REAKSI NETRALISASI
INDA YULIAH MAMAT PRATAMA, S.Farm., M.Si., Apt
15020150114
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Netralisasi atau titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya, sedangkan apabila salah satu larutannya diketahui konsentrasinya, larutan ini disebut larutan standar. Ada 4 macam reaksi yang digunakan dalam titrasi yaitu reaksi asam-basa, reaksi redoks, reaksi pengendapan, dan reaksi pembentukan kompleks.
Titrasi asam basa disebut reaksi penetralan atau juga
titrasi netralisasi yaitu titrasi yang didasarkan pada reaksi antara suatu asam dengan basa dan merupakan teknik untuk menenutukan kosentrasi asam atau basa.
Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat mengamati perubahan warna, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi perubahan warna dari indikator. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Dalam proses titrasi suatu larutan ditambahkan sedikit demi sedikit pada larutan yang volumenya telah diketahui, sampai tercapai titik ekuivalen (jumlah stoikhiometri perbandingan mol) dari kedua peraksi. yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator disebut titik ekuivalen.
Dengan demikian melakukan suatu percobaan titrasi, praktikan harus mampu mencampurkan 2 zat atau lebih yang berbeda serta mampu menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukanlah percobaan ini. Sehingga dalam menganalisis suatu larutan kita harus menggunakan titrasi.
Maksud Praktikum
Melakukan titrasi asam - basa
Tujuan Praktikum
Menentukan kadar Na2CO3 dalam larutan
Menentukan kadar NaOH dalam larutan
Menentukan pH larutan pada saat terjadi garam NaHCO3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori umum
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi(Underwood Day,1996:79).
Asam kuat dan basa kuat, dalam air akan terurai dengan sempurna. Oleh karena itu, ion hidrogen dan ion hidroksida selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik ekivalen dari titrasi asam kuat dan basa kuat, pH larutan pada temperatur 25°C sama dengan pH air yaitu sama dengan 7. Sebagai catatan perlu dikemukakan bahwa dasar kesetimbangan dan stoikiometri reaksi. Titrasi asam-basa dapat dilakukan dengan menggunakan indikator atau menggunakan pH meter (Irvan,2000:99).
Pada percobaan ini yang dilakukan adalah titrasi asam basa dengan menggunakan indikator. Titrasi asam basa dengan menggunakan indikator didasarkan pada reaksi netralisasi asam dengan basa. Pada titik ekivalen, jumlah asam yang dititrasi ekivalen dengan jumlah basa yang dipakai. Untuk menentukan titik ekivalen ini biasanya dipakai suatu indikator asam basa,yaitu suatu zat yang perubahan warnanya tergantung pada pH larutan. Perubahan warna indikator tertentu tumbul perubahan warna, maka titik akhir tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen dan selisihnya disebut kesalahan titrasi (Underwood Day,1996:102).
H3O++OH– 2H2O
Dalam titrasi ini berlaku hubungan jumlah ekivalen asam (H3O+) sama dengan jumlah ekivalen basa (OH–) pada hubUngan titrasi terdapat titik ekivalen, di mana titik ekuivalen yaitu tititk ketika asam dan basa tepat habis bereaksi(Chang Raymond,2004:90).
Larutan baku yaitu Larutan yang sudah di ketahui kosentrasinya.
Larutan baku yang digunakan pada titrasi netralisasi adalah asam kuat atau basa kuat, karena zat-zat tersebut bereaksi lebih sempurna dengan analit dibandingkan dengan jika dipakai asam atau basa yang lebih lemah. Larutan baku asam dapat dibuat dari HCl, H2SO4 atau HClO4, sedangkan larutan baku basa dibuat dari NaOH atau KOH. Jika larutan bakunya asam di sebut asidimetri, sedangkan larutan bakunya basa di sebut alkalimetri.Titrasi bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan kosentrasi yang telah di ketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang di analisis atau ingin di ketahui kadar atau kosentrasinya. Larutan ini di sebut titran, biasanya di letakan di dalam labu Erlenmeyer. Sedangkan zat yang telah di ketahui kosentrasinya di sebut (Titrat/titer). Baik titrat atau titran biasanya berupa larutan. Titrasi asam basa melibatkan asam ataupun basa sebadai titer maupun titran. Kadar larutan asam di tentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya kadar larutan basa di tentukan dengan menggunakan larutan asam(Underwood Day,1996:105).
