1
ACARA I. PENGENALAN GEJAL DAN TANDA PENYAKIT TANAMAN
2
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari.Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal.Penyebab sakit bermacam-macam antara lain cendawan, bakteri, virus, kekurangan air, kekurangan atau kelebihan unsur hara. Berbagai penyakit yang umumnya timbul misalnya bercak daun, kudis, penyakit gosong, penyakit layu, penyakit karat dan penyakit embun tepung.Penyebabnya berbedabeda, misal penyakit layu dapat disebabkan oleh bakteri ataupun jamur. Pengetahuan mengenai berbagai jenis mikroorganisme yang menyebabkan penyakit sangat diperlukan, sehingga kita bisa merencanakan bagaimana cara penanganan penyakit tersebut. Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau parasit dan abiotik atau non parasit. Biotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya menular atau infeksius, msalnya jamur, bakteri, nematoda, mycoplasma dan tanaman tinggi parasitik. Abiotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya tidak menular atau non infeksius.Penyakitpenyakit karena penyebab abiotik sering disebut penyakit fisiologis/fisiogenis, sedangkan patogennya disebut fisiopath. Fisiopath tersebut antara lain kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, kondisi tanah yang kurang baik, dan kerusakan karena mekanik dan zatzat kimia. Utamanya yang menyerang tanaman adalah pathogen.Pada waktu sekarang telah dikenal banyak macam patogen tumbuhan dan tidak sedikit diantaranya yang mempunyai arti ekonomi penting.Patogen adalah organism penyebab penyakit tanaman. Patogen (pathos = menderita + gen = asal-usul) merupakan agen yang menyebabkan penderitaan (sakit).Setiap macam tanaman dapat diserang oleh banyak macam patogen tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada kemungkinan dapat menyerang sampai berpuluhpuluh tanaman.Sering pula terjadi, bahwa patogen tumbuhan tertentu dapat menyerang satu macam organ tanaman atau ada pula yang menyerang berbagai macam organ tanaman.
3
Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui suatu tanaman terserang penyakit baik penyakit abiotik maupun penyakit biotic maka diperlukan unruk melakukan praktikum ini. 1.2. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal dan mendeskripsikan gejala-gejala penyakit tumbuhan dan tipe gejala penyakit tumbuhan.
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi patogen atau faktor lingkungan dan berkembangnya gejala dan Ketidak mampuan tumbuhan untuk memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya. Konsep penyakit tumbuhan dikenal dengan konsep segitiga penyakit yang merupakan konsep timbulnya penyakit yang dipengaruhi oleh tanaman inang, patogen, dan faktor lingkungan. 1) Tanaman inang adalah tanaman yang berpengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit tergantung dari jenis tanaman
inang,
kerentanan tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur dan kerapatan populasi, kesehatan tanaman dan ketahanan inang dan tanaman inang terbagi atas tujuh golongan yaitu tanaman inang rentan, tanaman inang resisten, tanaman inang toleran, tanaman inang sekunder, tanaman inang primer, tanaman inang alternative, dan tanaman inang perantara; 2)Pathogen adalah organisme hidup yang mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit tumbuhan antara lain yaitu cendawan, virus, bakteri, nematode, spiroplasma dan riketsia; 3) Faktor lingkungan merupakan faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit dapat berupa suhu udara, intensitas dan lama curah hujan, intensitas dan lama embun, suhu tanah, kandungan air tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan organik, angin, api dan pencemaran air (Adinugroho, 2008) Penyebab munculnya penyakit tanaman secara garis besar dibagi menjadi 3 golongan pathogen utama, yaitu jamur (cendawan), bakteri, dan virus. Jamur (cendawan) merupakan salah satu yang berpotensi menyebabkan tanaman sakit yang terbagi dalam 4 kelas, yaitu Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Penyakit yang disebabkan oleh jamur (cendawan) antara lain penyakit rebah kecambah oleh Phythium sp, penyakit embun tepung oleh Paranospora parasitica, busuk lunak buah dan sayuran oleh Rhizopus sp, busuk lunak timun suri oleh Choanephora cucurbitarum, embun bulu pada jagung oleh Peronosclerospora maydis dan lain-lain (Wikipedia, 2012). Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dengan ukuran yang sangat kecil (panjang 0,6µ - 3,5 µ), yang mempunyai bentuk bulat (kokus), silindris/batang (bacillus), spiral (spirilia/spirilum), koma (vibrion) dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop dengan perbesaran tinggi. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain penyakit
5
busuk lunak sayuran oleh Erwinia carotovora, penyakit hawar api pada apel oleh Erwinia amylovora, penyakit kanker pada tomat oleh Corynebacterium michiganense, penyakit kudis pada tomat oleh Streptomyces scabies dan lain-lain (Wikipedia, 2012) Virus adalah partikel hidup yang ultra mikroskopik, parasit obligat, yang terdiri dari asam nukleat (RNA) dan selubung protein. Penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit kerdil rumput (Grassy stunt) pada tanaman padi, penyakit mosaik tembakau oleh virus TMV (tobacco mosaic virus), penyakit tungro oleh virus Tungro pada tanaman padi dan lain-lain (Wikipedia, 2012). Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri sebagai akibat adanya serangan suatu penyebab penyakit. Berdasarkan peruubahan yang terjadi pada sel tumbuhan, gejala penyakit tumbuhan dapat dibagi 3 (tiga) yaitu nekrotik, hipoplastis, dan hiperplastis. a) Nekrotik merupakan gejala yang terjadi akibat adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel. Nekrotik terbagi atas hidrosis, klorosis, nekrosis, perforasi, busuk, eksudasi, layu, mati ujung (die back), dan terbakar. b) Hipoplastis merupakan gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel. Hipoplastis terbagi atas etiolasi, kerdil, klorosis, perubahan simetri, dan roset. c) Hiperplastis merupakan gejala yang disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Hiperplastis terbagi atas fasiasi, intumesensia, erinose, kudis (Scab), menggulung atau mengeriting, prolepsis, sapu, erinos, dan sesidium (Fahmi, 2012). Morfologi penyebab penyakit tumbuhan dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu yang bersifat biotik dan abiotik. penyakit biotik merupakan penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit biotik meliputi jamur, bakteri, virus, nematode, tumbuhan tingkat tinggi parasitik, dan mikoplasma. Sedangkan penyakit abiotik merupakan penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi atau penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit abiotik meliputi suhu tinggi, suhu rendah, kadar oksigen yang tak sesuai, kelembaban udara yang tak sesuai, keracunan mineral, kekurangan mineral, senyawa kimia alamiah beracun, senyawa kimia pestisida, polutan udara beracun, dan hujan es dan angin (Hasna, 2012).
6
Gejala dapat setempat (lesional) atau meluas (habital, sistemik). Gejala dapat dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder.Gejala primer terjadi pada bagian yang terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang menunjukkan gejala primer. Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu: 1) Tipe nekrotis : Gejalanya disebut nekrosis, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel. 2) Tipe hipoplastis : Gejalanya disebut hipoplasia, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment). 3) Tipe hiperplastis : Gejalanya disebut hiperplasia, meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment) (Sinaga, 2006).
7
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum dilaksanakan pada hari selasa 10 November 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2. Alat dan Bahan Praktikum Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah ose, mikroskop dan perlengkapan tulis menulis. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah bintik-bintik pada daun mangga, mimifikasi jambu, karat daun dan kriting kacang tanah, busuk basah wortel, keriting pada daun cabe, kresek dan hawar padi dan penyakit TMP pada daun tomat.
3.3. Prosedur Kerja Gejala Penyakit Tanaman 1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan. 2. Diamati gejala-gejala pada bagian tubuh tanaman seperti, akar, batang, daun, bunga dan buah 3. Digambar dan dideskripsikan atau disimpulkan dari gejala yang diamati
8
BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan Tabel 1. Gejala Penyakit Tanaman NO Bagian yang di amati Gejala yang di amati
Nama penyakit
Penyebab penyakit
1
Daun Mangga
Bercak dengan
Blight/hawar
warna coklat sampai
Xanthomonas campestris
kehitaman, batas warna terlihat jelas.
2
Daun kecipir
Bintik-bintik yang
Karat daun
Pacos pora
Hawar daun
Xlantomonas
berwarna coklat
3
Padi
Pada ujung daun padi terdapat warna coklat
9
4
Daun kacang tanah
Bintik-bintik
Karat daun
Cescospora
keriting
Virus
berwarna coklat
5
Kacang tanah
Daun keriting dan kerdil
Daun tomat 6
warna coklat, kuning keriting
Mozaik virus
kecoklatan, dan kriting
7
Wortel (umbi)
Basah, berlendir, berbau tidak sedap, terdapat warna coklat dan putih.
