19
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae, dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda.
Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.
Rumusan Masalah
Apa pengertian Dengue Hemorhagic Fever (DHF)?
Apa etiologi terjadinya penyakit Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?
Apa manifestasi klinis terjadinya penyakit Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?
Bagaimana patofisiologi terjadinya penyakit Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?
Apa pemeriksaan penunjang pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?
Bagaimana penatalaksanaan pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?
Bagaimana pencengahan pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?
Apa komplikasi pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?
Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak.
Untuk menegetahui Pengertian Dengue Hemorhagic Fever (DHF).
Untuk mengetahui etiologi terjadinya penyakit Dengue Hemorhargic Fever (DHF).
Untuk mengetahui manifestasi klinis terjadinya penyakit Dengue Hemorhargic Fever (DHF).
Untuk mengetahui patofisiologi terjadinya penyakit Dengue Hemorhargic Fever (DHF).
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF).
Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF).
Untuk mengetahui pencengahan pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF).
Untuk mengetahui komplikasi pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Dengue Hemorhargic Fever (DHF)?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Dengue Hemorhagic Fever (DHF)
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dengan gejala demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan syock, nyeri otot dan sendi dan kematian (Cristianti,1995).
DHF adalah penyakit demam akut dengan cirri-ciri demam dan manifestasi perdarhan, serta bertendensi mengakibatkan renjatan yang mengakibatkan kematian (Mansjoer, Arif. 2000)
DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan virus dengue yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah, kapiler dan pada system pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan (Antoe. 2007)
DHF adalah penyakit yang disebabkan virus Dengue sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aides Aegepti (betina). ( Perawatan Pasien DHF, 1995 )
Klasifikasi DHF ( menurut derajat beratnya penyakit : WHO, 1986 ) :
Derajat 1
Demam disertai dengan gejala klinis tanpa perdarahan sentral uji tourniquet ( + ), trombositopenia dan homokonsentrasi. Panas 2 – 7 hari.
Derajat II
Derajat 1 disertai pendarahan sponta pada kulit
Derajat III
Nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung, ujung jari ( tanda dari renjatan ).
Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur
Etiologi
Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).
Vektor Virus
Dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).
Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).
Manifestasi Klinis Infeksi Virus Dengue
Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto, 1990 ; 39).
Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1995 ; 349).
Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita (Soederita, 1995 ; 39).
Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (soedarto ; 39).
Patofisiologi
Fenomena pathofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan tejadinya perembesan plasma ke ruang ekstraseluler. Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit ( petekie ), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati ( hepatomigali ) dan pembesaran limpa ( spenomegali ).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokosentrasi, dan hipoproteinemia, serta efusi rejatan ( syok ). Hemokosentrasi ( peningkatan hematokrit lebih besar 20 % ) menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran ( perembesan ) plasma ( plasma leakage ) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan.
Pathway
Komplikasi
Menurut WHO, 1999, komplikasi dari DHF adalah:
Ensefalopati dengue dapat terjadi pada demam berdarah dengue dengan shok maupun tanpa shok
Kejang : Bentuk kejang halus terjadi selama fase demam pada bayi. Kejang ini mungkin hanya kejang demam sederhana, karena cairan serebrospinal ditemukan normal.
Edema paru dapat terjadi karena hidrasi yang berlebihan selama proses penggantian cairan.
Pneumonia mungkin terjadi karena adanya komplikasi iatrogenik serta tirah baring yang lama.
Sepsis Gram negative dapat terjadi karenapenggunaan jalur intravena terkontaminasi.
Dengue Syok Sindrom (DSS)
Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Soegijanto (2002), pemeriksaan diagnostic pada pasien DHF meliputi:
Laboratorium
Darah lengkap
Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)
Normal : pria à 40-48 %
Trombositopeni (Jumlah trombosit kurang dari 100.000 mm³)
Normal : 150000-400000/ui
Perpanjangan masa perdarahan dan berkurangnya tingkat protobin
Asidosis
Kimia darah : hiponatremia, hipokalemia, hipoproteinemia
Uji tourniquet positif
Menurut WHO dan Depkes RI (2000), uji tourniquet dilakukan dengan cara memompakan manset sampai ketitik antara tekanan sistolik dan diastolik selama lima menit. Hasil dipastikan positif bila terdapat 10 atau lebih ptekie per 2,5 cm². Pada DHF biasanya uji tourniquet memberikan hasil positif kuat dengan dijumpai 20 ptekie atau lebih. Uji tourniquet bias saja negatif atau hanya positif ringan selama masa shok, dan menunjukkan hasil positif bila dilakukan setelah masa pemulihan fase shok.