Indikator biasanya ialah suatu asam atau basa organik lemah yang menunjukkan warna yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan bentuk terionisasinya. Kedua bentuk ini berikatan dengan pH larutan yang melarutkan indikator tersebut (Chang, 2004:89).
Titik akhir titrasi terjadi bila indikator berubah warna. Namun, tidak semua indikator berubah warna pada pH yang sama, jadi pilihan indikator untuk titrasi tertentu bergantung pada sifat asam dan basa yang digunakan dalam titrasi (dengan kata lain apakah mereka kuat atau lemah). Dengan demikian memilih indikator yang tepat untuk titrasi, kita
dapat menggunakan titik akhir untuk menentukan titik ekuivalen (Chang, 2004:94).
Asidimetri adalah analisa volumetri dengan mempergunakan larutan baku asam. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan timbulnya perubahan warna indikator yang ditambahkan. Sedangkan Alkalimetri adalah analisa volumetri dengan mempergunakan larutan baku basa. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan timbulnya perubahan warna indikator yang dipakai ekuivalen (Chang Raymond, 2004:95).
2.2 Uraian Bahan
1. Larutan Na2CO3 ( Ditjen POM,1979:400)
Nama resmi : NATRII CARBONAS
Nama Lain : Natrium Karbonat
Rumus molekul : Na2CO3
Berat molekul : 124,00
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan, keratolitikum
2. Larutan NaOH ( Ditjen POM,1979:412)
Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain : Natrium hidroksida
Rumus molekul : NaOH
Berat molekul : 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur, putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan
3. Larutan baku HCL ( Ditjen POM,1979:53)
Nama resmi : ACIUDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Asam klorida
Rumus molekul : HCL
Berat molekul : 36,46
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasaom bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang
Kelarutan : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan
4. Fenol merah ( Ditjen POM,1979:704)
Nama resmi : FENOLSULFONFTALEIN
Nama lain : Merah fenol
Rumus molekul : C9H14O5S
Berat molekul : 234,26
Pemerian :Serbuk hablur bermacam-macam warna merah tua sampai merah
Kelarutan : Larut dalam air, mudah larut dalam kloroform eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai indikator
5. Indikator metil merah ( Ditjen POM,1979:705)
Nama resmi : BENZOAT HIDROKSIDA
Nama lain : Metil merah
Rumus molekul : C15H15N3O2
Berat molekul : 305,76
Pemerian : Serbuk merah tua atau hablur lembayung
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, larut dalam etanol (90%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai indikator
6. Aquadest ( Ditjen POM,1979:96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Kelarutan : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai zat pelarut
2.3. Prosedur Kerja
1. Ambil larutan Na2CO3 0,1 M sebanyak 25 ml masukkan ke dalam labu takar 100 ml, kemudian tambah 25 ml larutan NaOH 0,1 M dan tambah air suling sampai tanda batas, kocok sampai merata.
2. Pasang buret 50 ml dan isi HCL baku 0,1139 M sampai batas tanda 0 ml.
3. Pipet 25 ml larutan campuran (1) masukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml dan tambah 3-4 tetes penunjuk fenol merah kemudian titran dengan larutan HCl baku sambil digoyang sampai warna larutan berubah menjadi kuning. Catat volume HCl yang dipakai.
4. Larutan (3) ditambah penunjuk metil merqah dan dititrasi kembali dengan larutan HCl baku sampai larutan menjadi jingga atau merah muda. Catat volume HCl yang dipakai.
5. Lakukan kerja 3,4, dan 5 dua kali lagi.
BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
Alat praktikum yang digunakan yaitu alumunium foil, bult, buret, corong, erlenmeyer, gelas kimia, pipet volume, dan statif.