Busuk Basah
Erwinia carotovora
10
8
Buah jambu
Warna hitam pada
Buah hitam
Jamur
krriting
Virus kuning
seluruh bagian buah
9
Daun cabai
Bintik-bintik berwarna kuning pada permukaan daun
4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada bagian daun mangga yang terserang penyakit blight, gejala yang tampak adalah Bercak dengan warna coklat sampai kehitaman, dan batas warna terlihat jelas. Penyakit blight pada daun mangga termasuk tipe gejala nekrosis, yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas camperis. Daur hidup dari bakteri Xanthomonas camperis adalah sebagai patogen penyebab penyakit blight pada daun mangga merupakan parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan. Pengendalian penyakit blight yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas camperis, adalah 1) Masa pratanaman, dengan sanitasi tanaman inang dan pemilihan varietas tahan sesuai sebaran ras; 2) Persemaian, dengan penggunaan benih sehat, Sanitasi inang pada saluran irigasi, dan Hindari penggenangan terlalu dalam; 3) Tanaman muda, dengan Pemupukan berimbang sesuai anjuran setempat, Sanitasi rerumputan sumber pathogen, Pengeringan lahan secara berkala, yaitu 1 hari diairi dan 3-
11
4 hari dikeringkan, dan terutama pada daerah endemik serangan penyakit; 4) Sanitasi lingkungan, dengan memotong bagian tanaman yang sakit dan membakarnya. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dari bagian daun kecipir pada bagian daun yang terserang karat daun, gejala yang tampak adalah terdapat bercak-bercak coklat seperti karat pada hampir semua permukaan daun yang di sebabkan oleh jamur pacospora yang menyebar melalui udara.pengendalian penyakit karat daun ini adalah dengan membakar langsung daun yang terserang agar tidak menyebar ke tanaman lain. Padi yang terserang Gejala bercak-bercak sempit memanjang, berwarna coklat kemerahan, sejajar ibu tulang daun. Siklus infeksi jamur penyebab penyakit bercak daun mengadakan penetrasi ke jaringan melalui stomata. Miselia berkembang didalam jaringan parenkim dan didalam sel epidermis. Faktor lingkungan yang berpengaruh , dipengaruhi pemupukan dan kekeringan. Untuk pengendalian bercak daun pada tanaman padi ini yaitu dengan pemberian N, P, K yang sesuai, serta fungisida difenoconazol 1 kali dengan dosis 1cc per liter air 400-500 l/ha. Pada kacang tanah Gejalanya yaitu muncul bercak – bercak cokelat memanjang di batang dan daun bagian bawah yang lama kelamaan menyebar kesemua bagian tanaman. Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Cescospora. Siklus penyakit ini dimulai dari penyebaran Cescospora dengan bantuan angin, hujan maupun serangga. Bagian tanman yang diserang biasanya adalah bagian batang dan daunnya. Pengendaliannya yaitu dengan menggunakan varietas tanamn yang resisten terhadap penyakit atau hama yang menyerang, pergiliran tanaman, serta penggunaan pestisida yang tepat dan sesuai. Pada pengamatan pada tanaman tomat yang terserang penyakit keriting pada daun terdapat gejala terdapat pada bagian pinggir daun mulai menggumpal atau mengkeriting dan terdapat bercak-bercak coklat. Infeksi terjadi karena akibat virus mozaik yang menyebar melalui udara. pada wortel (Dacus carotavora) yang terserang penyakit Busuk basah, terdapat gejala serangan antara lain umbi pada tanaman wortel yang busuk hitam kecoklatan, terjadi pembusukan yang berair yang berair yang berbau tidak sedap, karena terjadi kerusakan jaringan tanaman. Bakteri berada dalam sel tanaman yang rusak (luka) dan mengeluarkan enzim-enzim yang dapat menyebar ke sel-sel sekelompoknya dan melarutkan midel lamela dindin sel. Hal ini diikuti oleh plasmolisa dan kematian sel. Jadi
12
bakteri lebih cenderunghidup dalam sel-sel yang mati daripada sel-sel yang masih hidup.Untuk pengendalian yang dilakukan menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman sakit, menanam dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat supaya kelembapan tidak tinggi agar penyakit ini dapat terhambat dalam penyerangannya. Pada buah jambu yang terserang jamur, gejala yang tampak pada buah jambu adalah bercak-bercak hitam pda buah yang masih muda,dan lama kelamaan bercak hitam tersebut menyebar ke seluruh bagian buah. Dan yang terakhir pengamatan pada daun cabai yang di sebabkan oleh virus kuning, gejala yang terjapi pada permukaan daun terdapat titik-titik kuning yang tersebar pada permukkaan dan lama-kelamaan bintik atau titik-titik tersebut menyebar ke seluruh daun.
13
BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: 1. Penyebab penyakit pada tanaman berupa patogen, yakni jamur, bakteri, nematoda, dan virus. 2. Setiap tanaman memiliki gejala penyakit yang berbeda-beda, karena diesebabkan oleh jamur atau bakteri yang berbeda pula. 3. Gejala bercak dan karat pada daun rata-rata ditimbulkan oleh jamur. 4. Gejala busuk basah pada tanaman disebabkan oleh bakteri.
14
ACARA II. ISOLASI TANAMAN SAKIT
15
BABA I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan manusia. Dengan berbagai teknik isolasi kita akan coba mengetahui teknik mana yang paling tepat dan paling baik untuk pertumbuhan bakteri atau mikroorganisme. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang disebut media. Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Setalah bakteri dan jamur yang akan diamati tumbuh barulah kita dapat mengamatinya. Untuk mengamatinya dapat menggunakan mikroskop untuk mengetahui struktur patogen tersebut. Hal tersebut sangat penting kita mengetahui gejala bentuk fisik patogen tersebut karena pada mata kuliah ilmu penyakit tumbuhan tidak hanya mengetahui nama patogennya tetapi harus mengetahui bentuk fisik patogen tersebut agar dalam melakukan analisis patogen tidak terjadi kesalahan. Selain itu dengan mengetahui bentuk fisiknya kita dapat mengetahui perbedaan tiap patogen yang menyerang atau menginfeksi tanaman-tanaman apakah dengn patogen yang sama dapat menyerang tanaman lain atau tidak. Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan melakukan praktikum ini untuk mengetahui morfologi mikroorganiame yang menyerang tanaman
1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui morfologi beberapa jamur atau bakteri yang menyerang tanaman.
16
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA Dua mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme; bakteri, protozoa, virus, sera algae dan cendawan mikroskopis. Kita mempelajari banyak segi mengenai jasad-jasad renik ini (juga dinanamakan mikrobe atau protista): di mana adanya, ciricirinya, kekerabatan antara sesamanya seperti juga dengan kelompok organisme lainnya, pengandaliannya,
dan
peranannya
dalam
kesehatan
serta
kesejahtaraan
kita.
Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita (Ferdias, 1992). Isolasi mikroorganisme mengandung arti proses pengambilan mikroorganisme dari lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu medium di laboratorium. Proses isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari identifikasi mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan serologi. Sedangkan pengujian sifat-sifat tersebut di alam terbuka sangat mustahill untuk dilakukan (Pelczar,1986). Prinsip kerja isolasi bakteri cukup sederhana yakni dengan menginokulasikan sejumlah kecil bakteri pada suatu medium tertentu yang dapat menyusung kehidupan bakteria. Sejumlah kecil bakteri ini didapat dari bermacam-macam tempat tergantung dari tujuan inokulasi. Dalam kajian mikrobiologi yang berhubungan dengan sumber bakteri adalah mikrobia tanah, air, makanan dan udara (Talaro,1999). Apabila ingin mendapatkan kultur murni suatu mikrobia yang digunakan adalah metode streak plate, karena hasil akhir metode ini adalah berupa kumpulan sel-sel yang semakin jarang pada ujung streak sehingga dapat diambil bakteri pada jumlah seluler (satu sel). Selain itu bakteri yang didapat seharusnya merupakan bakteri yang memang ingin dibiakkan di kultur tersebut dengan kata lain bukan bakteri kontaminan, sebab yang diambil/dicuplik adalah koloni bakteri yang berada di atass tr eak yang dibuat dan bukan di luars tr eak. Kelebihan metode ini adalah dapat segera diketahui adanya kontaminasi. Sedangkan kekurangannya metode ini sulit dilakukan dan hanya dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri aerob saja. (Burrrow,1959). Ada bermacam-macam metode isolasi yang dapat digunakan. Macam-macam metode. Isolasi tersebut antara lain : (1) Isolasi tunggal merupakan metode isolasi dengan cara meneteskan bahan yang mengandung mikroorganisme pada suatu kaca penutup dengan menggunakan mikropipet, yang kemudian diteliti dibawah obyektif mikroskop. (2) Isolasi gores merupakan metode isolasi dengan cara menggeser atau menggoreskan ujung
17
jarum ose yang telah mengandung mikroorganisme dengan hati-hati di atas permukaan agar secara zig zag yang dimulai dari dasar tabung menuju ke bagian atas tabung. 3. (3) Isolasi tebar merupakan metode isolasi dengan cara menebarkan bahan yang mengandung mikroorganisme pada permukaan atas tabung. (4) Isolasi tuang merupakan metode isolasi dengan cara mengambil sedikit sampel. (5) Campuran bakteri yang telah diencerkan dan sampel tersebut kemudian disebarkan didalam suatu medium dari kaldu dan gelatin encer ( Dwidjoseputro, 2003 ) Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan suatu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Pada percobaan penghitungan populasi jamur tanah dengan metode plat pengenceran. Untuk mengisolasi jamur tanah pengenceran yang digunakan adalah pengenceran 10 -4 dan 10-5. Pengenceran ini dimaksudkan untuk agar partikel-partikel tanah tidak ikut. Pada penentuan populasi jamur tanah media agar yang digunakan adalah PDA yang telah diberi antibiotik. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, karena dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Media yang digunakan dalam isolasi ini harus sesuai dengan mikroorganisme yang akan kita ketahui populasinya. Karena kalau tidak sesuai agarnya maka mikroorganisme tidak akan tumbuh. Jika sel-sel tersebut tertangkap oleh media padat pada beberapa tepat yang terpisah, maka setiap sel atau kumpulan sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah (Wikipedia, 2010).
