BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Salah satu pokok program kesehatan adalah pemberantasan penyakit menular dengan salah satu sasaran yang hendak dicapai adalah menurunnya angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi kurang dari 20 per 100. 100.00 000 0 pend pendud uduk uk di suat suatu u wilay wilayah ah dan dan secara secara nasi nasion onal al 5 per per 100. 100.00 000 0 penduduk dengan angka kematian (CFR) di Rumah Sakit menjadi di bawah 1% (Depkes RI, 2004). Di Indonesia penyakit DBD pertama kali ditemukan di Surabaya dan di DKI DKI Jakar Jakarta ta pada pada Tahu Tahun n 1968 1968 kemu kemudi dian an meny menyeb ebar ar ke selur seluruh uh prov provin insi si di Indonesia. Sejak Tahun 1998 setiap tahun rata-rata 18.000 orang dirawat di Rumah Sakit. Dari jumlah itu tercatat 700-750 orang penderita meninggal dunia dan Crude Fayality Rate (CFR) 4,16 % (Depkes RI, 2004). Penyakit DBD di provinsi bali pertama kali di laporkan pada tahun 1973 di Kabupaten Badung dan selanjutnya menyebar ke daerah kabupaten lainnya. Demam berdarah dengue di RSUD kabupaten Badung pada tahun 2008 2008 seban sebanya yak k 360 360 oran orang g atau atau 11,6 11,62% 2%.. Berd Berdasa asark rkan an data data Depk Depkes es RI, RI, penderita DBD di Bali sampai dengan bulan Maret 2010 sebanyak 9 orang dengan CFR sebesar 0,41%. Dibandingkan dengan kejadian kejadian pada bulan januari s/d Maret 2009, terdapat penederita DBD sebanyak 1443 orang dengan jumlah penderita
yang meninggal dunia sebanyak 2 orang dengan
CFR sebesar 0,15% (Depkes RI, 2010). Perjalanan penyakit Demam Berdara Dengue (DBD) cepat dan dapat mengak mengakiba ibatka tkan n kemati kematian an dalam dalam waktu waktu singka singkat. t. Penyak Penyakit it ini merupa merupakan kan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia. Kota Badung merupakan daerah endemis DBD baik tingkat desanya maupun kecamatan, karena selama tiga tahun berturut-turut selalu dilaporkan adanya kasus DBD. Untuk daerah endemis criteria kejadian luar biasa (KLB)
1
adalah terjadinya satu kematian akibat DBD dan terjadinya peningkatan kasus secara bermakna 2 kali lipat dari periode sebelumnya. Jumlah kasus DBD pada tahun 2012 adalah 1009 kasus, terdiri dari 565 penderita laki-laki dan 444 perempuan. Kematian akibat DBD pada tahun 2012 sebanyak 3 orang (CFR=2,4%). Incidence rate DBD pada tahun 2012 adalah 142,8 per 100.000 penduduk. Ting Tinggi giny nyaa kasus kasus DBD DBD di Kota Kota Badu Badung ng diseb disebab abka kan n oleh oleh fakto faktor r lingkunga lingkungan n dengan dengan tingkat tingkat sanitasi sanitasi yang kurang memadai, memadai, tingkat tingkat kepadatan kepadatan penduduk serta tingkat kepadatan populasi nyamuk aedes aegypty yang tinggi, serta masih rendahnya peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk nyamuk.. Berbag Berbagai ai upaya upaya telah telah diambi diambill Pemerin Pemerintah tah Kota Kota Badung Badung untuk untuk menanggulangi penyakit Demam Berdarah di masyarakat, diantaranya adalah melalui Fogging massal maupun focus, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui melalui program program 3M plus, penyuluhan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta peningkatan sanitasi lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, saya mengambil Program Pencegahan dan Pena Penang nggu gula lang ngan an
Peny Penyak akit it Dema Demam m
Berd Berdara arah h
(DBD (DBD))
untu untuk k
dila dilaku kuka kan n
monitoring agar program ini dapat berjalan lebih baik lagi di tahun yang akan datang.
1.1.1 Rumusan Masalah
Untu Untuk k
meng menget etah ahui ui
masa masala lah h
yang ang
belum elum
diket iketah ahu ui
pada ada
Prog Progra ram m
Penaggulangan Penyakit Menular DBD di Puskesmas Tahun 2012. 1.1.2 Tujuan Monitoring
1. Tujuan Umum Untuk Untuk menget mengetahu ahuii pelaks pelaksana anaan an Progra Program m Penceg Pencegaha ahan n dan Pember Pemberant antasan asan Penyakit Menular di Puskesmas Mengwi Mengwi I Tahun 2012. 2012. 2. Tujuan Kusus
2
adalah terjadinya satu kematian akibat DBD dan terjadinya peningkatan kasus secara bermakna 2 kali lipat dari periode sebelumnya. Jumlah kasus DBD pada tahun 2012 adalah 1009 kasus, terdiri dari 565 penderita laki-laki dan 444 perempuan. Kematian akibat DBD pada tahun 2012 sebanyak 3 orang (CFR=2,4%). Incidence rate DBD pada tahun 2012 adalah 142,8 per 100.000 penduduk. Ting Tinggi giny nyaa kasus kasus DBD DBD di Kota Kota Badu Badung ng diseb disebab abka kan n oleh oleh fakto faktor r lingkunga lingkungan n dengan dengan tingkat tingkat sanitasi sanitasi yang kurang memadai, memadai, tingkat tingkat kepadatan kepadatan penduduk serta tingkat kepadatan populasi nyamuk aedes aegypty yang tinggi, serta masih rendahnya peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk nyamuk.. Berbag Berbagai ai upaya upaya telah telah diambi diambill Pemerin Pemerintah tah Kota Kota Badung Badung untuk untuk menanggulangi penyakit Demam Berdarah di masyarakat, diantaranya adalah melalui Fogging massal maupun focus, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui melalui program program 3M plus, penyuluhan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta peningkatan sanitasi lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, saya mengambil Program Pencegahan dan Pena Penang nggu gula lang ngan an
Peny Penyak akit it Dema Demam m
Berd Berdara arah h
(DBD (DBD))
untu untuk k
dila dilaku kuka kan n
monitoring agar program ini dapat berjalan lebih baik lagi di tahun yang akan datang.
