dioksidasi menjadi Nitrat, Sedangkan empat sampel yang lain mengandung kadar nitrat di bawah ambang batas yang telah ditentukan sehingga air tersebut masih layak digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan industri serta masih dapat dikonsumsi. 4.1.2 Analisis nitrit Kadar nitrit yang tinggi dapat membahayakan kesehatan karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah, hingga darah tersebut tidak dapat mengangkut oksigen lagi. Di
samping itu, NO2- juga menimbulkan nitrosamin pada air buangan yang tertentu, nitrosamin tersebut dapat menyebabkan kanker.Maka parameter ini perlu untuk dilakukan analisis. Penentuan kadar nitrit dilakukan dengan metode spektrofotometer (SNI 06-2484-1991) pada kisaran kadar 0,001 mg/L – 0,2 mg/L NO 2-N dengan menggunakan metode asam sulfanilat. Prinsip dari percobaaan ini adalah Nitrit dengan Asam Sulfanilat dan NED dihidrokloridadalam suasana asam (pH 2,0-2,5) membentuk senyawaazo yang berwarna merahkeunguan. Intensitas warna yang terjadi diukurabsorbansinyadengan spektrofotometer pada panjang gelombang 543 nm. Menurut
Rilley
dan
Millero
sebelum
terbentuknya
warna
pink,
terjadi
pembentukkan iondiazonium yang merupakan hasil reaksi dari nitrit dan sulfanilat yang terjadi menurut reaksi berikut:
HSO3NH2+NO2-+ 2H+→HSO3N Asam sulfanilat
HSO3N
N + 2H2O ion diazonium
N +
NHCH2C
H2NH2.2HCl →
ion diazonium NED dihidroklorida
HSO3NN NHCH2CH2NH2+ H++ 2HCl Senyawa azo merah keunguan kondisi
asam
lemah
pada
pH
2,0
–
2,5 ion
diazonium bereaksi
dihidroklorida membentuk senyawa azo yang berwarna merah keunguan.
dengan
NED
Konsentrasi nitrit dalam sampel air bersih diperoleh dengan cara absorbansi sampel yang diukur dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus larutan standar nitrit. Untuk itu sebelum sampel air diuji, terlebih dahulu dibuat larutan standar dengan konsentrasi masing-masing (0,00; 0,01; 0,02; 0,05; 0,10; 0,15 dan 0,20) mg/L dari larutan standar nitrat 100 mg/L. Larutan standar ini berguna sebagai interval atau rentangan untuk menentukan apakah nilai absorbansi sampel berada dalam rentangan larutan standar tersebut atau tidak. Untuk pembuatan kurva kalibrasi masing-masing dari larutan standar yang telah dibuat kemudian diberi perlakuan yang sama dengan blanko dan sampel air yang dianalisis. Setelah diukur dengan alat spektrofotometer UVVisdouble beam atau berkas ganda maka dapat diketahui absorbansi masing-masing larutan standar dan sampel air. Tabel 4. Absorbansi Larutan Standar Nitrit Standar 1 2 3 4 5 6 7
Konsentrasi (mg/L) 0,00 0,01 0,02 0,05 0,10 0,15 0,20
Absorbansi 0,000 0,008 0,015 0,037 0,072 0,114 0,148
Hubungan antara absorbansi larutan standar dengan konsentrasi yang dimiliki masingmasing kemudian muncul sebagai kurva kalibrasi yang tampak pada gambar 2. Gambar 2. Kurva kalibrasi larutan standar nitrit Kurva kalibrasi pada gambar 2 memiliki persamaan garis regresi linear y = 0,7435x – 0,0000 dan memiliki nilai korelasi sebesar 0,9994. Kemudian kadar nitrit dapat dihitung dengan cara memasukkan absorbansi sampel yang terbaca dalam persamaan garis tersebut. Tabel 4. Hasil analisis kadar nitrit No Sampel 712 1484 1484 1527 1612 1886
Absorbansi
Konsentrasi (mg/L)
0,002 0,002 0,002 0,053 0,001 0,001
0,0027 0,0027 0,0027 0,0713 0,0013 0,0013
Konsentrasi yang sebenarnya (mg/L) 0,0027 0,0027 0,0027 0,7130 0,0013 0,0013
Semua sampel yang telah dianalisis memiliki kadar nitrit dibawah ambang ambang batas yang telah ditentukan di dalam PERMENKES RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 kadar maksimal nitrit yang diperbolehkan di dalam air bersih adalah 1,0 mg/L.Menurut Millero rendahnya konsentrasi nitrit disebabkan karena nitrit di perairan hanya sebagai senyawa peralihan (intermediate product) dari reduksi senyawa nitrat atau oksidasi senyawa amonia.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dalam analisis konsentrasi Nitrat (NO 3-) dan Nitrit (NO2-) dengan menggunakan sampel air bersih dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Dari perhitungan diperoleh kadar Nitrat (NO3-) adalah 10,8717 mg/L; 0,2104 mg/L;0,7736 mg/L; 0,7099 mg/L dan 3,911 mg/L, sedangkan untuk kadar Nitrit (NO 2-) adalah 0,0027 mg/L ; 0,0027 mg/L; 0,7130 mg/L; 0,0013 mg/L; dan 0,0013 mg/L.
2.
Pada percobaan kadar nitrit semua sampel masih di bawah ambang batas yang telah ditentukan sedangkan untuk kadar nitrat ada satu sampel yang melebihi baku mutu sehingga ada satu sampel air bersih yang belum memenuhi Persyaratan Kualitas Air Bersih sesuai PERMENKES RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 yakni 10 mg/L untuk Nitrat (NO 3-) dan untuk Nitrit (NO2-) 1,0 mg/L. 5.2 Saran Dalam analisisNitrat dan Nitrit ini penulis menyarankan agar menggunakan metode atau instrumentasi yang lain yang dapat digunakan untuk mendukung validitas data tentang kandungan zat pencemar dalam sampel air tersebut. DAFTAR PUSTAKA Achmad, R., 2004, Kimia Lingkungan, Penerbit Andi, Jakarta.
Alaerts, G. dan Santika, S.S., 1984, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya. Anonim, 2004, Metode Pengujian Kadar Nitrat dalam Air dengan Alat Spektrofotometer secara Brusin Sulfat, SNI-06-2480-1991, BSN, Jakarta. Anonim, 2004, Metode Pengujian Nitrit dalam Air dengan Alat Spektrofotometer secara Asam Sulfanilat, SNI-06-2484-1991, BSN, Jakarta. Anonim, 1990, Persyaratan Kualitas Air Bersih, Menteri Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2010, Persyaratan Kualitas Air Minum, Menteri Kesehatan RI, Jakarta. Effendi, 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogjakarta. Harris, R.S. dan Karmas, E., 1989, Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Bahan Pangan, Penerbit ITB, Bandung. Jenie dan Winiati, 1990, Penanganan Limbah Industri Pangan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-press, Jakarta. Millero, F.J., 2006, Chemical Oceanography, CRC press, Boca Raton. Ompusunggu, H., 2009, Analisa Kandungan Nitrat Pada Air Sumur Gali Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah, skripsi, Program Sarjana, USU, Sumatera Utara. Rilley, J.P., 1975, Analytical Chemistry of Sea Water,3, 2, 193-514. Riyanto, 2009, Diktat Kuliah Kimia Analisis Instrumental 1, Prodi Kimia UII, Yogyakarta. Sastrohamidjojo, H., 2001, Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta. Soeparno, 1998, Ilmu dan Tehnologi Daging, Gadjah Mada University press, Yogyakarta.