LAPORAN KERJA PRAKTIK IMPLEMENTASI OHSAS
NCY RE SPO SPONSE NSE AND 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 E MERGE NCY PREPAREDNESS DI PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP PERIODE MARET-APRIL 2016
Disusun oleh :
ARIEF RACHMAN PAMBUDY
( 11513042 )
MUHAMMAD ALIF PANDU
( 12513030)
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2016
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTIK MARET - APRIL 2016 Dengan ini menerangkan bahwa Laporan Kerja Praktik Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesiayang berjudu berjudul: l:
IMPLEMENTASI OHSAS NCY RE SPO SPONSE NSE AND PRE PRE PARE PARE DNESS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 E MERGE NCY DI PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP
Disusun Oleh: Arief rachman Pambudy 11513042
Telah disetujui dan disahkan pada
Muhammad Alif Pandu A 12513030
April April 2016
Fire and Insurance Section Head,
Pembimbing Pembimbing Lapangan, Lapangan,
Achmad Thamrin Nopek Nopek.. 693 693225 225
Sjahru Sjakbani Nopek Nopek.. 725 725488 488
Mengetahui, HSE Manager
Leodan Haadin Nopek. Nopek. 734843 734843
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSEANDPREPAREDNESS
ii
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTIK MARET - APRIL 2016 Dengan ini menerangkan bahwa Laporan Kerja Praktik Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesiayang berjudu berjudul: l:
IMPLEMENTASI OHSAS NCY RE SPO SPONSE NSE AND PRE PRE PARE PARE DNESS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 E MERGE NCY DI PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP
Disusun Oleh: Arief rachman Pambudy 11513042
Telah disetujui dan disahkan pada
Muhammad Alif Pandu A 12513030
April April 2016
Fire and Insurance Section Head,
Pembimbing Pembimbing Lapangan, Lapangan,
Achmad Thamrin Nopek Nopek.. 693 693225 225
Sjahru Sjakbani Nopek Nopek.. 725 725488 488
Mengetahui, HSE Manager
Leodan Haadin Nopek. Nopek. 734843 734843
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSEANDPREPAREDNESS
ii
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan penulisan laporan kerja praktik yang berjudul " Implementasi OHSAS 18001 Klausul 4.4.7 Emergency Response and Preparedness (ERP) di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap". Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan persyarat an mata kuliah di Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia. Laporan kerja praktik ini merupakan hasil dari kegiatan yang kami lakukan selama melaksanakan kerja praktik di PT. Pertamina (Persero) Refinery Refiner y Unit IV Cilacap sejak tanggal 11 Maret 2016 hingga hingga 11 April April 2016. 2016. Keberhasilan penulisan laporan ini tidak lepas dari dukungan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak, antara lain: 1. Kedua orang tua kami, yang selalu memberikan dukungan moril dan materil kepada saya. Kalian adalah motivasi terbaik dalam hidup, semoga kalian selalu dalam lindungan Allah SWT. 2. Bapak Kasam,IR.,M.T . selaku pembimbing akademik atas segala bimbingan dan pesan yang di berikan 3. Bapak Sjahru Sjakbani selaku pembimbing lapangan sekaligus Koordinator Fire Insurance Insurance yang telah banyak membantu, memberikan bimbingan, danilmu serta pengalaman pengalaman yang yang bermanfaat bermanfaat selama selama kegiatan kegiatan magang; magang; 4. Bapak Leodan Haadin selaku HSE Manager PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi dan memberikan masukan; 5. Bapak Achmad Thamrin selaku Fire and Insurance Section Head yang telah sharing pengetahuan dan dan pengalaman hidupnya yang unik; 6. Bapak Waslan Subang, Bapak Ery Puspiartono, Bapak Hery Harnoto, Bapak Sulung Maulana, Bapak Kokoh Riyanto, Bapak Hermawan CS, Bapak Prayitno, Sulistiyanto, dan Bapak Zainuddin Hamid dari Fire and Insurance Section yang sudah bersedia mengajak berkeliling kilang dan memberikan penjelasan mengenai fire fire and insurance section yang kebetulan saya mengambil topik spesifik di section ini; 7. Bapak R. Tri Suryanto selaku Occupational Health section head yang telah banyak membantu dan sebagai orang HSE pertama yang memberikan materi. 8. Bapak Tulus Supriyanto, Bapak Rudiyanto, Mas Rudi, Pak Iwan, dan Pak Hendri yang telah bersedia mengantar saya dan teman-teman praktikan lain untuk berkeliling kilang, memberi wawasan, dan membimbing mengenai Occupational Health; 9. Bapak Subari Abdullah selaku Safety Section Head yang yang telah memberikan kesempatan belajar di safety section; 10. Bapak Dsiyo, Bapak Rizki Hamantya, Bapak Encu Sukarja, Bapak Yogi Wardana, dan Bapak Budi Siswanto yang telah membimbing meng mengena enaii safety; 11. Bapak Herman Sumantri selaku Environment Section Head yang yang telah memberikan kesempata belajar di environment section;
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSEANDPREPAREDNESS
iii
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
12. Bapak Arjon Siagian, dan Bapak Sunardi yang telah bersedia mengantarkan kami keliling kilang dan menjelaskan mengenai environment section; 13. Teman kerja prakrik seperjuangan, Yuniatun, Tiara Dwi Isnaeni, Juanita Devi Wijaya, Husnum Adillah K, Isthofaini Fadhilah atas kerjasama dan dukungan sejak awal hingga akhir kerja praktik, semoga pintu sukses s ukses mengiringi setiap langkah kita kita 14. Teman-teman se-Jurusan Teknik Lingkungan FTSP UII yang sudah memberikan dukungan moral dalam pelaksanaan kerja praktik, semoga suatu saat kita dipertemukan dengan membawa kesuksesan kesukse san kita masing masing-ma -masing sing;; 15. Teman-teman praktikan periode Maret - April 2016 dari Universitas-universitas Universitas-un iversitas lainnya, semoga kita semua semua diberi kekuatan dalam menggapai cita-cita; 16. Seluruh masyarakat Kota Cilacap yang ramah dan telah memberikan saya kesempatan untuk belajar sekaligus mengenal kota industri di Provinsi Jawa Tengah ini; 17. Semua pihak yang telah membantu dalam melaksanakan kerja praktik. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kerja praktik ini. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bermanfaat untuk pembaca. pembaca.
Cilacap, 11 April 2016
Penulis
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSEANDPREPAREDNESS
iv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................... .......................................................................................... ......................................................... .......................... i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................... ....................................................................................... ......................................... ............ ii KATA PENGANTAR ......................................................... ........................................................................................ ......................................................... .......................... iii DAFTAR ISI............................................................ ........................................................................................... ............................................................ ......................................... ............ vi DAFTAR TABEL ............................................................. ........................................................................................... ............................................................ ................................ ix DAFTAR GAMBAR ........................................................... .......................................................................................... ......................................................... .......................... x DAFTAR LAMPIRAN................................................ ........................................................................................................ ........................................................... ... xii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. ........................................................................................................... .......................... 1.1 Latar Latar Belakan Belakang g ........................................ ............................................................. ........................................... .......................................... ....................................... ................... 1.2 Tujuan ......................................... .............................................................. .......................................... ......................................... ......................................... ................................. ............ 1.2.1 Tujuan Tujuan Umum ....................................... ............................................................. ........................................... ......................................... ......................... ..... 1.2.2 Tujuan Tujuan Khusus Khusus .......................................... ............................................................... .......................................... .......................................... ....................... 1.3 Manfaat Manfaat ........................................ ............................................................. .......................................... ......................................... ......................................... ................................. ............ 1.3.1 Bagi Mahasiswa Mahasiswa ................. .......................... ................. ................. ................. ................ ................. ................. ................. ................. ................ ............ 1.3.2 Bagi Teknik Teknik Lingku Lingkunga ngan n FTSP UII ............. ..................... ................. ................. ................. ................. ................ ............ 1.3.3 1.3.3 Bagi PT Pertamin Pert aminaa (Persero (Pers ero)) Refiner Refi nery y Unit IV Cilacap Cil acap ...... ........ ..... ...... ...... ...... ..... .... .. 1.4 Ruang Ruang Lingkup Lingkup .......................................... ............................................................... .......................................... .......................................... .................................... ...............
1 1 2 2 2 2 2 3 3 3
BAB II KEGIATAN LAPANGAN LAPANGAN ................. ......................... ................. ................. ................. ................. ................. ................. ................ ................. ......... 2.1 2.1 Lokasi Lokasi Kerja Kerja Praktik Praktik ................. .......................... ................. ................. ................. ................ ................. ................. ................ ................. ................. ................. ......... 2.2 Waktu Waktu Kegiat Kegiatan an ......................................... .............................................................. .......................................... .......................................... .................................... ............... 2.3 Pembimbin Pembimbing g ......................................... .............................................................. .......................................... .......................................... .......................................... ....................... 2.4 2.4 Jadwa Jadwall Kegaia Kegaiatan tan Kerja Ker ja Prakt Praktik ik ................ ......................... ................. ................ ................. ................. ................. ................. ................. ............. ....