3.2 Bahan Praktikum
Bahan praktikum yang digunakan yaitu indikator fenol merah, indikator metil merah, larutan Na2CO3, larutan NaOH, larutan HCl dan tissue
3.3 Cara Kerja
Diambil Na2CO3 sebanyak 25 ml menggunakan pipet gondok, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml, ditambahkan NaOH 25 ml dan ditetesi de ngan fenol merah sebanyak 3 tetes, homogenkan campuran tadi. Dtitrasi menggunakan HCl baku 0,1139 M, digoyangkan agar reaksi sempurna dan merata. Dihentikan titrasi ketika warna berubah menjadi kuning, dicatat perubahan volume pada buret. Tambahkan indikator metil merah dalam erlenmeyer, dititrasi lagi sampai berubah warna menjadi jingga/merah, dihentikan titrasi saat perubahan warna terjadi, dicatat perubahan perubahan volume pada buret. Diambil lagi 25ml dari stok dan diulangi lagi sampai 2 kali percobaan.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
Tabel Pengamatan
Kel
Larutan Na2CO3 & NaOH
Titrasi 1
Titrasi 2
Volume HCl
Penunjuk
Perubahan warna
Volume HCl
Penunjuk
Perubahan warna
I
25 ml
8 ml
Fenol merah
Jingga ke kuning
4 ml
Metil merah
Kuning ke jingga
5,6 ml
2,4 ml
6 ml
3 ml
II
25 ml
6,7 ml
Fenol merah
Ungu ke kuning
2,2 ml
Metil merah
Kuning ke merah muda
6,4 ml
2,5 ml
6,3 ml
2,5 ml
III
25 ml
7,2 ml
Fenol merah
Ungu ke kuning
2,8 ml
Metil merah
Kuning ke jingga
7 ml
5 ml
7,2 ml
3,5 ml
IV
25 ml
6,7 ml
Fenol merah
Ungu ke kuning
2,4 ml
Metil merah
Kuning ke jingga
6,4 ml
2,6 ml
6,4 ml
2,6 ml
Perhitungan kelompok 1
Percobaan 1 :
Kepekatan Na2CO3 =25ml100 ml x0,1 M
= 25 x 10-3 M
V.HCl yang bereaksi dengan Na2CO3 = 2 x b
= 2 x 4
= 8
HCl yang bereaksi dengan NaOH = a – b
= 8 – 4
= 4
Na2CO3 yang ada = 4 x 2(4)ml x 0,1139 mol1000 ml
= 3,6 x 10-3 mol
Na2CO3 menurut label = 25 ml x 0,1 mol1000 ml
= 2,5 x 10-3 mol
% kadar Na2CO3 = 3,6 x 10-32,5 x10-3 x 100%
= 144 %
NaOH yang ada = 4 x (4) ml x 0,1139 mol1000 ml
= 1,8 x 10-3 g/mol
NaOH yang menurut label = 0,1 mol1000 ml x 25 ml
= 2,5 x 10-3 mol
Jadi kadar NaOH = 1,8 g2,5 x 10-3 g x 100%
= 72 %
Percobaan 2 :
Kepekatan Na2CO3 =25ml100 ml x0,1 M
= 25 x 10-3 M
V.HCl yang bereaksi dengan Na2CO3 = 2 x b
= 2 x 2,4
= 4,8
HCl yang bereaksi dengan NaOH = a – b
= 5,6 – 2,4
= 3,2
Na2CO3 yang ada = 4 x 2(2,4)ml x 0,1139 mol1000 ml
= 2,1 x 10-3 mol
Na2CO3 menurut label = 25 ml x 0,1 mol1000 ml
= 2,5 x 10-3 mol
% kadar Na2CO3 = 2,1 x 10-32,5 x10-3 x 100%
= 84 %
NaOH yang ada = 4 x (3,2) ml x 0,1139 mol1000 ml
= 1,4 x 10-3 g/mol
NaOH yang menurut label = 0,1 mol1000 ml x 25 ml
= 2,5 x 10-3 mol
Jadi kadar NaOH = 1,4 g2,5 x 10-3 g x 100%
= 56 %
Percobaan 3 :
Kepekatan Na2CO3 =25ml100 ml x0,1 M
= 25 x 10-3 M
V.HCl yang bereaksi dengan Na2CO3 = 2 x b
= 2 x 3
= 6
