LAPORAN KUNJUNGAN BLOK ZOONOSIS DHARMA SANUR ( PROGRAM PENGENDALIAN RABIES )
OLEH : I WAYAN DARSANA
1520025013
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2017
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Zoonosis merupakan
salah satu
masalah kesehatan yang masih sulit
untuk ditangani di dunia. Salah satu masalah zoonosis yang masih menjadi permasalahan adalah
penyakit rabies.
Rabies
merupakan penyakit
yang
disebabkan oleh virus rabies yang ditularkan oleh hewan berdarah panas terutama oleh anjing, kucing kelelawar dan kera. Penularan rabies di Indonesia berdasarkan data Infodatin (Situasi dan Analisis Rabies) menunjukan penularan tertinggi disebabkan oleh anjing sebesar (98%) dan sisanya disebabkan oleh kera dan kucing (Kemenkes, 2014). Penyakit rabies ini
memiliki tingkat kematian yang tinggi, infodatin
menunjukan bahwa tingkat kematian pada hewan atau manusia yang terinfeksi rabies pada otak hampir semua berakhir dengan kematian dan hanya 1 penderita yang hidup di dunia. Hampir 150 negara yang ada di dunia terjangkit rabies dan setiap tahunnya sekitar 55.000 orang meninggal. Sekitar lebih dari 15 juta orang yang tergigit atau terpajan mendapatkan vaksin anti rabies (VAR) sebagai upaya dalam mencegah timbulnya rabies. Kasus gigitan oleh hewan penular rabies hampir 40% terjadi pada anak-anak (Kemenkes, 2014). Melihat kasus diatas menunjukan bahwa rabies memang benar-benar masalah yang menjadi masalah di dunia, hampir 150 negara yang ada di dunia memiliki kasus rabies. Rata-rata kasus rabies yang terjadi setiap tahun di Negara asia adalah sebesar 20.000 kasus di India, 2.500 kasus di China, 20.000 kasus di Filipina, 9.000 kasus di Vietnam dan di Indonesia terdapat 168 kasus. Di Indonesia sendiri dari 34 Provinsi yang ada hanya 10 Provinsi yang dikatakan sebagai daerah yang bebas rabies, sedangkan Provinsi yang memiliki kasus rabies yang tinggi adalah Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur menempati peringkat 1 dan 2. Provinsi Bali pada tahun 2009 - 2012 menjadi daerah yang mengalami KLB (Kasus Luar Biasa) Rabies dengan mengalami peningkatan kasus, tetapi masalah ini bisa dikendalikan oleh seluruh pemangku kebijakan di Bali yang menyebabkan kasus rabies menjadi menurun mulai dari tahun ke tahun mulai tahun 2009 sampai dengan 2013 secara berurutan sebagai berikut : 47,96% pada
tahun 2009, 77,2% pada tahun 2010, 62,65% pada tahun 2011, 65,88% pada tahun 2012, dan pada 2013 sebanyak 56,94%. Hal diatas menunjukan bahwa Provinsi Bali masih berada pada wilayah yang terancam rabies untuk saat ini, sehingga muncul Program Dharma di Desa Sanur sebagai daerah percobaan dalam mencegah terjadinya rabies dengan metode pendekatan Program “One
Health”.
Sehingga untuk mengetahui lebih dalam dan
jelas tentang Program Dharma ini maka dilaksanakan kunjungan lapangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam laporan ini adalah sebagai berikut : 1. Apa saja kegiatan yang dilakukan selama kunjungan lapangan di Pogram Dharma Sanur ? 2. Apa itu Program Dharma Sanur dalam mencegah rabies? 3. Apa saja yang menjadi program kerja di Program Sanur dalam mencegah rabies? C. Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya kunjungan lapangan ke Program Dharma Sanur adalah untuk : 1. Mengetahui lebih mendalam tentang pengapliksian konsep Health”
“One
pada Program Dharma Sanur untuk mecegah rabies di Desa
Sanur. 2. Untuk mengetahui program kerja yang ada di Program Dharma Sanur dalam mencegah rabies di Desa Sanur. D. Manfaat
Manfaat dilaksanakan kunjungan lapangan ke Program Dharma Sanur adalah : 1. Menambah pemahaman mahasiswa dalam pengaplikasian “One Health”
untuk mencegah penyakit rabies di Desa Sanur melalui
Pogram Dharma Sanur serta melatih mahasiswa dalam berkomunikasi dalam menggali informasi terkait dengan upaya pencegahan penyakit rabies di Desa Sanur melalui Program Dharma Sanur.
