I.
PENDAH PENDAHULU ULUAN AN
1.1 LATAR LATAR BELAKANG BELAKANG
Komod Komodita itass hortik hortikult ultura ura merup merupaka akan n salah salah satu satu sumber sumber aksele akseleras rasii pertum pertumbuh buhan an sektor sektor perta pertania nian n karena karena sifat sifat permi perminta ntaan annya nya yang yang elasti elastiss terhad terhadap ap pendap pendapata atan. n. Seirin Seiring g dengan dengan laju laju pertambahan jumlah penduduk, yang dibarengi dengan peningkatan pendapatan, dan berkembangnya berkembangnya pusat pusat kota-i kota-ind ndust ustriri-wis wisata ata,, serta serta libera liberalis lisasi asi perdag perdagan angan gan merup merupaka akan n faktor faktor potens potensial ial bagi bagi peningkatan permintaan produk hortikultura. Namun demikian potensi pasar tersebut belum mampu dimanfaatkan dimanfaatkan para pelaku agribisnis hortikultura secara optimal. Diliha Dilihatt dari dari keters ketersedi ediaan aan lahan lahan,, komodi komoditas tas horti hortikul kultu tura ra masih masih memu memungk ngkin inkan kan untuk untuk dikem dikemban bangka gkan n pada pada skala skala yang yang lebih lebih luas. luas. Poten Potensi si lahan lahan untuk untuk pengem pengemban bangan gan komodi komoditas tas hortikultura mencakup mencakup lahan pekarangan seluas 5,33 juta ha, lahan tegalan/huma tegalan/huma 11,61 juta ha, lahan sementara tidak diusahakan seluas 7,58 juta ha, dan lahan untuk kayu-kayuan seluas 9,13 juta ha (BPS, 2003; Hasil Identifikasi Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2001). Potensi produksi yang besar ini juga belum mampu dikelola secara optimal, karena petani menghadapi kendala dalam pemasaran, yang terkait dengan ketidakpastian pasar dan rendahnya harga pada musim panen. Sifat komoditas hortikultura yang mudah rusak, dan mengalami susut yang besar merupakan permasalahan yang dialami petani dan juga pedagang dapat menimbulkan menimbulkan resiko fisik dan harga bagi pelaku agribisnis hortikultura. Kualitas produk hortikultura yang rendah berkaitan erat dengan sistem produksi, sistem panen, penanganan pasca panen, sistem distribusi dan pemasaran. Konsekuensinya, agar dapat memenuhi permintaan pasar dan preferensi konsumen baik domestik maupun ekspor, maka masalah efisiensi, produktivitas, dan kualitas harus mendapatkan prioritas perhatian. Dengan demi demiki kiaan
dipa dipand ndan ang g
pent pentin ing g
memba embang ngun un
kele kelem mbaga bagaan an
kem kemitra itraan an
usah usahaa
yang yang
sali saling ng
membutuhkan,memperkuat dan saling menguntungkan serta menerapkan manajemen mutu yang andal, agar komoditas hortikultura Indonesia dapat berperan dalam perdagangan global.
Kinerja ekspor produk hortikultura Selandia Baru mengalami peningkatan yang sangat pesat dalam 30 tahun terakhir. Pada tahun 1980 nilai ekspor masih 116 juta USdolar dan meningkat mencapai 1 milyar USdolar di tahun 1990 dan menajdi 2 milyar US di tahun 2003. Berbagai produk hortikultura dari buah-buahan yang segar, sayur-mayur, bunga, tanaman dan benih, seperti anggur, diekspor sedikitnya 105 negara.
I.2
TUJUAN Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu : 1. Mengetahui ciri fisik dari produk hortikultura 2. Mengetahui kualitas produk hortikultura 3. Mengetahui mutu rasa produk hortikultura
II. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 HASIL
Identifikasi Produk Hortikultra NO
1
NAMA PRODUK
Bucis Baby -
2
-
Rapih/menarik Seragam Masih cukup segar Manis Hijau seragam + 5%, rusak busukkarena ada ulat. 200 gr Rp 6.750
Kemasan/ Tampilan Ukuran Buah Kesegaran buah Rasa Warna Kerusakan (hama dan penyakit) Berat Harga Panjang buah
Rapih/menarik Tidak seragam Sudah tidak segar Hambar Pucat tidak segar Tidak ada 250 gr Rp 8.750 + 5 cm
Buah Pear -
4
Kemasan/ Tampilan Ukuran Buah Kesegaran buah Rasa Warna Kerusakan (hama dan penyakit) Berat Harga
Jagung Muda (Soleng) -
3
PENGAMATAN
Kemasan/ Tampilan Ukuran Buah Kesegaran buah Rasa Warna Kerusakan (hama dan penyakit) Berat Harga Jumlah buah
Buah Anggur
Rapih/menarik Tidak seragam Tidak segar Tidak manis Kuning agak layu Tidak ada 734 gr Rp 15.240 3 buah
5
Keripik Pisang Rasa Barbeque -
6
Kemasan/ Tampilan Ukuran Buah Kesegaran buah Rasa Warna Kerusakan (hama dan penyakit) Berat Harga Jumlah buah
Rapih/menarik Seragam Cukup segar Manis Merah seragam 2,5% 338 gr Rp 18.590 43 buah
Kemasan/ Tampilan Tekstur Rasa Warna Berat Harga
Rapih/Menarik Renyah Enak(sesuai)
Keripik Pisang Rasa Sapi Panggang -
Kemasan/ Tampilan Rasa Warna Tekstur Berat Harga
Rapih/menarik Enak(sesuai) Putih kekuningan Renyah
3.1 PEMBAHASAN
Dari data hasil praktikum di atas bahwa produk hortikultura sangat berbeda – beda kualitas mutu produk nya karena system pengolahan setelah di panen sangat berbeda. Untuk perbedaan tersebut antara lain yaitu :
1. Buncis Baby di kemas menarik dan rapih tetapi polong masih kecil dan banyak
ulat 2. Jagung Kecil (Soleng) warna sudah pucat karena terlalu lama proses pengemasan sehingga terjadi perubahan yang menyebabkn kualitas buruk. 3. Pear juga kualitas diantara produk paling jelek karena buah sudah layu, tidak seragam dan rasa sudah berkurang 4. Buah Anggur dan keripik pisang sudah bagus karena cara pengolahan setelah panen dilakukan dengan baik jadi mutu pengolahan menjdi lebih baik juga.
KESIMPULAN
Dari data diatas bahwa dapat disimpulkan suatu indicator produk hortikultura berbeda tergantung jenis produk apa yang akan di olah sehingga menghasilkan mutu yang baik. Kualits suatu produk menjadi penentu senang atau tidak nya konsumen terhadap produk yang kita pasarkan. Mutu tersebut harus meliputi warna, rasa, ukuran produk, renyah atau tidak ny produk dan lain-lain yang dapat menurunkan harga untuk produk itu sendiri. Jadi produk yang di pasarkan harus memiliki kualitas yang baik sehingga k onsumen ingin membeli produk tersebut.
DAFTAR PUSTAKA http://batikyogya.wordpress.com/2008/08/13/belajar-managemen-produkhortikultura-buah-dan-sayuran-segar/