18
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa 10 November 2015 pukul 11.30 – 13.00 WITA di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2. Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu cawan petri, jarum ose dan lampu bunsen. Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu wortel yang terserang penyakit busuk buah.
3.3. Cara Kerja Adapun cara kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut ; 1. Disiapakan alat dan bahan, 2. Diambil organ tanaman yang sakit akibat infeksi jamur dan bakteri, 3. Dikorek bagian permukaan organ tanaman sakit dengan menggunakan jarum ose secara aseptis dan letakkan pada cawan petri yang sebelumnya telah diberi PDA. 4. Diisolasi selama 2 hari. 5. Diamati morfologi pada biakan tersebut dan dicatat morfologinya.
19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan A. Isolasi jamur pada tanaman kecipir Isolasi jamur pada media PDA berwarna putih dan seperti kapas B. Isolasi bakteri wortel Isolasi bakteri pada media NA berwarna putih dan bentuk koloninya bulat halus. Tabel 2. Bentuk koloni bakteri Bentuk koloni Dari atas
Dari samping
Tepi koloni
Bulat
melengkung
utuh
4.2 Pembahasan Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacammacam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Bakteri dapat mengubah dirinya dari bentuk vegetatif menjadi spora apabila dalam keadaan memburuk. Pada bentuk spora kegiatan bakteri akan berhenti, tidak bermetabolisme ataupun bereproduksi (dorman). Dalam bentuk ini bakteri sangat resisten dan bisa tahan hidup dalamwaktu lama meskipun dalam keadaan lingkungan yang kurang baik karena panas, kekurangannutrien, radiasi, ultraviolet, atau adanya zat kimia toksik. Bakteri yang kita amati pada praktikum ini hanya perlu waktu 24 jam untuk mengamatinya agar praktikan dapat menghitung jumlah bakteri tersebut dengan
20
menggunakan colony counter, apabila penghitungan jamur melewati batas 24 jam maka bakteri akan cepat berkembang dan susah untuk dihitung serta diamati. Apabila digunakan media cair, sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena terlalu kecil dan tidak tetap tinggal di tempatnya. Akan tetapi bila sel-sel tersebut di pisahkan dengan cara pengenceran, kemudian di tumbuhkan dalam media padat dan di biarkan membentuk koloni, maka sel-sel tersebut selanjutnya dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau cawan petri yang terpisah. Fungi (jamur adalah sel mikroskopis yang tumbuh memanjang seperti benang yang dikenal dengan hypa. Diameter hypa hanya beberapa µm, tetapi dapat tumbuh memanjang hingga mencapai beberapa meter. Beberapa fungi hanya bersel satu seperti ragi. Hypa yang tumbuh membentuk masa disebut mycelium atau tebal menyerupai kawat dan disebut sebagai rhizomorphs yang tampak seperti akar.Pada isolasi jamur dengan metode pengenceran ini dilakukan pengamatan sebanyak 3 kali yaitu setelah 48 jam, 72 jam dan 96 jam. Hal ini dikarenakan pada jamur masih membutuhkan proses yang cukup lama untuk menjadi jamur dan memiliki hifa, sehingga pada pengamatan 48 jam masih terhitung banyak koloni yang telah terhitung seperti yang ada pada hasil, namun secra kesuluruhan data golongan, semakin lama lama yaitu pada pengamatan ke 72 jam dan 96 jam jika di rta – rata hasil yang diamati jumlah koloni jamur semakin berkurang, hal ini dikarenakan semakin lama waktu yang digunakan untuk mengamati maka jamur tersebut akan berkembang tau berdefernsiasi dan memebentuk atau menggorombol menjadi satu dan membentuik hifa, sehingga ketika diamati koloni – koloni tersebut menjadi semakin sedikit. Perubahan – perubahan ini dikarenakan jamur mulai berkembang biak dan memebutuhkan proses yang lebih lama dibandingkan dengan bakteri. Jumlah jamur dapat mendominasi didalam tanah dibandingkan dengan mikroorganisme yang lain. Disebabkan jamur mempunyai ukuran yang relatif besar. Namun, pada media yang digunakan dalam praktikum jamur tidak dapat tumbuh dengan optimum. Hal ini dapat disebabkan karena antibiotik untuk mencegah adanya mikroorganisme lain tumbuh pada media tidak bekerja secara mksimal sehingga ada bakteri dan mikroorganisme lain yang tumbuh pada media PDA ini. Sehingga pertumbuhan jamur pun terhambat. Dari hasil penuangan suspensi tanah kedalam petridish didapat koloni jamur, dimana terdapat koloni yang berukuran kecil yang
21
terpecah-pecah. Didalam koloni tersebut terdapat warna putih yang menunjukan jamur yang mempunyai hifa. Dalam hal ini ammonium teroksidasi membentuk nitrat dan ion nitrogen yang mengakibatkan penurunana pH tanah. Faktor lingkungan seperti pH tanah, pupuk anorganik, kandungan bahan organic, dan kelembaban tanah merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan fungi.
22
BAB V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Isolasi adalah cara untuk mendapatkan biakan murni. 2. Sterilisasi mutlak dibutuhkan pada saat isolasi. 3. Untuk mengetahui mikrobiologi dan perkembangannya dapat dilakukun dengan menggunakan media yang telah di tentukan dan diamati secara teliti sehingga memperoleh data yang sesuai. 4. Perkembangan bakteri jeruk dapat diteliti dengan metode isolasi pour plate dan streak plate. 5. Sedangkan perkembangan jamur tempe dapat diteliti dengan metode Isolasi jamur tempe .
23
ACARA III. PENGENALAN MORFOLOGI JAMUR DAN BAKTERI
24
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Jamur Fusarium sp. merupakan salah satu anggota famili Tuberculariaceae, ordo Hypocreales yang potensial sebagai penghasil mikotoksin yang banyak dijumpai pada bahan makanan ternak maupun bahan pangan. Jamur ini berada dimana-mana, bersifat saprofit dan parasit. Jamur ini dapat bertahan lama dalam tanah dengan bentuk klamidiospora. Jamur melakukan infeksi pada akar terutama melalui luka-luka atau melalui luka pada akar. Fusarium dapat berkembang pada suhu tanah 21-33˚C, dengan suhu optimumnya adalah 28˚C. Jamur Fusarium dapat hidup pada pH tanah yang luas variasinya. (Medhy, 2013). Pengamatan morfologi sangat penting untuk identifikasi dan determinasi. Bahkan pengamatan morfologi ini lebih penting daripada pengamatan fisiologis. Terdapat beberapa cara atau metode pengamatan yaitu dengan pembuatan slide cultur atau hanging drop. Untuk pengamatan morfologi dapat dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis. (Medhy, 2013). Bakteri dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram negatif didasarkan pada perbedaan struktur dinging sel. Pada umumnya bakteri gram negatif lebih tahan terhadap aktivitas antimikroba dibandingkan dengan bakteri gram positif. Perbedaan daya tahan ini disebabkan karena perbedaan komponen penyusun dinding sel . Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang terdiri dari 40 lapis rangka dasar murein, meliputi 30-70 % berat kering dinding sel bakteri. Sementara bakteri Gram negatif memiliki 1 lapis rangka dasar murein, dan hanya meliputi + 10% dari berat kering dinding sel. 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan pengamatan dan pengukuran, bentuk ukuran dan warna dari spora, hifa, tangkai pendukung spora atau sifat yang spesifik lainnya yang ditemukan pada waktu pengamatan serta untuk mengetahui sifat-sifat bakteri dengan pengecatan gram.