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Kronologis
Kunjungan lapangan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 7 Februari 2018 yang bertempat di Dusun Tanjung, Desa Sanur Kauh. Peserta dalam kunjungan berjumlah 19 mahasiswa dari Peminatan Epidemiologi,Program Study Kesehatan Masyarakat,Universitas Udayana dan fasilitator dari Program Dharma Sanur yang terdiri atas manajer Dharma Sanur, 4 T1 (Trainer 1), Kepala Dusun Tanjung dan 1 orang T2 (Trainer 2) yang berasal dari Dusun Tanjung. Pada kunjungan ini dilakukan beberapa kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang Program Dharma Sanur. Pertama diadakan sesi tanya jawab yang membahas secara umum terkait dengan Program Dharma dalam mencegah adanya rabies di Desa Sanur sebagai upaya pengenalan Program Dharma kepada mahasiswa Udayana. Setelah sesi tanya jawab selesai, untuk menambah pemahaman mahasiswa tentang Program Dharma Sanur maka fasilitator membentuk mahasiswa menjadi 3 kelompok, dimana ketiga kelompok itu mendapat kesempatan untuk melihat secara langsung kegiatan di Program Dharma itu sendiri, mulai dari kelompok revisit yang tujuannya untuk melakukan pendataan ulang anjing dan keluarga pemilik anjing, kelompok “Hotline” yang tujuannya untuk
mengetahui
bagaimana penanganan kasus jika ada panggilan darurat dari masyrakat kepada Dharma Sanur dan kelompok pemetaan yang tujuannya untuk mengetahui bagaimana cara untuk memetakan anjing yang ada di Lingkungan Sanur melalui beberapa aplikasi. Kemudian setelah kelompok terbentuk setiap kelompok mengikuti fasilitator dalam melaksanakan kegiatan.
B. Program Dharma
Melalui sesi Tanya jawab mahasiswa dapat mengetahui secara jelas tentang Program Dharma, dimana program ini merupakan program yang diimplementasikan di Desa Sanur yang mendapat donor dari lembaga asing. Program ini menggunakan konsep
“One
Health”
sebagai upaya dalam
pencegahan rabies. Dimana program ini bekerja sama dengan beberapa pihak
yang antara lain dari Universitas Udayana khususnya Fakultas Kedokteran Hewan dan Program Study Kesehatan Masyarakat, IFAW (International Fund for Animal Welfare), BAWA (Yayasan Bali Animal Welfare Association), dan YKP (Yayasan Kerti Praja, serta beberapa Dinas terkait seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pariwisata dan Dinas Peternakan. Pemilihan Desa Sanur sendiri didasari pada Sanur merupakan daerah wisata dan diharapkan bisa menjadi contoh nyata program
“One Health” di
Bali.
Program ini terbentuk dengan tujuan memberikan informasi tentang upaya pencegahan, penanggulangan rabies, dan kepedulian masyarakat kepada hewan. Dimana program ini lebih mengarah pada pemberdayaan masyarakat yang nanti harapannya masyarakat secara mandiri bisa melaksanakan program ini secara keseluruhan.Karena untuk memudahkan berjaannya program ini meggunakan masyarakat local sebagai ujung tombaknya agar bisa diterima oleh masyarakat Sanur. Pada pelaksanaannya program ini di masyarakat didampingi oleh Dokter Hewan dan Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam melakukan edukasi dan pemetaan anjing. Di tahun yang ke 3 program ini berjalan sudah mencakup 3 desa yaitu Desa Sanur Kauh, Desa Sanur Kaja dan Kelurahan Sanur dan secara keseluruhan sudah mencakup 28 Banjar yang ada di ketiga Desa di Sanur. Untuk saat ini Desa Sanur Kaja dan Desa Sanur Kauh secara Finansial untuk pembiayaan kader sudah bisa dianggarkan melalui dana desa, tetapi untuk Kelurahan Sanur masih sedikit sulit untuk menganggarkan dana kearah program ini, karena factor birokrasi dan penganggaran dana oleh pusat. C. Program Kerja di Program Dharma
Secara umum program kerja yang ada di Program Dharma terdiri dari beberapa proses yang diantaranya adalah : 1. Pendataan Pada proses ini pendataan dilakukan oleh kader di masing-masing banjar dengan mendata 2 hal yaitu mendata anjingnya atau disebut dogalog dan mendata pemiliknya atau disebut dengan attitude survey. Pada awal progam ini berjalan pendataan masih menggunakan aplikasi epi
info yaitu pada daerah Desa Sanur Kaja. Karena semakin banyaknya pendataan yang dilakukan maka aplikasi epi info diganti menjadi aplikasi Device Magic yang dimana setiap tab berbayar sebesar Rp.100.000 setiap bulannya dan aplikasi ini sudah digunakan di semua Desa yaitu Sanur Kauh, Sanur Kaja dan Kelurahan Sanur. Setelah anjing selesai di data maka kader memberikan kartu identitas anjing serta dilakukan penempelan stiker dharma sebagai pertanda bahwa anjing pada rumah tersebut sudah didata.
