PERCOBAAN IV NETRALISASI I.
TUJUAN PERCOBAAN Tujuan dari percobaan pada praktikum ini adalah untuk
menentukan dosis asam atau basa yang dibutuhkan oleh air untuk menaikkan atau menurunkan pH hingga memenuhi persyaratan dalam pengolahan air minum. II.
TINJAUAN PUSTAKA
Asam dan basa didefinisikan oleh ahli kimia berabad-abad yang lalu dalam sifat-sifat larutan air mereka. Dalam pengertian ini suatu zat yang larutan airnya berasa asam, memerahkan lakmus biru, bereaksi dengan logam aktif untuk membentuk hidrogen, dan menetralkan basa. Dengan mengikuti pola yang serupa suatu basa didefinisikan sebagai zat yang larutan airnya berasa pahit, melarutkan lakmus merah terasa licin sabun, dan menetralkan (Achmad, 1996). Titrasi Asam-Basa merupakan penentuan suatu kadar zat (asam atau basa) berdasarkan atas reaksi asam-basa atau sering disebut reaksi netralisasi. Titrasi asam-basa dibagi menjadi dua, yaitu asidimetri dan alkalimetri. Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan titrasi volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa yang bereaksi (Brady, (Brad y, 1990). Menurut Arhenius reaksi disebut netralisasi karena H+ dari asam bereaksi dengan OH- dari basa, dan sifat-sifat keasaman dan kebasaan dari keduanya lenyap. Reaksi asam dan basa memerlukan kekuatan tertentu untuk menghasilkan suatu larutan netral. Secara umum, pengertian netralisasi sebagai reaksi antara asam dan basa masih
tergantung
kekuatan
masing-masing.
Terdapat
empat
kemungkinan reaksi antara asam dan basa, yaitu meliputi asam kuat-
basa kuat, asam lemah-basa kuat, asam kuat-basa lemah, dan asam lemah-basa lemah. Meskipun demikian umumnya keempat semuanya dinyatakan sebagai reaksi-reaksi netralisasi (Sastrohamidjojo, 2012). Salah satu aplikasi stoikiometri larutan adalah titrasi. Titrasi merupakan suatu prosedur yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan dengan sejumlah larutan yang dianalisis (ingin diketahui kadarnya). Titrasi yang menyandarkan pada jumlah volume larutan dikenal dengan istilah titrasi volumetri. Pengukuran volume diusahakan setepat mungkin dengan menggunakan alat-alat standar misalnya buret, dan pipet volumetri. Titrasi yang melibatkan reaksi antara asam dengan basa dikenal dengan istilah titrasi asam basa atau asidi alkalimetri. Secara teknis titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit dan bahkan tetes demi tetes larutan basa melalui buret, ke dalam larutan asam dengan volume tertentu yang terletak dalam labu erlenmeyer erlenme yer sampai keduanya tepat habis yang ditandai dengan berubahnya warna indikator (Liliasari, 1993 : 131). Analisis kimiawi menetapkan komposisi kuatitatif dan kualitatif suatu materi. Konstituen – konstituen konstituen yang ada akan dideteksi ataupun ditentukan jumlahnya adalah unsur, radikal, gugusan fungsi, senyawaan atau fase. Analisis kimia menyangkut aspek analitis yang lebih sempit dan spesifik. Analisis pada umumnya terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Biasanya analisis kualitatif akan dilakukan terlebih dahulu sebelum analisis kuantitatif. Tahapan penentuan analisis kuantitatif adalah dengan usaha mendapatkan sampel,
mengubahnya
pengukuran
konstituen
menjadi yang
keadaan
dikehendaki,
yang
dapat
terukur,
dan
yang
terakhir
perhitungan dan interpretasi data numerik. Istilah analisis titrametri mengacu pada analisis kimia kuantitatif dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang ditetapkan. Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang diketahui
