I. Tujuan 1. 2. 3. 4. II.
Mengetahui cara pembuatan medium. Mengetahui proses kultivasi mikroorganisme. Mengetahui cara kulturisasi mikroorganisme. Mengidentifikasi ciri-ciri struktur morfologi mikroorganisme.
Latar Belakang Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan adalah
memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium atau bahan yang kan digunakan. Air sangat penting bagi organisme bersel tunggal sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium sebaiknya menggunakan air suling. Air sadah umumnya mengandung ion kalsium dan megnesium yang tinggi. Pada medium yang mengandung pepton dan ekstrak daging, air dengan kualitas air sadah sudah dapat menyebabkan terbentuknya endapan fosfat dab magnesium fosfat. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang disebut media. Untuk melakukan hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang diisyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang mneyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya. Organisme hidup memerlukan nutrisi untuk pertumbuhannya. Substansi organik dana anorganik diperoleh dari lingkungan dalam berbagai macam bentuk. Nutrien diambil dari lingkungan kemudian ditransformasikan melalui membran plasma menuju sel. Di sel beberapa nutrisi diolah menghasilkan energi yang digunakan dalam proses seluler. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembamgbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anorganik ditambah sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganisme lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan konpleks lainnya. Memformulasikan suatu medium atau bahan yang akan digunakan harus memperhatikan berbagai macam ketentuan seperti jika yang ingin kita medium untuk
1
organisme bersel tunggal, biasanya air sangat penting sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium agar padat, digunakan agar-agar, galatin atau gel (silika) agar merupakan media tumbuh yang ideal yang diperkenalkan melalui metode bakteriaologikal. III.
Dasar Teori Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan maka dapat dilakukan isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi mdia pertumbuhannya (Hidayat, 2006: 43). Media berfungsi untuk tempat tumbuhnya mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi, dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media itu sendiri ( Kusnadi, 2003 : 86). Pengenalan alat-alat dalam praktikum yang berkaitan dengan mikrobia sangat penting, sehingga mahasiswa dapat membedakan alat-alat apa saja yang diperlukan untuk sterilisasi, isolasi, dan identifikasi mikrobia. Alat-alat tersebut pada umumnya terdiri dari : Alat-alat Gelas/Kaca: Gelas soda,Tabung reaksi,Erlemenyer,Labu Ukur; Autoclave; Laminar Air; Inkubator; Water Bath; Sentirifuge; Thermal cycler; Mikroskop; Freezer; Elektroforesis; UV Transiluminator; Micropipet; Cawan Petri; Jarum Inokulasi; Spreader; Pembakar Bunsen; Yellow Tips; Blue Tips dan Tabung (Subandi, 2010 :71).
Teknik isolasi Cara isolasi mikroba/ mikroorganisme : a. Mengambil media dalam petridish yang telah dibuat. b. Meletakkan petridish di atas meja dan buka sebentar, kurang lebih 1 menit kemudian menutup kambali. c. Menginkubasikan secara terbalik pada temperature optimium selama 24-48 jam.
2
d. Menyimpan dalam almari pendingin, melakukan pengamatan pertumbuhan bekteri dan jamur pada praktikum selanjutnya. e. Mengamati bakteri dan jamur yang tumbuh secara makroskopis. f. Setelah itu, masing-masing kelompok juga melakukan isolasi bakteri dengan teknik streak plate, pour plate dan spread plate. 1. Medium Pembiakan Bakteri : Dibagi kedalam beberapa jenis yaitu : a. Medium Pembiakan Dasar Medium Pembiakan dasar adalah medium pembiakan yang mengandung zatzat yang umum diperlukan oleh sebagaian besar mikroorganisme. Komposisinya : 3 gram ekstrak daging sapi; 5 gram pepton dan 1000 ml air dan 15 gram agaragar (Irianto, 2007 : 123). b. Medium Pembiakan Penyubur Medium Pembiakan Penyubur dibuat dari medium pembiakan dasar dengan penambahan zat-zat lain untuk mempersubur pertumbuhan bakteri tertentu. Pada medium ini sering ditambahkan bahan darah, serum, ekstrak tubuh dan sebagainya (Irianto, 2007 : 124). c. Medium Pembiakan Selektif Medium Pembiakan Selektif digunakan untuk menyeleksi bakteri yang diperlukan dari campuran dengan bakteri lain yang terdapat dalam bahan pemerikasaan. Medium pembiakan ini berdasarkan pada sifat kerjanya dapat dibedakan dalam: selektifitas karena perbedaan tumbuh dan selektifitas karena penghambatan tumbuh. Medium pembiakan selektif dalam pemakaiannya diberi bermacam-macam bentuk sebagai berikut: 1). Bentuk medium cair 2). Bentuk medium padat dengan agar-agar/ gelatin a. Bentuk lempeng, dibekukan dalam pinggir petri b. Bentuk miring, dibekukan dalam keadaan miring dalam tabung c. Bentuk tegak, dibekukan dalam keadaan tegak dalam tabung, ketika konsentrasi agarnya dikurangi menjadi ½ sampai ¼ persen menjadi medium setengah padat yang digunakan untuk pemerikasaan gerak bakteri (Irianto, 2007 : 124).
3
2. Cara Medapatkan Biakan Murni a. Cara Penggarisan (steak) Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat berbentuk lempeng, apabila dilakukan dengan baik , cara ini adalah yang paling praktis, tujuannya adalah membuat garis sebanyak mungkin pada permukaan lempeng medium pembiakan dengan jarum ose, dengan cara ini medium haruslah kering (Irianto, 2007 : 126).
b. Cara Tuang (pour) Isolasi bakteri dengan cara tuang ini dilakukan untuk menentukan jumlah bakteri hidup dalam suatu cairan. Hasil dari cara ini dinyatakan dalm jumlah koloni, bila telah diperoleh kolono-koloni yang terpisah dapat dibuat biakan
4
murni dengan cara memindahkan koloni ini ke dalam medium pembiakan miring (slant) (Irianto, 2007 : 127).
c. Cara Sebar Spread plate adalah teknik menumbuhkan bakteri dengan menyebarkan suspense bakteri dipermukaan agar diperoleh kultur murni. Perbedaan dengan pour plate adalah pada spread plate, penuangan stok kultur bakteri dilakukan ketika media agar memadat, sedangkan pada pour plate penuangan dilakukan ketika medium agar belum memadat ( Pratiwi, 2008 :102).
d. Cara Pengenceran Cara pengenceran dilakukan dengan cara mengencerkan suspense suatu sampel dari suatu suspense yang berupa campuran bermacam-macam spesies diencerkan dalam suatu tabung tersendiri (Pratiwi, 2008:103). 3. Cara Pemeriksaan Pertumbuhan Bakteri a. Medium Pembiakan Cair : 1. Medium menjadi keruh merata 2. Permukaan cairan adakalanya berbentuk membrane 3. Reaksi medium pertumbuhan terutama mengandung darah atau zat-zat lain 4. Kemungkinan pada pertumbuhan dihasilkan gas 5. Kemungkinan pertumbuhan menimbulkan bau khas b. Medium Pembiakan Padat
5
1. Bentuk koloni, koloni-koloni biasanya mnonjol dari permukaan medium pembiakan dan sifat penonjilan ini dapat berbentuk datar, datar meninggi, dan lain-lain.