1.1.1 Rumusan Masalah
Untu Untuk k
meng menget etah ahui ui
masa masala lah h
yang ang
belum elum
diket iketah ahu ui
pada ada
Prog Progra ram m
Penaggulangan Penyakit Menular DBD di Puskesmas Tahun 2012. 1.1.2 Tujuan Monitoring
1. Tujuan Umum Untuk Untuk menget mengetahu ahuii pelaks pelaksana anaan an Progra Program m Penceg Pencegaha ahan n dan Pember Pemberant antasan asan Penyakit Menular di Puskesmas Mengwi Mengwi I Tahun 2012. 2012. 2. Tujuan Kusus
2
a. Diketahuinya
masal salah
yang ang
ada
dalam
pela elaksan sanaan
Program
Pemberantasan Penyakit DBD di Puskesmas Mengwi I. b. Diketahuinya
prioritas
masalah
pada
Program
Pencegahan
dan
Pemberantasan Penyakit DBD di Puskesmas Mengwi I. c. Diketahuin Diketahuinya ya kemungkinan kemungkinan penyebab penyebab masalah masalah yang ada dalam pelaksanaan pelaksanaan Program Pemberantasan DBD di Puskesmas Mengwi I. d. Diketa Diketahui huinya nya altern alternatif atif pemecah pemecahan an masala masalah h bagi bagi pelaks pelaksana anaan an Progra Program m Pemberantasan Penyakit DBD di Puskesmas Mengwi I. 1.1.3 Mamfaat
1. Bagi Puskesmas a. Mend Mendap apat at masu masuka kan n meng mengen enai ai masa masalah lah yang yang terda terdapa patt pada pada pela pelaks ksan anaa aan n Program Pencegahan dan Pemberantasan DBD. b. Mendapat masukan mengenai alternatif penyelesaian masalah pelaksanaan program di Puskesmas. 2. Bagi Mahasiswa a. Dapa Dapatt mene menera rapk pkan an ilmu ilmu dan dan peng pengal alam aman an belaj belajar ar yang yang dimi dimili liki ki untu untuk k melakukan monitoring/evaluasi program di Puskesmas. b. Dapat mengetahui masalah yang terjadi pada pelaksanaan program di Puskesmas dan membuat alternatif penyelesaiannya. c. Dapa Dapatt mene menent ntuk ukan an prio priorit ritas as terha terhada dap p masal masalah ah yang yang dite ditemu muka kan n dalam dalam melakukan monitoring/evaluasi program. d. Dapat memberi memberikan kan saran-saran saran-saran untuk untuk perbaikan perbaikan program program di puskesmas. puskesmas. 3. Bagi Universitas Merealisasikan Merealisasikan Tridarma perguruan tinggi dalam melaksanakan melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
3
1.2 Diskripsi Program
Dewasa
ini,
pembangunan
kesehatan
kesehatan
di
Indonesia
dihadapkan pada masalah dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan social ekonomi dan perubahan lingkungan strategis, baik secara nasional maupun global. Penerapan desentralisasi di bidang kesehatan dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs) merupakan contoh masalah dan tantangan yang perlu menjadi perhatian seluruh stakeholder bidang kesehatan, khususnya para pengelola program, dalam menyusun kebijakan dan strategi agar pelaksanaanya menjadi lebih efisien dan efektif. Program pencegahan dan pengendalian penyakit menular telah mengalami peningkatan capaian walaupun penyakit menular infeksi menular masih tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menonjol terutama TB, Malaria, HIV-AIDS, DBD dan Diare. Angka kesakitan DBD masih tinggi, yaitu sebesar 65,57 per 100.000 penduduk pada tahun 2010, sedangkan angka kematian dapat ditekan di bawah 1 persen, yaitu 0,87 persen. Pada tiga tahun terakhir (2008-2010) jumlah rata-rata kasus dilaporkan sebanyak 150.822 kasus dengan rata-rata kematian 1.321 kematian. Situasi kasus DBD tahun 2011 sampai dengan juni dilaporkan sebanyak 16.612 orang dengan kematian sebanyak 142 orang (CFR=0,85%). Dari jumlah kasus tersebut, proporsi penderita DBD pada perempuan sebesar 50,33% dan lakilaki sebesar 49,67%. Disisi lain angka kematian akibat DBD pada perempuan lebih tinggi di banding laki-laki. Target
pengendalian DBD
tertuang dalam
dokumen
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Kementrian Kesehatan 2010-2014 dan KEMENKES 1457 tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal yang menguatkan pentingnya upaya pengendalian penyakit DBD di Indonesia hingga ketingkat Kabupaten/Kota bahkan sampai ke desa. Melaui pelaksanaan
program
pengendalian
penyakit
DBD
diharapkan
dapat
berkontribusi menurunkan angka kesakitan, dan kematian akibat penyakit menular di Indonesia.
4
Situasi ini perlu diatasi dengan segera agar indicator kinerja/target pengendalian DBD yang tertuang dalam dokumen RPJMN yaitu IR DBD pada tahun 2014 adalah 51/100.000 penduduk, serta ABJ sebesar ≥ 95% dapat tercapai. 1.2.1 Tujuan Program
Menurut pedoman pemberantasan DBD dari Direktorat Jendral pemberantasan penyakit menular dan peyehatan lingkungan pemukiman (Dirjen P2M PLP), program pemberantasan DBD memiliki tujuan: 1. Tujuan Umum Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap masyarakat agar terhindar dari penyakit DBD melalui terciptanya masyarakat yang hidup dari perilaku dan lingkungan yang sehat dan terbatas dari penyakit DBD serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata. 2. Tujuan Khusus a. Menurunkan angka kesakitan DBD 53 per 100.000 penduduk tahun 2012. b. Tercapainya angka bebas jentik (ABJ) ≥ 95%. c. Menurunnya angka kesakitan DBD < 1%. d. Daerah KLB < 5%.