25
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Fungi (jamur) merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum. Fungi umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan dan reproduksinya. Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Tubuh jamur tersusun atas komponen dasar yang disebut hifa. Hifa merupakan pembentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium yang menyusun jalinan-jalinan semua menjadi tubuh. Bentuk hifa menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa (Aqsha, 2013). Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang-benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetatif yang berfungsi meresap menyerap nutrient dari lingkungan , dan miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi. Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai cirri khas yaitu berupa benang tunggal atau bercabang-cabang yang disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang dan khamir.(Medhy, 2013). Bakteri berasal dari kata bakterion, dalam bahasa Yunani itu berarti tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil, berbiak dengan pembelahan diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 1998). Bakteri tersusun atas dinding sel dan isi sel. Disebelah luar dinding sel terdapat selubung atau kapsul. Di dalam sel bakteri tidak terdapat membrane dalam (endomembran) dan organel bermembran seperti kloroplas dan mitkondria. Struktur tubuh bakteri dari lapisan luar hingga bagian dalam sel yaitu flagela, dinding sel, membrane sel, mesosom, lembaran fotosintetik, sitoplasma, DNA, plasmid, ribosom, dan endospora (Itamar, 2004). Jamur Fusarium sp. merupakan salah satu anggota famili Tuberculariaceae, ordo Hypocreales yang potensial sebagai penghasil mikotoksin yang banyak dijumpai pada bahan makanan ternak maupun bahan pangan. Jamur ini berada dimana-mana, bersifat saprofit dan parasit. Jamur ini dapat bertahan lama dalam tanah dengan bentuk
26
klamidiospora. Jamur melakukan infeksi pada akar terutama melalui luka-luka atau melalui luka pada akar. Fusarium dapat berkembang pada suhu tanah 21-33˚C, dengan suhu optimumnya adalah 28˚C. Jamur Fusarium dapat hidup pada pH tanah yang luas variasinya. Ada beberapa macam metode pengecatannya yaitu sebagai berikut 1) Pengecatan diferensial. Prosedur pengecatan yang menampilkan perbedaan diantara sel-sel mikrobe atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial. Dengan teknik ini biasanya digunakan lebih dari satu larutan zat pewarna atau reagen pewarna ( Pelczar dan Chan, 1986). 2) Pengecatan Gram. Pengecatan ini pertama kali dikemukan oleh Cristian Gram (1884). Dengan pengecatan ini film bakteri mula-mula dilapisi dengan larutan zat warna karbol gentinviolet (karbol violet, karbol metal violet) dan didiamkan beberapa lama, kemudian disiram dengan larutan iodium dan dibiarkan terendam dalam waktu yang sama, sampai tingkat pengecatan ini selesai, semua bakteri akan berwarna ungu, selanjutnya preparat di dekolorisasi dengan alkohol atau campuran alkohol dengan aseton sampai semua zat warna tampak luntur dari film. Setelah dicuci dengan air, preparat diberi warna kontras (counterstan), seperti safranin korbol tuksin encer, air tuksin, tengguli bismack, dan lain-lain.
27
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.
Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum dilaksanakan pada hari selasa 17 November 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2.
Alat dan Bahan Praktikum Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah lampu spritus, korek api, jarum ent dan cawan petri. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah biakan bakteri 1, bakteri 2 dan jamur Fusarium sp.
3.3.
Prosedur Kerja Cara Kerja untuk Jamur : 1. Diambil koloni jamur dengan menggunakan jarum ose dan diletakkan pada gelas benda disamping lampu spiritus agar tetap steril. 2. Ditutup dengan gelas penutup. 3. Diamati dibawah mikroskop, diamati bentuk, ukuran, letak spora pada tangkai pendukungnya atau sifat-sifat lain yang spesifik yang ditemukan pada saat pengamatan. Cara Kerja untuk Bakteri : 1. Disiapkan gelas benda yang telah diolesi oleh suspensi bakteri disamping lampu spiritus agar tetap steril 2. Diteteskan cat gram A dan didiamkan selama 1 menit 3. Dicuci gelas benda tersebut dengan air mengalir yang tlah dicat gram A kemudian dikering anginkan 4. Diteteskan cat gram B setelah kering dan diamkan selama 1 menit kemudian dicuci dengan air mengalir 5. Dicat kembali denagn cat gram C didiamkan selama 30 detik kemudian dicuci dengan air mengalir 6. Dicat dengan gram D dan dicuci kembali sampai kering 7. Ditutup dengan gelas penutup kemudian diamati dibawah mikroskop.
28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan Tabel 3. Morfologi Jamur Dan Bakteri Patogen
Pengamatan dengan
Deskripsi
mikroskop Bakteri 1
Bakteri
ini
berbentuk
spiral,
memiliki warna ungu pada pinggir bakteri dan merupakan gram positif dikarenakan berwarna biru
Perbesaran 10 X 40 BAKTERI Bakteri 2
Bakteri ini berbentuk batang, dan merupakan
gram
negatif
dikarenakan berwarna merah dan bakteri ini menyebabkan penyakit
Perbesaran 10 X 40 Fusarium sp
Jamur ini tidak berwarna, memiliki hifa bercabang, tidak bersekat, Spora berbentuk bulan sabit
JAMUR
Perbesaran 10 X 40
29
4.2 Pembahasan Jamur adalah tumbuhan yang berinti, berspora, dan tidak berklorofil, berupa sel atau benang yang bercabang-cabang, dengan dinding dari selulosa atau dari kitin atau dari keduanya dan umumnya berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur ini tergolong tumbuhan thallus karena belum bisa dibedakan antara bagian batang, daun, maupun akarnya. Perbedaan yeast dan mold yaitu yeast biasa kita kenal dengan khamir sedangkan mold adalah kapang. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal dan tak berfilamen. Kapang merupakan fungi yang morfologinya multiseluler atau kapang mempunyai miselium atau filament dan pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah sekali dilihat, yakni sperti kapas. Pertumbuhan fungi mula – mula berwarna putih, tetapi bila tidak memproduksi spora maka akan terbentuk berbagai warna tergantung Dari jenis kapang. Sifat – sifat kapang baik penampakan mikroskopis ataupun makroskopik digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang. Sedangkan khamir termasuk cendawan, tetapi bentuk berbeda dengan kapang karena bentuknya yang terutama uniseluler. Reproduksi vegetatife terjadi dengan cara pertunasan. Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya.
Identifikasi patogen penyebab penyakit sangat perlu dilakukan untuk
mengetahui gejala yang ditimbulkan pada tanaman dan untuk mengetahui cara pengendalian yang tepat. Oleh karena itu, morfologi patogen penyebab penyakit perlu diketahui. Pada praktikum ini, di lakukan pengamatan terhadap morfologi jamur dan bakteri, patogen penyebab penyakit yang diidentifikasi adalah jamur Fusarium sp., bakteri 1 dan bakteri 2.. Jamur Fusarium sp. merupakan salah satu anggota famili Tuberculariaceae ordo Hypocreales yang potensial sebagai penghasil mikotoksin yang banyak dijumpai pada bahan makanan ternak maupun bahan pangan. Jamur ini berada dimana-mana, bersifat
30
saprofit dan parasit. Pada pengamatan morfologi jamur Fusarium sp, jamur ini tidak berwarna, memiliki hifa bercabang, tidak bersekat, spora berbentuk bulan sabit. Pada pengamatan bakteri digunakan 2 jenis bakteri yaitu bakteri 1 dan bakteri 2, bakteri 1 ini berbentuk spiral, berwarna biru, termasuk bakteri gram positif sedangkan bakteri 2 ini memiliki bentuk batang berwarna merah dan termasuk gram negatif dan bakteri ini menyebabkan penyakit. Penyebab terjadinya dua golongan bakteri yaitu Gram positif dan Gram negatif adalah berhubungan dengan struktur dan komposisi dinding sel. Perbedaan ketebalan antara kedua golongan itu dapat merupakan hal yang penting; dinding sel bakteri Gram negatif pada umumnnya lebih tipis dari yang dimiliki bakteri Gram positif. Presentasi kandungan lipid bakteri Gram negatif lebih tinggi daripada Gram positif. pada bakteri Gram negatif kandungan peptidoglikan jauh lebih sedikit sehingga kerapatan jalinannya jauh lebih sedikit daripada baktri gram posiif. Pori-pori dalam peptidoglikan bakteri Gram negatif tetap masih cukup besar untuk dapat disari keluar kompleks karbol gentian violet dan lugol. Selautnya, bila sel-sel Gram positif diperlakukan dngan lisozim untuk menyingkirkan dinding selnya, sisa strukturnya yang disebut protoplas atau sel tanpa dinding akan tercatat juga oleh kompleks karbol gentian violet dan lugol. Tetapi, sel ini mudah dihapuskan oleh alkohol. Kenyataan ini menunjukkan bahwa struktur dinding sel bakteri Gram positif itu yag menjadi tempat tertahannya zat pewarna pertama yaitu karbol gentian violet.