Selain pendataan di rumah-rumah pendataan juga dilakukan di
daerah pantai untuk memantau adanya anjing yang diliarkan. Selain pendataan hal lain yang dilakukan adalah mapping yaitu pendataan anjing secara keseluruhan. 2. Edukasi Edukasi atau pemberian informasi ini dilakukan di sekitar DesaSanur Kaja, Sanur Kauh, dan Kelurahan Sanur. Biasanya dilakukan di dua sekolah yang ada yaitu SMP N 9 Denpasar dan SMP Kerta Wisata. Selain edukasi dilakukan di sekolah team dari Program Dharma melakukan edukasi ke banjar-banjar melalui STT yang ada atau kader memberikan edukasi kepada masyarakat yang memiliki anjing. 3. Transeck Transeck disini menggunakan aplikasi OSM Tracker for Android. Pada pemetaan ini dilakukan setiap 6 bulan sekali. Dimana dalam pelaksanaannya satu kali transeck
membutuhkan 3 kali melakukan
pendataan dan dilakukan pada jam yang sama. Pelaksanaan 3 kali ini hanya boleh telat sehari, jika lebih telat sehari maka dianggap gagal. Serta jam pelaksanaanya harus dilakukan pada jam yang sama dan paling lambat lebih 45 menit, jika lebih dari 45 menit maka dianggap gagal. Penggunaan waktu yang sama itu bertujuan untuk melihat hasil yang sama.
4. Pelaporan Kasus Pelaporan kasus dilakukan oleh masyarakat melalui “hotline” yang ada pada stiker atau pamflet yang bisa dihubungi apabila terjadi masalah
yang berkaitan dengan kasus gigitan, vaksinasi anjing, sterilisasi anjing, dan lain sebagainya yang terkait dengan pengendalian rabies. Secara unun program diatas dirasa sangat efektif dalam pencegahan dan pengendalian penyakit rabies. Melalui pendekatan
“One Health” yiatu
dengan
perawatan hewan dengan baik dan pemberian edukasi kepada masyarakat serta menjaga lingkungan dengan baik membuat Sanur menjadi daerah yang 0% terjadi kasus gigitan rabies oleh anjing. Walau pada awalnya program ini masih mengalami penolakan dari masyarakat sendiri. Setelah capaian positif ini diharapkan program ini bisa diterapkan di daerah lain yang masih menjadi red zone rabies sesuai tujuan dari program ini dapat dikembangkan di seluruh Bali.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Program Dharma Sanur adalah satu bentuk program pengendalian rabies yang bersinergi dengan baik melalui pendekatan masyarakat dan desa setempat. Program ini terdiri dari proses pendataan, edukasi, mapping, kasus pelaporan gigitan yang sistematis dan juga melayani fasilitas vaksinasi dan sterilisasi. Program ini patut untuk dijadikan percontohan dalam upaya pengendalian penyakit yang berwawasan One health dengan berkolaborasi bersama lintas sektor untuk bersama-sama menuntaskan permasalahan rabies di Bali. B. Saran
Program Dharma Sanur bisa menjadi percontohan dalam pengendalian dan pencegahan penyakit rabies dengan pendekatan metode
“One Health” di
Bali.
Sehingga bisa diimplementasikan ke daerah lain yang menjadi red zone rabies, dengan harapan dapat menurunkan kejadian rabies atau bahkan menghilangkan kejadian rabies di Bali.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes. (2014). Infodatin (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan) :Situasi dan Analisis Rabies. Jakarta Selatan.
Dokumentasi