2. Ukuran koloni, menurut diameter rata-rata, ukuran koloni berbeda-beda berbagai jenis 3. Pupa koloni dapat seperti sebuah titik, bulat, tidak rata, miseloid, berfilamen, atau rhizoid. 4. Permukaan koloni, dapat licin, kasar, berlubang, berlingkaran dan lain-lain. 5. Tepi koloni, dapat rata, berombak, berkeping, bergerigi.
6. Struktur bagian tengah 7. Warna koloni (kromogenesis), koloni dapat berwarna kuning, merah, hijau, berfluroensi dan lain-lain 8. Bau koloni, ada yang berbau khas atau menyengat ataupun tak berbau 9. Kepadatan koloni, koloni dapat berupa lender, liat seperti mentega, keras. 4. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri a. Nutrien Keberadaan nutrient sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroba yang dikultur, dasar makanan yang paling baik yaitu yang mengandung zat-zat organic seperti rebusan daging, sayur-sayuran, atau ramuan lain (Widowati, 2015 :44). b. Temperatur Temperatur menentukan aktivitas enzim yang terlibat dalam aktifitas manusia, pada temperature yang sangat tinggi, enzim akan terdenaturasi (Pratiwi, 2008:111). c. PH
6
PH merupakan indicator ion hydrogen. Peningkatan dan penurunan konsentrasi ion hydrogen dapat menyebabkan ionisasi dalam polimer organik (Pratiwi, 2008:112). d. Tekanan Osmosis Tekanan osmosis ini mempengaruhi metabolism sel e. Oksigen Berdasarkan kebutuhan oksigen, bakteri dibedakan menjadi , bakteri aerob yang membutuhkan oksigen dan bakteri anaerob yang tidak dapat hidup apabila terdapat oksigen (Pratiwi, 2008:112) Selain itu dilakukan pada sterilisasi medium agar medium tetap sterril dan tidak terkontaminasi oleh zat-zat yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri, salah satu caranya yaitu dengan alat yang disebut Otoclave. 5. Organisme Mikro Untuk Kultur a. Bakteria (bakteri) 1. Ciri-ciri: a. Tubuh tersusun satu sel secara soliter maupun koloni b. Ukuran diameter 0,5-1 mikro. Panjang 0,1-10 mikro c. Dinding sel dari peptidoglikan d. Merupakan organism prokariotik (Subandi, 2010 : 54). 2. Pembagian bedasarkan morfologinya a. Golongan basil, berbentuk seperti tongkat pendek silindris dapat bergandeng maupun memisah. b. Golongan kokus, berbentuk menyerupai bola bergandeng-gandeng maupun terpisah. c. Golongan spiral, menyerupai bentuk seperti spiral
b. Jamur (fungi) 1. Ciri-ciri: a. Belum ada akar dan daun serta batang b. Tidak mempunyai klorofil c. Tubuh uniseluler maupun multiseluler, berbentuk anyaman d. Dinding sel dari kitin 7
2. Macam-macam jamur a. Yeast/ khamir Yeast merupakan fungi mikroskopik uniseluler, tidak membentuk hifa.Bentuk selnya bervariasi ada yang berbentuk sel tunggal dan bentuk hifa, hidup pada sel induk (Subandi, 2010 :78). b. Kapang Merupakan mikroba dengan struktur halus berupa benang-benang (hifa) yang terjalin seperti jala (misellium). Hifa dapat bersekat maupun tidak bersekat, koloni kapang memiliki keragaman warna yang muncul dari sporanya (Subandi, 2010 :78).
Morfologi Bakteri Bakteri adalah nama sekelompok mikroorganisma yang termasuk prokaryotae yang bersel satu, berkembang biak dengan membelah diri dan bahan-bahan genetiknya tidak terbungkus dalam membran inti (Tarigan, 1988:141). Bakteri merupakan mikroba prokarotik yang sangat heterogen dan menghuni lingkungan yang beraneka ragam. Bakteri mempunyai peranan di alam sehingga penting bagi kehidupan. Peranan bakteri diantaranya merombak nutrien di biosfer sehingga berguna bagi jasad lain (Ristiati, 2000:50). Pada umunya bakteri tidak mempunyai klorofil, kecuali beberapa species tertentu yang mempunyai pigmen fotosintesis. Oleh karena itu, ada bakteria yang hidupnya heterotrof dan ada juga bakteria yang hidup autotrof. Bakteria heterotrof dapat dibedakan menjadi bakteria yang hidup sebagai parasit dan saprofit, sedang bakteri autotrof dapat dibedakan berdasarkan atas sumber energi yang digunakan untuk mensintesis makanannya menjadi bakteri fotoautotrof dan kemoautotrof (Tarigan, 1988:141). Bakteri merupakan mikroba uniseluer yang termasuk kelas Schizomycetes. Pada umunya bakteri tidak mempunyai klorofil tetapi ada beberapa bakteri yang
8
fotosintetik. Reproduksi aseksual secara pembelahan biner. Bakteri ada yang hidup bebas, parasitik, saprofitik. Semua bakteri mempunyai membran plasma, genom (bahan genetik) beberapa DNA rantai ganda melingkar dan ribosom. Umumnya bakteri mempunyai dinding sel bakteri kecuali mikroplasma. Struktur lain seperti endospora, kapsul, tilakoid, vesikula gas, cadangan materi hanya terdapat pada bakteri tertentu (Ristiati, 2000:50). Sel tubuh bakteri sangat kecil, kebanyakan diameternya berukuran kira-kira 0,50,1 µm. Kebanyakan bakteri merupakan jasad yang transparan (tembus cahaya) dengan indeks bias yang sama dengan indeks bias cairan suspensi di mana bakteri tersebut hidup. Berdasarkan pengamatan dengan menggunakan mikroskop, morfologi bakteria dapat dibedakan menjadi : (Tarigan, 1988:141). a. Bentuk bulat (kokus) Bakteri yang terbentuk kokus biasanya bulat ataaupun berbentuk oval, memanjang atau mendatar pada satu sisinya. Apabila bakteri berbentuk kokus ini berkembang biak dengan membelah diri, sel-selnya tetap berdempetan dan tidak akan memisah (Tarigan, 1988:141). Bakteria yang berbentuk kokus ini masih dapat 1) 2) 3) 4) 5) 6)
dibedakan lagi menjadi beberapa macam : Mikrokokus : satu-satu Diplokokus : bergandengan dua-dua Streptokokus : bergandengan seperti rantai Tetrakokus: terdiri dari 4 sel yang tersusun dalam bentuk bujur sangkar. Sarsina : terdiri dari 8 sel yang tersusun dalam bentuk kubus Stafilikokus : tersusun sebagai kelompok buah anggur(Ristiati, 2000:51).