31
BAB V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Jamur adalah tumbuhan yang berinti, berspora, dan tidak berklorofil, berupa sel atau benang yang bercabang-cabang, dengan dinding dari selulosa atau dari kitin atau dari keduanya dan umumnya berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur ini tergolong tumbuhan thallus karena belum bisa dibedakan antara bagian batang, daun, maupun akarnya.
32
ACARA IV. PENGARUH LINGKUNGAN (ANGIN) TERHADAP PENYEBARAN SPORA KACANG TANAH
33
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Angin merupakan salah satu unsur cuaca yang dapat berpengaruh terhadap lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara luas angin akan mempengaruhi unsur cuaca yang lain seperti suhu, kelembaban udara maupun pergerakan awan. Arah datangnya angin akan berpengaruh terhadap kandungan uap air yang dibawanya. Ketika angin banyak mengandung air maka akan terbentuk awan. Hal ini terjadi pada saat awal musim hujan. Selain itu, angin yang banyak mengandung uap air akan meningkatkan kelembaban udara dan dapat pula menurunkan suhu udara. Angin dalam budidaya pertanian dapat berpengaruh langsung seperti merobohkan tanaman. Namun pengaruh angin secara tidak langsung sangat komplek baik yang menguntungkan maupun merugikan bagi tanaman. Dengan adanya angin maka akan membantu dalam penyerbukan tanaman dan pembanihan alamiah. Namun kelemahannya juga akan terjadi penyerbukan silang dan penyebaran benih gulma yang tidak dikehendaki. Selain itu angin merupakan salah satu penyebar hama dan patogen yang dapat mempertinggi serangan hama dan penyakit yang akan sangat merugikan. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu di lakukan pengamatan mengenai penyebar (angin) jamur parasit tumbuhan serta mengamati dan mendeskripsikan gejala yang ditimbulkan. 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan mengamati peranan agen penyebar (angin) jamur parasit tumbuhan serta mengamati dan mendeskripsikan gejala yang ditimbulkan.
34
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Penyebaran patogen berarti proses berpindahnya patogen atau inokulum dari sumbernya ke tempat lain. Penyebaran patogen dapat terjadi secara aktif maupun pasif. Penyebaran pasif yang berperan besar dalam menimbulkan penyakit, yaitu dengan perantaraan angin, air, hewan (terutama serangga), dan manusia. Beberapa patogen dapat melakukan penyebaran secara aktif, misalnya nematoda, zoospora dan bakteri motil. Ketiga macam inokulum ini mampu berpindah dalam jarak yang relatif pendek (mungkin hanya beberapa milimeter atau sentimeter) dengan menggunakan kekuatan sendiri sehingga kurang efektif dari segi perkembangan penyakit (gyoti, 2011). Penyebaran inokulum penyakit tumbuhan merupakan hal yang paling penting, karena inokulum dapat menyebar, tumbuh, dan berkembang ke daerah-daerah yang jauh tempatnya dari sumber inokulum. Inokulum dapat menyebar secara aktif dan pasif. Penyebaran secara pasif ini sangat tergantung pada pembawanya, tapi cara ini lebih efektif menyebarkan inokulum hingga jauh jaraknya. Agen-agen pembawa ini dapat berupa air, angin, manusia, hewan, bahan tanaman itu sendiri atau agen-agen lainnya. Misalnya penyebaran jamur. Banyak jamur parasit yang penyebarannya terutama dilakukan oeh angin ( fahriza, 2010). Angin ini mempengaruhi penyakit infeksi pada tanaman terutama melalui peningkatan penyebaran patogen tanaman dan jumlah luka pada tanaman inang dan dalam jumlah yang lebih kecil dapat mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah. Kebanyakan penyakit tanaman yang menyebar secara cepat dan diasumsikan mempunyai proporsi epidemik yang besar yang disebabkan oleh patogen jamur, bakteri, dan virus disebabkan oleh angin baik secara langsung atau tidak langsung melalui vektor yang dapat terbawa dalam jarak jauh oleh angin. Angin juga dapat menyebabkan permukaan tanaman terluka karena hembusan kerasnya atau karena saling bersinggungan antar tanaman atau melalui pasir yang diterbangkan dan hal ini memungkinkan terjadinya infeksi (Abadi, 2003). Banyak jamur parasit yang penyebarannya terutama dilakukan oleh angin, karena jamur membentuk dan membebaskan spora ke udara dalam jumlah yang tidak terhitung, mempunyai ukuran yang kecil dan ringan sekali, sehingga mudah diangkut oleh angin dalam jarak jauh. Meskipun spora-spora jamur pada umumnya terdapat dalam lapisan
35
udara di dekat tanah, di lapisan udara yang tingginya ribuan meter pun masih terdapat spora (Semangun, 2001). Penyebaran sebagian besar jamur patogenik tumbuhan dari suatu tumbuhan yang sama bergantung pada kesempatan penyebaran oleh agensia-agensia seperti angin, air, burung, serangga, hewan lain serta manusia. Jamur terutama disebarkan dalam bentuk spora, penyebaran spora pada hampir semua jamur berlangsung secara pasif, walaupun awal pelepasannya pada beberapa jenis jamur dibantu oleh tekanan. Jauhnya spora tersebar bervariasi yang tergantung pada agensia penyebarannya. Angin mungkin agensia penyebaran spora yang paling penting dari sebagian besar jenis jamur, serta angin dapat membawa spora dengan jarak yang jauh (Agrios, 1997).
36
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum dilaksanakan pada hari selasa 1 Desember 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2. Alat dan Bahan Praktikum Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kipas angin, gelas benda dan mikroskop. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman kacang tanah yang terinfeksi penyakit.
3.3. Prosedur Kerja 1. Dibersihkan beberapa gelas benda dan dioleskan dengan vasline setipis mungkin pada salah satu sisinya. 2. Diletakkan gelas benda pada beberapa posisi, yaitu, 1 m, 2 m, 3 m, 4 m dan 5 m dari kipas angin. 3. Diambil tanaman kacang tanah dengan gejala karat, dan dipegang di depan kipas angin. 4. Digoyangkan tanaman kacang tanah tersebut secara konstan selama 10 menit dengan kekuatan putaran kedua pada kipas angin. 5. Dihentikan putaran kipas angin dan diamati spora-spora yang jatuh yang tertangkap di gelas benda pada jarak yang berbeda beda. 6. Di hitung jumlah spora perbidang pandang dan bandingkan jumlah spora jamur antar jarak.
37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4. Penyebaran Inokulum Oleh Angin Jarak(m) Ulangan
1
2
3
4
5
Bidang Pandang
Total
Rata – rata
1
2
3
4
5
1
3
3
3
3
4
16
3,2
2
0
2
1
2
3
8
1,6
1
6
5
3
3
4
21
4,2
2
0
0
1
0
0
1
0,2
1
4
4
3
4
3
18
3,6
2
1
1
2
1
0
5
1
1
2
3
4
2
1
12
2,4
2
0
1
0
0
0
1
0,2
1
3
3
6
3
5
20
4
2
2
1
1
2
3
9
1,8
4.2 Pembahasan Penyebaran inokulum penyakit tumbuhan penting untuk diketahui. Hal ini karena penyebaran inokulum penyakit yang luas dapat menyebabkan penyakit juga akan semakin berkembang. Penyebaran spora jamur dapat disebarkan oleh agensia-agensia seperti angin, air, burung, serangga, hewan lain serta manusia. Pada praktikum, agen penyebaran yang diamati adalah angin dengan mengunakan 5 preparat. Angin merupakan agensia penyebaran spora yang paling penting dari sebagian besar jenis jamur, serta angin dapat membawa spora dengan jarak yang jauh. Ulangan 1 berwarna kuning merupakan pucinia sp dan ulangan 2 berwarna merah merupakan cercospora sp. Dari hasil pengamatan penyebaran inokulum penyakit tanaman, didapatkan hasil yang berbeda-beda. Pada jarak 1 meter diperoleh jumlah rata-rata spora pada ulangan 1 dan ulangan 2 secara berturut-turut yaitu 3,2 dan 1,6. Pada jarak 2 meter yaitu 4,2 dan0,2.