Radiologi foto thorak: 50% ditemukan efusi fleura, efusi pleura dapat terjadi karena adanya rembesen plasma.
Urine`: albuminuria ringan
Sumsum tulang : awal hiposeluler kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi. Hari ke 10 biasanya normal.
Pemeriksan serologi : dilakukan pengukuran titer antibody pasien dengan cara haemaglutination inhibition tes (HI test)/ dengan uji pengikatan komplemen (complemen fixation test/ CFT) diambil darah vena 2-5 ml
USG : hematomegali-splenomegali
Penatalaksanaan
Medik
DHF tanpa Renjatan
Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 Liter / hari ), seperti jus jambu, air the manis dan gula, sirup, dan susu
Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.
Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
DHF dengan Renjatan
Pasang infus RL
Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB ), warna kuning pekat
Tranfusi jika Hb dan Ht turun
Keperawatan
Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
Observasi intik output
Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda– tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
b. Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
- Catat banyak, warna dari perdarahan
- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
c. Peningkatan suhu tubuh
- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic
- Beri minum banyak
- Berikan kompres
Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Menurut Depkes RI, 2000, pencegahan DHF antara lain sebagai berikut :
Pengelolaan Lingkungan
Penegelolaan lingkungan meliputi berbagai perubahan yang menyangkut upaya pencegahan atau mengurangi perkembengan vector dengan cara :
Mengeringkan instalasi penampungan air karena genangan air / kebocoran di ruang berdinding batu, pipa penyaluran, kotak keran, dll akan menampung air dan menjadi tempat perindukan larva Aedes Aegypti bila tidak dirawat.
Menutup tempat penampungan air di lingkungan rumah tangga antara lain : jamban/vas bunga, perangkap semut, tempat minum burung, bak mandi, genthong, bak wc.
Menguras tempat/bak penampungan air minimal seminggu sekali.
Sampah padat seperti kaleng, botol, ember, dan sejenisnya yang tersebar disekitar rumah harus dikubur di dalam tanah. Ban mobil bekas juga harus selalu ditutup untuk mencegah tertampungnya air hujan. Lubang pada pagar yang terbuat dari bambu berlubang harus dipotong pada ruasnya dan pagar beton harus dipenuhi pasir untuk mengurangi perindukan aedes Aegypti.
Perlindungan diri
Pakaian pelindung / baju yang dicelupkan kedalam cairan permetrhirn efektif melindungi gigitan nyamuk.
Obat nyamuk semprot atau baker
Obat oles anti nyamuk (repellent).
Tirai atau kelambu nyamuk.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang paling penting dilakukan oleh perawat, baik pada saaat penderita pertama kali masuk Rumah Sakit (untuk mengetahui riwayat penyakit dan perjalanan penyakit yang dialami pasien) maupun selama penderita dalam masa perawatan (untuk mengetahui perkembangan pasien dan kebutuhannya serta mengidentifikasi masalah yang dihadapinya).
Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data.
Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian :
Wawancara
Pemeriksaan fisik
Observasi dan pengamatan
Catatan atau status pasien
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
Dengan data yang ada, perawat dapat menentukan aktivitas keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan atau masalah yang dialami pasien.
Data Subyektif
Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan menurut (Christianti Effendy, 1995) yaitu :
Lemah.
Panas atau demam.
Sakit kepala.
Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
Nyeri ulu hati.
Nyeri pada otot dan sendi.
Pegal-pegal pada seluruh tubuh.
Konstipasi (sembelit)
Data obyektif
Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain :
Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.
Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.
Hiperemia pada tenggorokan.
Nyeri tekan pada epigastrik.
Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.
Pemeriksaan Penunjang atau Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
IgE dengue ( + )
Trombositopenia
Hemoglobin menigkat lebih dari 20 %
Hemokosentrasi ( hematokrit meningkat )
Hasil pemeriksaa kimia darah menunjukan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokteremia pada hari ke 2 dan ke 3 terjadi penderita DHF. Kenaikan atau penurunan Hb sahli mencerminkan kenaika atau penurunan HT dalam perjalanan penyakit.
Pemeriksaan Serologi
Melakukan pengukuran titer anti bodi pasien dengan cara haymaglutination inhibition test ( HI test ) atau dengan uji pengikatan komplemen ( komplemen fiks ation test / cft ). Pada pemeriksaan ini dibutuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam dan pada masa penyembuhan ( 1-4 minggu setelah gejala awal penyakit ). Untuk pemeriksaan serologi ini diambil darah vena dua-lima ml.