5
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1.Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah satu
elemen yang sangat penting
dalam sistem penanggulangan DBD yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini bertujuan
untuk
mencatat,
menilai
dan
melaporkan
hasil
kegiatan
penanggulangan DBD yang telah dicapai. Pencatatan dan pelaporan dibakukan berdasarkan klasifikasi dan tipe penderita. Semua unit pelaksana harus melakukan sistem dan pencatatan yang baku. Pencatatan dan pelaporan dilakukan berjenjang dalam kurun waktu secara harian, bulanan, triwulan, semester dan tahunan. 2. 2. Penyelidikan epidemiologi (PE)
Penyelidikan Epidemiologi adalah kegiatan pencarian penderita panasatau yang 1 minggu yang lalu menderita panas dan pemeriksaan jentik dirumah kasus DBD dan rumah sekitarnya dalam radius 100 m atau lebih kurang 20 rumah, serta di sekolah jika kasus DBD adalah anak sekolah. Hasil penyelidikan epidemiologi ada 2 yaitu PE (+) atau PE (-) digunakan untuk menentukan penanggulangan kasus. Penyelidikan epidemiologi positif yaitu ditemukan 3 atau lebih kasus demam tanpa sebab yang jelas dan atau ditemukan 1 kasus yang meninggal
karena sakit DBD dalam radius 100 m atau lebih
kurang 20 rumah disekitarnya, sedangkan PE negatif adalah kecuali tersebut pada PE positif. Tujuan penyelidikan epidemiologi adalah untuk mengetahui ada/tidaknya kasusDBD tambahan dan luasnya penyebaran serta mengetahui kemungkinanterjadinya penyebarluasan penyebaran penyakit DBD lebih lanjut di lokasitersebut.Penyelidikan epidemiologi dilakukan oleh petugas Puskesmas yang telahdilatih meliputi pencarian kasus tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik Aedes Aegypti. Kegiatan ini segera dilaksanakan setelah menerima laporankasus dalam waktu maksimal 3x24 jam. Hasilnya kemudian dicatat pada form PE untuk
digunakan sebagai dasar
tindak lanjut
penanggulangan kasus.
6
Langkah-langkah pelaksanaan PE adalah sebagai berikut: a. Setelah
menerima
laporan
Puskesmas/koordinator harianpenderita
adanya
DBD
penyakit
kasus/tersangka
segera
DBD
DBD,
mencatat dalam
dan
menyiapkan
petugas
buku catatan
peralatan
survei
(tensimeter,senter dan formulir PE) serta menyiapkan surat tugas; b. Petugas
Puskesmas
melapor
kepada
lurah
dan
ketua
RT/RW
setempatbahwa di wilayahnya terdapat penderita/tersangka penderita DBD danakan dilaksanakan PE. Lurah/kader akan memerintahkan ketua RW agarpelaksanaan PE dapat didampingi oleh ketua RT, kader atau tenagamasyarakat lainnya. Keluarga penderita/tersangka penderita DBD sertakeluarga lainnya juga membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan PE; c. Petugas
Puskesmas
melakukan
wawancara
dengan
keluarga
untuk mengetahui ada/tidaknya penderita panas saat itu dan dalam kurun waktu1 minggu sebelumnya. Bila terdapat penderita panas tanpa sebab yang jelas, saat itu akan dilakukan tandaperdarahan
di kulit
dan
uji
pemeriksaan terhadap adanya tourniquet.
Selanjutnya
petugas
melakukanpemeriksaan jentik pada tempat penampungan air dan benda benda lainyang dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti, baik di dalam maupun di luar rumah. Hasil seluruh pemeriksaan tersebut dicatat dalam formulir PE; d. Hasil
PE
dilaporkan
kepada
kepala
Puskesmas
dan
selanjutnya
kepalaPuskesmas akan melaporkan hasil PE dan rencana penanggulangan seperlunya kepada lurah melalui camat. Berdasarkan hasil PE inidilakukan pelaksanaan penanggulangan seperlunya. 2. 3. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan serangkaian kegiatan yang berlandaskan prinsip prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan dimana individu, kelompok ataumasyarakat secara keseluruhan dapat bebas dari penyakit DBD dengan caramemelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatannya. Penyuluhan bertujuan
untuk
meningkatkan
pengetahuan,
kesadaran,
kemauan
dan
praktek mengenai pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD. Penyuluhan
7
dapat diberikan oleh dokter, paramedis, atau kader terlatih mengenai penyakit DBD. Materinya meliputi pemberantasan sarang nyamuk, abatisasi selektif, tanda dangejala penyakit DBD serta penanggulangan penyakit DBD di rumah. Walaupun 3-M adalah cara yang mudah dan bisa kita lakukan karenatidak memerlukan biaya, pada kenyataannya cara ini tidak terlaksana denganbaik. Ini sangat erat hubungannya dengan kebiasaan hidup bersih dankesadaran masyarakat terhadap bahaya demam berdarah dengue ini. Kurangnyakesadaran masyarakat mungkin disebabkan beberapa hal, di antaranya adalah faktor ekonomi. Susahnya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonomimembuat masyarakat hanya memikirkan 'makan' tanpa peduli terhadapkebersihan dan sanitasi. Selain itu, budanya hidup bersih, sedikit banyaknya juga berpengaruh terhadap pelaksanaan 3-M ini.Lebih dari itu, penyuluhan dari pemerintah sangat memengaruhi pelaksanaan 3-M ini. Pelaksanaan 3-M sangatdipengaruhi oleh kesadaran masyarakat akan bahaya deman berdarah dengueitu sendiri. Artinya, tidak terlaksananya 3-M juga berarti bahwa penyuluhanpemerintah kepada masyarakat tentang demam berdarah dengue ini masihkurang. Karena itu, pemerintah harus lebih aktif lagi memberikan pengertiandan penyuluhan kepada masyarakat dengan menggunakan berbagai media seperti surat kabar dan televisi. Jika tidak, kasus dengue tidak
akan pernahteratasi, bahkan akan
bertambah parah. 2. 4. Kemitraan
Kemitraan adalah suatu proses kerjasama yang melibatkan berbagai pihak dan sektor dalam masyarakat termasuk kalangan swasta, organisasi profesi
dan
organisasi
sosial
kemasyarakatan
serta
lembaga
swadaya
masyarakat dalam penanggulangan penyakit DBD dalam rangka sosialisasi dan advokasi program untuk memperoleh dukungan dalam rangka penanggulangan DBD.