5 5 5 5 5
BAB III GAMBARA GAMBARAN N UMUM UMUM PERUSA PERUSAHAN HAN ............. ...................... ................. ................. ................. ................. ................. ........... ... 3.1. Sejarah Perusahaan ............................................. ..................................................................... ...................................... .............. 3.1.1 Sejarah PT Pertamina (Persero ............................................... ................................................................. .................. 3.1.2 Sejarah PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ...................... ...................... 3.2. Visi dan Misi Perusahaan.................................... Perusahaan........................................................... ...................................... ............... 3.2.1 PT Pertamina (Persero) ............................................... ....................................................................... .............................. ...... 3.2.2 PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ................................... ................................... 3.2.3 Tata Nilai Perusahaan ............................................. ..................................................................... .................................. .......... 3.2.4 Logo Pertamina ............................................... ....................................................................... .......................................... .................. 3.3. Gambaran Umum Perusahaan......................................... Perusahaan................................................................. .......................... .. 3.3.1 Gambaran Umum PT Pertamina (Persero) ............................................. ............................................... .. 3.3.2 Gambaran Umum PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ...... 3.4. Lokasi Perusahaan .............................................. ...................................................................... ...................................... .............. 3.5. Proses Produksi ............................................... ....................................................................... .......................................... .................. 3.6. Potensi Bahaya dan Risiko Pada Proses Kerja ......................................... ......................................... 3.7. Pengendalian yang Telah Dilakukan Perusahaan ..................................... ..................................... 3.8. Sistem Organisasi................................. Organisasi........................................................ ............................................... .............................. ...... 3.9. Sarana Penunjang Operasi Kilang .............................................. ............................................................ .............. 3.10. Fungsi Health, Safety, Environment (HSE) ............................................ .............................................. ..
9 9 9 10 14 14 14 14 15 15 15 16 17 25 25 27 27 28 30
BAB IV NILAI NILAI BEL BELAJAR AJAR ................................................. ....................................................................... ........................................... ....................................... .................. 35 4.1 4.1 Nilai Nilai Belajar Belajar Umum ................. ......................... ................. ................. ................. ................. ................ ................. ................. ................ ................. ................. ............ 35 4.1.1 Occupational Health Section ........................................... ................................................................ ....................................... .................. 35 4.1.2 Fire ............................................................. ......................................... ......................... ..... 36 Fire and and Insur Insuran ance ce Sect Sectio ion n ........................................ 4.1.3 Safety Section.......................................... ............................................................... .......................................... .......................................... ............................. ........ 40 4.2 4.2 Nilai Nilai Belajar Belajar Khusus Khusus ................. .......................... ................. ................. ................. ................ ................. ................. ................ ................. ................. ................. ......... 42 4.2.1 Keadaan Keadaan Darur Darurat at ................ ......................... ................. ................. ................. ................ ................. .................. ................. ................ ................. ............. .... 42 4.2.2 Emergency ........................................................ ............... 44 Emergency Response Response and Preparedness Preparedness ......................................... 4.2. 4.2.3 3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kesehatan Kerja (SMK3) OHSAS 18001................ 18001.................................... .......................................... ........................................... ......................................... ................................ ............ 48 4.2.4OHSAS 18001 Klausul 4.4.7 Emergency Response and Preparedness .......... 48 BAB V ANALIS ANALISA A ........................................ ............................................................. .......................................... ......................................... ......................................... .......................... ..... 55 5.1 Kebijakan Tanggap Darurat ........................... ......................................... ............................ ........................... ........................... ........................... ........................... ........................ .......... 55 5.2 Identifikasi Keadaan Darurat .......................... ........................................ ............................ ........................... ........................... ........................... ........................... ........................ .......... 57 5.3 Perencanaan Awal ......................... ....................................... ........................... ........................... ........................... ........................... ............................ ........................... ........................... ................. ... 60 5.4 Penyusunan Prosedur Keadaan Darurat .......................... ....................................... ........................... ............................ ........................... ........................... ................. ... 60 5.5 Organisasi Keadaan Darurat.......................... ........................................ ........................... ........................... ........................... ........................... ............................ .......................... ............ 66 5.6 Sarana dan Prasarana Keadaan Darurat ........................... ........................................ ........................... ............................ ........................... ........................... ................. ... 69 5.7 Pendidikan dan Pelatihan ........................... ........................................ ........................... ........................... ........................... ........................... ........................... ............................ ................. ... 79 5.8 Komunikasi ........................... ........................................ ........................... ............................ ........................... ........................... ........................... ........................... ............................ ........................... ............... 83 5.9 Inspeksi dan Audit .......................... ........................................ ........................... ........................... ........................... ........................... ............................ ........................... ........................... ................. ... 84 5.10 Investigasi Investigasi dan Pelaporan Pelaporan............................... ............................................... ................................ ................................ ................................ ............................... ............... 84 5.11 Evaluasi Evaluasi dan Rekomendasi Rekomendasi ................................ ................................................ ................................ ................................ ................................ .......................... .......... 87 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ................. ................................ ............................... ................................ ................................ ................................ ..................... ..... 88 6.1 SIMPULAN ............................... ............................................... ................................ ............................... ............................... ................................ ................................ ..................... ..... 88 6.2 SARAN ............................... ............................................... ................................ ............................... ............................... ................................ ................................ ............................. ............. 88 DAFTAR PUSTAKA ................................ ................................................ ................................ ................................ ................................ ................................ ................................ .................... 89 LAMPIRAN .................................................................................................................................................... 91
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Kapasitas Produksi Kilang PT Pertamina .................................................................. Tabel 3.2 Luas Area PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap ................................ Tabel 3.3 Area 10 ( Fuel Oil Complex I ......................................................................................... Tabel 3.4 Area 01 ( Fuel Oil Complex II)....................................................................................... Tabel 3.5 Area 20 ( Lube Oil Complex I......................................................................................... Tabel 3.6 Area 02 ( Lube Oil Complex II ....................................................................................... Tabel 3.7 Area 30 (Tangki BBM.................................................................................................... Tabel 3.8 Area 40 (Tangki Non BBM........................................................................................... Tabel 3.9 Area 50 (Utilities Complex I ........................................................................................... Tabel 3.10 Area 05 (Utilities Complex II ....................................................................................... Tabel 3.11 Area 60 (Jaringan Oil Movement dan Perpipaan ..................................................... Tabel 3.12 Area 70 (Terminal Minyak Mentah dan Produk ..................................................... Tabel 3.13 Area 80 (Kilang Paraxylene......................................................................................... Tabel 3.14 Area 200 (Lube Oil Complex III.................................................................................. Tabel 3.15 Area 500 (Utilities IIA).................................................................................................. Tabel 3.16Area Kilang LPG dan Sulphur Recovery Unit .......................................................... Tabel 3.17Unit RFCC Cilacap......................................................................................................... Tabel 3.18Identifikasi Faktor Bahya di PT Pertamina Refinery Unit IV Cilacap .................
16 17 18 19 19 20 20 20 21 21 22 22 23 23 23 24 25 26
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Pipanisasi di Pulau Jawa .................................................................. Gambar 3.2 Blok Diagram FOC I, LOC I/II/III .................................................. Gambar 3.3 Blok Diagram FOC II & Paraxylene, LPG & Sulfur Recovery ..... Gambar 3.4 Blok Diagram Paraxylene ................................................................ Gambar 3.5 Logo Pertamina ................................................................................ Gambar 3.6 Pertamina Refinery Unit di Indonesia ............................................. Gambar 3.7 Lokasi Pertamina (Persero) RU IV Cilacap .................................... Gambar 3.8 Bagan Struktur Organisasi HSE PT Pertamina RU IV Cilacap ..... Gambar 4.1 Contoh Media Promosi K3 .............................................................. Gambar 4.2 Pelatihan SCBA .............................................................................. Gambar 4.3 Pelatihan Fire Fighting ..................................................................... Gambar 4.4 Persiapan Fire Patrol ......................................................................... Gambar 4.5 Test Alarm Kilang RU IV ................................................................ Gambar 4.6 Sistem Kesiap Siagaan Darurat Berlapis ........................................ Gambar 5.1 Contoh Matriks Penilaian Resiko ................................................... Gambar 5.2 Fire Station PT Pertamina (Persero) RU IV .................................. Gambar 5.3 Hydrant PT Pertamina RU IV.......................................................... Gambar 5.4 Radio Fire Station ............................................................................ Gambar 5.5 Fire Truck PT Pertamina RU IV ..................................................... Gambar 5.6 Fire Alarm Automatic System ......................................................... Gambar 5.7 APD Pakaian Tahan Api ..................................................................