tepat itu, disebut larutan standar. Bobot zat yang hendak ditetapkan, dihitung dari volume standar yang digunakan dan hukum-hukum stoikometri yang diketahui. Dahulu yang digunakan orang ialah analisi volumetri, tetapi sekarang telah diganti dengan analisi titrimetri, karena yang terakhir ini dianggap lebih baik dalam menyatakan proses titrasi, sedangkan yang terdahulu dapat dikacaukan dengan pengukuran-pengukuran volume, seperti yang melibatkan gasgas. Reagensia dengan konsentrasi yang diketahui itu disebut titran, dan zat yang sedang dititrasi disebut titrat (Khopkar, 1990). Netralisasi dengan kaustik soda (NaOH) banyak dilakukan dalam skala industri karena kerjanya lebih efisien dan ongkos lebih murah dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya. Selain itu netralisasi dapat membantu dalam menghilangkan zat warna dan kotoran yang, berupa getah dan lender dalam minyak dan lemak. Pemakaian larutan kaustik soda (NaOH) dengan konsentrasi yang terlalu tinggi, akan bereaksi sebagian dengan trigliserida sehingga mengurangi rendemen minyak dan menambah jumlah sabun yang terbentuk. Oleh karena itu harus dipilih konsentrasi dan jumlahkaustik soda yang tepat untuk menyabunkan asam lemak bebas dalam minyak. Dengan demikian penyabunan trigliserida dan terbentuknya emulsi dalam minyak dapat dikurangi, sehingga dihasilkan minyak netral dengan rendemen yang lebih besar dan mutu minyak yang lebih baik(Kurniati & Susanto, 2015). 2015). Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetri apabila memenuhi persyaratan berikut : 1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama. 2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan yang pasti dalam reaktan. 3. Reaksi harus berlangsung sempurna untuk analisi titrimetri lebih mudah jika kita memahami sistem ekuivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekuivalen dari zat yang dititrasi sama
dengan jumlah ekuivalen zat penitrasi. Berat ekuivalen suatu zat sangat sukar dibuat defenisinya, tergantung dari macam reaksinya. Volumetri dapat dibagi menjadi : 1. Asidi dan alkalimetri 2. Oksidimetri 3. Argentometri Asidimetri yang diketahui adalah konsentrasi asamnya, sedangkan alkalimetri yang diketahui adalah konsentrasi basanya. Titrasi asam basa ada lima. Empat diantaranya adalah : 1. Titrasi asam kuat dengan basa kuat, diakhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat. Misal : HCl + NaOH → NaCl + H 2O 2. Titrasi asam lemah dan basa kuat, diakhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Misal : CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O 3. Titrasi asam kuat dan basa lemah, diakhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah. Misal : NH4OH + HCl → NH4Cl + H2O 4. Titrasi asam lemah dan basa lemah, diakhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah. Misal : CH3COOH + NH4OH → CH3COONH4 + H2O (Sukamariah, 1990). III.
ALAT DAN BAHAN A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas beker,erlenmeyer,pipet tetes,dan buret. B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sampel air, fenolftalein, larutan HCl 0,1 N, larutan kapur(CaO) atau soda NaOH. IV. PROSEDUR KERJA
A. Menaikkan pH air
1. Memasukkan sampel air sebanyak 50 ml kedalam labu Erlenmeyer. 2. Menambahkan sebanyak 2 tetes fenolftalein 3. Menitrasi larutan NaOH dengan menggunakan buret hingga warna berubah menjadi merah jambu konstan. 4. Mencatat volume NaOH yang yang terpakai B. Menurunkan pH air air
1. Memasukkan
sampel
air
sebanyak
50
ml
kedalam
labu
Erlenmeyer. 2. Menambahkan sebanyak 2 tetes fenolftalein 3. Menitrasi larutan HCl dengan menggunakan buret hingga warna merah hilang. 4. Mencatat volume HCl yang terpakai. V.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL
Tabel.Menaikkan pH air No. 1.
Langkah Dimasukkan 50 ml sampel
Percobaan 1
Percobaan 2
Bening
Bening
Bening
Bening
Merah Jambu
Merah Jambu
air 2.
Ditambahkan 2 tetes fenolftalein
3.
Dititrasi sampel air dengan larutan NaOH
Vawa l = 7,4 ml
Vawal = 12,4 ml
Vakhir = 8 ml
Vakhir = 13 ml
Vtitrasi = 8-7,4
Vtitrasi = 13-12,4
= 0,6 ml
= 0,6 ml
0,6+0,6
Vrata-rata =
2
= 0,6 ml
Perhitungan
Diketahui : Vrata-rata NaOH = 0,6 mL Ditanya : Kebutuhan NaOH untuk Netralisasi ? Jawab : 500
Kebutuhan NaOH untuk Netralisasi =
x mL NaOH x 1 50 500
=
x 0,6 mL x 1 50
= 6 mL B. PEMBAHASAN
1. Prinsip Netralisasi Netralisasi adalah mengatur keasaman air agar menjadi netral (pH 7-8). Netralisasi dilakukan dengan menambahkan asam atau basa untuk menaikkan pH atau menurunkan pH dalam air sampai memenuhi
syarat.