Pemerintah
dan
masyarakat
menunjukkan
kepedulian
terhadap
penanggulangan DBD di bawah koordinasi Pokja/Pokjanal DBD. 2.5.
Foggingfokus dan fogging masal
Merupakan
serangkaian
kegiatan
dalam
pemberantasan
nyamuk Aedes Aegyptidewasa untuk memutus rantai penularan. Fogging
8
dilakukan pada kasus-kasus dengan PE positif, 2 penderita positif atau lebih, ditemukan 3 penderita demam dalam radius 100 m dari tempat tinggal penderita DBD positif atau ada 1 penderita DBD meninggal. Fogging fokus dilaksanakan 2 siklus dengan radius 200 m dalam selang waktu 1 minggu, sedangkan fogging masal dilakukan 2 siklus di seluruh wilayah tersangka KLB dengan selangwaktu 1 bulan. Obat yang dipakai adalah Malathion 96 EC atau Fendona 30EC. 2.6. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
Sudah tidak diragukan lagi bahwa penyebaran wabah dengue disebabkanoleh nyamuk Aedes Aegypti, terutama nyamuk betina. Nyamuk ini sangatpintar menyembunyikan suaranya dengan membuat gerakan sayap yang halussehingga nyaris tak terdengar. Nyamuk betina ini menghisap darah manusia sebagai bahan untuk mematangkan telurnya. Hingga kini belum diketahui mengapa hanya darah manusia yang dikonsumsi nyamuk ini, tidak darah makhluk hidup lainnya. Bila nyamuk jenis lain bertelur dan menetaskannya pada sarangnya, Aedes Aegypti betina melakukannya di atas permukaan air. Karena dengan demikianlah, telur-telurnya itu berpotensi menetas dan hidup.Telur menjadi larva yang kemudian mencari makan dengan memangsa bakteri yang ada di air tersebut. Karena itu tidak heran bila nyamuk penyebab demam berdarah ini berkembang biak pada genangan air, terutama yang kotor. Penyebaran
wabah
dengue
dipengaruhi
oleh
ada
tidaknya
nyamuk Aedesaegypti yang dipengaruhi lagi oleh ada tidaknya genangan air yang kotor.Pemberantasan sarang nyamuk merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan peran serta dan swadaya masyarakat dalam rangka memberantasnyamuk Aedes
aegypty.
Tujuan
kegiatan
PSN
adalah
memberantas nyamuk Aedes aegypti dengan menghilangkan tempat-tempat perindukan/sarang nyamuk sehingga penularan penyakit DBD dapat dicegah atau dibatasi. Pelaksana PSN-DBD adalah individu, keluarga atau masyarakat. Kegiatandilakukan secara berkesinambungan dan bisa secara massal/serentak. Pertama adalah membunuh nyamuk, baik dengan pestisida maupun dengan ovitrap, yakni dengan bak perangkap yang ditutup kasa. Penggunaan pestisida, selain memerlukan biaya dan berbahaya pada manusia, juga
9
akanmemicu munculnya nyamuk yang resistan, sehingga cara ini bukanlah carayang efektif untuk jangka panjang. Untuk jangka pendek, cara ini masih bias digunakan. Cara kedua adalah membuat nyamuk transgenik supaya tidak terinfeksi oleh virus dengue. Jika nyamuk tidak bisa diinfeksi oleh virusdengue, otomatis manusia tidak akan pernah terinfeksi oleh virus dengue. Caraini digunakan oleh beberapa peneliti untuk mengatasi masalah malaria. Namun, pengembangan cara ini masih memerlukan puluhan tahun untuk bias diaplikasikan. Cara yang ketiga adalah pemberantasan sarang nyamuk yang efektif
dan
efisien
melalui
menutup/menaburabate
di
kegiatan tempat
3-M,
yaitu
menguras,
penampungan
air,
dan
mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang memungkinkan dijadikan tempat perindukan danperkembangbiakan jentik nyamuk Aedes Aegypti. Cara inilah yang efektif yang bisa kita lakukan dengan kondisi kita saat ini. Sasaran PSN-DBD adalah semua tempat yang dapat menjadi sarangnyamuk, alami ataupun buatan, baik di dalam maupun di luar rumah, sertatempat-tempat umum (termasuk bangunan kosong dan lahan tidur). Pada
dasarnya
untuk masyarakat,
PSN-DBD
sehingga
adalah
jenis-jenis
kegiatan
kegiatan
dari, yang
oleh,
dan
dilaksanakan
merupakankesepakatan masyarakat setempat yang diorganisasikan oleh kelompok kerjapemberantasan dan pencegahan DBD (POKJA DBD) dalam wadah LKMD. Penggerakan dengankerja
masyarakat
sama lintas
dalam
kegiatan
PSN-DBD
sektoral yang dikoordinasikan
dilakukan
oleh kepala
wilayah/daerahsetempat melalui wadah Pokjanal/Pokja DBD. Kegiatan ini dilakukan selama 1bulan, pada saat sebelum perkiraan peningkatan jumlah kasus yang ditentukanberdasarkan data kasus bulanan DBD dalam 3-5 tahun terakhir.Pemberantasan
sarang
nyamuk
dilakukan
seminggu
sekali,
alasannyadaur hidup nyamuk Aedes aegypti adalah 8-10 hari. Jika PSN dilakukanseminggu sekali maka rantai pertumbuhan dari mulai telur menjadi jentik ataudari jentik menjadi kepompong dan dari kepompong menjadi dewasa atau daridewasa kembali bertelur akan terputus sebelu nyamuk dapat menyelesaikan daur hidupnya.