9 11 12 13 15 16 18 30 35 37 39 39 40 47 57 69 71 72 73 74 77
Gambar 5.8 Kotak P3K ........................................................................................ Gambar 5.9 Contoh Program Pelatihan ............................................................... Gambar 5.10 Layout Pemadaman Kebakaran di SRU ........................................ Gambar 5.11 Penggunaan Software ARCHIE ................................................... Gambar 5.12 Contoh Bentuk Pelaporan Kejadian ............................................. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Sertifikasi Sistem Manajemen Terpadu Lampiran 2 Jalur Evakuasi Area Kilang RU IV Lampiran 3 Jalur Evakuasi Area 70 RU IV Lampiran 4 Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) RU IV Lampiran 5 Struktur Organisasi HSE PT Pertamina (Persero) RU IV Lampiran 6 Diagram Penanggulangan Keadaan Darurat RU IV Lampiran 5 Struktur Organisasi Kesiapsiagaan Keadaan Darurat RU IV Lampiran 6 Diagram Penanggulangan Keadaan Darurat Perairan RU IV
78 80 82 83 86
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan menyebabkan sektor perindustrian ikut berkembang pesat di Indonesia. Proses industri dengan teknologi tinggi memiliki risiko keselamatan dan kesehatan yang tinggi pula. Resiko tersebut dapat menimbulkan kerugian atau berdampak buruk terhadap manusia, properti, lingkungan, dan berbagai aset lainnya. Hal ini menyebabkan Keilmuan dan Keahlian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) turut berkembang dan menjadi aspek penting yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap sektor industri. K3 di industri merupakan salah satu upaya untuk menjamin efektivitas dan efisiensi kegiatan perusahaan agar tercapainya profitabilitas dan produktivitas kerja yang optimum. PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap sebagai salah satu industri minyak dan gas bumi dengan jumlah produksi setiap harinya sebesar 348.000 b arrel/hari atau memenuhi 34% kebutuhan nasional telah melaksanakan K3 dengan baik. Hal ini terlihat dari komitmen perusahan baik dari kebijakan maupun operasional. Salah satu bukti komitmen yaitu sertifikasi ISO 14001:2004, ISO 9001:2008, dan OHSAS 18001:2007. Perhatian besar terhadap K3 yang ditunjukkan tersebut membuat PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap menjadi opsi terbaik dalam melaksanakan Kerja Praktik. PT Pertamina Refinery Unit IV Cilacap merupakan perusahaan padat modal dan teknologi, maka potensi bahaya tak dapat dihindari. Seiring dengan potensi bahaya tersebut maka potensi keadaan darurat bisa terjadi sewaktu-waktu. Hal ini menuntut adanya kesiapsiagaan dalam menghadapi kondisi tersebut. Tidak ada industri yang kebal akan bencana, keadaan aman sepenuhnya tidak mungkin tercapai karena selalu terdapat kemungkinan, ada faktor yang tidak diperhitungkan. Dalam membatasi kerugian baik yang berupa korban manusia maupun material pada saat terjadi keadaan darurat di tempat kerja, semua industri tidak cukup apabila hanya melakukan perencanaan untuk keadaan operasi normal, melainkan harus membuat perencanaan dan persiapan keadaan darurat (Syukri Sahab, 1997). ILO mengestimasikan setiap tahunnya 2,3 juta orang meninggal yang disebabkan oleh pekerjaannya, 360.000 orang meninggal akibat kecelakaan kerja, 1,95 juta orang sakit akibat kerja dan kerugian sebesar USD 1,25 triliun. Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap tahun kerugian yang terjadi dapat berupa human and asset loss, environment loss dan economic loss. Dalam mencegah hal demikian terjadi, maka dibutuhkan sistem yang terintegrasi untuk mengendalikan bahaya dan risiko hingga ke tahap yang dapat diterima. K3 bertujuan untuk menciptakan kondisi kerja yang aman dan sehat sehingga mencegah terjadinya injury, disease dan kecelakaan. Salah satu komitmen dalam melaksanakan K3 yaitu dengan adanya Sistem Emergency Response and Preparedness. Program Kesiapsiagaan Keadaan Darurat atau Emergency Response and Preparedness merupakan bentuk persiapan untuk menghadapi kejadian-kejadian yang tidak terduga dan keadaan darurat. Salah satu standar yang mengatur terkait keadaan darurat adalah OHSAS 18001:2007 Klausul 4.4.7 Emergency Response and IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
1
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Preparedness.OHSAS 18000 lahir akibat kebutuhan untuk menstandarisasikan sistem manajemen K3 di berbagai institusi. Oleh karena itu penting bagi suatu perusahaan besar dalam menyesuaikan dan melaksanakan sistem manajemen K3 khususnya terkait OHSAS 18001:2007 Klausul 4.4.7 Emergency Response and Preparedness (ERP). ERP merupakan sebuah program tanggap darurat yang terintegrasi untuk meminimalkan dan mencegah terjadinya korban jiwa, kerusakan harta benda atau aset perusahaan, dan lingkungan kerja akibat kecelakaan atau bencana. Berdasarkan penjelasan di atas, maka saya tertarik untuk mempelajari dan mendalami sistem kesiapsiagaan keadaan darurat, yaitu dengan pembahasan Implementasi OHSAS 18001:2007 Klausul 4.4.7 Emergency Response and Preparedness (Kesiapsiagaan Keadaan Darurat) yang telah diimplementasikan PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mempersiapkan mahasiswa lulusan Program Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia agar memiliki pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman langsung (hands of experience) mengenai implementasi program K3 di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran umummengenai Emergency Response and Preparedness (Kesiapsiagaan Keadaan Darurat) 2. Mengetahui OHSAS 18001:2007 Klausul 4.4.7 Emergency Response and Preparedness (Kesiapsiagaan Keadaan Darurat) 3. Mengetahui implementasi OHSAS 18001:2007 Klausul 4.4.7 EmergencyResponse and Preparedness (Kesiapsiagaan Keadaan Darurat) di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap 1.3 Manfaat Berbagai manfaat diharapkan dapat diperoleh oleh setiap pihak yang terlibat, baik mahasiswa, Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia, maupun institusi tempat kerja praktik dilaksanakan, yaitu PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. 1.3.1 Mahasiswa 1. Mengetahui dan mengerti dengan berbagai permasalahan nyata mengenai K3 yang terjadi di lapangan. 2. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih aplikatif dalam bidang kesehatan masyarakat. 3. Mendapatkan pengalaman bekerja dalam tim untuk memecahkan suatu permasalahan khususnya yang berhubungan dengan K3. 4. Mendapatkan pengalaman dalam menggunakan metode yang relevan untuk IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
2
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
melakukan analisis situasi, mengidentifikasi masalah, menetapkan alternatif pemecahan masalah, memonitor dan mengevaluasi keberhasilan suatu program intervensi/pengendalian, serta merencanakan program intervensi/pengendalian. 5. Mendapatkan pengalaman dalam merencanakan dan memobilisai sumber daya untuk mendapatkan intervensi mengenai kesehatan. 6. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi diri serta adaptasi dunia kerja 7. Memperkaya wawasan dan memberi kontribusi positif kepada perusahaan atau institusi tempat mahasiswa melakukan praktik kerja lapangan, terutama dalam bidang K3. 8. Menjalin hubungan langsung dengan personal di dunia kerja sebagai bekal jejaring sosial di kemudian hari. 1.3.2 Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia 1. Terbinanya suatu jaringan kerjasama antara institusi tempat magang dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara substansi akademik dengan kompetensi yang dibutuhkan di tempat kerja. 2. Mendapat masukan yang bermanfaat untuk pengembangan kurikulum program S1 Teknik Lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan kerja sehingga tersusunlah kurikulum yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan nyata di lapangan. 3. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pendidikan dengan menghasilkan peserta didik yang terampil. 1.3.3 PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap 1. Melibatkan mahasiswa dalam kegiatan perusahaan serta memanfaatkan pengetahuan dan tenaga mahasiswa, baik dalam kegiatan manajemen maupun kegiatan operasional. 2. Memanfaatkan tenaga pembimbing akademik untuk memberikan asupan yang relevan dengan kegiatan manajemen maupun operasional di institusi tempat magang, sesuai dengan bidang keahliannya. 3. Mengembangkan kemitraan dengan FTSP UII dan institusi lain yang terlibat dalam kegiatan magang baik untuk kegiatan penelitian maupun pengembangan. 4. Perusahaan mendapatkan alternatif calon pegawai khususnya di bidang K3 yang telah diketahui mutu dan kredibilitasnya. 1.4 Ruang Lingkup Selama kerja praktik berlangsung, mahasiswa ditempatkan di divisi Health, Safety, Environment PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Penulis diberi kesempatan untuk mengetahui proses kerja di kilang, mengetahui potensi bahaya yang ada, serta upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan. Selain itu, penulis juga diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di seluruh section HSE kemudian memilih topik khusus mengenai Fire and Insurance. Laporan ini dilengkapi dengan data primer dan sekunder, data primer berupa wawancara dan observasi dan IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
3
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
data sekunder berupa gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, dan data-data lainnya. Dalam kegiatan kerja praktik ini, kami membatasi ruang lingkup laporan dengan memilih topik Implementasi OHSAS 18001:2007 Klausul 4.4.7 E mergency Response and Pr eparedness (Kesiapsiagaan Keadaan Darurat) di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
4
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
BAB II KEGIATAN LAPANGAN 2.1 Lokasi Kerja Praktik
Pelaksanaan kerja praktik beradadi departemen HSE ( Health, Safety, Environment ) dan dikhususkan pada bagian safety di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yang beralamat di JalanMT.Haryono Nomor 77, Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah. 2.2 Waktu Kerja Praktik
Kerja praktik dilaksanakan selama 1 bulan terhitung mulai tanggal 10 Maret sampai dengan 11 April 2016. Waktu kerja praktik mengikuti jam kerja kantor yakni hari Senin — Kamis pukul 07.00 — 16.00 dan istirahat pukul 12.00 — 13.00, sedangkan untuk hari jumat pukul 07.30 — 16.30 dan istirahat pukul 11.30 — 13.00. Waktu kerja praktik ini berlangsung sesuai dengan jam kerja perusahaan.
2.3 Pembimbing Kerja Praktik
Pelaksanakerja praktik mendapatkan bimbingan dari: Pembimbing akademik kerja praktik yaitu, Bapak Kasam,IR.,M.T. Pembimbing Lapangan Kerja Praktik yaitu, Bapak Sjahru Sjakbani, S.ST. 2.4 Jadwal Kegiatan Kerja Praktik
No
Waktu Kegiatan 10Maret 2016
1.
Uraian Kegiatan
Koordinator Lapangan
Overview susunan HSE & tugas Overview Pertamina & Pertamina RU IV
A.Hady
Pembagian Judul & Sharing
2
11Maret 2016
Materi Fire Patroli CO Boiler
Vanny Apdilla Yogi Wardana
Sjahru Sjakbani Rudyanto
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
5
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
No 1.
Waktu Kegiatan 14 Maret 2016
Patroli Kilang RFCC
Koordinator Lapangan Rudyanto
Materi K3 & Peraturan K3
Dasiyo
Uraian Kegiatan
2
15 Maret 2016
Pelatihan Damkar
Hadi Prayitno
3.