b. Bentuk Basil Kata basil berasal dari bahasa Greek: (bacillus = batang). Bakteri berbentuk basil menyerupai bentuk batang pendek, silindris, yang ukuran dan bentuknya bermcam-macam. Basil dapat bergandengan dua-dua yang disebut diplobasil dan yang bergandengan panjang disebut streptobasil. Basil yang terlepas satu sama lain mempunyai ujung yang tumpul sedangkan basil yang masih bergandengan satu sama lain berujung tajam (Tarigan, 1988:142). c. Bentuk Spiril atau Lengkung Bakteri bentuk lengkung dapat dibagi menjadi bentuk koma (vibrio) bila lengkungannya lebih dari setengah lingkaran. Jika spiralnya halus dan lentur disebut Sphirocaeta. Bentuk bakteri dipengaruhi oleh umur dan syarat pertumbuhan tertentu. Pada bakteri dikenal bentuk inovulasi, bentuk ini disebabkan karena faktor-
9
faktor lingkungan yang tidak menguntungkan seperti makanan dan temperatur. Sebagai contoh bentuk inovulasi pada bakteri asam cuka (Acetobacter sp) yang mempunyai bentuk seperti gada, benang atau tidak teratur. Dikenal pula plemorphi yaitu : bentuk bermacam-macam.dan teratur yang terdapat pada bakteri tertentu meskipun ditumbuhkan pada syarat-syarat pertumbuhan yangs sesuai. Sebagai contoh Corynebacterium dipheteriae, bentuk selnya dapat berubah ke bentuk lainnya pada syarat tertentu (Ristiati, 2000:52). Ada bakteria yang berbentuk helikoidal, yang berpilin-pilin seperti spiral dan ada juga yang berbentuk seperti koma, misalnya Vibrio cholerae, penyebab penyakit. Bakteria yang berbentuk spiral ini, bentuknya bengkok-bengkok serupa spiral. Ada yang bentuknya seperti batang, melengkung dan menyerupai bentuk koma, disebut Vibrio (Tarigan, 1988:143). Bentuk bakteria ditentukan oleh faktor hereditas dan juga dipengaruhi oleh seperangkat faktor-faktor lingkungan. Kalau faktor-faktor lingkungan dapat merubah bentuk bakteria, maka hal ini dapat menyulitkan dalam mengadakan identifikasi. Ada juga beberapa bakteri yang berbentuk pleomorfik. Pleomorfik ini merupakan bentuk varian dari sejenis bakteri yang menyimpang dari bentuk normal, walaupun sel-selnya masih muda yang tumbuh pada media dan kondisi lingkungan yang cocok untuknya akan mempunyai bentuk yang bervariasi (Tarigan, 1988:143). Ukuran Bakteri Ukuran bakteri tergantung pada spesies dan fase pertumbuhan. Ukuran bakteri dinyatakan dengan satuanmikron (1µ= 0,001 mm= 10 -3), ataupun angstrom (1 angstrom = 0,1mµ= 10-7 (Ristiati, 2000:51). Bakteria yang berbentuk spiral diukur menurut panjang dan lebarnya sedangkan bakteria yang berbentuk batang dan bulat diukur menurut diameternya. Ukuran besar bakteria yang berbentuk kokus berkisar antara 0,4-0,2 diameternya. Bacillus yang paling kecil panjangnya kira-kira 0,5µm dan diameternya 0,2 µm. Bakteria bentuk basil yang paling besar jarang melebihi diamter 1 µm dan panjangnya 3 µm. Rata-rata ukuran diameter dan panjang bakteri patogen yang berbentuk batang kira-kira 0,5µm dan 2µm, sedang bakteri non patogen yang berbentuk batang dapat mencapai diameter 4µm dan panjang 20µm. Bakteria yang berbentuk spiral , biasanya merupakan jasad yang paling kecil, berukuran panjang dari 1-14µm (Ristiati, 2000:51).
10
Morfologi Jamur Jamur adalah sekelompok jasad hidup yang sudah mempunyai inti sel dengan membran inti yang sempurna, tidak mempunyai klorofil, uniselluler, atau multiselluler serta berkembang biak dengan spora. Spora pada jamur dapat terjadi karena pembiakan vegetatif maupun generatif. Oleh karena jamur tidak mempunyai klorofil, maka hidupnya bersifat heterotrof dapat sebagai parasit atau saprofit. Jamur dipilih sebagai istilah taksonomis untuk mencakup semua makhluk hidup yang oleh khalayak ramai sering disebut cendawan, kapang, kulat atau ragi. Ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari tentang jamur disebut Mikologi. Jamur dapat hidup di mana saja, sehingga penyebarannya di alam menjadi sangat luas,misalnya: dalam tanah, air, bahan-bahan organik, bahan makanan dan dapat hidup sebagai parasit pada tanaman (Tarigan, 1988:190). Fungi merupakan sekelompok mikroba eukaryotik heterotrofik yang tersebar luas di alam, bersifat saprofit yaitu mendapatkan nutrien dari penguraian bahan organik sisa jasad hidup. Fungi terdiri dari kapang dan khamir. Kapang bersifat filamentus sedang khamir biasanya uniseluler. Fenomena dimorfosis merupakan hal yang menarik karena fungi tertentu dapat memiliki dua bentuk yang berbeda tergantung kondisi lingkungan tempat reproduksinya artinya mereka dapat ada dalam bentuk uniseluler seperti halnya khamir ataupun dalam bentuk benang (filamen) seperti halnya kapang. Fase khamir tumbuh bilamana jasad itu hidup sebagai parasit atau patogen dalam jaringan, sedangkan bentuk kapang bila jasad tersebut saprofit dalam tanah atau dalam medium laboratorium (Ristiati, 2000:74). Ciri khas fungi adalah membentuk filamen yang disebut hifa yang terdiri sel tunggal panjang. Hifa mengabsorbsi nutrien dari lingkungannya dan juga berperan dalam reproduksi dengan membentuk hifa reproduktif yang mengandung spora. Hifa mempunyai dinding sel yang terdiri dari kitn, selulosa dan polisakarida. Kumpulan hifa disebut misellium. Fungi yang tidak membentuk hifa adalah khamir, bersel tunggal dan membentuk koloni seperti bakteri. Hifa mempunyai diameter antara 5-10 milimikron. Berdasarkan ada tidaknya hifa, ada tiga macam hifa : 1. Aseptat atau senosit : hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum. 2. Septat dengan sel-sel uninukleat : sekat membagi hifa menjadi ruang atau sel yang berisi nukleus tunggal, terdapat pori pada bagian setiap sekat sehingga memungkinkan hubungan antara sel yang satu dengan yang lain. 11
3. Septat dengan sel-sel multinukleat : sekat membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus. Misslelium dapat vegetatif (somatik) dan reproduktif. Hifa dan misellium somatik menembus medium untuk mendapatkan zat makanan. Misellium reproduksi berperan dalam pembentukan spora dan tersebar meluas ke udara (Ristiati, 2000:74-75). Dalam percobaan di laboratorium, untuk mempelajari mikro organisme maka dilakukan langkah isolasi mikroorganisme meliputi : 1. Pembuatan medium 2. Kultivasi mikroorganisme 3. Kulturisasi mikroorganisme 4. Identifikasi mikroorganisme IV.
Metode Praktikum Kegiatan 8a. Pembuatan Medium a. Alat dan bahan Alat : 1. Cawan petri 2. Panci bertekanan Bahan : 1. Taoge 100 gram 2. Sukrosa (gula pasir) 60 gram 3. Akuades 1000 ml b. Cara kerja
12
Merebus taoge dengan akuades sampai mendidih (12 jam). Menyaring kemudian menambahkan sukrosa & agaragar 1,5 - 2 %, lalu mendidihkan lagi sampai semua sukrosa larut.
Menambahkan akuades yang hilang karena penguapan sampai volume 1000 ml.
Memasukkannya ke dalam tabung.