10
Sasaran penggerakan PSN-DBD di desa/kelurahan adalahsemua rumah keluarga, sehingga dilaksanakan PSN-DBD di rumah secaraterus-menerus. Kegiatan rutin penggerakan PSN-DBD di desa/kelurahanmeliputi : Pokok-Pokok Kegiatan Penggerakan PSN-DBD adalah: 1. Penggerakan PSN-DBD di desa/kelurahan; a) Penyuluhan
kelompok
masyarakat
oleh
kader
dan
tokoh
masyarakatantara lain di Posyandu, tempat ibadah dan dalam pertemuan wargamasyarakat, b) Kerja bakti PSN-DBD secara serentak dan berkala untuk membersihkan lingkungan termasuk tempat-tempat penampungan airuntuk keperluan sehari-hari, c) Kunjungan
rumah
berkala
sekurang-kurangnya
setiap
3
bulan
(untuk penyuluhan dan pemeriksaan jentik) oleh tenaga yang telah dibimbingdan dilatih. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengingatkan keluargaagar selalu melaksanakan PSN-DBD. 2. Penggerakan PSN-DBD di sekolah dan tempat umum lainnya; Pembinaan dalamproses
kegiatan
PSN-DBD
belajar-mengajar,
kurikulertermasuk
program
baik
di
sekolah
melalui
Usaha
intra
Kesehatan
diintegrasikan maupun
Sekolah
ekstra (UKS).
Kegiatanpenggerakan PSN-DBD di sekolah dilaksanakan sesuai petunjuk teknispelaksanaan PSN-DBD di sekolah melalui UKS yang telah diedarkan. Dirjen
Dikdasmen
Depdikbud
melalui
surat
edaran
No.
81/TPUKS00/X/1993 tanggal 14 Oktober 1993. Pembinaan
kegiatan
PSN-DBD
di
tempat
umum
lainnya
dipadukandalam program pemeliharaan kesehatan lingkungan antara lain melaluipemeriksaan sanitasi tempat umum. 3. Penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat luas Penyuluhan
kepada
masyarakat
luas
dilaksanakan
melalui
mediamassa seperti televisi, radio, bioskop, poster, surat kabar, majalah dansebagainya.
Motivasi
tentang PSN-DBD
dilakukan
antara
lain
melaluiberbagai lomba, misalnya lomba PSN desa, lomba sekolah atau tempatumum.Penggerakan PSN-DBD di tempat umum lainnya dipadukan dalamprogram pemeliharaan kesehatan lingkungan.
11
Pemantauan gerakan PSN-DBD dilakukan secara berkala minimal setiap
3
bulan.
Pemantauan
dilaksanakan
antara
lain
dengan
pemeriksaan jentik berkala (PJB) pada sejumlah sampel rumah, sekolah dan tempatumum lainnya. Indikator keberhasilan PSN-DBD adalah angka bebas jentik
(ABJ),
yaitu
persentase
rumah/bangunan
yang
tidak
pemeriksaan
jentik
ditemukan jentik sebesar 95%. Mengenai dicatatdalam
kegiatan
formulir
PSN PJB-1.
tersebut.
Hasil
Kemudian
minta
tandatangan
kepalakeluarga/anggota keluarga pada formulir tersebut. Formulir PJB-1 yangtelah
diisi
disampaikan
kepada
pihak
puskesmas
setiap
hari.
Dibuatrekapitulasi untuk memperoleh angka bebas jentik (ABJ) tiap kelurahan.Untuk evaluasi/penilaian kualitas kegiatan pemeriksaan jentik berkaladigunakan format penilaian kualitas kegiatan PJB. 2.7. Peningkatan profesionalisme SDM
Dilakukan
dengan
pelatihan
tatalaksana
kasus,
petugas
laboratorium,
penanggung jawab program, supervisor, dan penyemprot.Selain itu juga dilakukan survey vektor dan PSP (sosial budaya). 2.8. Tolok Ukur yang Digunakan.
Untuk
membuat
pertanyaan
dalam
monitoring
pada
Program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) seebagai langkah awal, akan ditetapkan indicator untuk mengukur keluaran sebagai keberhasilan dari suatu program, kemudian membandingkan hasil pencapaian tiap-tiap indicator keluaran dengan tolok ukur masing-masing. Hal ini berguna untuk mengidentifikasi masalah yang ada pada pelaksanaan program. Sumber rujukan tolok ukur penilaian yang digunakan adalah: 1. Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Indonesia. Kemenkes RI Tahun 2011. 2. Standard Penanggulangan Penyakit DBD. Volume 2 Edisi I Tahun 2002. 3. Kebijakan Program P2-DBD Depkes RI Tahun 2004. 4. Buku Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I Tahun 1999.
12
5. Stratifikasi Puskesmas.
Tabel 2.1 Perbandingan Tolok Ukur Unsur Masukan dan Pencapaian
No. 1.
Variabel INPUT a. Tenaga
Tolok Ukur
Pencapaian
Masalah
Dokter: Perawat: Kader: Analis:
b. Sarana Medis
1. Tempat pelayanan pengobatan. 2. Tersedia sarana medis (stetoskop, senter, timbangan,
Nonmedis
termometer). 3. Bubuk abate. 4. Formulir jentik berkala. 5. Formulir Penyelidikan 1. Epidemiologi. 6. Daftar kepala keluarga 2. RT dan RW. 7. Tersedianya bahan
3.
penyuluhan (leaflet, buku, dll.)
4.
8. Tersedianya insiktesida sesuai kebutuhan. 9. Tersedianya alat
5.
semprot minimal 4 buah. 10. Tersedianya alat komunikasi minimal 1 buah faksimili dan telp/PKC.
13
c. Metode Medis
1. Pendataan, anamnesa, pemeriksaan fisik. 2. Ditekankan pada upaya
Non Medis
penemuan kasus DBD. Pelaksanaan strategi penyuluhan dan penjaringan suspek secara
d. Dana
fasif. Adanya dana yang diperlukan untuk program yang berasal dari: a. APBN menyediakan seluruh buffer stock. b. APBD menyediakan anggaran dan pelatihan, supervisi, dan monitoring, jaminan laboratorium, kegiatan pemecahan masalah serta pengembangan SDM. Menyediakan anggaran untuk pengawasan dan monitoring, buffer obat, sarana diagnosa, bahan cetakan, kegiatan pemecahan masalah di Kota Madya. c. Swadana Puskesmas menyediakan anggaran operasional, reagen, pemeliharaan, pelaksanaan pencegahan dan
14
penanggulangan DBD. d. Swadana masyarakat.