HCl yang bereaksi dengan NaOH = a – b
= 6– 3
= 3
Na2CO3 yang ada = 4 x 2(3)ml x 0,1139 mol1000 ml
= 2,7 x 10-3 mol
Na2CO3 menurut label = 25 ml x 0,1 mol1000 ml
= 2,5 x 10-3 mol
% kadar Na2CO3 = 2,7 x 10-32,5 x10-3 x 100%
= 108 %
NaOH yang ada = 4 x (3) ml x 0,1139 mol1000 ml
= 1,3 x 10-3 g/mol
NaOH yang menurut label = 0,1 mol1000 ml x 25 ml
= 2,5 x 10-3 mol
Jadi kadar NaOH = 1,3 g2,5 x 10-3 g x 100%
= 52 %
Perhitungan kelompok 2
Percobaan 1 :
Kepekatan Na2CO3 =25ml100 ml x0,1 M
= 25 x 10-3 M
V.HCl yang bereaksi dengan Na2CO3 = 2 x b
= 2 x 2,2
= 4,4
HCl yang bereaksi dengan NaOH = a – b
= 6,7 – 2,2
= 4,5
Na2CO3 yang ada = 4 x 2(4)ml x 0,1139 mol1000 ml
= 3,6 x 10-3 mol
Na2CO3 menurut label = 25 ml x 0,1 mol1000 ml
= 2,5 x 10-3 mol
% kadar Na2CO3 = 3,6 x 10-32,5 x10-3 x 100%
= 80 %
NaOH yang ada = 4 x (4,5) ml x 0,1139 mol1000 ml
= 2 x 10-3 g/mol
NaOH yang menurut label = 0,1 mol1000 ml x 25 ml
= 2,5 x 10-3 mol
Jadi kadar NaOH = 2 g2,5 x 10-3 g x 100%
= 80 %
Percobaan 2 :
Kepekatan Na2CO3 =25ml100 ml x0,1 M
= 25 x 10-3 M
V.HCl yang bereaksi dengan Na2CO3 = 2 x b
= 2 x 2,5
= 5
HCl yang bereaksi dengan NaOH = a – b
= 6,4 – 2,5
= 3,9
Na2CO3 yang ada = 4 x 2(2,5) ml x 0,1139 mol1000 ml
= 2,2 x 10-3 mol
Na2CO3 menurut label = 25 ml x 0,1 mol1000 ml
= 2,5 x 10-3 mol
% kadar Na2CO3 = 2,2 x 10-32,5 x10-3 x 100%
= 88 %
NaOH yang ada = 4 x (3,9) ml x 0,1139 mol1000 ml
= 1,7 x 10-3 g/mol
NaOH yang menurut label = 0,1 mol1000 ml x 25 ml
= 2,5 x 10-3 mol
Jadi kadar NaOH = 1,7 g2,5 x 10-3 g x 100%
= 68 %
Percobaan 3 :
Kepekatan Na2CO3 =25ml100 ml x0,1 M
= 25 x 10-3 M
V.HCl yang bereaksi dengan Na2CO3 = 2 x b
= 2 x 2,5
= 5
HCl yang bereaksi dengan NaOH = a – b
= 6,3 – 2,5
= 3,8
Na2CO3 yang ada = 4 x 2(2,5)ml x 0,1139 mol1000 ml
= 2,2 x 10-3 mol
Na2CO3 menurut label = 25 ml x 0,1 mol1000 ml
= 2,5 x 10-3 mol
% kadar Na2CO3 = 2,2 x 10-32,5 x10-3 x 100%
= 88 %
NaOH yang ada = 4 x (3,8) ml x 0,1139 mol1000 ml
= 1,7 x 10-3 g/mol
NaOH yang menurut label = 0,1 mol1000 ml x 25 ml
= 2,5 x 10-3 mol
Jadi kadar NaOH = 1,7 g2,5 x 10-3 g x 100%
= 68 %
Perhitungan kelompok 3
Percobaan 1 :
Kepekatan Na2CO3 =25ml100 ml x0,1 M
= 25 x 10-3 M
V.HCl yang bereaksi dengan Na2CO3 = 2 x b
= 2 x 2,8
= 5,6
HCl yang bereaksi dengan NaOH = a – b
= 7,2 – 2,8
= 5,6
Na2CO3 yang ada = 4 x 2(2,8)ml x 0,1139 mol1000 ml
= 2,5 x 10-3 mol
Na2CO3 menurut label = 25 ml x 0,1 mol1000 ml
= 2,5 x 10-3 mol
% kadar Na2CO3 = 2,5 x 10-32,5 x10-3 x 100%
= 100 %
NaOH yang ada = 4 x (4,4) ml x 0,1139 mol1000 ml
= 2 x 10-3 g/mol
NaOH yang menurut label = 0,1 mol1000 ml x 25 ml
= 2,5 x 10-3 mol
Jadi kadar NaOH = 2 g2,5 x 10-3 g x 100%
= 80 %
Percobaan 2 :
Kepekatan Na2CO3 =25ml100 ml x0,1 M