Melakukan sterilisasi dengan otoklaf (121ᴼC selama 15 menit) atau dengan panci presto (sampai mendidih ; 20 menit).
Kegiatan 8b. Kultivasi Mikroorganisme a. Alat dan bahan Alat : stopwatch/pewaktu Bahan : Media tanam mikroorganisme b. Cara kerja
13
Menanam mikroorganisme pada media tanam (setelah pendinginan 1 hari) dengan cara memaparkan medium selama 5 menit pada kakus.
Menutup rapat medium yang telah ditanami sehingga udara tidak dapat masuk, dan meletakkan di tempat bersuhu kamar.
mengamati perkembangan perlakuan satu hari setelah penanaman hingga satu minggu setelah penanaman.
Mencatat hasil pengamatan tentang bentuk koloni, permukaan koloni, dan tepi koloni.
Mendokumentasikan objek pengamatan dengan kamera
Kegiatan 8c. Kulturasi mikroorganisme a. Alat dan bahan Alat : 1. Jarum Ose steril 2. Pembakar spritus 3. Botol semprot Bahan : 1. Koloni mikroorganisme (bakteri/fungi) 2. Media kultur 3. Alkohol
14
4. Kertas payung 5. Karet gelang b. Cara kerja Melakukan sterilisasi meja kerja, tangan dengan menyemprotkan alkohol atau antiseptik.
Membuka tutup media di dekat pembakar spritus.
Menggoreskan ose steril ke bagian koloni yang akan dikulturkan ke media kultur dengan teknik kultur tertentu yang sesuai (streak/spread/pour plate).
Melakukan inkubasi media kultur tersebut selama 24-28 jam.
Mendiamkan selama 1-3 hari, serta mengamati pertumbuhan mikroorganisme.
Kegiatan 8d. Identifikasi Mikroorganisme a. Alat dan Bahan Alat : 1. Ose 2. Gelas preparat & penutup 3. Pipet tetes 4. Mikroskop Bahan : 1. Koloni mikroorganisme (bakteri/fungi) 2. Air 3. Minyak imersi b. Cara kerja
15
Menyiapkan mikroskop terlebih dahulu.
Memasang preparat yang sudah berisi mikroorganisme pada meja mikroskop, dan menjepit preparat agar tidak bergeser ketika melakukan pengamatan.
Mengatur fokur mikroskop hingga bayangan dapat teramati dengan jelas.
Mengamati morfologi mikroorganisme yang tampak bayangannya di bawah mikroskop, baik bentuk dan warnanya.
Menggambar hasil pengamatan.
Mencari literatur informasi terkait mikroorganisme hasil pengamatan kalian.
Membandingkan hasil pengamatan dengan kelompok lain, mikroorganisme yang diperoleh kelompok satu dengan yang lain.
V.
Tabulasi Data 1. Tabel Hasil Pengamatan Koloni Mikroorganisme pada Sekitar Lubang Kakus
16
Keterangan
Mikroorganisme yang Disimpan di Kulkas
Keterangan
a. Koloni dalam Kulkas Kuadran I
Koloni Ciri-Ciri Koloni A Bentuk tepi entire, cembung
17
Gambar
B
C
D II E
F III G
H IV I
Warna putih mengkilat Jumlah koloni 5 Bentuk tepi undulating, cembung Warna putih mengkilat Jumlah koloni 4 Bentuk tepi lobate, cembung Warna putih mengkilat Jumlah koloni 3 Bentuk tepi entire, cembung Warna putih mengkilat Jumlah koloni 7 Bentuk tepi undulating, cembung Warna putih mengkilat Jumlah koloni 2 Bentuk tepi entire, cembung Warna putih mengkilat Jumlah koloni 5 Bentuk tepi undulating, cembung Warna putih mengkilat Jumlah koloni 5 Bentuk tepi entire, cembung Warna putih mengkilat Jumlah koloni 12 Bentuk tepi undulating, cembung Warna putih mengkilat Jumlah koloni
b. Koloni dari Lubang Kakus Kuadran
Koloni A
I
B
C II
D
Ciri-ciri Koloni Bentuk tepi tidak teridentifikasi Warna hitam Bentuk bulat Jumlah koloni tidak teridentifikasi Bentuk tepi entire, cembung Warna transparan Jumlah koloni 3 Bentuk tepi lobate Warna hijau kekuningan Jumlah koloni 3 Bentuk tepi entire, cembung Warna transparan
18
Gambar
E
F
G
III
H
I
IV
J
Jumlah koloni 8 Bentuk tepi tidak teridentifikasi Warna hitam Jumlah koloni tidak teridentifikasi Bentuk tepi filamentous Warna tidak teridentifikasi Jumlah koloni 2 Bentuk tepi lobate Warna hijau kekuningan transparan Jumlah koloni 1 Bentuk tepi entire, cembung Warna transparan Jumlah koloni 3 Bentuk tepi filamentous Warna tidak teridentifikasi Jumlah koloni 2 Bentuk tepi filamentous Warna tidak teridentifikasi Jumlah koloni 4
2. Tabel Hasil Pengamatan Jamur/Fungi Gambar
Keterangan Jamur Roti Perbesaran :
19
Jamur Tempe Perbesaran : 10 x 10
VI.
Pembahasan 1. Pengenalan Alat dan Teknik Sterilisasi Pada kegiatan yang petama ini bertujuan untuk mengenalkan kepada praktikan
alat-alat yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi dan teknik sterilisasi yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi. Pada kegiatan ini adapun alat-alat yang digunakan dalam teknik sterilisasi antara lain panci presto dan petridish. Alat-alat ini yang nantinya akan digunakan dalam pembuatan media. Pengenalan alat seperti ini dalam praktikum yang berkaitan dengan mikroba sangat penting karena apabila sudah dapat membedakan alat-alat apa saja yang diperlukan untuk sterilisasi, isolasi dan identifikasi mikroba maka dapat mempermudah dalam kegiatan praktikum. Selain mengenal peralatannya, tetapi juga perlu mengetahui teknik sterilisasi yang biasa digunakan sebelum melakukan praktikum. Pengenalan alat sangat penting dilakukan sebelum seorang praktikan melakukan sebuah percobaan atau praktikum yang dilakukan di laboratorium.Pengenalan alat-alat dalam praktikum yang berkaitan dengan miroba sangat penting, sehingga mahasiswa dapat membedakan alat-alat apa saja yang diperlukan untuk teknik sterilisasi, isolasi, dan identifikasi mikroba. Berdasarkan kegiatan pertama mengenai pengenalan alat pada teknik sterilisasi, dapat dijelaskan beberapa alat yang digunakan beserta kegunaannnya. Alat-alat tersebut antara lain panci presto sebagai pengganti autovlave (automatic steam
20
sterilisation) yang berfungsi untuk mensterilkan piranti dari kuman ataupun bakteri dengan cara memberikan udara panas dengan tekanan tertentu. Alat selanjutnya adalah petridish atau cawan petri yang digunakan sebagai tempat media perkembangbiakan bakteri sehingga media (agar) dapat diletakan pada wadah ini juga. Alat ini dilengkapi dengan tutup sebagai pelindung dari udara dan mikroorganisme bebas lainnya. Pada percobaan teknik sterilisasi dan isolasi, erlemenyer digunakan untuk menempatkan media yang telah dibuat sebelum dituangkan ke dalam petridish. Menurut teori, sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan alat-alat dan bahan-bahan dari segala macam bentuk kehidupan mikroorganisme. Sterilisasi merupakan pilar penyangga teknik aseptic untuk keberhasilan bekerja di laboratorium mikrobiologi. Pada prinsipnya teknik aseptic berfungsi untuk menghindarkan kultur murni, media alat, dan permukaan meja
kerja
yang
digunakan
dari
kontaminasi
mikroorganisme
kompititor.