No.
Variabel Tolok Ukur PROSESPerencanaan Terdapat rencana kerja
Pencaapaian
Masalah
yang tertulis dan jadwal sesuai dengan program Pengorganisasian
kerja puskesmas. a. Terkait dalam penanggulangan DB. b. Adanya tugas dan wewenang dari unsurunsur yang adanya struktur organisasi staffing pelaksana program. c. Adanya pembagian tugas yang tanggung jawab yang jelas.
Dokter Umum sebagai pemeriksa di Puskesmas.
Perawat sebagai wasor program DB di Puskesmas.
Kader sebagai panutan penggerak di masyarakat dalam pelaksanaan penanggulangan DBD.
Analis sebagai pemeriksa Laboratorium DB.
15
Pelaksanaan
1. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) dilaksanakan dengan memeriksa seluruh rumah pada tiap-tiap RW.
2. Penyelidikan Epidemiologi segera dilaksanakan setelah menerima laporan kasus dalam waktu maksimal 3x24 jam. 3. Fogging focus dilakukan 2 siklus dengan radius 200 meter selang waktu 1 minggu. 4. Fogging masal dilakukan 2 siklus di seluruh wilayah KLB dengan selang waktu. 5. Penyuluhan dapat diberikan oleh dokter, para medis atau kader terlatih mengenai penyakit DBD. 6. Para pemimpin pemerintah, tokoh masyarakatat baik formal maupun informal mengkomunikasikan dan memotivasi
16
masyarakat umum untuk melaksanakan penanggulangn DBD dalam pertemuan yang dilaksanakan secara rutin. 7. Gerakan PSN seluruh RW. 8. Pertemuan lintas sektoral tingkat kelurahan minimal per Penilaian
3 bulan. a. Penilaian kegiatan dalam bentuk laporan tertulis secara periodic (bulanan, triwulan, semsteran, tahunan). b. Pengisian laporan tertulis yang lengkap. c. Penyimpanan laporan
No. Variabel LINGKUNGAN 3. Lingkungan Fisik
tertulis yang benar. Tolok Ukur
Pencapaian
Masalah
1. Lokasi pemeriksaan mudah dikerjakan.
Lingkungan Non 4.
2. Fasilitas yang tersedia. Pendidikan minimal SMA
Fisik Umpan Balik Pencatatan, penilaian, dan pelaporan tahun sebelumnya dan setiap bulannya dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya perbaikan
17
program berikutnya. 5.
DAMPAK
1. Turunnya angka kesakitan (53 per 100.000 penduduk) pada tahun 2012. 2. Turunnya angka kematian DBD < 1%. 3. Turunnya angka kejadian (jumlah kasus) DBD. 4. ABJ > 95%. 2.9. Analisa Sistem
Dalam
melakukan
evaluasi
Program
Pemberantasan
Demam
BerdarahDengue di Puskesmas, digunakan pendekatan sistem. Dengan memandangorganisasi sebagai suatu sistem, tercipta suatu cara dalam memahamipermasalahan
manajemen
organisasi
yang
dikenal
sebagai
pendekatan sistem. 2.10. Pengertian Sistem
Apabila
kita
menyebut
perkataan
sistem
kesehatan,
ada
dua
pengertianyang akan kita dapat. Pertama pengertian sistem, kedua pengertian kesehatan.Sistem itu
sendiri
adalah suatu
rangkaian
komponen yang
berhubungan satu samalain dan mempunyai tujuan yang jelas (Widjono, 2004; Azwar, 1996). 2.11. Ciri-ciri Sistem
1. Terdapat bagian yang satu sama lain saling berhubungan danmempengaruhi yang kesemuanya membentuk satu kesatuan. 2. Fungsi
masing-masing
bagian
tersebut
adalah
dalam
rangka
mengubahmasukan menjadi keluaran yang direncanakan. 3. Dalam melaksanakan fungsi, semuanya bekerja sama secara bebas namunterkait. 4. Tidak tertutup terhadap lingkungan.Menurut sumber lain ciri-ciri sistem yang lengkap adalah: a) Mempunyai elemen/komponen; b)Mempunyai batas; c) Mempunyai lingkungan; d) Masukan; e) Proses; f) Keluaran; h)Tujuan. 2.12 Unsur Sistem
18
Bagian
dari
unsur
tersebut
memiliki
banyak
macamnya
yang
jikadisederhanakan dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut : 1. Masukan (input); Yang dimaksud dengan masukan (input) adalah kumpulan dari bagianatau unsur yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Yang termasuk dalam elemen masukanadalah yang biasa dikenal dengan 6M yaitu : Manusia (Man), uang (Money), sarana (Material), metode (Method), pasar (Market), serta mesin (Machinery). 2.Proses Proses adalah kumpulan bagian atau unsur yang terdapat dalam sistemdan yang
berfungsi
untuk
mengubah
masukan
menjadi
keluaran
yangdirencanakan. 3.Keluaran (output) Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau unsur yang dihasilkandari berlangsungnya proses dalam sistem. 4. Umpan balik (feedback) Umpan balik (Feedback ) adalah kumpulan bagian atau unsur yangmerupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagisistem. 5. Dampak (impact) Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatusistem. 6. Lingkungan (environment) Lingkungan (enviroment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelolaoleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.(Muninjaya, 2004; Azwar, 1996). Keenam unsur sistem ini saling berhubungan dan mempengaruhi yangsecara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:
Lingkunga
19
Masuka
Proses
Keluara
Dampak
Umpan
2.9
Pendekatan sistem
Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuantertentu yang telah ditetapkan bersama. Untuk terbentuknya sistem tersebut perludirangkai berbagai unsur atau elemen sedemikian rupa sehingga secarakeseluruhan membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan kesatuan. Apabila prinsip pokok atau cara kerja
sistem
iniditerapkan
pada
waktu
menyelenggarakan
pekerjaan
administrasi, maka prinsippokok atau cara kerja ini dikenal dengan nama pendekatan sistem (approach). Pada
saat
ini
batasan
tentang
pendekatan
sistem
banyak