Netralisasi
air
ysng
bersifat
asam
dapat
menambahkan kapur (CaO), noda kaustik NaOH, atau soda abu Na2CO3, maka akan diperoleh pH air yang tinggi(menaikkan pH air). Sedangkan untuk menurunkan pH air, banyak bahan asam kuat yang efektif digunakan unruk menetralkan air yang bersifat basa, seperti menambahkan H2SO4, HCl, Na2CO3, NaOH, atau CO2. Reaksi asam dan basa yang sama, kuatnya, akan mnghasilkan suatu larutan netral. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit-demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen. ekuivalen.
Untuk menentukan titik equivalen ini apabila suatu larutan sudah ditetesi dengan Phenoftalein, Phenoftalein ini adalah sebagai indikator yang berfungsi untuk memberikan warna yang berbeda dalam larutan asam maupun basa. Adapula untuk mengetahui titik equivalen ini bukan hanya dengan indikator asam dan basa, akan tetapi bisa juga digunakan dengan pH meter. Suatu titik perubahan warna yang terjadi pada sampel air sumur yang direaksikan dengan larutan NaOH 0,1N ini dapat juga disebut dengan titik titrasi, yaitu dimana titik perubahan warna yang terjadi pada sampel air ters ebut. ebut. Konsep penurunan dan menaikkan pH yaitu dengan menitrasi suatu larutan dengan larutan standar yang bersifat asam ataupun basa. Pada percobaan ini, larutan yang akan diturunkan dan dinaikkan pH nya adalah sampel air sumur yang mana air sumur tersebut memiliki pH yang netral atau pH= 7. pH air sumur diturunkan dengan titrasi larutan asam klorida (HCl) sedangkan menaikkan pH nya dengan titrasi larutan NaOH. 2. Reaksi Netralisasi A. Penaikan pH Pada percobaan ini titrasi dilakukan untuk menaikkan pH suatu sampel air. percobaan ini dilakukan sebanyak 2 kali titrasi. Pada percobaan yang pertama memasukkan sampel air sebanyak 50 ml kemudian dimasukkan kedalam labu erlenmeyer lalu ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 2 tetes dan warna yang dihasilkan adalah warna putih bening. Kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga berubah warna menjadi merah jambu. Lalu catat volume NaOH yang digunakan. Dan nanti akan didapatkan volume titrasi pada sampel pertama yaitu 0,6 ml. Pada percobaan kedua memasukkan sampel air sebanyak 50 ml kedalam labu Erlenmeyer lalu ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 2 tetes dan sampel air tidak menunjukkan perubahan warna, sampel air tetap berwarna bening. Kemudian
dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga berubah warna menjadi merah jambu. Lalu catat volume NaOH yang digunakan. Didapatkan volume titrasi pada sampel kedua yaitu 0,6 ml. Pada percobaan penaikkan pH menunjukkan bahwa perubahan warna sampel air sama-sama pada volume titrasi 0,6 ml. dan sampel air mengalami kenaikkan pH karena sampel air yang semula bening berubah warna menjadi merah jambu, pada taryek pH suatu sampel air bersifat basa pada saat pH diatas 8 dan berwarna merah. Telah terjadi perubahan reaksi pada sampel air tersebut yang awalnya sampel air tersebut bersifat netral setelah dilakukan titrasi NaOH air tersebut pH nya menjadi naik dan air tersebut menjadi bersifat basa.
B. Penurunan pH Pada percobaan ini titrasi dilakukan untuk menurunkan pH suatu sampel air menggunakan larutan HCl 0,1 N. Pada percobaan kali ini juga dilakukkan sebanyak 2 kali. Pada percobaan pertama memasukkan sampel air sebanyak 50 ml kedalam labu Erlenmeyer lalu ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 2 tetes dan sampel air tidak menunjukkan perubahan warna, sampel air tetap bening seharusnya apabila suatu air bersifat basa setelah ditetesi larutan fenolftalein akan berwarna merah, kemudian sampel air yang telah ditetesi indikator fenolftalein tersebut dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N. Catat volume HCl yang digunakan. Pada percobaan kali ini sampel air tidak mengalami perubahan reaksi, hal ini disebabkan karena sampel air yang digunakan bersifat netral jadi tidak bisa diturunkan lagi pH nya. Pada saat sampel air ditetesi indikator fenolftalein sampel air tidak mengalami perubahan warna, sampel air tetap berwarna putih bening, seharusnya pada percobaan penurunan pH sampel air yang bersifat basa akan berubah warna menjadi merah apabila
ditetesi indikator fenolftalein, tetapi pada saat percobaan sampel air yang digunakan setelah ditetesi indikator fenolftalein tidak menunjukkan perubahan warna. Lalu setelah dititrasi dengan larutan HCl sampel air juga tidak mengalami perubahan reaksi, sampel air masih tetap berwarna putih bening. Hal ini menunjukkan bahwa suatu sampel air yang bersifat netral yaitu pH nya 7 tidak bisa la gi diturunkan lagi pH nya karena sampel air tersebut sudah netral dan tidak mungkin lagi dapat diturunkan pH nya menjadi asam, kecuali sampel air tersebut bersifat basa baru bisa diturunkan kadar pH nya. nya.