Mikroorganisme kompetitor berukuran kecil dan terdapat dimana-mana seperti udara. Hal ini dapat mengakibatkan kontaminasi, sehingga penguasaan teknik sangatlah penting untuk keberhasilan praktikum di laboratorium mikrobiologi. Pada kegiatan sterilisasi ada berbagai cara yang diperkenalkan yaitu antara lain: pemijaran dengan lampu Bunsen, sterilisasi dengan menggunakan alcohol, menutup dengan kapas, dan membungkusnya (petridish, tabung reaksi) dengan kertas payung kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoclave. Sebelum melakukan kegiatan yang berkaitan dengan mikrobiologi, kita sebagai praktikan, alat-alat akan yang digunakan, dan lingkungan sekitar (meja praktikum) harus dalam keadaan steril sehingga dapat mengurangi terjadinya kontaminasi. Dengan melakukan sterilisasi diharapkan kuman-kuman dan mikroorganisme kompetitor akan mati. Adapun cara memakai alkohol adalah, memasukkan alcohol ke dalam handspray atau alat penyemprot lalu menyemprotkan di tangan dan lingkungan sekitar seperti meja dan tempat yang akan digunakan untuk praktikum kemudian mengusapnya hingga kering. Alkohol ini akan membuat tangan praktikan, lingkungan sekitar seperti meja dan tempat menjadi bebas dari kuman atau mikroorganisme kompetitor yang dapat mengganggu hasil penanaman karena alkohol bersifat antiseptik atau dapat membunuh kuman. Pada saat menyemprotkan alcohol, disarankan untuk tidak didekatkan pada api karena alcohol dapat menambah besar nyala api. alat dan melakukan kegiatan sebaiknya didekatkan pada nyala api.
21
Untuk teknik sterilisasi pada alat-alat atau teknik aseptic alat dapat menggunakan metode pemanasan di atas pemanas bunsen. Teknik ini dilakukan untuk jarum kolong atau ose bulat yang akan digunakan untuk menggores media dalam pertumbuhan bakteri atau jamur. Pemanasan ini dilakukan dengan memanaskan bagian yang terbuat dari kawat secara merata hingga membara. Pemanasan harus selalu dilakukan sebelum praktikan menanam media. Selain itu, teknik pemanasan di atas pemanas bunsen juga dilakukan untuk cawan petri atau petridish yang digunakan sebagai tempat perkembangbiakan bakteri atau jamur. Teknik sterilisasi dengan pemanasan ini dilakukan pada saat praktikan akan menuangkan media dan melakukan penanaman bakteri atau jamur pada media MSG. Pemanasan ini dilakukan pada mulut cawan petri atau petridish untuk menjaga supaya berada dalam keadaan yang steril sampai penanaman media selesai dilakukan. Teknik sterilisasi atau aseptic pada alat selanjutnya adalah membungkus cawan petri atau petridish yang akan digunakan untuk perkembangbiakan bakteri dengan kertas payung. Pembungkusan ini bertujuan untuk menjaga cawan petri atau petridish yang akan digunakan untuk perkembangbiakan bakteri tetap steril sampai penanaman media selesai dilakukan. Pada percobaan ini, praktikan melakukan pembuatan media. Media ini akan digunakan untuk pengembangbiakan mikroba. Penyelidikan spesies mikroba didasarkan atas sifat biakan murni spesies tersebut. Biakan murni (pure culture) adalah biakan yang hanya terdiri dari satu spesies mikroba atau hasil perbanyakan dari satu sel mikroba. Oleh karena itu, untuk dapat memisahkan mikrobia yang satu dengan mikrobia yang lain atau untuk memelihara sesuatu mikroba secara biakan murni, perlu digunakan medium dan peralatan yang steril. Berdasarkan penjelasan dari dosen pembimbing mikrobiologi dan berdasarkan literature sebelum dilakukukan pembuatan media sebaiknya dilakukan sterilisasi terlebih dahulu. Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan alat-alat dan bahan-bahan dari segala macam bentuk kehidupan mikroorganisme. Sterilisasi merupakan pilar penyangga teknik aseptic untuk keberhasilan bekerja di laboratoriium mikrobiologi. Pada prinsipnya teknik aseptik berfungsi untuk menghindari kultur murni, alat, media dan permukaan meja kerja yang digunakan dari kontaminasi mikroorganisme kompetitor. Mikroorganisme competitor berukuran kecil dan terdapat dimana-mana seperti udara.
22
Hal ini dapat mengakibatkan kontaminasi, sehingga penguasaan teknik aseptic sangatlah penting untuk keberhasilan praktikum di laboratorium Mikrobiologi. Teknik sterilisasi yang digunakan sebelum pembuatan media adalah sterilisasi dengan autoclave (dengan uap panas bertekanan) namun pada praktikan menggunakan panci bertekanan (panci presto). Bahan-bahan dan alat-alat yang disterilisassikan adalah yang tidak rusak karena pemanasan dan tekanan tinggi. Botol-botol media atau alat-alat yang akan disterilkan, dimasukkan ke dalam panci. Letakkan panci di atas kompor gas atau pembakar Bunsen. Panaskan sampai air dalam panci mendidih. Selama sterilisasi, jangan meninggalkan panci dan mengerjakan hal lain diruang lain, karena tekanan dapat meningkat sampai melewati batas. Keadaan ini berbahaya dan dapat menyebabkan kerusakan alat. Setelah waktu sterilisasi tercapai, matikan api kompor. 2. Pembuatan Media Pembuatan media ini bertujuan sebagai tempat pertumbuhan mikroba (bakteri dan jamur) dan juda digunakan untuk teknik isolasi. setelah ada bekteri yang tertanam atau diidolasi dalam media maka dapat dilihat dan diamati pertumbuhan koloni mikroba tersebut. Dalam praktikum ini, media yang dibuat adalah media dari penyedap rasa (MSG). Adapun bahan yang digunakan dalam pembuatan media dari penyedap rasa adalah sebagai berikut : Gula pasir : 3 gr Agar
: 1,5 gr
Akuades
: 100 mL
Bahan pemadat media yang digunakan adalah agar-agar. Agar-agar adalah campuran polisakarida yang diperoleh dari beberapa spesies algae. Dalam analisa unsur, diperoleh data bahwa agar-agar mengandung sedikit unsur Ca, Mg, K, dan Na. Langkah pertama yang dilakukan untuk pembuatan media ini adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Selanjutnya adalah memasukkan semua bahan ke dalam panci dan mengaduknya hingga rata. Kemudian memanaskannya hingga mendidih. setelah mendidih masukan media ke dalam cawan petri atau petridish dan mendinginkannya hingga memadat.Agar media tidak terkontaminasi, media ditutup dengan kertas dan plastik serta dikat rapat dengan menggunakan karet dan kemudian dimasukkan ke dalam frezer. Namun untuk media yang lain dibawa praktikan untuk
23