16 Maret 2016
Materi Confined Space
Hadi Prayitno
Bantu tugas pak Yoga Patrol ke unit Paraxylene
Prayoga Arif Prayoga Arif
4
17Maret 2016
Masuk Confined Space Melihat pekerjaan Sand Blast
No 1.
Waktu Kegiatan 18Maret 2016
Uraian Kegiatan Tool Box Meeting Di Bengkel Pengukuran Radiasi di kilang RFCC
2. 3.
4.
20 Maret 2016 22 Maret 2016
23 Maret 2016
Koordinator Lapangan Yogi Wardana Rudyanto
Family Gathering Pekerja HSE Patroli keliling kilang
Encu Sukarja
Patroli keliling area 70
Prayoga Arif
Membantu refreshing pelatihan Confined Space dan Kerja di Ketinggian bagi pekerja TA
Hadi Prayitno
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
6
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
5.
24 Maret 2016
Membantu refreshing pelatihan Confined Space dan Kerja di Ketinggian bagi pekerja TA
Hadi Prayitno
No
Waktu Kegiatan 25 Maret 2016
Uraian Kegiatan
Koordinator Lapangan Sjahru Sjakbani
26 Maret 2016 28 Maret 2016 29 Maret 2016 30Maret 2016
Pencarian data
1.
2. 3. 4. 5
No 1.
2.
3 4
No 1.
Waktu Kegiatan 31 Maret 2016 1 April 2016
2 April 2016 3 April 2016
Waktu Kegiatan 4 April 2016
Konsultasi
Mengikuti patroli dan pemasangan safety line Patroli Keliling Kilang
Budi Encu Sukarja
Penyusunan Laporan
Uraian Kegiatan Pelatihan SCBA dan Smoke Chamber Physical Check
Koordinator Lapangan Hadi Prayitno & Tulus Bambang
Fire Supression Test
Andita & Agus
Check power house 50 SS1 & 50 SS2 area Utilities Konsultasi
Sjahru Sjakbani
Penyusunan Laporan
Uraian Kegiatan Mengikuti patrol fire alarm
Koordinator Lapangan Iswanto
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
7
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
2.
5 April 2016
Check kadar benzene di laborat untuk pemasangan blower
Rudyanto
3
6 April 2016 7 April 2016
Mengikuti Fire Patrol di Kilang
Iskandar
Konsultasi Laporan Magang
Leodan Haadin
Mengikuti Fire Patrol untuk pengaktifan unit LOC III Penjelasan Software ARCHIE (Automated Resource for Chemical Hazard Incident Evaluation)
Iskandar
Uraian Kegiatan
Koordinator Lapangan Sulung
4
No 1.
Waktu Kegiatan 8 April 2016
Pengisian solar fire truck dan patroli Pengecekan alarm area LOC I
2. 3
9 april 2016 10 April 2016
Sulung
Iskandar
Penyusunan Laporan Penyusunan Laporan Magang Bimbingan dan revisi laporan kepembimbing lapangan
4
11 April 2016
Bimbingan dan revisi laporan kepembimbing lapangan
5
12 April 2016
Presentasi hasil Laporan
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
8
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN
3.1 Sejarah Perusahaan 3.1.1 Sejarah PT Pertamina (Persero) Di Indonesia, pemboran sumur minyak pertama dilakukan pada tahun 1871 di Cirebon oleh pemerintah Belanda. Meski dilakukan pengeboran pertama kali di Cirebon, sumur produksi pertama adalah Telaga Said yang berlokasi di Sumatera Utara. Pemboran sumur ini dilakukan pada tahun 1883 dilanjutkan dengan pendirian Royal Dutch Company di Pangkalan Brandan pada tahun 1995. Inilah cikal bakal eksploitasi minyak di Indonesia. Untuk itu, Pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No. 19/1960 Tentang Perusahaan Negara dan UU No. 44/1960 Tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi. Atas dasar kedua Undang-Undang tersebut, maka pada tahun 1961 dibentuk perusahaan negara sektor Minyak dan Gas Bumi, yaitu:
PN PERTAMIN PN PERMINA Kedua perusahaan tersebut bertindak selaku kuasapertambangan yang usahanya meliputi bidang gas dan minyak bumi dengan kegiatan sebagai berikut: Eksplorasi
Eksploitasi Pemurnian dan Pengelolaan Pengangkutan
Gambar 3.1 Pipanisasi di Pulau Jawa
(Sumber: Slide HR Pertamina) Kemudian, kedua perusahaan tersebut digabung menjadi PN PERTAMINA. Untuk kelanjutan dan perkembangannya, maka Pemerintah mengeluarkan UU No.8/1971 Tentang PERTAMINA sebagai Pengelolaan Tunggal di Bidang Minyak Dan Gas Bumi di Indonesia. Kemudian berubah menjadi PT PERTAMINA (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2003 sebagai amanat dari pasal 60 UU no. 22 th 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Melalui Surat Ketetapan Direktur Utama No. 53/C00000/2008-SO, IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
9
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Pertamina Unit Pengolahan I V Cilacap (UP IV) berubah namanya menjadi Pertamina Refinery Unit I V Cilacap. Perubahan ini diharapkan dapat mempercepat transformasi Pertamina menjadi Kilang Minyak yang unggul dan menuju Perusahaan Minyak bertaraf internasional. 3.1.2 Sejarah PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap merupakan salah satu unit operasi dari Direktorat Hilir Pertamina. Pertamina RU IV Cilacap memiliki 5 bagian kilang dan dilengkapi dengan fasilitas, yaitu: 1. Kilang Minyak Pertama
Kilang minyak pertama antara lain terdiri dari: Fuel Oil Complex (FOC) I dan Lube Oil Complex (LOC) I yang dibangun pada tahun 1974, dan baru beroperasi pada tahun 1976. Kilang ini dibangun khusus untuk mengelola minyak mentah dari Timur Tengah.FOC I memproduksi BBM (Premium, Kerosene, ADI/IDO, dan IFO), dan LOC I menghasilkan produk Non BBM (LPG, Base Oil, Minarex, Slack Wax, Parafinic, dan aspal). Kilang inilah satusatunya di tanah air saat ini yang menghasilkan aspal, dan bahan baku pelumas (lube oil). Sejalan dengan laju peningkatan permintaan BBM pada tahun 1996 dilaksanakan peningkatan kapasitas produksi melalui proyek debottlenecking, sehingga saat ini kilang minyak pertama memiliki kapasitas dari semula 100 ribubarrel menjadi 118 barrel/hari
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
10
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Fuel Gas LPG
PMF Naphtha
CD U-I Middle Crude
NHT-I
Stab/Split Gasoline/Premium Avtur
Platformer-I
Kero
Kero Merox I
Kerosine LGO
East
HDS-I
HGO
ADO/IDO VGO ADO
HV UI/II
Long
FE U-
PDUI/II/III Short
II
HT U
M DU -
HVI-60 II
HVI-95 HVI-160s
III
Propane
HVI-650 Slack Wax Minarex Asphalt Blending
Gambar 3.2Blok Diagram FOC I, LOC I/II/III
(Sumber: Majalah Pertamina RU IV Cilacap) 2. Kilang Minyak Kedua
Kilang minyak kedua terdiri dari: Fuel Oil Complex II (FOC II) dan Lube Oil Complex II (LOCII ) & LOC III dibangun tahun 1981 dan baru beroperasi pada tahun 1983. Kilang ini dibangun khusus untuk mengolah minyak mentah campuran (cocktail ) baik dari dalam maupun luar negeri. Kilang ini diproyeksikan menghasilkan produk BBM, namun juga menghasilkan produk Non BBM antara lain LPG, Base Oil, Minarex, Slack Wax, Naphta, dan aspal. Kilang ini pada awalnya memiliki kapasitas sebesar 200 ribu barrel/hari, pada tahun 1996 bersamaan dengan kilang minyak pertama, kapasitasnya ditingkatkan dari semula 200 ribu barrel menjadi 238 barrel/hari.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
11
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Gambar 3.3 Blok Diagram FOC II & Paraxylene, LPG & Sulfur Recovery
(Sumber: Majalah Pertamina RU IV Cilacap) 3. Kilang Petrokimia Paraxylene
Mengingat tersedianya bahan baku naphta produksi kilang minyak II, disamping tersedianya sarana pendukung seperti dermaga, tanki-tanki dan utilities, maka pada tahun 1988 dibangun lagi kilang petrokimia Paraxylene. Kilang ini mulai beroperasi pada tahun 1990 dan memproduksi Paraxylene, Benzene, dan produk-produk samping lainnya.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
12
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
LPG / Fuel Gas Benzene
NHT/Platformer
Tatoray
Xyl. Col.
Parex
Paraxylene
Isomar Heavy ADO
Aromate
to
Gambar 3.4 Blok Diagram Paraxylene
4 Sulphur R ecovery Unit (SRU) Kilang ini adalah unit pengolahan gas buang (waste gas) dari proses proses yang ada untuk diambil kandungan sulfurnya. Luas area kilang adalah 24.200 m2, terdiri dari unit proses dan fasilitas penunjang. Kilang yang dibangun pada tahun 2004 dan mulai beroperasi tahun 2006 ini menghasilkan produk berupa gas LPG dan sulfur cair untuk keperluan kosmetik. Sedangkan tujuan dari pembangunan kilang Sulphur and LPG Recovery Unit ini antara lain: 1. Menaikkan nilai tambah Off Gas sebagai refinery fuel gas maupun flare gas menjadi LPG &naptha (kondensat) 2. Memanfaatkan dan mengolah ekses gas serta mengurangi emisi gas dari kilang, khususnya emisi SO2 3. Meningkatkan produk LPG dalam rangka memenuhi kebutuhan LPG nasional. Kilang SRU terdiri dari lima buah unit proses dan unit commonfacilities.Kelima unit proses yang ada di kilang SRU adalah 1. 2. 3. 4. 5.