= 25 x 10-3 M
V.HCl yang bereaksi dengan Na2CO3 = 2 x b
= 2 x 5
= 10
HCl yang bereaksi dengan NaOH = a – b
= 7 – 5
= 2
Na2CO3 yang ada = 4 x 2(5)ml x 0,1139 mol1000 ml
=4,5 x 10-3 mol
Na2CO3 menurut label = 25 ml x 0,1 mol1000 ml
= 2,5 x 10-3 mol
% kadar Na2CO3 = 4,5 x 10-32,5 x10-3 x 100%
= 180%
NaOH yang ada = 4 x (2) ml x 0,1139 mol1000 ml
= 0,9 x 10-3 g/mol
NaOH yang menurut label = 0,1 mol1000 ml x 25 ml
= 2,5 x 10-3 mol
Jadi kadar NaOH = 0,9 g2,5 x 10-3 g x 100%
= 36 %
Percobaan 3 :
Kepekatan Na2CO3 =25ml100 ml x0,1 M
= 25 x 10-3 M
V.HCl yang bereaksi dengan Na2CO3 = 2 x b
= 2 x 3,8
= 7,6
HCl yang bereaksi dengan NaOH = a – b
= 7,2 – 3,8
= 3,4
Na2CO3 yang ada = 4 x 2(3,8)ml x 0,1139 mol1000 ml
= 3,4 x 10-3 mol
Na2CO3 menurut label = 25 ml x 0,1 mol1000 ml
= 2,5 x 10-3 mol
% kadar Na2CO3 = 3,4 x 10-32,5 x10-3 x 100%
= 136 %
NaOH yang ada = 4 x (3,4) ml x 0,1139 mol1000 ml
= 1,5 x 10-3 g/mol
NaOH yang menurut label = 0,1 mol1000 ml x 25 ml
= 2,5 x 10-3 mol
Jadi kadar NaOH = 1,5 g2,5 x 10-3 g x 100%
= 60 %
Perhitungan kelompok 4
Percobaan 1 :
Kepekatan Na2CO3 =25ml100 ml x0,1 M
= 25 x 10-3 M
V.HCl yang bereaksi dengan Na2CO3 = 2 x b
= 2 x 2,4
= 4,8
HCl yang bereaksi dengan NaOH = a – b
= 6,7 – 2,4
= 4,3
Na2CO3 yang ada = 4 x 2(2,4)ml x 0,1139 mol1000 ml
= 2,1 x 10-3 mol
Na2CO3 menurut label = 25 ml x 0,1 mol1000 ml
= 2,5 x 10-3 mol
% kadar Na2CO3 = 2,1 x 10-32,5 x10-3 x 100%
= 84 %
NaOH yang ada = 4 x (4,3) ml x 0,1139 mol1000 ml
= 1,9 x 10-3 g/mol
NaOH yang menurut label = 0,1 mol1000 ml x 25 ml
= 2,5 x 10-3 mol
Jadi kadar NaOH = 1,9 g2,5 x 10-3 g x 100%
= 76 %
Percobaan 2 :
Kepekatan Na2CO3 =25ml100 ml x0,1 M
= 25 x 10-3 M
V.HCl yang bereaksi dengan Na2CO3 = 2 x b
= 2 x 2,6
= 5,2
HCl yang bereaksi dengan NaOH = a – b
= 6,4 – 2,6
= 3,8
Na2CO3 yang ada = 4 x 2(2,6)ml x 0,1139 mol1000 ml
= 2,3 x 10-3 mol
Na2CO3 menurut label = 25 ml x 0,1 mol1000 ml
= 2,5 x 10-3 mol
% kadar Na2CO3 = 2,3 x 10-32,5 x10-3 x 100%
= 92 %
NaOH yang ada = 4 x (3,8) ml x 0,1139 1000
= 1,7 x 10-3 g/mol
NaOH yang menurut label = 0,1 1000 x 25 ml
= 2,5 x 10-3 mol
Jadi kadar NaOH = 1,7 2,5 x 10-3 x 100%
= 68 %
Percobaan 3 :
Kepekatan Na2CO3 =25ml100 x0,1 M
= 25 x 10-3 M
V.HCl yang bereaksi dengan Na2CO3 = 2 x b
= 2 x 2,6
= 5,2
HCl yang bereaksi dengan NaOH = a – b
= 6,4 – 2,6
= 3,8
Na2CO3 yang ada = 4 x 2(2,6)ml x 0,1139 1000
= 2,3 x 10-3 mol
Na2CO3 menurut label = 25 ml x 0,1 1000
= 2,5 x 10-3 mol
% kadar Na2CO3 = 2,3 x 10-32,5 x10-3 x 100%
= 92 %
NaOH yang ada = 4 x (3,8) ml x 0,1139 1000
= 1,7 x 10-3 g/mol
NaOH yang menurut label = 0,1 1000 x 25 ml
= 2,5 x 10-3 mol
Jadi kadar NaOH = 1,7 2,5 x 10-3 x 100%
= 68 %
4.2.Pembahasan