kemudian digunakan untuk menangkap bakteri. Setelah itu, menyimpan pertidis dalam suhu ruangan dalam keadaan terbalik. Dalam pembuatan media ini dilakukan di lakukan di Laboratorium IPA FMIPA UNY. 3. Penangkapan Bakteri Secara alami, mikroorganisme di alam ditemukan dalam populasi campuran. Hanya dalam keadaan tertentu saja populasi ini ditemukan dalam keadaan murni. Untuk dapat mempelajari sifat biakan, morfologi dan sifat faalnya, maka mikroorganisme yang akan diteliti harus diperoleh biakan murni yang hanya mengandung satu macam mikroorganisme. Teknik isolasi mikrobia adalah memisahkan mikrobia tertentu dari lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan. Mengisolasi mikroba dengan cara menumbuhkan (menanam) dalam medium padat. Hal ini karena meidium padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni yang tetap pada tempatnya. Sel mikroba yang tertangkap pada medium padat pada beberapa tempat yang terpisah , maka sel atau kumpulan sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah. Pada kegiatan ini mikrobia yang akan ditanam adalah bakteri dan jamur dengan menggunakan media agar-agar. Sebelum melakukan isolasi, praktikan dan lingkungan disekitar tempat isolasi harus dalam keadaan steril. Percobaan ini dibagi dalam dua kegiatan, yaitu isolasi bakteri dan isolasi jamur. Pemindahan jamur atau bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru membutuhkan ketelitian yang tinggi. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alatalat yang sangkut paut dengan medium dan pekerjaan inokulasi (penanaman) itu benarbenar steril. Hal ini dilakukan utuk menghindari adanya kontaminasi, yakni masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan. Beberapa langkah pada pekerjaan inokulasi dan isolasi mikroba adalah sebagai berikut: a. Menyiapkan Ruangan Ruang tempat inokulasi harus bersih dan terbebas dari angin yang sekiranya berhembus terlalu besar. Pada waktu melakukan inokulasi, meja praktikum disemprot dahulu dengan alkohol dan kemudian dilap dengan tissue. Selain itu, kedua tangan dari praktikun yang akan melakukan praktikum penginokulasian juga disemprot dengan alkohol. Kemudian mengibas-ngibaskan kedua tangan hingga kering.
24
Tujuan dari
penyemprotan dengan alkohol ini supaya pada saat proses penginokulasian dilakukan dapat terhindar dari kontaminan organisme yang tidak diinginkan. b. Pemindahan dengan jarum ose Sebelum melakukan pemindahan jamur atau bakteri dari medium lamanya ke medium baru, terlebih dahulu ujung jarum kolong dipanaskan hingga berpijar, sedang sisanya sampai tangkai cukup dilewatkan nyala api dari bunsen saja. Setelah jarum kolong ini dingin (sekitar 15 detik), maka langkah selanjutnya ialah menggunakan ujung kawat itu untuk mengambil koloni dari bakteri atau jamur. Pengambilan ini dilakukan secara hati-hati dan dilakukan di dekat api untuk menghindari adanya kontaminan. Pada pemindahan jamur dari media lama ke media kaldu ini jarum kolong digesekkan secara hati-hati dan pelan-pelan pada koloni bakteri. Sedangkan pada pada pemindahan jamur dari medium lama ke medium Agar, jarum kolong cukup ditempelkan saja pada koloni jamur, tidak perlu digesekkan karena dengan menempelkannya saja sudah diperoleh banyak koloni jamur. Tetapi yang terjadi di lapangan praktikan belum dapat melakukan ke langkah inokulasi dan isolasi mikroba, karena pada media agar yang dipersiapkan untuk media inokulasi dan isolasi mikroba ternyata ikut terkontaminasi juga dengan mikroorganisme, disitu dapat dipastikan bahwa saat pembuatan media langkah kerja yang dilakukan sangat tidak steril, hal itu dilihat dari saat pembuatan media, jendela laboratorium ternyata masih terbuka, hal itu tentu sangat mempengaruhi dan sangat dipastikan banyak sekali kontaminan-kontaminan yang terbawa oleh udara yang masuk ke dalam melewati jendela tersebut seharusnya ruangan yang digunakan menurut literature dalam keadaan kedap udara, apalagi pada saat pembuatan media berada pada bawah jendela yang terbuka, selain itu pada proses pembuatan media yang selalu diaduk tetapi dalam keadaan terbuka dan saat pendinginan yang wadahnya selalu dibuka juga dipastikan menyebabkan kontaminan mudah untuk masuk ke dalam media Agar tersebut, kemudian, untuk alat yang digunakan, yaitu cawan petri, terlalu lama didiamkan setelah proses perendaman sambil di panasi, hal itu menyebabkan mikroorganisme kemungkinan sudah berada atau menempel terlebih dahulu sebelum cawan petri di tuangi dengan media Agar yang telah dibuat, selain itu kegiatan praktikan ataupun asisten yang banyak bicara dengan sesekali membuka masker yang dikenaakan juga dapat menimbulkan kontaminasi yang berimas terhadap media yang akan digunakan
25
sebagai media isolasi mikroorganisme, dari jas yang praktikan gunakan tidak semuanya bersih dan beberapa praktikan menggunakan jas yang jarang dicuci, bahkan tidak pernah di cuci, hal tersebut tentu menyebabkan banyak bakteri yang terdapat pada jas praktikan tersebut yang selanjutnya bakteri tersebut dapat berpindah ataupun mengkontaminasi media Agar yang akan praktikan gunakan, Penangkapan ini bertujuan memperoleh bakteri untuk penumbuhan bakteri. Dalam penumbuhan bakteri ini diperlukan media pembiakan yang kaya akan nutrien yaitu medium yang telah dibuat. Penangkapan mikroba dilakukan di lubang dekat kakus. Namun untuk petridish yang disimpan dikulkas juga tedapat bakteri yang tumbuh. Dari hasil pengamatan keduanya menunjukkan bahwa ciri-ciri bakteri secara umum yaitu : a. Bakteri berukuran paling besar kira-kira 100m dan yang terkecil kira-kira 0,1 m b. Sekumpulan bakteri dapat membentuk koloni c. Bakteri tidak mengandung klorofil sehingga tidak dapat membuat makanannya sendiri. Bakteri dapat ditumbuhkan dalam suatu medium agar dan akan membentuk penampakan berupa koloni. Koloni sel bakteri merupakan sekelompok masa sel yang dapat dilihat dengan mata langsung. Semua sel dalam koloni itu sama dan dianggap semua sel itu merupakan keturunan (progeny) satu mikroorganisme dan karena itu mewakili sebagai biakkan murni. Penampakan koloni dalam media lempeng agar menunjukkan bentuk dan ukuran koloni yang khas, dapat dilihat dari bentuk keseluruhan penampakkan koloni, tepi koloni dan permukaan koloni. 1) Penangkapan bakteri didekat lubang kakus Penangkapan ini dilakukan pada hari senin tanggal 4 Mei 2015 dengan membuka petridish selama 3 menit didekat lubang kakus. Kemudian menyimpan media dalam suhu ruangan dalam keadaan terbalik. Saat pengamatan medium pada hari Rabu tanggal 5 Mei 2015, belum jelas terlihat bakteri yang tumbuh. Pada hari Jumat tanggal 8 Mei 2015 dilakukan pengamatan yang kedua dan terlihat telah adanya pertumbuhan bakteri yang kebih padat daripada pengamatan sebelumnya. Namun medium tersebut baru dapat diamati di Laboratorium pada hari Senin tanggal 11 Mei 2015. Sehingga pada pengamatan ini juga nampak adanya jamur pada medium. Berikut adalah hasil pengamatan kami : 26
Praktikan kemudian mengamati medium tersebut dengan menggunakan lup. Pengamatan tersebut dibagi menjadi 4 kuadran pada petridish. Hal ini untuk memudahkan praktikan dalam melakukan pengamatan. Berikut adalah hasil sketsa dan pembagian kuadrannya :