Unit 91 (Gas Treating Unit) Unit 92 (LPG Recovery Unit) Unit 93 (Sulfur Recovery Unit) Unit 94 (Tail Gas Recovery) Unit (95) (Refrigeration)
Unit-unit tersebut terhubung satu sama lain sehingga mampu menghasilkan produk berupa fuel gas, LPG, kondensat dan sulfur cair.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
13
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
5. Kilang Residue F luid Catalytic Cr acking (RFCC)
Kilang ini diresmikan pada bulan november 2015 oleh wakil presiden Republik Indonesia Bapak Yusuf Kalla. Kilang RFCC hanya terdapat di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap. Tujuan pembangunan kilang RFCC untuk meningkatkan margin kilang RU IV Cilacap dengan produksi bernilai tinggi yaitu Gasoline ON 93 dan Propylene, mengurangi atau meniadakan import HOMC sebagai komponen blending Gasline, meningkatkan produksi LPG untuk peningkatan kehandalan supply LPG. 3.2 Visi dan Misi Perusahaan 3.2.1 PT Pertamina (Persero) Visi
: Menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia.
Misi
: Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukansecara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.
3.2.2 PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap Visi : Menjadi Kilang Minyak dan Petrokimia yang Unggul di Asia pada tahun 2020
aman, handal, Misi : Mengoperasikan kilang yang berwawasanlingkungan serta menghasilkan keuntungan yang tinggi.
efisien,
dan
3.2.3 Tata Nilai Perusahaan
Pertamina menetapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan perusahaan. Keenam tata nilai perusahaan Pertamina dikenal dengan 6C, sebagai berikut: 1. Clean (bersih) Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik. 2.Competitive (kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. 3. Confident (percaya diri) Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa. 4. Customer Focus (fokus pada pelanggan) Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
14
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
5. Commercial (komersial) Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. 6. Capable (berkemampuan) Dikelola oleh pemimpin dan pekerja profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.Dikelola oleh pemimpin dan pekerja profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan. 3.2.4 Logo Pertamina
Gambar 3.5 Logo Pertamina
Keterangan Gambar: 1. Biru melambangkan kehandalan, dapat dipercaya dan bertanggungjawab. 2. Hijau melambangkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan. 3. Merah melambangkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalammenghadapi berbagai macam keadaan. Slogan ― RENEWABLE SPIRIT” yang diterjemahkan menjadi : ―SEMANGAT TERBARUKAN‖ . dengan slogan ini diharapkan perilaku seluruh jajaran pekerja akan berubah menjadi enterpreneur dan customer oriented , terkait dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan. 3.3 Gambaran Umum Perusahaan 3.3.1 Gambaran Umum PT Pertamina (Persero)
PT Pertamina (Persero) mengemban tugas Negara untuk mengusahakandanmengembangkan potensi sumber daya alam minyak, gas dan panas bumi, berdasarkan pada landasan UU No.22 tahun 2001, dan PP No. 31/tahun 2003. Berdasarkan UU tersebut status Pertamina dari sebelumnya sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) menjadi Persero, dan diwajibkan oleh stake holder -nya dalam hal ini pemerintah untuk menjadi perusahaan yang profit oriented . PT. Pertamina (Persero) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan No.C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober2003. Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
15
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 ―Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Negara (Pertamina) Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)‖. Sesuai akta pendiriannya, maksud dari perusahaan perseroan adalah untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut. Ada tiga tugas pokok PT. Pertamina, yaitu : 1. Menyediakan dan menjamin pemenuhankebutuhan BahanBakar Minyak(BBM) 2. Sumber devisa negara 3. Menyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksanaan alih teknologi danpengetahuan. 3.3.2Gambaran Umum PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap
Refinery Unit IV Cilacap merupakan salah satu unit kilang minyak PTPertamina (Persero) yang memiliki kapasitas terbesar dan terlengkap fasilitasnya di tanah air dibandingkan tujuh kilang lainnya. Ketujuh kilang tersebut adalah: Tabel 3.1Kapasitas produksi kilang PT. PERTAMINA Kapasitas Kilang
Provinsi
RU I Pangkalan Brandan* RU II Dumai RU III Plaju & Sungai Gerong RU IV Cilacap RU V Balikpapan RU VI Balongan RU VII Kasim
Sumatera Utara Riau Sumatera Selatan Jawa Tengah Kalimantan Timur Jawa Barat Irian Jaya Total
Prosentase (BPSD) 5.000 170.000 132.500 348.000 253.500 125.000 10.000 1.044.000
0.5 % 16.3 % 12.7 % 33.3 % 24.3 % 12.0 % 1.0 % 100.00 %
*sudah tidak beroperasi sejak Januari 2007
Gambar 3.6 Pertamina Refinery Unit di Indonesia
(Sumber: Slide HR Pertamina)
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
16
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap dibangun pada tahun 1974 dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM dari luar negeri dan untuk meningkatkan efisiensi pengadaan serta penyaluran BBM di Pulau Jawa.Dipilihnya Cilacap sebagai kilang minyak didasarkan atas : 1. Studi kebutuhan BBM menunjukkan bahwa konsumen terbesar adalah penduduk di Pulau Jawa. 2. Tersedianya sarana sebagai pusat pengembangan industri untuk wilayah Jawa Tengah bagian Selatan. 3. Tersedianya lahan yang memenuhi persyaratan untuk pembangunan kilang minyak. 3.4 Lokasi Perusahaan PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV beralamat di Jalan MT Haryono Nomor 77, Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia 53221.Kilang RU IV dibangun dengan luas area sekitar 431 Ha. Total luas masing-masing kilang minyak dan sarana pendukung dijabarkan sebagai berikut Tabel 3.2 Luas area PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap Area Luas Area Kilang Minyak dan Perluasan 250 Ha
Area Terminal dan Pelabuhan
22,5 Ha
Area Pipa Track dan Jalur Jalan
10,5 Ha
Area Perumahan dan Sarananya
87,5 Ha
Area Rumah Sakit dan Lingkungannya
27 Ha
Area LapanganTerbang
70 Ha
Area Kilang Paraxylene
9 Ha
TOTAL
476,5 Ha
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
17
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Gambar 3.7. Lokasi Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
(Sumber: Slide HR Pertamina)
Dalam kegiatan pengoperasiannya kilang minyak Cilacap terdiri dari unit-unit proses dan sarana penunjang yang terbagi dalam beberapa area yaitu :
1) Area 10 ( Fuel Oil Complex I) terdiri atas : Tabel 3.3 Area 10 (F uel Oi l Complex I) No. Unit 11
Nama Unit Crude Distillation Unit (CDU) I
12
Naphtha Hydrotreater Unit (NHT)I
No. Unit
Nama Unit
13
Hydro Desulfurizer Unit (HDS)
14
Platformer Unit
15
Propane Manufacturer Unit (PMF)
16
Meroxtreater Unit
17
Sour Water Stripper Unit (SWS)
18
Nitrogen Plant
19
CRP Unit / Hg Removal
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
18
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
2) Area 01 ( Fuel Oil Complex II) terdiri atas :
No Unit 008
Tabel 3.4Area 01 ( F uel Oil Complex II) Nama Unit
Caustic and Storage Unit
009
Nitrogen Plant
011
Crude Distillation Unit (CDU) II
012
Naphtha Hydrotreater Unit (NHT) II
013
Aromatic Hydrogenation (AH) Unibon Unit
014
Continuous Catalytic Regeneration (CCR) Platformer Unit
015 Liquified Petroleum Gas (LPG) Recovery Unit 016 Minimize Alkalinity Merchaptan Oxidation ( Minalk Merox)Treater Unit
017
Sour Water Stripper Unit (SWS) II
018
Thermal Distillate Hydrotreater Unit
019
Visbreaker Thermal Cracking Unit
3) Area 20 ( Lube Oil Complex I), terdiri atas :
No. Unit 21
Tabel 3.5 Area 20 ( Lube Oil Comnplex I) Nama Unit
Hight Vacuum Unit (HVU) I
22
Propane Deasphalting Unit (PDU) I
23
Fulfural Extraction Unit (FEU) I
24
Methyl Ethyl Keton (MEK) Dewaxing Unit / MDU I
25
Hot Oil System I
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
19
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
4) Area 02 ( Lube Oil Complex II) terdiri atas : Tabel 3.6 Area 02 (Lube Oil Comnplex II) No. Unit 021
Nama Unit Hight Vacuum Unit (HVU) II
022
Propane Deasphalting Unit (PDU) II
023
Fulfural Extraction Unit (FEU) II
024
Methyl Ethyl Keton (MEK) Dewaxing Unit / MDU II
025
Hot Oil System II
5) Area 30 (Area Tangki BBM) terdiri atas :
No. Unit
Tabel 3.7Area 30 (Tangki BBM) Nama Unit
31
Tangki-tangki gasoline dan platformer feed tank
32
Tangki-tangki kerosene, AVTUR dan AH Unibon feed tank