Pada percobaan ini dibahas tentang bagaimana suatu senyawa dapat dihitung kadarnya dengan menggunakan metode asidimetri.. Pada praktikum ini akan menentukan kadar Na2CO3 dalam larutan dan menentukan kadar NaOH dalam larutan. Berikut ini akan dibahas kadar larutan campuran Na2CO3 dan NaOH yang dilakukan sebanyak 3 kali percobaan :
Larutan campuran Na2CO3 dan NaOH sebanyak 25 ml yang berwarna ungu kemudian tambahkan dengan penunjuk fenol merah sebanyak 3 tetes maka warnanya akan berubah menjadi kuning. Setelah itu titrasi dengan menggunakan larutan HCl baku maka warnanya berubah menjadi jingga dan volume HCl yang dipakai ialah 14,1 ml. Kemudian larutan yg berwarna kuning ditambahkan penunjuk metil merah dan dititrasi maka warnanya menjadi jingga dan volume HCl yang dipakai 3,4 ml
Larutan campuran Na2CO3 dan NaOH sebanyak 25 ml yang berwarna ungu kemudian tambahkan dengan penunjuk fenol merah sebanyak 3 tetes maka warnanya akan berubah menjadi kuning. Setelah itu titrasi dengan menggunakan larutan HCl baku maka warnanya berubah menjadi jingga dan volume HCl yang dipakai ialah 12,7 ml. Kemudian larutan yg berwarna kuning ditambahkan penunjuk metil merah dan dititrasi maka warnanya menjadi jingga dan volume HCl yang dipakai 5,3 ml
Larutan campuran Na2CO3 dan NaOH sebanyak 25 ml yang berwarna ungu kemudian tambahkan dengan penunjuk fenol merah sebanyak 3 tetes maka warnanya akan berubah menjadi kuning. Setelah itu titrasi dengan menggunakan larutan HCl baku maka warnanya berubah menjadi jingga dan volume HCl yang dipakai ialah 14,1 ml. Kemudian larutan yg berwarna kuning ditambahkan penunjuk metil merah dan dititrasi maka warnanya menjadi jingga dan volume HCl yang dipakai 4,9 ml.
Pada percobaan I penetapan kadar Na2CO3 pada Farmakope Indonesia Edisi III adalah 99,5%, sedangkan kadar yang di peroleh dari praktek adalah 84%. Ini berarti hasil yang diperoleh kurang dari 99,5%. Untuk menentukan kadar NaOH pada Farmakope Indonesia Edisi III adalah 97,5% sedangkan kadar NaOH yang diperoleh dari praktek ini 76%. Ini berarti hasil yang di peroleh kurang dari 97,5%. Kedua hasil ini membuktikan bahwa hasil yang didapatkan sesuai dengan teori yang ada dalam farmakope.
Pada percobaan II penetapan kadar Na2CO3 pada Farmakope Indonesia Edisi III adalah 99,5%, sedangkan kadar yang di peroleh dari praktek adalah 92%. Ini berarti hasil yang diperoleh kurang dari 99,5%. Untuk menentukan kadar NaOH pada Farmakope Indonesia Edisi III adalah 97,5% sedangkan kadar NaOH yang diperoleh dari praktek ini 68%. Ini berarti hasil yang di peroleh kurang dari 97,5%. Kedua hasil ini membuktikan bahwa hasil yang didapatkan sesuai dengan teori yang ada dalam farmakope.