macamnya,beberapa yang terpenting adalah: 1) Pendekatan sistem adalah penerapan suatu prosedur yang logis danrasional dalam merancang suatu rangkaian komponen yangberhubungan sehingga dapat berfungsi sebagai satu kesatuan mencapaitujuan yang telah ditetapkan (L.James Harvey, 2003). 2) Pendekatan sistem adalah suatu strategi yang menggunakan metodeanalisis, desain dan manajemen untuk mencapai tujuan yang telahditetapkan secara efektif dan efisien; 3) Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berpikir yang sistematisdan logis dalam membahas dan mencari pemecahan dari suatu masalahatau keadaan yang dihadapi. Dengan
dilakukannya
memperhitungkanberbagai
pendekatan
kemungkinan
yang
sistem tersedia
kita
akan
sehingga
dapat dengan
20
demikian nantinya tidak ada sesuatu yang sebenarnya amat penting sampai luput dari perhatian. Daribatasan tentang pendekatan sistem ini, dengan mudah dipahamibahwa prinsippokok pendekatan sistem dalam pekerjaan administrasi dapat dimanfaatkan duatujuan. Pertama, untuk membentuk sesuatu, sebagai hasil dari pekerjaanadministrasi. Kedua, untuk menguraikan sesuatu, sebagai hasil dariadministrasi.untuk tujuan terakhir ini, biasanya dikaitkan dengan kehendak untuk menemukan masalah yang dihadapi.Untuk kemudian diupayakan mencari jalan keluar yang sesuai. Sedangkan kelemahan yang dipandang penting ialah dapat terjebak ke dalam perhitungan yang terlalu rinci sehingga menyulitkan pengambilan keputusan dan dengan demikian masalah yang dihadapi tidak akan dapat diselesaikan. 2.10Penilaian/Evaluasi
Batasan penilaian banyak macamnya. Pengertian penilaian/evaluasi yangcukup penting antara lain: 1) Penilaian adalah pengukuran terhadap akibat yang ditimbulkan dari dilaksanakannya suatu program dalam mencapai tujuan yang telahdi tetapkan (Ricken); 2) Penilaian
adalah
suatu
proses
yang
teratur
dan
sistematis
dalam
membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau kriteria yangtelah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan keputusan sertapenyusunan saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap tahap daripelaksanaan program (The International Clearing House on Adolescent Fertility Control for Population Options); 3) Penilaian adalah suatu cara belajar yang sistematis dari pengalaman yang dimiliki untuk meningkatkan pencapaian, pelaksanaan, dan perencanaansuatu program melalui pemilihan secara seksama berbagai kemungkinanyang tersedia guna penerapan selanjutnya (WHO); 4) Penilaian
adalah
suatu
proses
untuk
menentukan
nilai
atau
jumlahkeberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuanyang telah ditetapkan (The American Public Health Association). Penilaian / evaluasi secara umum dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu : a) Penilaian pada tahap awal program; Penilaian dilakukan saat merencanakan suatu program ( formative evaluation). Ini bertujuan untuk meyakinkan
21
bahwa rencana yang akandisusun benar-benar telah sesuai dengan masalah yang ditemukan, dalamarti dapat menyelesaikan masalah tersebut. b) Penilaian pada tahap pelaksanaan program; Penilaian dilakukan saat program sedang dilaksanakan (promotive evaluation), Tujuannya ialah untuk mengukur apakah program yang sedang dilaksanakan tersebut telah sesuai dengan rencana atau tidak. Umumnya ada dua bentuk penilaian yaitu pemantauan (monitoring) dan penilaian berkala (periodic evaluation). c) Penilaian pada tahap akhir program. Penilaian dilakukan saat program telah selesai dilaksanakan (summative evaluation). Tujuan mengukur keluaran dan mengukur dampak yangdihasilkan. Penilaian dampak lebih sulit dilakukan karena membutuhkanwaktu yang lebih lama. Ruang lingkup penilaian secara sederhana dapat dibedakan atas empatkelompok yaitu penilaian terhadap masukan, proses, keluaran dan dampak. Langkah-langkah
yang
ditempuh
pada
waktu
melaksanakan
penilaianmeliputi: 1) Pemahaman terhadap program yang akan dinilai; 2) Penentuan macam dan ruang lingkup penilaian yang akan dilakukan; 3) Penyusunan rencana penilaian; 4) Pelaksanaan penilaian; 5) Penarikan kesimpulan; 6) Penyusunan saran-saran.
\ BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil 3.1.1 Pengumpulan Data
22
Data yang dipakai pada evaluasi program P2D meliputi: a. Data Primer Diperoleh melalui wawancara dengan koordinator pelaksana P2D di Puskesmas I Mengwi. Analisis situasi khusus adalah Program penanggungalan penyakit menular (P2M) terdiri dari Imunisasi, surveillance, P2 ISPA, P2 TB Paru, P2 Kusta, P2 DBD, P2 Malaria , P2 HIV/AIDS dan IMS. Struktur Organisasinya adalah Kepala PuskesmasKordinator Penanggulangan Penyakit Menular Bagian P2 DBD Kordinator dan JumantikJumatik. Bagian P2 DBD dipegangoleh 1 orang, kordinator
jumantik
terdiridari
4
orang
yang
masing-masing
bertanggung jawabterhadap 1 Desa dan umantik terdiri dari 29 yangmasing-masing bertanggung jawab terdapat 1 Banjar. Pengorganisasian pelaksanaanprogram umumyang
Kordinator P2M bertugas mengkordinasi
penanggulangan
program
survelance,penanggulangan
penyakit
pokoknya ISPA,
diare,
menular
adalah TBC,
secara
imunisasi, Kusta,
DBD,
malaria,dan HIV/AIDS. P2 DBD bertanggung jawab terdapat pelaksanaan program penanggulangan penyakit DBD. Kordinator jumantik bertugas mengawasi kinerja jumantik. Jumantik bertanggung jawab terhadap kordinator untukpelaksanaan program jumantik dan terhadap puskesmasuntuk ABJ dan absensi. Pelaksanaan Program Pelaporan dan Pendataankunjungan pasien/laporan warga dilakukan pengobatan ataurujukan ke RS pengobatan
&pendataan
olehpuskesmas
pasien
diRS
kemudian
Feedback
Pendataan diPuskesmas 1 Mengwi pengumpulan
(rekap) data oleh dinkes. Mengenai hasil wawancara akan dilampirkan dalam bentuk Power Point. Logical Framework Program
23
Tabel 2.1 Perbandingan Tolok Ukur Unsur Masukan dan Pencapaian
No. 1.