33
Tangki-tangki Automative Diesel Oil (ADO)
34
Tangki-tangki Industrial Fuel Oil (IFO)
35
Tangki-tangki komponen IFO dan HVU feed
36
Tangki-tangki Mogas, Heavy Naphtha
37
Tangki – tangki LSWR dan IFO
38
Tangki – tangki ALC sebagai umpan FOC I
6) Area 40 (Area Tangki Non BBM) terdiri atas : Tabel 3.8Area 40 (Tangki Non BBM) Nama Unit
No. Unit 41
Tangki-tangki Lube Oil
42
Tangki-tangki Bitumen
43
Tangki-tangki Long Residue
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
20
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
No. Unit
Nama Unit
44
Gasoline station, Bengkel, Gudang dan Pool Alat Berat
45
Tangki-tangki Feed FOC II
46
Tangki-tangki Feed Mixed LPG
47
Flare system
48
Drum Plant, untuk pengisisan aspal
7) Area 50 (Utilities Complex I) terdiri atas :
No. Unit 51
Tabel 3.9 Area 50 (Utilities Complex I) Nama Unit
Pembangkit tenaga listrik
52
Unit Steam Generator
53
Unit Sistem Air Pendingin
54
Refinery Unit Air
55
Unit Sistem Air Pemadam Kebakaran
56
Unit Sistem Udara Tekan
57
Unit sistem Pengadaan Fuel Oil dan Fuel Gas
8) Area 05 (Utilities Complex II) terdiri atas :
No. Unit 051
Tabel 3.10 Area 05 (Utilities Complex II) Nama Unit
Pembangkit tenaga listrik
052
Unit Steam Generator
053
Unit Sistem Air Pendingin
054
Refinery Unit Air
055
Unit Sistem Air Pemadam Kebakaran
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
21
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
No. Unit
Nama Unit
056
Unit Sistem Udara Tekan
057
Unit sistem Pengadaan BBM dan Gas
9) Area 60 (Jaringan Oil Movement dan Perpipaan) terdiri atas :
No. Unit 61
Tabel 3.11Area 60 (Jaringan Oil Movement dan Perpipaan) Nama Unit
Jaringan pipa dari dan ke Unit Terminal Minyak Area 70Cross Country Pipe Line
62 Statiun Pompa Air Sungai 63 64
Dermaga Pengapalan Paraxylene
Bitumen,
Lube
Oil,
LPG
dan
Tangki-tangki Balast dan Bunker 66
Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG, dan Paraxylene
67 Dermaga Pengapalan LPG
10) Area 70 (Terminal Minyak Mentah dan Produk) terdiri atas :
No. Unit 71
Tabel 3.12Area 70 (Terminal Minyak Mentah dan Produk) Nama Unit
Tangki-tangki minyak mentah feed FOC I/FOC II dan Bunker
72 Crude Island Board
73 Dermaga pengapalan minyak dan penerimaan Crude Oil
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
22
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
11) Area 80 (Kilang Paraxylene) terdiri atas :
No. Unit 81
Tabel 3.13Area 80 (Kilang Paraxylene) Nama Unit
Nitrogen Plant Unit
82
Naphtha Hydrotreater Unit
84
CCR Platformer Unit
85
Sulfolane Unit
86
Tatoray Unit
87
Xylene Fractionation Unit
88
Parex Unit
89
Isomar unit
12) Area 200 ( Lube Oil Complex III) terdiri atas : Tabel 3.14 Area 200 ( Lube Oil Complex III) No. Unit Nama Unit 220 Propane Deasphalting Unit 240
MEK Dewaxing Unit
260
Hydro Treater Unit (HTU)
13) Area 500 (Utilities IIA) terdiri atas : Tabel 3.15 Area 500 ( Utilities IIA) No. Unit Nama Unit 510 Pembangkit Tenaga Listrik 520
Steam Generator Unit
530
Cooling Water system
560
Unit System Udara Tekan
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
23
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
14) Area KilangLPG dan Sulphur Recovery Unit terdiri atas : Tabel 3.16 Area KilangLPGdan Sulphur R ecovery Unit No. Unit Nama Unit
90
Sistem Utilitas header
91
Gas Treating Unit
92
LPG Recovery Unit
93
Sulphur Recovery Unit
94
Tail Gas Unit
95
Refrigeration
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
24
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
15) Area RFCC terdiri atas : Tabel 3.17 Area RFCC
No Unit 63 151 152 153 154 156 157 158 110 165 47 64&68 148 166 155
Nama Unit Sea Water Intake System Steam & Electrical Power Generation System Steam & Condensate System Cooling Water System Raw Water Treatment, Desal & Demineralization System Plant, Instrument and dry Plant Air System Fuel Oil & Fuel Gas System Nitrogen System Fresh Caustic Preparation Spent Caustic Treatment LPG, Propylene, Gasoline, Slopes, exixting tanks Product Handling, Metering and Shipping Flare Sytem Waste Water Treatment System Fire Fighting System
3.5 Proses Produksi Proses pengolahan minyak bumi terbagi menjadi dua, yaitu: Pertama, minyak bumi yang berasal dari Middle East masuk ke Fuel Oil Complex I dan diolah sehingga menghasilkan produk-produk seperti: LPG, Premium, Naphtha, Kerosene, Avtur, Solar (ADO/IDO), LSWR, dan M-bakar (IFO). Kemudian, residu dari FOC I dijadikan bahan baku di Lube Oil Complex (LOC) I, II, dan III. Residu ini diolah sehingga menghasilkan produk-produk seperti: Base Oil, Parafinic Oil, Minarex, Asphalt, Slax Wax, Solar, dan IFO. Kedua, minyak bumi yang berupa campuran dari minyak bumi domestik dan minyak bumi impor atau yang lebih dikenal dengan minyak cocktail kemudian diolah di Fuel Oil Complex II dan menghasilkan produk-produk yang sama dengan FOC I. Kemudian, Naphtha dari FOC II disalurkan ke kilang Paraxylene untuk kemudian diolah menjadi produk produk seperti: LPG, Raffinate, Paraxylene, Benzene, Toluene, dan Heavy Aromate. 3.6 Potensi Bahaya dan Risiko pada Proses Kerja Secara umum, bahaya atau hazard yang terdapat pada proses produksi PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV di tiap unitnya hampir sama. Hazard tersebut antara lain:
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
25
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Tabel 3.18Identifikasi Faktor Bahaya di PT Pertamina Refinery Unit IV Cilacap Faktor Bahaya
Lokasi
A. H azard Fisik:
1. Bising
Overall area
2. Radiasi pengion
FOC II, KPC, area kilang, area
3. Iklim kerja
70 Control room, perkantoran
4. Debu
Overall area perkantoran,
5. Elektrik
control room laboratorium
KPC,
B. Hazard Kimia:
1.
Benzene, Toluene, Xylene (BTX) FOC I, FOC II, SRU
2.
Ammonia
LOC I, LOC II, LOC III
3.
Methyl, Ethyl, Keton (MEK)
FOC I, FOC II, LOC I,
4.
H2S
LOC II, LOC III, SRU
C. H azard Biologi
1. Vektor 2. Binatang (serangga, dll)
Overall area
D. H azard Mekanik , akan menimbulkan
bahaya seperti: 1. Terjepit
Area kilang
2. Terpotong 3. Terjatuh
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
26
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
4. Terpeleset Hazard di atas tentunya akan menimbulkan risiko terhadap keselamatan dankesehatan semua pekerja. Risiko yang mungkin timbul antara lain seperti PenyakitAkibat Kerja (PAK), kecelakaan kerja, risiko kehilangan aset dan citra perusahaan, bahkan kematian. 3.7 Pengendalian yang Telah Dilakukan Perusahaan
Pengendalian yang Cilacapantara lain adalah:
telah dilakukan di
PT Pertamina Refinery
Unit IV
1. Engineering control , antara lain meliputi:
Isolasi Ventilasi Barrier
2. Administrative control , antara lain meliputi:
Badge Shift Kerja Rotasi Kerja SOP TKO TKI
3. APD, meliputi:
Pakaian Kerja (coverall) Helm Keselamatan (safety helmet) Sepatu Keselamatan (safety shoes)
Sarung Tangan (gloves) Welding Mask Welding Screen Face Shield Pelindung Telingan (ear muff dan ear plug) Masker 3.8 Sistem Organisasi Refinery Unit IV Cilacap dipimpin oleh seorang General Manager yang membawahi:
Engineering & Development Manager
Legal & General Affair Manager
Health, Safety and Environmental Manager
Procurement Manager
Reliability Manager
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
27
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
OPI Coordinator
3.9 Sarana Penunjang Operasi Kilang
Untuk mendukung kelancaran operasi kilang, baik BBM, Non BBM, maupun kilang paraxylene, tidak lepas dari sarana-sarana penunjang, Adapun sarana dimaksud adalah : 1. Utilities
Utilities merupakan jantung operasional suatu industri, yang menyediakan tenaga listrik, uap, dan air untuk kebutuhan industri itu sendiri maupun perkantoran, perumahan, rumah sakit dan fasilitas lainnya Utilities RU IV kapasitasnya sebagai berikut : 1. Generator (pembangkit tenaga listrik) : 102 MW 2. Boiler : 730 ton/jam 3. Sea Water Desalination (Desalinasi air laut) : 450 ton/jam 2. Laboratorium
Laboratorium yang telah mendapatkan sertifikat SNI 19 – 17025 berfungsi sebagai pengontrol spesifikasi dan kualitas bahan baku serta produk antara maupun produk akhir. Keberadaan fasilitas ini amat menentukan suatu keberhasilan perusahaan, terlebih pada era perdagangan bebas. Karena itu laboratorium diperlengkapi dengan fasilitas penelitian dan pengembangan, sehingga produk yang dihasilkan senantiasa terjaga kualitasnya, agar tetap mampu bersaing di pasaran. 3. Bengkel Pemeliharaan