Pada percobaan III penetapan kadar Na2CO3 pada Farmakope Indonesia Edisi III adalah 99,5%, sedangkan kadar yang di peroleh dari praktek adalah 92%. Ini berarti hasil yang diperoleh kurang dari 99,5%. Untuk menentukan kadar NaOH pada Farmakope Indonesia Edisi III adalah 97,5% sedangkan kadar NaOH yang diperoleh dari praktek ini 68%. Ini berarti hasil yang di peroleh kurang dari 97,5%. Kedua hasil ini membuktikan bahwa hasil yang didapatkan sesuai dengan teori yang ada dalam farmakope.
Adapun faktor kesalahan dari hasil perhitungan kadar disebabakan beberapaa hal seperti :
Zat yang diuji terkontamidasi dengan zat lain
Kesalahan pada saat titrasi
Pengamatan yang dilakukan kurang teliti
Penetapan titik akhir titrasi kurang tepat
Alat yang di gunakan kurang bersih
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulkan bahwa:
Titrasi merupakan metode analisis kuantitatif yang bertujuan untuk menentukan kadar suatu larutan. Penggunaan indikator pada proses titrasi digunakan sebagai petunjuk tercapainya titik ekivalen yang ditunjukkan dengan perubahan warna larutan.
Asidimetri adalah penetapan kadar suatu zat jika titrannya adalah larutan baku asam, sedangkan alkalimetri adalah penetapan kadar suatu zat jika titrannya adalah larutan baku basa.
Kadar Na2CO3 pada percobaan pertama sampai ketiga berturut-turut adalah 84%, 92%, dan 92%. Pada percobaan pertama yang digunakan volume HCl sebesar 6,7 ml untuk titrasi 1, dan untuk titrasi 2 volume HCl sebesar 2,4 ml. Pada percobaan kedua yang digunakan volume HCl sebesar 6,4 ml untuk titrasi 1, dan untuk titrasi 2 volume HCl sebesar 2,6 ml. Pada percobaan pertama yang digunakan volume HCl sebesar 6,4 ml untuk titrasi 1, dan untuk titrasi 2 volume HCl sebesar 2,6 ml.
Saran
Sebelum masuk laboratorium, koordinator bahan harus menyiapkan bahan yang akan dipakai sebelum praktikum dimulai. Begitu pun juga dengan alat yang akan di pakai saat meneliti harus dalam keadaan bersih. Dalam mengerjakan penilitian tersebut diharapkan lebih berhati-hati dan teliti dalam mengukur larutan yang akan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM., 1995., Farmakope Indonesia, Edisi Keempat., Depkes RI: Jakarta
Ditjen POM., 1979., Farmakope Indodesia Edisi Ketiga., Depkes RI: Jakarta
Tim Penyusun., 2015., Penuntun Praktek Kimia Umum., Universitas Muslim Indonesia : Makassar
Brady, James E., 1999., Kimia Universitas., Jilid I. Binarupa Aksara., Jakarta.
Oxtoby, D, 2001., Prinsip-prinsip Kimia Modern., Erlangga.,Jakarta.
Petrucci, Ralph H., 1992., Kimia Dasar., Jilid 2., Erlangga.,Jakarta.
Irfan, Anshory.2000. Ilmu Kimia. Erlangga : Jakarta.
Padmaningrum, Regina Tutik. 2006. Titrasi Asidimetri . Yogyakarta: Laboratorium Kimia FMIPA UNY.
SKEMA CARA KERJA
Ambil Larutan NaCO3 25ml
+25ml NaOH
+ Aquadest
Masukkan labu takar 100 ml
Pasang buret dan isi HCl baku sebanyak 50ml
Pipet 25ml larutan campuran
Masukkan kedalam erlenmeyer 100ml
+3-4 tetes penunjuk fenol merah
Titrasi dengan HCl baku hingga berubah warna kuning
Catat Volume HCl
+penunjuk metil merah
Dititrasi kembali dengan HCl baku sampai larutan menjadi jingga/merah muda
Catat Volume HCl
LAMPIRAN
Sebelum di titrasi Hasil titrasi 1 Hasil titrasi 2
Sebelum di titrasi Hasil titrasi 1 Hasil titrasi 2
Sebelum di titrasi Hasil titrasi 1 Hasil titrasi 2