38
Pada jarak 3 meter yaitu 3,6 dan 1. Pada jarak 4 meter yaitu 2,4 dan 0,2 serta pada jarak 5 meter yaitu sebesar 4 dan 1,8. Jumlah ulangan 1 memiliki jumlah spora yang lebih tinggi dibandingkan dengan ulangan 2 dan dalam hal ini sudut pandang paling jauh yaitu sudut pandang 5 merupakan jumlah rata-rata tertinggi dari pada sudut pandang yang lain yaitu 4 dan 1,8. Hal ini menunjukkan bahwa angin berpengaruh pada penyebaran spora. Semakin besar kecepatan angin maka jumlah spora yang dapat diterbangkan juga akan semakin banyak sehingga jumlah spora akan lebih banyak pada jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak yang lebih dekat karena semakin rendah kecepatan angin maka jumlah spora yang dapat diterbangkan juga akan lebih sedikit dan jarak tempuh penyebaran sporanya juga akan semakin dekat. Hal ini juga disebabkan karena bobot spora yang ringan sehingga spora dapat terbawa angin lebih jauh dan juga angin lebih banyak membawa spora pada tempat yang lebih jauh dan angin yang kita gunakan yaitu mengunakan alat bantu kipas angin.
39
BAB V. KESIMPULAN Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut : 1. Penyebaran spora jamur dapat disebarkan oleh agensia-agensia seperti angin, air, burung, serangga, hewan lain serta manusia. 2. Jumlah rata-rata spora jamur tertinggi terdapat pada jarak 5 meter yaitu sebesar 4 dan 1,8. 3. Kecepatan angin, jarak, dan berat spora dapat mempengaruhi penyebaran spora patogen penyebab penyakit tanaman. 4. Spora yang ada pada kacang tanah kali ini memiliki bobot yang ringan sehingga spora jamur menyebar lebih banyak di jarak 5 m.
40
ACARA V. UJI ANTAGONIS JAMUR
41
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Agen hayati merupakan setiap organisme yang meliputi spesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap perkembangannya dapat di pergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu dalam proses produksi, pengolahan hasil pertanian, dan berbagai keperluan lainnya. Jamur antagonis adalah kelompok jamur pengendali hayati yang mempunyai kemampuan mengganggu proses hidup patogen tanaman. Mekanisme jamur antagonis dalam menghambat patogen tanaman dapat melalui antibiosis, lisis, kompetisi, dan parasitisme. Di samping itu, jamur antagonis mampu mencegah infeksi patogen terhadap tanaman melalui aktivitas Induce Sistemic Resistance (ISR). Trichoderma sp. Merupakan jamur antagonis yang sangat penting untuk pengendalian hayati mekanisme pengendalian trichoderma sp. Yang bersifat spesifik target, mengoloni rhizofer dengan cepat dan melindungi akar dari serangan jamur patogen,mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil produksi tanaman.selain itu trichoderma Sp sebagai jasad antagonis mudah dibiakkan secara masal dan mudah di simpan dalam waktu lama. Berdasarkan uraian di atas, dengan adanya potensi jamur Trichoderma Sp. sebagai jamur antagonis yang bersifat preventif (mencegah) terhadap serangan penyakit tanaman maka perlu dilakukan praktikum ini guna mengetahui seberapa besar jamur ini menghambat perkembangan jamur Sclerotium rolfsii. 1.2. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui seberapa besar jamur Trichoderma sp menghambat perkembangan jamur Sclerotium rolfsii.
42
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jamur antagonis adalah kelompok jamur pengendali hayati yang mempunyai kemampuan mengganggu proses hidup patogen tanaman. Mekanisme jamur antagonis dalam menghambat patogen tanaman dapat melalui antibiosis, lisis, kompetisi, dan parasitisme. Di samping itu, jamur antagonis mampu mencegah infeksi patogen terhadap tanaman melalui aktivitas Induce Sistemic Resistance (ISR) (Administrator, 2012). Eksplorasi jamur antagonis dari rizosfer tanaman lebih mudah di bandingkan dari sampel daun atau bagian tanaman yang lain,karena dari rizofer banyak terdapat senyawasenyawa organik yang sangat berguna bagi pertumbuhan beberapa mikroorganisme, termasuk jamur antagonis. Senyawa organik yang di keluarkan tanaman melalui akar dapat berupa eksudat, sekresi, plant mucilage, mucigel, dan lisat. Jenis tanaman dan jenis tanah sangat menentukan jenis jamur antagonis yang ditemukan (Susiana 2009). Trichoderma Sp. adalah cendawan saprofit tanah yang secara alami dapat dimanfaatkan sebagai agens hayati, karena memiliki sifat antagonisme terhadap patogen berupa kompetisi ruang dan nutrisi, mikoparasit dan antibiosis. Selain itu cendawan Trichoderma Sp. juga memiliki beberapa kelebihan seperti mudah diisolasi, daya adaptasi luas, mudah ditemukan di tanah areal pertanaman, dapat tumbuh dengan cepat pada berbagai substrat, memiliki kisaran mikroparasitisme yang luas dan tidak bersifat patogen pada tanaman (Howell, dkk. 1997). Mikoparasitisme dari Trichoderma Sp.merupakan suatu proses yang komplek dan terdiri dari beberapa tahap dalam menyerang inangnya. Interaksi awal dari trichoderma Sp. Yaitu dengan cara hifanya membelok kearah jamur inang yang di serangnya,ini menunjukkan adanya phenomena respon kemotropik pada trichoderma Sp. Karena adanya rangsangan dari hifa inang ataupun senyawa kimia yang di keluarkan oleh jamur inang. Ketika mikopaasit itu mencapai inangnya, hifanya kemudian membelit atau menghimpit hifa inang tersebut dengan membentuk srtuktur seperti kait, mikoparasit ini jugak mempenetrasi miselium inang dengan mendegradasi sebagian dinding inang (Susiana,2009). Sclerotium rolfsii mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Di dalam tanah sklerotium dapat bertahan sampai 6 atau 7 tahun. Dalam cuaca yang kering sklerotium akan mengeriput, tetapi dalam lingkungan yang lembab
43
jumlahnya akan bertambah dengan cepat. (Wikipedia, 2010). Jamur ini memiliki struktur yang terdiri dari mikronidia dan makronidia. Permukaan koloninya berwarna ungu dan tepinya bergerigi. Permukaan kasar, berserabut dan bergelombang. Di alam jamur ini membentuk konidium. Konidiofor bercabang – cabang dan makro konidium berbentuk sabit, bertangkai kecil, sering kali berpasangan. (Wikipedia, 2010). Miselium terutama dapat di dalam sel khususnya di dalam pembuluh, juga memebentuk miselium yang terdapat di antara sel –sel, yaitu di dalam kulit dan di jaringan parenkim di dekat terjadinya infeksi. Mikronidia adalah spora dengan satu atau dua sel yang dihasilkan fursarium pada semua kondisi dan dapat menginfeksi tanaman. Mikronidia adalah fungi dengan tiga sampai lima sel biasanya ditemukan pada permukaan. Klamidospora adalah spora dengan sel selain di atas, dan pada waktu dorman dapat menginfeksi tanaman sporanya dapat tumbuh di air (Wikipedia, 2010).
44
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum dilaksanakan pada hari selasa 24 November 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2. Alat dan Bahan Praktikum Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri,kertas label, penggaris, dan alat tulis menulis. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah biakan Trichoderma Sp dan Sclerotium rolfsii.
3.3. Prosedur Kerja 1. Diambil Jamur Trichoderma Sp. yang akan dijadikan sebagai jamur antagonis dalam 2 bentuk yaitu bentuk biakan dan dalam bentuk larutan, yang telah tersedia. 2. Ditaruh ke dalam petri yang kosong dengan jarak yang sudah ditentukan, biakan dan larutan Jamur Trichoderma Sp. Secara aseptis dalam ruang inkubasi. 3. Dimasukkan pula biakan jamur Sclerotium rolfsii yang sudah disiapkan secara aseptis pada jarak tertentu yang sudah disediakan (ditandai dengan garis diameter yang sudah dibuat). 4. Dibuatkan label pada cawan petri yang digunakan. 5. Dimasukkan cawan petri yang berisi biakan Trichoderma Sp. dan jamur Sclerotium rolfsii ke dalam ruang inkubasi. 6. Diamati
pertumbuhan
kedua
jamur
dengan
cara
menghitung diameter
pertumbuhan jamur Trichoderma Sp. Sedangkan jamur Sclerotium rolfsii hanya di jadkan sebagai control.
45
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil pengamatan Tabel 5. Pertumbuhan Jamur Trichoderma sp.