Sudah merupakan suatu kelengkapan, bahwa setiap ada perlengkapan tentu harus ada sarana pemeliharaan untuk menjaga kehandalan kilang. Karena itu di RU IV fasilitas bengkel dilengkapi dengan peralatan-perlalatan untuk perawatan permesinan dan lainlain. Fungsi bengkel di RU IV tidak hanya sebagai perbaikan peralatan, tertapi juga sebagai sarana pembuatan suku cadang pengganti yang diperlukan. Disamping itu dapat melayani perbaikan dan pemeliharaan sarana permesinan bagi industri lainnya. 4. Pelabuhan Khusus
Bahan baku minyak mentah RU IV seluruhnya didatangkan melalui fasilitas kapal tanker. Dan hasil produksinya dijual tidak hanya melalui fasilitas pemipaan, mobil tanki, tanki kereta api, tetapi juga melalui kapal, sehingga diperlukan fasilitas pelabuhan yang memadai. Pada saat ini UP IV memiliki fasilitas pelabuhandengan kapasitas terbesar 250.000 DWT, yang terdiri dari pelabuhan untuk bongkar minyak mentah, dan memuat produk-produk kilang untuk tujuan domestik maupun manca negara lainnya. IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
28
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
5. Tangki Penimbun
Tangki-tangki dibangun untuk menampung bahan baku minyak mentah, produk antara, produk akhir, maupun untuk menampung air bersih guna keperluan operasional. 6. Sistem Informasi & Komunikasi
Untuk menunjang kelancaran opersional kilang, Sistem Informasi & Komunikasi dilengkapi dengan fasilitas komputer main frame, maupun fasilitas PC untuk mendukung tugas perkantoran. Selain itu diinstalasi kilang telah dilakukanautomatisasi dengan melengkapi sistem komputerisasi seperti : DCS, SAP dan lain-lain. Selain itu sesuai dengan perkembangan dunia komunikasi, maka telah dikembangkan pula sarana komunikasi melalui e-mail, intranet dan internet. Untuk mempermudah komunikasi dipasang sarana radio, public automatic branch exchange (PABX) dan peralatan elektronika lainnya. 7. Lindungan Lingkungan dan Keselamatan & Kesehatan Kerja
Sebagai suatu prasyarat bagi suatu industri adalah adanya bidang yang menangani masalah lindungan lingkungan dan keselamatan & Kesehatan Kerja. Fungsi ini yang memantau dan menangani masalah limbah agar tidak mencemari lingkungan, disamping menangani aspek keselamatan dan kesehatan bagi pekerja. Karena itu RU IV terus menerapkan sistem Manajemen Lingkungan (SML), Sistem Manajemen Kesehatan Kerja (SMKK) dan Manajemen Keselamatan Proses (MKP) untuk mendukung terjaminnya kualitas lingkungan dan keselamatan kerja. Tercatat Pertamina RU IV beberapa kali memperoleh penghargaan zerro accident dan Menaker RI, dan penghargaan Patra Karya Raksa Madya dari Menteri Pertambangan & Energi RI. Disamping itu beberapa kali memperoleh penghargaan Sword of Honor dari British Safety Council, London,dan Sertifikat ISO 14001: 2004, ISO 9001:2008 dan OHSAS 18001:2007 mengenai Sistem Manajeman Integrasi dari PT TUV Jerman. Sarana Lindungan Lingkungan yang ada di PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap meliputi: 1. Sour Water Stripper , merupakan sarana untuk memisahkan gas-gas beracun dan berbau dari air bekas processing. 2. CPI ( Corrugated Plate Interceptor ), yaitu sarana untuk meniadakan dan memisahkan minyak yang terbawa air buangan. 3. Holding Bassin dan Waste Water Treatment (WWT) suatu sarana mengembalikan atau memperbaiki kualitas air buangan, terutama mengembalikan kandungan oxygen dan menghilangkan kandungan minyak. 4. Flare, adalah cerobong asap/api untuk meniadakan pencemaran udara sekeliling. 5. Silincer , dibangun sebagai sarana untuk mengurangi kemungkinan pencemaran air buangan. 6. Groyne, sarana pelindung pantai dari kikisan gelombang laut
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
29
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
3.10 Fungsi Health, Safety, Environment (HSE)
Merupakan fungsi yang bertugas menjaga keselamatan dan kesehatankaryawan dalam bidang Health, Safety and Environmental (HSE). Bidang HSE bertanggung jawab langsung kepada General Manager PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap. Hal ini menunjukkan komitmen PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dalam melindungi keselamatan dan kesehatan karyawan. HSE memiliki tugas antara lain: a. Sebagaiadvisorbody dalam usaha pencegahan kecelakaan kerja,kebakaran/peledakan, dan pencemaran lingkungan b. Melaksanakan penanggulangan kecelakaan kerja,kebakaran/peledakan,dan pencemaran lingkungan c. Melakukan pembinaan aspek HSE kepada pekerja maupun mitra kerja (pihak III) untuk meningkatkan safety awareness melalui pelatihan, safety talk, operation talk , dan sebagainya d. Kesiapsiagaan sarana dan prasarana serta personil untuk menunjang pelaksanaan, pencegahan, dan penanggulangan kecelakaan kerja, kebakaran/peledakan, dan pencemaran lingkungan. General Manager Refinery Unit IV
Manager HSE
Section
Section Head
Section Head
Head
Fire &
Safety
Environment
Insurance
Section Head Occupational Health
Jr Engineer I Jr Engineer I Jr Engineer II
Gambar 3.8. Bagan Struktur Organisasi HSE PT Pertamina RU IV Cilacap
Fungsi HSE dibagi menjadi empat section yang masing-masing dipimpin oleh seorang Section Head . Keempat section tersebut yaitu:
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
30
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
1. F ire and I nsurance Section Fungsi section ini adalah mengkoordinasikan, mengawasi, mengevaluasi, serta memimpin kegiatan pencegahan dan penanggulangan risiko serta tertib administrasi secara efektif dan efisien sesuai standar kualitas yang ditetapkan untuk mendukung keamanan dan kehandalan operasi kilang. Tugas dan fungsi Fire and Insurance adalah: a. Mencegah dan menanggulangi kebakaran/peledakan sekitar daerah operasi PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap b. Meningkatkan kehandalan sarana untuk penanggulangan kebakaran c. Meningkatkan kesiapsiagaan sarana untuk penanggulangan kebakaran d. Menyelidiki (fire investigation) setiap kasus terjadinya kebakaran e. Melaksanakan risk survey dan kegiatan pemantauan terhadap rekomendasi asuransi f. Melakukan fire inspection secara rutin dan berkala terhadap sumber bahaya yang berpotensi terhadap risiko kebakaran. Sarana-sarana yang dimiliki fire and insurance section meliputi : a. Peralatan Foam tender Frush tender Foam trailer monitor Pemadam King System Fire jeep Dry power truck Fire truck b. Media pemadam Dry powder Foam yang terdiri dari Al2SO4 dan NaHCO FM 200
2. Occupational H ealth Section Occupational Health Section berfungsi untuk mencegah timbulnya cederadan penyakit akibat kerja melalui usaha-usaha mengantisipasi, rekognisi, evaluasi,dan pengendalian bahaya di lingkungan kerja serta menciptakan kondisi tempatdan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan memberikan keuntungan kepada perusahaan dan pekerja guna meningkatkan derajat kesehatan/moral pekerja dan produktivitas pekerja.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh unit ini meliputi: a. Monitoring hazard rutin, seperti: Hazard Fisik yang terdiri dari: kebisingan, radiasi pengion, penerangan, dan cuaca kerja
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
31
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Hazard Kimia yang terdiri dari: Benzen, Toluen, Xilen (BTX), Ammonia, Metil Etil Keton (MEK), Furfural, H2S, debu/partikel, Asbes, Silika Monitoring Pelaksanaan PestControl,danMonitoringPelaksanaan Pemeriksaan Air Minum Secara Kimiawi Hazard Biologi yang terdiri dari: Pemeriksaan Biological Monitoring , Monitoring Pelaksanaan Pemeriksaan Air Minum Secara Bakteriologis, dan Monitoring Pelaksanaan Rodent Control Monitoring Hazard Non Rutin, seperti: Hazard Fisik yang terdiri dari: radiasi pengion, bising, dan radiasi panas pada confined space Hazard Kimia yang terdiri dari: BTX, n-Hexane, H2S, CO, O2, dan HC Hazard Biologi yang terdiri dari: Biological Monitoring dan Pemberantasan Insekta Inspeksi Lingkungan Kerja, seperti: Insidentil yang terdiri dari: accident report dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) Higiene Industri yang terdiri dari: On Site Peralatan OH (SCBA, ELSA, APD, Emergency Shower ) Awareness OH-HSE, seperti: Safety and Health Talk/Tool Box Meeting Presentasi Aspek OH Induction Aspek HSE Layanan, seperti: Pengisian Obat P3K Kegiatan P3K dan Rescue Air Breathing Apparatus Air Line Compressor Pemberian rekomendasi, seperti: Bekerja di ruang terbatas (Confined Space) Program khusus seperti review STK, HIRAC, audit higiene dan sanitasi makanan, dan housekeeping Pemeliharaan Peralatan, seperti: inventarisasi alat ukur peralatan OH dan inventarisasi APD Pengiriman TLD Badge Radiasi, seperti: analisis TLD ke BATAN Pelaksanaan CIP, seperti: GKM, SS, dan Sharing Knowledge Lainnya, seperti: Safety Joint Inspection (SJI), PEKA, Review MSDS, dan mendampingi SWAT.
b.
c.
d.
e.
f.