3. Fungsi Setiap Penambahan Bahan Pada percobaan ini digunakan air sumur sebagai sampel yang akan diuji untuk menentukan dosis basa atau asam yang dibutuhkan oleh air untuk menaikkan atau menurunkan menur unkan pH hingga sampel air tersebut menjadi netral. Adapun bahan-bahan lain yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan HCl 0,1 N, larutan NaOH 0,1 N,
indikator Fenolftalein. Indikator Fenolftalein
biasanya digunakan sebagai indikator keadaan suatu zat yang bersifat lebih asam atau lebih basa.[3] Prinsip perubahan warna ini digunakan dalam metode titrasi.[3] Fenolftalein cocok untuk digunakan sebagai indikator untuk proses titrasi HCl dan NaOH.[3] Fenolftalein tidak akan berwarna (bening) dalam keadaan zat yang asam atau netral, namun akan berwarna kemerahan dalam keadaan zat yang basa.[3] Tepatnya pada titik pH di bawah 8,3 fenolftalein tidak berwarna, namun jika mulai melewati 8,3 maka warna merah muda yang semakin kemerahan akan muncul. Semakin basa maka warna yang ditimbulkan akan semakin merah. Larutan HCl digunakan sebagai titran pada proses penurunan pH, karena untuk penurunan pH diperlukan larutan yang bersifat asam. . Asam Klorida mempunyai sifat bening /
tidak berwarna ketika ditambahkan dengan air. HCl juga mempunyai bau yang kuat dan memiliki rasa asam yang khas, selain itu HCl merupakan asam kuat dan bersifat korosif. Bersifat korosif artinya dapat merusak atau mengikis jaringan biologis jika tersentuh. HCl juga akan menyebabkan kerusakan besar jika terhirup atau tertelan. Larutan NaOH digunakan titran pada proses penaikkan pH. larutan l arutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat termasuk titarsi netralisasi. Dalam titrasi netralisasi pH titik akhir titrasi ditentukan oleh banyaknya banyaknya
yang berlebih dalam larutan, yang yang
besarnya tergantung pada sifat asam, basa dan konsentrasi larutan. Sehingga penambahan titran lebih lanjut pada titik ekivalen akan menyebabkan perubahan pH yang cukup besar dan indikator yang digunakan haru berubah warna pada titik ekivalen titrasi. Sehingga perubahan indikator asam-basa tergantung pada pH titik ekivalen pada titrasi. a. Penaikkan pH Pada penaikkan pH air, terlebih dahulu memasukkan sampel air sebanyak 50 mL kedalam labu erlenmeyer, lalu ditambahkan dengan indikator fenolftalein sebanyak 2 tetes, penambahan indikator fenolftalein bertujuan untuk mengetahui titik ekivalen pada proses penitrasian,dengan perbandingan perubahan warna yang terjadi di dalam larutan. Setelah ditambahkan indikator fenolftalein sampel air tidak mengalami perubahan warna yaitu sampel air tetap berwarna bening. Penggunaan indikator fenolftalein pada percobaan ini lebih baik karena indikator fenoftalein memiliki trayek pH 8,0-9,6 sehingga sangat baik digunakan pada larutan basa. Indikator fenolftalein akan berwarna bening jika pH kurang dari 8 dan akan berwarna merah pada pH diatas 8, namun akan berubah keunguan saat pH diatas 10-13.