No
hari
Ulangan
1
1
2
2
3
3
1 2 1 2 1 2
Tricoderma sp. 0 0 2.9 2.6 3.1 3
Sclerotium sp ( cm ) 0 0 1.3 1.4 1.4 1.5
Control ( cm ) 0 0 1.3 1.5 3 3
Hasil ( cm ) 0 0 2.4 2 2.6 2.5
4.2 Pembahasan Pada pengamatan pertama, panjang diameter Tricoderma sp. yang diambil pada hari 1 ulangan 1 dan 2 yaitu 0 cm, pada pengamatan hari kedua ulangan 1 didapatkan panjangnya 2,9 cm dan ulangan ke 2 yaitu 2,6 cm sedangkan pada pengamatan hari ke 3 ulangan 1 panjangnya 3,1 cm dan ulangan ke 2 yaitu 3. Pada pengamatan Sclerotium rolfsii pad hari 1 ulangan 1 dan ke 2 diadaptkan panjangnya 0 cm, hari kedua pada ulangan 1 sebesar 1,3 dan ulangan ke 2 sebesar 1,4; pada hari ketiga ulangan 1 didapatkan panjangnya sebesar 1,4 dan ulangan ke 2 sebesar 1,5. Pada kontrol yaitu pad hari pertama ulangan 1 dan kedua yaitu 0 cm, sedangkan pada hari kedua ulangan 1 yaitu 1,3 dan ulangan ke 2 yaitu 1,5 dan pada hari ketiga sama-sama memiliki panjang penyebaran sepanjang 3 cm untuk kedua ulangan. Dari hasil tersebut, pertambahan diameter dari jamur Trichoderma mampu menekan pertumbuhan jamur Sclerotium rolfsii. Trichoderma sp merupakan jamur inperfekti (tak sempurna) dari Subdivisi Deuteromycotina, Kelas Hyphomycetes, Ordo Moniliaceae. Konidiofor tegak, bercabang banyak, agak berbentuk kerucut, dapat membentuk klamidospora, pada umumnya koloni dalam biakan tumbuh dengan cepat, berwarna putih sampai hijau (Cook and Baker, 1989). Bentuk Sempurna dari jamur ini secara umum dikenal sebagai Hipocreales atau kadang-kadangEurotiales, Clacipitales dan Spheriales. Spesies dalam satu kelompok yang sama
dari
Trichoderma sp
dapat
menunjukkan
spesies
yang
berbeda
46
pada Hypocrea sebagai anamorf. Hal ini dimungkinkan karena terdapat banyak perbedaan bentuk seksual dari Trichoderma, sebagai contoh misalnya pada T. harzianum dapat menunjukkan enam perbedaan bentuk seksual yang masing-masing bentuk ini menunjukkan anamorf yang berbeda (Cholil, 1991). Diketahui bahwa beberapa spesies Trichoderma mampu menghasilkan metabolit gliotoksin dan viridin sebagai antibiotik dan beberapa spesies juga diketahui dapat mengeluarkan enzim b1,3-glukanase dan kitinase yang menyebabkan eksolisis pada hifa inangnya, namun proses yang terpenting yaitu kemampuan mikoparasit dan persaingannya yang kuat dengan patogen (Cholil, 1991). Trichoderma Sp memiliki peran antagonisme terhdap beberapa patogen tular tanah yang berperan sebagai mikoparasit terhadap beberapa tanaman inang. Berpendapat bahwa mikoparasitisme dari Trichoderma Sp merupakan suatu proses yang kompleks dan terdiri
dari
beberapa
tahap
dalam
menyerang
inangnya.
Interaksi
awal
dari Trichoderma Sp. yaitu dengan cara hifanya membelok ke arah jamur inang yang diserangnya, Ini menunjukkan adanya fenomena respon kemotropik padaTrichoderma Sp. karena adanya rangsangan dari hyfa inang ataupun senyawa kimia yang dikeluarkan oleh jamur inang. Ketika mikoparasit itu mencapai inangnya, hifanya kemudian membelit atau menghimpit hifa inang tersebut dengan membentuk struktur seperti kait (hook-like structure), mikoparasit ini juka terkadang mempenetrasi miselium inang dengan mendegradasi sebagian dinding sel inang. Mekanisme penghambatan yang terjadi pada uji antagonisme yaitu secara antibiosis dan hiperparasit yang dapat diamati dengan terbentuknya zona bening sebagai zona penghambatan pertumbuhan bagi Sclerotium rolfsii, munculnya zona bening ini menunjukkan trejadinya proses antibiosis yang dilakukan oleh jamur Trichoderma Sp terhadap jamur Sclerotium rolfsii dan pertumbuhan miselium Trichoderma Sp yang menutupi seluruh permukaan medium termasuk koloni Sclerotium rolfsii secara hiperparasit. Kompetisi ruang dan makanan pada kedua jamur yang saling berinteraksi menyebabkan pertumbuhan salah satu jamur terdesak disepanjang tepi koloninya, sehingga pertumbuhannya akan ke atas tidak menyamping. Adanya hambatan perkembangan pertumbuhan koloni jamur pathogen Sclerotium rolfsii oleh jamur antagonis spesifik lokasi Trichoderma Sp. disebabkan karena pertumbuhan koloni jamur antagonis Trichoderma Sp. jauh lebih cepat dibanding jamur
47
pathogen Sclerotium rolfsii. Selain itu diduga karena selulase yang dimiliki oleh jamur antagonis Trichoderma Sp. Akan merusak dinding sel selulosa jamur pathogen Sclerotium rolfsii. Sesuai dengan pernyataan Salma dan Trichoderma Sp. Mampu menghasilkan selulase untuk menguraikan selulosa menjadi glukosa. Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel jamur pathogen Sclerotium rolfsii.
48
BAB V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Dari praktikum yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Jamur Trichoderma Sp.
merupakan
jamur
antagonis dan
jamur Sclerotium
rolfsii jamur pathogen. 2. Pertumbuhan koloni jamur antagonis Trichoderma Sp. jauh lebih cepat dibanding jamur pathogen Sclerotium rolfsii. 3.
Sclerotium rolfsii adalah sejenis jamur yang mempunyai miselium yang terdiri dari benang-benang, berwarna putih, tersusun seperti bulu atau kipas.
49
ACARA VI. PENGAMATAN NEMATODA
50
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat disebabkan oleh mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak bisa kita lihat dengan menggunakan mata telanjang. Dampak dari serangan penyakit berbeda-beda setiap jenis tumbuhan yang diseranggnya. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan seperti Jamur, Bakteri, Virus dan Nematoda. Penyebab penyakit pada tanaman yang disebutkan di atas diantaranya adalah Nematoda. Nematoda dapat berperan sebagai hama dan juga sebagai penyakit, dikatakan sebagai hama karena nematoda dapat menyerang tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai penyebab penyakit karena dapat masuk kedalam jaringan pembuluh pada akar tanaman. Melihat fenomena bahwa banyaknya tanaman budidaya yang terserang Nematoda untuk itu sangat pentingnya praktikum ini khususnya tentang Pengenalan Nematoda. Dengan praktikum ini kita dapat mengetahui morfologi nematoda, gejala serangan dan juga pangandalian nematoda, sehingga dalam pengaplikasian dilapangan kita sudah mengetahui semua tentang nematoda. Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke dalam filum dunia hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarnah bening. Secara umum karena ukuran tubuh nemtoda sangat kecil, para petani sangat sulit membedakan dengn penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Berdasrkan uraian di atas maka perlu di lakukan praktikum tentang bentuk serta ciri dari nematoda.
1.2 Tujuan dan Kegunaan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bentuk serta ciri dari nematoda.
51
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Nematoda termasuk dalam Filum nemata, terdiri atas dua kelas yaitu Secernenta (Phasmidia) dan Adenophorea (Aphasmidia). Kelas Secernenta terdiri atas tiga subkelas yaitu Rhabditia, Spiruria, dan Diplogasteria.
Semua nematoda parasitik tanaman
termasuk dalam ordo Thylenchida dan Dorylaimida.
Kalasifikasi dari nematoda
Meloidogyne spp. adalah Phylum nematoda, klas secernenta, ordo tylenchida, subordo tylenchina, dan famili heteroderidae (Tjahjadi, 2005). Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1 atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi). Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing. Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ala caudal sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut bursa (berfungsi untuk memegang cacing betina saat kopulasi (Subagia, 2008). Nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor. Panjang lebih dari 0,5 mikron dan lebarnya antara 0,3-0,4 mm, stiletnya lemah dan panjangnya 12–15 mm melengkung kearah dorsal, serta mempunyai pangkal knot yang jelas. Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1 ovarium tubuler, berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang meluas membentuk Reseptakulum Seminalis yaitu kantung sperma), vagina dan terakhir vulva (Subagia, 2008). Serangan nematoda menimbulkan gejala yang beragam tergantung pada jenis nematoda, jenis tumbuhan yang terserang dan keaadaan nematoda yang menyerang akar akan menimbulkan gejala terutama pada akar, tetapi gejala ini biasanya disertai dan munculnya gejala pada bagian atas tanaman, yaitu berupa gejala tanaman kerdil, daun menguning, dan layu yang berlebihan dalam cuaca panas. Puru akar merupakan ciri khas dari serangan nematoda Meloidogyne spp. Puru akar tersebut terbentuk karena terjadinya pembelahan sel-sel raksasa pada jaringan tanaman , sel-sel ini membesar dua atau tiga
52
kali dari sel-sel normal. Selanjutnya akar yang terserang akan mati dan mengakibatkan pertumbuhan tanamn terhambat. Respon tanaman terhadap nematoda puru akar merupakan respon dari seluruh bagian tanaman dan respon dari sel-sel tanaman, seluruh bagian tanaman memberikan respon terhadap infeksi dan menurunnya laju fotosintesis, pertumbuhan dan hasil (Pracaya, 2007) .