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut didapatkan hasil bahwa untuk setiap kuadran memiliki perbedaan baik dari jumlah koloni, bentuk tepi maupun warna dan bentuknya. Adapun mikroorganisme yang praktikan temui dalam pengamatan yang dilakukan pada media agar yang sekiranya akan digunakan untuk media penanaman dan isolasi mikroorganisme yang telah praktikan dapatkan dari media yang digunakan dalam penangkapan mikroorganisme, dalam pengamatan media ini praktikan membagi media dalam kuadran kuadran yang seluruhnya ada empat
27
kuadarat, hal itu unutuk mempermudah dalam pengamatan dan pengidentifikasian berikut merupakan hasil pengamatannya: a. Kuadran 1 Pada kuadran ini terdapat 3 jenis koloni yang masing-masing memiliki ciriciri yang berbeda. 1) Koloni A Koloni A ini memiliki bentuk tepi yang tidak teridentifikasi. Warnanya yaitu hitam serta memiliki bentuk yang bulat. Jumlah koloni A ini tidak teridentifikasi. Berikui ini adalah gambar untuk koloni A
2) Koloni B Koloni B ini memiliki bentuk tepi entire dan cembung. Warnanya transparan. Koloni B ini berjumlah 3. Berikut adalah hasil pengamatan untuk koloni B
3) Koloni C Koloni C ini memiliki bentuk tepi lobate. Warnanya hijau kekuningan. Jumlah koloni C ini yaitu 3. Berikut adalah hasil pengamatan untuk koloni C
b. Kuadran II
28
Pada kuadran ini terdapat 3 jenis koloni yang masing-masing memiliki ciri-ciri yang berbeda. 1) Koloni D Koloni D ini memiliki bentuk tepi entire dan cembung. Warnanya transparan. Koloni D ini berjumlah 8. Berikut adalah hasil pengamatan untuk koloni D
2) Koloni E Koloni E ini memiliki bentuk tepi yang tidak teridentifikasi. Warnanya yaitu hitam. Jumlah koloni E ini tidak teridentifikasi. Berikut ini adalah gambar untuk koloni E
3) Koloni F Koloni
F
memiliki
bentuk
tepi
filamentous.
Warnanya
tidak
teridentifikasi. Jumlah koloni F ini adalah 2. Berikut ini adalah gambar untuk koloni F
c. Kuadran III Pada kuadran ini terdapat 3 jenis koloni yang masing-masing memiliki ciriciri yang berbeda. 1) Koloni G Koloni G ini memiliki bentuk tepi lobate. Warnanya hijau kekuningan. Jumlah koloni G ini yaitu 1. Berikut adalah hasil pengamatan untuk koloni G
2) Koloni H
29
Koloni H ini memiliki bentuk tepi entire dan cembung. Warnanya transparan. Koloni H ini berjumlah 3. Berikut adalah hasil pengamatan untuk koloni H
3) Koloni I Koloni I ini memiliki bentuk tepi filamentous. Warnanya tidak teridentifikasi. Jumlah koloni I ini adalah 2. Berikui ini adalah gambar untuk koloni I
d. Kuadran IV Pada kuadran ini terdapat 1 jenis koloni yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) Koloni J Koloni J ini memiliki bentuk tepi filamentous. Warnanya tidak teridentifikasi. Jumlah koloni J ini adalah 2. Berikui ini adalah gambar untuk koloni J
2) Pada Kulkas a. Kuadran I 2) Koloni A : * bentuk tepi entire, cembung * warna putih mengkilap * jumlah koloni ada 5 koloni
30
3) Koloni B : * bentuk tepi undulating, cembung * warna putih mengkilap * jumlah koloni ada 4 koloni
4) Koloni C : * bentuk tepi lobate, cembung * warna putih mengkilap * jumlah koloni ada 3 koloni
b. Kuadran II 1) Koloni D: * bentuk tepi entire, cembung * warna putih mengkilap * jumlah koloni ada 7 koloni
31
2) Koloni E: * bentuk tepi undulating, cembung * warna putih mengkilap * jumlah koloni ada 2 koloni
c. Kuadran III 1) Koloni F: * bentuk tepi entire, cembung * warna putih mengkilap * jumlah koloni ada 5 koloni
2) Koloni G: * bentuk tepi undulating, cembung * warna putih mengkilap * jumlah koloni ada 5 koloni
32
\
d. Kuadran IV 1) Koloni H: * bentuk tepi entire, cembung * warna putih mengkilap * jumlah koloni ada 12 koloni
Dari hasil pengamatan diatas dapat praktikan simpulkan bahwa mikroorganisme yang praktikan dapati yaitu mikroorganisme yang bertepi entire, undulating dan lobate, dan semua warna mikroorganisme yang ada yaitu putih mengkilap, jumlah yang berbentuk tepi entire yaitu ada 29, berbentuk tepi undulating ada 11, dan berbentuk tepi lobate ada 3. 3. 4.
Identifikasi Jamur
Pada kegiatan identifikasi mikroorganisme ini, dilakukan pengamatan koloni mikroorganisme berupa fungi, yaitu jamur pada roti basi dan jamur pada tempe. Maka dibutuhkan alat-alat berupa mikroskop, ose, gelas preparat disertai gelas penutupnya, pipet tetes, serta bahan tambahan yaitu air dan pewarna (metilen blue). Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan mikroskop yang kemudian dilakukan pemasangan preparat yang sudah berisi mikroorganisme pada meja mikroskop, dan menjepitnya agar tidak bergeser ketika pengamatan. Selanjutnya, mengatur fokus mikroskop hingga bayangan dapat teramati dengan jelas. Lalu mengamati
morfologi
mikroorganisme
yang
menggambar hasil pengamatan. 1. Identifikasi Fungi pada Roti busuk
33
tampak
bayangannya,
kemudian
Gambar Hasil pengamatan fungi pada
Gambar literatur fungi pada roti
roti perbesaran
Sumber : www.google.com
Sumber : Dokumentasi pribadi
Berdasarkan hasil pengamatan, obyek roti basi terlihat adanya fungi yang tumbuh berwarna hijau keabu-abuan berkoloni. Setelah dilakukan pengamatan lebih detail dengan alat bantu mikroskop, bagian-bagian fungi akan nampak jelas. Yaitu adanya benang-benang halus dan serat yang disebut miselium. Miselium sendiri terdiri atas cabang-cabang hifa. Hifa yang terlihat pendek bercabang-cabang dan berfungsi sebagai akar yang disebutrhizoid, untuk melekatkan bagian tubuhnya serta untuk menyerap zat-zat yang diperlukan dari substrat. Terdapat pula stolon, yaitu bagian batang fungi. Pada bagian ujung stolon terdapat sporangiofor yaitu hifa yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel. Bagian ujung sporangiofor terdapat sporangium. Sporangium ini fungsinya sebagai penghasil spora. Terlihat pula bintikbintik hitam di sekitar sporangium tersebut yang merupakan persebaran spora. Hal ini dikatakan sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa, spora merupakan alat perkembangbiakan kapang. Pada umumnya spora terdapat pada struktur kapang yang terletak pada ujung-ujung hifa, dan merupakan struktur yang sangat ringan sehingga mudah menyebar kemana-mana. Setelah fungi pada roti teramati, ternyata warna dari jamur roti hijau keabuabuan. Jamur roti masuk ke dalam divisi Zygomycota. Jamur pada divisi ini memiliki cirri-ciri tubuhnya multiseluler dan terdiri atas hifa tidak bersekat. Jamur roti digolongkan juga ke dalam kelas Eurotimycetes dan ke dalam ordo Eurotiales.Jamur 34
roti termasuk dalam filum trichocomaceae dan termasuk dalam spesies penicillium requeforti. 2. Identifikasi Fungi pada Tempe Jamur tempe atau Rhizopus oligospora termasuk dalam genus Rhizopus, family Mucoraceae, ordo Mucorales, kelas Zygomycetes, Divisi Zygomycota dan Kingdom Fungi, domain eukariotik.