Sampel air yang ditetesi indikator fenolftalein tersebut kemudia dititrasi dengan NaOH. Sampel air yang dititrasi dengan NaOH mengalami penaikkan pH. Penaikkan pH ini diketahui dengan perubahan warna sampel air. Sampel air yang semula bening berubah warna menjadi merah jambu, ini menandakan sampel air bersifat basa karena trayek pH fenolftalein yang diatas 8 adalah warna merah. Pada percobaan pertama sampel air berubah warna dari bening menjadi merah jambu ja mbu dengan volume sebanyak 0,6mL. pada titrasi percobaan kedua, larutan juga berubah warna dari bening menjadi merah jambu dengan volume 0,6 mL. dari proses titrasi tersebut diperoleh volume titrasi rata-rata larutan NaOH yang digunakan sebanyak 0,6 mL. Kebutuhan NaOH pada proses netralisasi tersebut sebesar 4 mg / l
b. Penurunan pH Untuk melalukan penurunan pH air, diperlukan larutan yang bersifat asam. Pada percobaan ini digunakan larutan HCl sebagai penurun pH air. HCl atau asam klorida merupakan salah satu asam kuat sehingga bersifat korosif. Larutan asam klorida berwarna bening, sedangkan dalam bentuk gas asam klorida berwarna kehijauan. Jika terhirup maka akan menjadi racun dalam pernapasan. Indikator yang digunakan pada penurunan pH adalah indikator
fenolftalein.
Indikator
fenolftalein
merupakan
senyawa kimia dengan rumus molekul C 20H14O4 dan sering ditulis sebagai "HIn" atau "pp" dalam notasi singkat. Fenolftalein sering digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam – basa. Fenolftalein sedikit larut dalam air dan biasanya dilarutkan dalam alkohol untuk digunakan dalam berbagai percobaan. Senyawa ini bersifat asam lemah yang dapat membebaskan ion H+ dalam larutan. Molekul fenolftalein
tidak berwarna, dan ion fenolftalein berwarna merah muda. Jika basa ditambahkan ke dalam fenolftalein, kesetimbangan molekul
⇌ ion
bergeser ke kanan, menyebabkan ionisasi lebih
banyak karena pembebasan ion H+. Pada percobaan penurunan pH tidak dilakukan uji coba karena sampel air yang gunakan menunjukkan pH yang netral yaitu 7,44 setelah tetap dilakukan percobaan sampel air tidak menunjukkan perubahan apapun, mungkin ini disebabkan karena sampel air yang digunakan sudah netral dan tidak dapat diturunkan lagi. Sebab saat ditetesi larutan fenolftalein sampel air tetap berwarna bening, seharusnya apabila ditetesi fenolftalein sampel air akan berubah warna menjadi merah, akan tetapi sampel air tetap berwarna bening. Setelah itu kemudian sampel air tetap di titrasi dengan menggunakan larutan HCl 0,1 N, dan hasilnya pun tetap sama, sampel air tidak menunjukkan perubahan warna. Untuk percobaan ini tidak terjadi penurunan pH karena sampel air tidak berubah warna, hal ini disebabkan karena sampel air yang digunakan sudah dalam kondisi netral dan tidak bisa untuk diturunkan lagi kadar pH nya. Karena sampel air yang dapat diturunkan pH nya adalah sampel air yang bersifat basa atau pH nya diatas 8 dan apabila pH nya kurang dari 8 maka sampel tersebut tidak bisa diturunkan lagi karena sudah dalam kondisi kondisi netral. IV.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Netralisasi merupakan reaksi suatu senyawa asam dengan senyawa basa dengan menggunakan beberapa indikator tertentu tert entu melalui metode titrasi asam basa untuk menghasilkan suatu zat yang bersifat netral. 2. Titrasi asam basa digunakan untuk menentukan kadar atau konsntrasi suatu larutan.
3. Asam dan basa yang direaksikan memerlukan suatu raksi tertentu untuk menghasilkan suatu larutan yang netral. 4. Penurunan pH dapat menggunakan asam klorida dan asam sulfat dan penaikan pH dapat menggunakan kapur (CaO) atau soda NaOH (Na2CO3) 5. Netralisasi berfungsi untuk membentuk reaksi unsur bersifat netral, unsur bersifat netral yaitu air (H2O) yang berasal dari zat asam yang melepaskan ion H+ dengan zat basa yang melepaskan ion OH-.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H. 1996. Kimia 1996. Kimia Larutan. Larutan. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Brady, J.E. 1990. Kimia Universitas Azas dan Struktur Jilid I Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta. Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik . Universitas Indonesia. Jakarta. Kurniati, Y & Susanto, W.H. 2015 Pengaruh Basa NaOH dan Kandungan ALB CPO Terhadap Kualitas Minyak Kelapa Sawit Pasca Netralisasi. Jurnal pangan dan Agroindustri. 1(3): 193-202. Liliasari, 1993 : 131. Titrasi Antara Asam Dan Basa. EGC. Jakarta.
Sastrohamidjojo, Hadjono. 2012. Kimia 2012. Kimia Dasar. Gajah Mada University PRESS, Yogyakarta. Sukamariah. 1990. 1990 . Kimia Kedokteran Edisi 2. Binarupa 2. Binarupa Aksara. Jakarta.