Variabel INPUT a. Tenaga
Tolok Ukur
Pencapaian
Masalah
Dokter: Perawat: Kader: Analis:
b. Sarana Medis
11. Tempat pelayanan pengobatan. 12. Tersedia sarana medis (stetoskop, senter, timbangan,
Nonmedis
termometer). 13. Bubuk abate. 14. Formulir jentik berkala. 15. Formulir Penyelidikan 6. Epidemiologi. 16. Daftar kepala keluarga 7. RT dan RW. 17. Tersedianya bahan
8.
penyuluhan (leaflet, buku, dll.)
9.
18. Tersedianya insiktesida sesuai kebutuhan. 19. Tersedianya alat
10.
semprot minimal 4 buah. 20. Tersedianya alat komunikasi minimal 1 buah faksimili dan c. Metode Medis
telp/PKC. 3. Pendataan, anamnesa, pemeriksaan fisik. 4. Ditekankan pada upaya
24
Non Medis
penemuan kasus DBD. Pelaksanaan strategi penyuluhan dan penjaringan suspek secara
d. Dana
fasif. Adanya dana yang diperlukan untuk program yang berasal dari: e. APBN menyediakan seluruh buffer stock. f. APBD menyediakan anggaran dan pelatihan, supervisi, dan monitoring, jaminan laboratorium, kegiatan pemecahan masalah serta pengembangan SDM. Menyediakan anggaran untuk pengawasan dan monitoring, buffer obat, sarana diagnosa, bahan cetakan, kegiatan pemecahan masalah di Kota Madya. g. Swadana Puskesmas menyediakan anggaran operasional, reagen, pemeliharaan, pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan DBD.
h. Swadana masyarakat. No. Variabel Tolok Ukur PROSESPerencanaan Terdapat rencana kerja
Pencaapaian
Masalah
25
yang tertulis dan jadwal sesuai dengan program Pengorganisasian
kerja puskesmas. d. Terkait dalam penanggulangan DB. e. Adanya tugas dan wewenang dari unsurunsur yang adanya struktur organisasi staffing pelaksana program. f. Adanya pembagian tugas yang tanggung jawab yang jelas.
Dokter Umum sebagai pemeriksa di Puskesmas.
Perawat sebagai wasor program DB di Puskesmas.
Kader sebagai panutan penggerak di masyarakat dalam pelaksanaan penanggulangan DBD.
Analis sebagai pemeriksa
Pelaksanaan
Laboratorium DB. 9. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) dilaksanakan dengan memeriksa seluruh rumah pada tiap-tiap RW.
26
10. Penyelidikan Epidemiologi segera dilaksanakan setelah menerima laporan kasus dalam waktu maksimal 3x24 jam. 11. Fogging focus dilakukan 2 siklus dengan radius 200 meter selang waktu 1 minggu. 12. Fogging masal dilakukan 2 siklus di seluruh wilayah KLB dengan selang waktu. 13. Penyuluhan dapat diberikan oleh dokter, para medis atau kader terlatih mengenai penyakit DBD.
14. Para pemimpin pemerintah, tokoh masyarakatat baik formal maupun informal mengkomunikasikan dan memotivasi masyarakat umum untuk melaksanakan penanggulangn DBD dalam pertemuan yang dilaksanakan secara rutin.
27
15. Gerakan PSN seluruh RW. 16. Pertemuan lintas sektoral tingkat kelurahan minimal per Penilaian
3 bulan. d. Penilaian kegiatan dalam bentuk laporan tertulis secara periodic (bulanan, triwulan, semsteran, tahunan). e. Pengisian laporan tertulis yang lengkap. f. Penyimpanan laporan
No. Variabel 3. LINGKUNGAN Lingkungan Fisik
tertulis yang benar. Tolok Ukur
Pencapaian
Masalah
3. Lokasi pemeriksaan mudah dikerjakan.
Lingkungan Non 4.
4. Fasilitas yang tersedia. Pendidikan minimal SMA
Fisik Umpan Balik Pencatatan, penilaian, dan pelaporan tahun sebelumnya dan setiap bulannya dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya perbaikan program berikutnya.
5.
DAMPAK
5. Turunnya angka kesakitan (53 per 100.000 penduduk) pada tahun 2012. 6. Turunnya angka kematian DBD < 1%. 7. Turunnya angka
28
kejadian (jumlah kasus) DBD. 8. ABJ > 95%. 3.1.2 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan tabel-tabel yang sudah ada dipersiapkan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan secara elektronik. 3.1.3 Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tekstular dan tabular, Interpretasi data dilakuakan dengan bantuan kepustakaan. 3.14. Rancangan Monitoring Menggunakan deskriptif dan audit untuk dapat melihat gambaran dari kegiatan program sebelumnya dan mengetahui kelebihan dan kelemahan dari program Penanggulangan DBD. 3.1.4. Pertimbangan Etika
Dalam melakukan Pengumpulan data telah menggunakan surat Ijin Dari Pemerintah Kota Badung DINAS KESEHATAN KOTA BADUNG. No. 433.33/1616/Dikes. Disampaing itu juga dalam membuat tinjauan teori telah meakai referensi dari buku-buka yang telah ada. 3.1.6 Lokasi
Pengumpulan data dikukan di Puskesmas I Mengwi 3.1.7 Waktu/Time Line
Pengumpulan Data Dilakukan pada Minggu ke tiga pada bualan Mei 2013. 3.1.8 Budjet
Transportasi = 50.000,Bahan Tulis = 40. 000,-
29