Gambar Hasil pengamatan fungi pada
Gambar literatur fungi pada tempe
tempe perbesaran 10x10
Sumber : www.google.com
Sumber : Dokumentasi pribadi Berdasarkan hasil pengamatan melalui mikroskop, jamur tempe pada gambar di atas (sebelah kiri) mempunyai bentuk memanjang dan terdapat lingkaran lingkaran hitam. Pada jamur tempe tersebut terdapat hifa yang terdiri sel tunggal panjang. Hifa mengabsorbsi nutrien dari lingkungannya dan juga berperan dalam reproduksi dengan membentuk hifa reproduktif yang mengandung spora. Hifa mempunyai dinding sel yang terdiri dari kitn, selulosa dan polisakarida. Kumpulan hifa disebut misellium. Fungi yang tidak membentuk hifa adalah khamir, bersel tunggal dan membentuk koloni seperti bakteri. Bagian yang memanjang merupakan sporangiofor yaitu hifa yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel. Bagian ujung sporangiofor terdapat sporangium.
35
Sporangium ini fungsinya sebagai penghasil spora. Spora berfungsi sebagai alat perkembangbiakan jamur. Pada umumnya spora terdapat pada struktur kapang yang terletak pada ujung-ujung hifa, dan merupakan struktur yang sangat ringan sehingga mudah menyebar kemana-mana Adapun perbedaan fungi dengan bakteri. Fungi atau jamur adalah organisme yang tidak berklorofil, sehingga bersifat heterotrof. Jamur ada yang bersel satu, tetapi sebagian besar bersel banyak, inti sel sudah memiliki membrane inti (eukariotik). Dinding sel tersusun atas zat kitin. Tubuh jamur tersusun atas benang-benang halus yang disebut hifa. Hidup di tempat kaya akan zat organik, lembab, dan kurang cahaya. Reproduksi aseksual melalui pembelahan dan secara seksual melalui peleburan inti sel dari dua sel induk. Sedangkan bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membrane inti sel. Organisme ini masuk ke dalam domain prokariota. Organisme uniseluler. Hidup bebas atau parasit, ada juga yang hidup di lingkungan ekstrim. Dinding selnya mengandung peptigokligen. Mempunyai bentuk dasar bulat, batang, dan lengkung. Mengalami inovulasi, yaitu perubahan bentuk yang yang disebabkan fakta makanan, suhu, lingkungan. Bakteri juga pleomorfi, yaitu bentuk yang bermacammacam dan teratur. Perkembangbiakan dengan cara aseksual (pembelahan biner) dan paraseksual dengan konjugasi, transformasi, dan transduksi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fungi, yaitu: 1. Substrat, merupakan sumber nutrien utama bagi jamur, 2. Kelembaban, fungsi tingkat rendah memerlukan lingkungan dengan kelembaban nisbi 90%, sedangkan kapang memerlukan lingkungan dengan nisbi 80%, 3. Suhu, secara umum pertumbuhan untuk kebanyakan fungi 25 o – 30o C. Beberapa jenis juga tumbuh baik pada suhu (-5)o – (-10)o C, 4. Derajat keasaman (pH), pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi, karena enzim-enzim tertentu hanya akan mengurangi suatu substrat sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya fungi menyenangi pH di bawah 7,0, 5. Senyawa kimia, merupakan pengaman bagi dirinya terhadap serangan organisme lain, 6. Intensitas cahaya, umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap pembentukkan struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. VII.
Kesimpulan
36
1.
Cara pembuatan medium dalam praktikum ini adalah dengan membuat medium padat berupa agar agar yang diberi gula dalam wadah berupa petridish yang
2.
dibungkus rapat dalam keadaan steril kemudian disimpan dalam freezer. Proses kultivasi mikroorganisme berdasarkan percobaan ini adalah 1. Menanam mikroorganisme pada media tanam (setelah pendinginan 1 hari) dengan cara memaparkan medium selama 5 menit pada kakus. 2. Menutup rapat medium yang telah ditanami sehingga udara tidak dapat
3.
masuk, dan meletakkan di tempat bersuhu kamar. Cara kulturisasi mikroorganisme 1. Melakukan sterilisasi meja kerja, tangan dengan menyemprotkan alkohol atau antiseptik. 2. Membuka tutup media di dekat pembakar spritus. 3. Menggoreskan ose steril ke bagian koloni yang akan dikulturkan ke media kultur dengan teknik kultur tertentu yang sesuai (streak/spread/pour plate 4. Melakukan inkubasi media kultur tersebut selama 24-28 jam. 5. Mendiamkan selama 1-3 hari, serta mengamati pertumbuhan
4.
mikroorganisme. Ciri-ciri struktur morfologi mikroorganisme a. Bakteri Dari hasil pengamatan diatas dapat praktikan simpulkan bahwa mikroorganisme yang praktikan dapati yaitu mikroorganisme yang bertepi entire, undulating, filamentous dan lobate b. Jamur Jamur roti dan jamur tempe mempunyai struktur memanjang yang dinamakan sporangiofor, pada bagian ujung sporangiofor terdapat sporangium yang menghasilkan spora
VIII. Daftar Pustaka Hidayat, Nur dkk.2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta : Andi Offset. Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia: Mikroorganisme Jilid 1. Bandung : CV Yrama. Kusnadi, Peritiwati dkk.2003. Mikrobiologi. JICA :Universitas Pendidikan Indonesia. Pratiwi, Setya T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga. Ristiati, Ni Putu .2000 .Pengantar Mikrobiologi Umum .Jakarta
:
DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Subandi, Muhammad.2010. Mikrobiologi perkembangan Kajian dan Pengamatan dalam Prespektif Islam. Bandung :PT. Remaja Rosdakarya.
37
Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Widowati, Asri dkk.2015. Petunjuk Praktikum Biologi Umum II. Yogyakarta: FMIPA UNY. IX. Lampiran
Jamur Roti Sumber : Dokumentasi sendiri
Jamur Tempe Sumber : Dokumentasi sendiri
Koloni yang disimpan dalam kulkas
38