53
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum dilaksanakan pada hari selasa 8 Desember 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
3.2. Alat dan Bahan Praktikum Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pipet, cawan petri, mikroskop dan alat tulis menulis. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah nematoda dan air.
3.3. Prosedur Kerja 1. Diamati nematoda yang ada di dalam cawan petri menggunakan mikroskop sambil dipancing menggunakan pipet. 2. Diletakkan di gelas benda nematode yang diambil dari cawan petri menggunakan mikroskop. 3. Digambar nematode yang telah diamati..
54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum Tabel 6. hasil pengamatan nematoda Nematoda
Parasitik
Gambar
Keterangan
Hidup pada organisme hidup lainnya, siklus hidup komplek tergantung pada inang, dan punya stilet
Non parasitik
Tidak punya stilet, terdapat pada semua tanah dan habitat, Perombak sisa bahan organik yg aktif, Pemakan bakteri, jamur, ganggang, dan memiliki siklus hidup tdk komplek
4.2 Pembahasan Nematoda merupakan phatogen yang berbentuk cacing dan mengganggu tanaman. Nematode memiliki ciri morfologi
tidak betulang belakang, seperti cacing, bilateral
simetris, berbentuk fusiform, tidak bersegmen, sistem pencernaan lengkap, tidak punya sistem sirkulasi, tidak ada sistem pernafasan yang jelas, tripoblastik (Ektoderm, mesoderm, & Endoderm), umumnya mikroskopis (0,5mm – 3 mm), jenis nematode terkecil : nematoda laut, Greefiella (82 µm) sedangkan terbesar : Placentonama (>8 m) pada ikan paus.
55
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hamper 2 kali panjang stilet betina Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1 atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi). Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing. Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ala caudal sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut bursa (berfungsi untuk memegang cacing betina saat kopulasi. Nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor. Panjang lebih dari 0,5 mikron dan lebarnya antara 0,3-0,4 mm, stiletnya lemah dan panjangnya 12–15 mm melengkung kearah dorsal, serta mempunyai pangkal knot yang jelas. Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1 ovarium tubuler, berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang meluas membentuk Reseptakulum Seminalis yaitu kantung sperma), vagina dan terakhir vulva. Pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan pengendalian hayati. Pengendalian dengan bercocok tanam melalui pengaturan waktu tanam yaitu menanam tanaman pada waktu yang tidak sesuai dengan perkembangan nematoda, membajak tanah agar nematoda yang berada pada lapisan dalam tanah akan naik kepermukaan tanah sehingga terjadi pengeringan oleh panas matahari, kelembaban tanah, perbaikan dan komposisi tanah dengan pemupukan (Sinaga, 2006). Pengendalian secara kimia dapat dilakaukan dengan penggunaan nematisida: fumigan, metil bromyda, methon sodium dan karbofuran, penanifhas, dan prophus. Pengendalian secara hayati pelaksanaannya menggunakan mikroorganisme pada nematoda yang sekarang giat diteliti. Pengendalian hayati dilakukan dengan menggunakan parasit atau predator pada telur, larva tau nematoda dewasa agar dapat menekan populasi nematoda.
56
Pengendalian hayati terhadap patogen tanaman umumnya terjadi mekanisme secara antagonis. Antagonis yaitu peristiwa dimana organisme yang satu menghambat perkembangan dan pertumbuhan organisme yang lain, hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara seperti kompetisi, antibiosis, dan parasitisme. Dalam hal ini dapat terjadi persaingan dan perebutan ruang, makannan (nutrisi), oksigen dan pembentukan toksin.
57
BAB V. KESIMPULAN Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut : 1. Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina sedangkan nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor. 2. Gejala umum Penyakit yang disebabkan nematoda tanaman yang terserang menjadi layu, daun bercak-bercak kecoklatan dan terdapat bintil-bintil pada akar. 3. Pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan pengendalian hayati. 4. Karakteristik umum dari nematoda adalah tidak betulang belakang, seperti cacing, bilateral simetris, berbentuk fusiform, tidak bersegmen, sistem pencernaan lengkap, tidak punya sistem sirkulasi, tidak ada sistem pernafasan yang jelas, tripoblastik (ektoderm, mesoderm, & endoderm), umumnya mikroskopis (0,5mm – 3 mm).
58
DAFTAR PUSTAKA Adinugroho, 2008. Konsep Timbulnya Penyakit (http://konsep-timbulnya-penyakit.pdf). Diakses pada tanggal 18 Desember 2015 Alcamo IE. 2001.Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby Anafzhu, 2009. Nematoda. http://anafzhu.blogspot.com/2011/06/penyakit-tungro.html. Diakses pada tanggal 18 Desember 2015. Aqsha.2013.”Laporan Brhyophyta”.http:aqshabiogger2010.blogspot.com201202\laporanpraktikum-brhyophyta.html-.html.(20 Desember 2015). Burrow,W.1959.Textbook of Microbiology.W.B. Saunders Company:Philadelpia Cybex, 2014. Pengendalikan Penyakit Blight pada Daun Mangga. http://cybex. deptan.go.id. Diakses pada tanggal 16 Desember 2015 Coyne, Mark S. 1999. Soil Microbiology: An Exploratory Approach. USA : Delmar Publisher. Darkuni, Noviar. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi,Virologi dan Mikologi).Malang: Pendidikan Nasional. Dwidjoseputro, D., Prof.,Dr. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan Dwidjoseputro.2003.dasar-dasar microbiologi.Djambatan:Malang Epetani, 2014. Mengatasi Berbagai Penyakit Tumbuhan. (http://epetani.deptan.go.id). Diakses pada tanggal 19 Desember2015 Dwijoseputro, D. 2005.Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.. Echa.2013.”Laporan Mikrobiologi”.http:echa-resaindah.blogspot.com201211 Laporanmikrobiologi.htm.(17 Desember 2015). Ferdias, S., 1992, Mikrobiologi Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Fahmi. 2012. Gejala dan Tanda Penyakit Pada Tanaman. (http://kickfahmi.blogspot.com). Diakses pada tanggal 21Desember 2015 Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Funke BR, Tortora GJ, Case CL. 2004. Microbiology: an introduction (edisi ke-8th ed,). San Francisco: Benjamin Cummings Gaman, P.M & K.B. Sherrington. 1994. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan
59
Holt, J. G. 1994. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology , 8th. Williams dan Wilkins.
Philadelphia :
Gandjar. 2009. Mikrobiologi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hidayat, H., 2009. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hasna, qomatul. 2012. Penggolongan Penyakit Tumbuhan http://planthospital.blogspot.com). Diakses pada tanggal 21 Desember 2015 Hutagalung, L., 2008. Teknik Ekstrasi dan Membuat Preparat Nematoda Parasit Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta. Ita.2013.”Laporan Mikrobiologi”.http:itatrie.blogspot.com201210 laporanmikrobiologi-pengamatan--jamur.html.(20 Desember 2015). Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Bandung: JICA Medhy.2013.”Pengamatan Morfologi”.http:medhythedoctor.blogspot.com201302laporanpengamatan-morfologi-jamur.html.(19 Desember 2015). Madigan M and Martinko J.2005. Brock Biology of Microorganisms (11th ed.). Prentice Hall. Mikrobiologi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada press. Pracaya, 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta. Pelczar,M.J.Dasar-Dasar Mikrobiologi. Terjemahan R.S Hadiotomo dkk.UI Press:Jakarta Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta. Ristiati,Ni Putu.2000.Pengantar Mikrobiologi Umum.2000.Erlangga.Jakarta Syamsuri, Istamar. 2004.Biologi. Erlangga :Jakarta. Subagia, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. Sinaga, S.M., 2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya,Jakarta. Tjahjadi, N., 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius, Palembang. Trisnawati, Y., 2006. Pembudidayaan Secara Komersial Tomat. Penebar Swadaya, Jakarta. Talaro K.P.1999.Foundation Mikrobiologi third edition.MC Graw Hill Company:Boston Yamin.2013.”Laporan Mikrobiologi”.httpyaminanggri.blogspot.com201304 praktikum-mikrobiologi-umum_23.html.(20 Desember 2015).
laporan-
60
Waluyo. 2005. Pengantar Mikrobiologi. Tarsito. Bandung Wikipedia.2010. Mikrobiologi. http://www.wikipedia.com. Diakses 20 Desember 2015