Pemeriksaan Diagnosis yang Menunjang
Antara lain foto thorax yang mungkin dijumpai adnaya pleural effusion pada pemriksaan USG hepatomegali dan spenomegali.
Diagnosa Keperawatan
Penyusunan diagnosa setelah data di dapatkan, kemudian dikelompokkan dan difokuskan sesuai dengan masalah yang timbul, diagnosa yang mungkin muncul pada kasus DHF diantaranya:
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler dan ekstravaskuler
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor pembekuan darah ( trombositopenia )
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
Resiko syok ( hypovolemik ) berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
Intervensi
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
1.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler dan ekstravaskuler
NOC
Fluid balance
Hydration
Nutritional status ; food and fluid intake
Kriteria hasil :
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat badan, bj urine normal, HT normal
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembek, tisak ada rasa haus yang berlebihan
Nic :
Fluid management
Timbang popok atau pembalut jika diperlukan
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Monitor status dehidrasi ( kelembapan membran, mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
Monitor vital sign
Monitor masukan makanan/cairan dan hidung intake kalori harian
Kolaborasikan pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan IV pada suhu ruangan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian nasogatrik sesuai output
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
Kolaborasi dengan dokter
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
2.
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
NOC
Thermoregulation
Kriteria hasil :
Suhu tiubuh dalam rentang normal
Nadi dan RR dalam rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing
NIC
Fever treatment
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi, dan RR
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Monitor intake dan output
Berikan pengobatan untuk mengatasi demam
Selimuti pasien
Kompres Pasien pada lipat paha dan axila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
3.
Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor pembekuan darah ( trombositopenia )
NOC
Blood lose severity
Blood coagulation
NIC
Bleeding precaution
Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
Catat nilai Hb dan Ht sebelum dan sesudah terjadinya perdarahan
Monitor nilai lab ( koagulasi ) yang meliputi PT, PTT, Trombosit
Pertahankan bedrest selama perdarahan aktif
Kolaborasi dalam pemberian produk darah
Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan
Hindari mengukur suhu lewat rektal
Hindari pemberian aspirin dan antikoagulan
Hindari terjadinya konstipasi dengan menganjurkan untuk mempertahankan intake cairan adekuat dan pelembut feses
4.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
NOC
Nutritional status :
Nutritional status : food and fluid intake
Nutritiona status : nutrien intake
Weight control
Kriteria hasil :
Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda malnutrisi
Menunjukan tingkatan fungsi pengecapan dan menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC
Nutrition management :
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menunjukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Anjurkan pasien untuk meningkatan protein dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan dia yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih ( sudah di konsultasikan dengan ahli gizi )
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
Monitor jumlah nutrisi dan jumlah kalori
Berikan informasi tentang kebutuuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
5.
Resiko syok ( hypovolemik ) berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
NOC
Syok prevention
Syok management
Kriteria hasil :
Nadi dalam batas yang di harapkan
Irama jantung dalam batas yang diharapkan
Frekuensi napas dalam batas yang diharapkan
Irama pernapasan dalam batas yang diharapkan
NIC
Syok prevention
Monitor tanda in adekuat oksigenasi jaringan
Monitor suhu dan pernapasan
Monitor tanda awal syok
Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya syok
Ajarkan keluarga dan pasien dalam mengatasi gejala syok
Syok management
Monitor fungsi renal
Monitor tekanan nadi
Monitor status cairan input output
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DHF adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam dan manifestasi perdarhan, serta bertendensi mengakibatkan renjatan yang mengakibatkan kematian. Klasifkasi DHF ada 4 yaitu derajat I, derajat II, derajat III, dan derajat IV. Tanda dan gejala penyakit DHF ini yaitu demam, perdarahan, hepatomegali, dan renjatan
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. (2000). Kapita selekta kedokteran edisi 3, medica auskulpulus. Jakarta : FKUI
Arif, M & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Jakarta: Media Aescula
Christantie, E. ( 1995 ). Perawatan pasien DHF. Jakarta : EGC.
Girsang, D. (2014). Pemeriksaan penunjang demam berdarah
https://www.academia.edu/4201416/. Duindul tanggal 25 September 2016 pukul 20.00
Soedarto. (1990). Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia.Jakarta: Widya Medika
Soegijanto, S. (2007). Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia, Jilid 6. Surabaya: Airlangga University Press.
WHO. 1999.Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorragic Fever. Comprehensive Guidelines 2000.Climate Change and Human Health. 2004. Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue.Jakarta:Buku Kedokteran: Jakarta