g. h. i. j.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
32
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
3. Safety Section Fungsi bagian ini adalah merencanakan, mengatur, menganalisis, dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan kecelakaan guna tercapainya kondisi kerja yang aman untuk meminimalisasi kerugian perusahaan. Adapun tugas dan fungsi Safety Section adalah: a. Mencegah dan menanggulangi kecelakaan b. Meningkatkan kehandalan sarana dan prasarana untuk pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja c. Meningkatkan kesiapsiagaan personil dalam menghadapi setiap potensi terjadinya kebakaran d. Menyelidiki (accident investigation) setiap terjadinya kasus kecelakaan e. Melaksanakan pengawasan terhadap cara kerja aman melalui izin kerja, gas test , dan sebagainya f. Menyediakan dan mendistribusikan alat-alat pelindung diri (APD) g. Melaksanakan pembinaan aspek HSE, safety talk, Tools Box Meeting, safety meeting, dan sebagainya h. Menerapkan Manajemen Keselamatan Proses (MKP). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Safety Section, yaitu: a. Melaksanakan inspeksi aspek keselamatan kerja di seluruh area kilang baik aspek terhadap keselamatan manusia maupun peralatan b. Mengembangkan program keselamatan kerja melalui program yang terkait dengan kegiatan proses c. Melaksanakan penyuluhan, safety talk , safety meeting, baik terhadap pekerja maupun kontraktor d. Menyediakan sarana keselamatan kerja e. Melaksanakan pelatihan aspek K3 bagi seluruh pekerja f. Melengkapi sarana promosi K3 seperti safety campaign, safety sign, tanda tanda peringatan, tanda-tanda larangan, dan lain-lain Selain itu terdapat pula Unit Pemenuhan Regulasi dan Kesisteman dan Safety Officer . Unit pemenuhan regulasi dan kesisteman bertugas merencanakan, mengatur,menganalisis, dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pencegahan kecelakaan disesuaikan dengan standar yang berlaku.Adapun standar yang berlaku mengacu pada Sistem Manajemen Terpadu (SMT) Pertamina yang terintegrasi dengan standar internasional. Standar tersebut meliputi Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001), Standar Mutu (ISO 9001) dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OHSAS 18001:2007). Sedangkan Safety officer bertugas melakukan inspeksi langsung pekerjaan di lapangan, memberikan peringatan kepada pekerja yang tidak mematuhi standar K3, melakukan monitoring bahaya secara periodik, serta memberikan pengarahan kepada setiap pekerjaan di lapangan. Safety Inspector berjumlah lima orang, bertanggung jawab sesuai area kerjanya. Setiap satu orang safety officer dibantu oleh seorang safety man.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
33
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
4. E nvironmental Section Fungsi bagianini adalah untuk mengkoordinasikan, mengawasi, dan memimpin kegiatan operasional, meliputi pemantauan/pengelolaan lingkungan, Bahan Beracun dan Berbahaya (B3), kegiatan house keeping dan pertamanan/penghijauan untuk menunjang tercapainya lingkungan kerja yang bersih, aman, nyaman, serta meminimalisasi dampak lingkungan akibat operasional kilang guna mematuhi ketentuan/standar yang telah diterapkan pemerintah. PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap merupakan salah satu pelopor ―Green Factory” di Indonesia, hal ini ditunjukka dengan diperolehnya sertifikasi ISO 14001 yang mengedepankan Sistem Manajemen Lingkungan. Upaya yang dilakukan adalah dengan menyediakan sarana lindungan lingkungan antara lain: a. Sour water stripper MeruPakan sarana untuk memindahkan gas-gas beracun dari air bekas proses sebelum dibuang ke laut. b. Corrugated Plate Interceptor Merupakan sarana untuk mengurangi dan memisahkan minyak yang terbawa dalam air buangan c. Holding Basin dan Waste Water Treatment (WWT) Merupakan sarana mengembalikan atau memperbaiki kualitas air buangan,terutama mengembalikan kandungan oksigen dan menghilangkan kandungan minyak untuk mengurangi kadar minyak dalam air buangan d. Stack/ cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi pencemaran udara sekitar e. Silencer yaitu sarana untuk mengurangi kemungkinan pencemaran air buangan f. Groyne yaitu sarana pelindung pantai dari kikisan gelombang laut.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
34
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
BAB IV NILAI BELAJAR 4.1 Nilai Belajar Umum
Selama menjalani kerja praktik di Pertamina Refinery Unit IV Cilacap,Kami mengikuti berbagai kegiatan dari empat section yang ada di HSE. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan wawasan dan ilmu bukan hanya mengenai topik khusus yang diangkat saja. Nilai belajar umum meliputi: 4.1.1 Occupational H ealth Section 4.1.1.1 Kegiatan Observasi Media Promosi K3
Kegiatan promosi K3 adalah kegiatan yang bersifat edukasi yang nantinya mampu mengubah sikap dan diimplementsaikan melalui perilaku kerja yang aman. Dengan peningkatan pengetahuan yang baik dibarengi upaya monitoring yang berkesinambungan, maka prestasi K3 akan meningkat seiring dengan perubahan perilaku setelah adanya peningkatan pengetahuan pekerja. Strategi promosi kesehatan biasanya didukung dengan berbagai media, baik secara visual maupun elektronik. Selain itu, faktor utama dalam kegiatan promosi kesehatan ini adalah komitmen dari perusahaan serta pihak yang berwenang dalam pemberian materi promosi. Alat dan bahan yang digunakan bisa berupa safety poster , film, leaflat maupun intruksi langsung ditempat kerja. Seperti bagaimana yang biasa dilakaukan, HSE PT Pertamina (Persero) juga melakukan kegiatan promosi K3. Promosi K3 dilakukan dengan pemasangan poster-poster yang ada diseluruh lokasi kilang seperti di IPAL, disepanjang jalan dengan kalimat-kalimat himbauan, disetiap ruangan, ruang penyimpanan B3, dan ditempat lainnya. HSE memiliki tempat khusus dimana tempat pembuatan promosi K3 yaitu Art and Promotion dimana tempat pencetakan dan pembuatan media poster atau alat-alat melukis untuk media K3 lainnya.
Gambar 4.1 Contoh Media K3 yang Berisi Himbauan di Area Pintu 3 (Sumber: Dokumentasi Occupational Health Section) IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
35
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
4.1.2
F ire and Insurance Section
4.1.2.1 Pelatihan Penggunaan SCBA ( Self Contained Breathing Apparatus), APAR (Alat Pemadan Api Ringan), dan Hydrant
Salah satu bentuk pengembangan dan pembekalan keterampilan dalam tanggap darurat kebakaran, maka Fire and Insurance Section PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap yaitu melaluli pelatihan. Pelatihan ini rutin dilakukan setiap bulan bagi seluruh pekerja yang ada di Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilavap. Tujuan diadakannya pelatihan ini yaitu agar seluruh pegawai dapat menangani setiap keadaan darurat kebakaran yang terjadi di Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Pelatihan ini meliputi materi dan praktik yang terdiri dari penggunaan alat bantu pernafasan SCBA, APAR, dan Hydrant . 1. SCBA (Self Contained Breathing Apparatus ) Self Contained Breathing Apparatus atau dikenal dengan SCBA adalah alat bantu atau pernapasan untuk waktu tertentu sesuai dengan jumlah oksigen yang tersedia pada alat tersebut. SCBA menyimpan udara (oksigen) terkompresi, terkompresi atau oksigen cair, atau bahan kimia yang menghasilkan oksigen. SCBA biasanya digunakan untuk penyelamatan dan pada area yang kontaminasi udaranya sangat tinggi, sehingga perlu juga diperhatikan kemungkinan paparan terhadap tubuh seperti kulit. Uap dan gas tertentu pada konsentrasi tinggi dapat merusak bagian tubuh lain selain pernapasan
Berikut ini adalah pembahasan beberapa komponen SCBA : a. Tabung / Botol Udara Berfungsi untuk menyimpan catu daya (udara bersih) yang digunakan untuk pernafasan pemakainya, Udara yang disimpan didalam tabung / botol ditekan dengan kompresor dengan tekanan 150 Bar, 200 Bar, dan sebagainya. Pada botol tersebut dilengkapi dengan main valve yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran udara. Pada botol ada juga yang dilengkapi dengan manometer. b. Deman Valve Berfungsi untuk menurunkan tekanan, dari tekanan menengah ke tekanan atmosfir atau sedikit diatas tekanan atmosfir yang disesuaikan untuk kebutuhan pernafasan.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
36
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
c. Masker Untuk melindungi muka, mata, hidung dan mulut dari udara luar. Pada masker tersebut dilengkapi dengan: kaca mata untuk melihat, penutup mulut, katup hisap dan katup buang, tali-tali, untuk merapatkan masker kemuka pemakainya. Pada masker tersebut dihubungkan dengan selang udara tekanan menengah melalui Deman Valve d. Alat Penggendong Berfungsi untuk tumpuan tabung atau botol udara.Plate penggendong umumnya dilengkapi dengan: tali penggendong (Harness), manometer, warning whistle, regulator, dan sebaginya, tergantung merk SCBA dan tipenya. e. Warning Whistle Berfungsi untuk memberi informasi kepada sipemakai apabila tekanan udara sudah mau habis, apabila terdengar bunyi suling (warning whistle) maka pemakai harus segera meninggalkan daerah berbahaya kedaerah aman. Biasanya waktu berbunyi hanya sekitar 10-15 menit. f. Regulator Berfungsi untuk menurunkan tekanan, dari tekanan tabung (tekanan tinggi) ketekanan menengah (5-6 Bar). biasanya regulator ditempatkan pada plat penggendong (backplate).
Gambar 4.2 Pelatihan Penggunaan SCBA (Sumber: Dokumentasi Fire and Insurance Section)
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
37
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
2. APAR (Alat Pemadam Api Ringan) APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yaitu peralatan portabel yang dapat dibawa dan dioperasikan dengan tangan, berisi bahan pemadam bertekanan yang dapat disemprotkan dengan tujuan memadamkan api. Pemerintah Republik Indonesia, melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no.Per-04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan (APAR), telah memberikan petunjuk teknis yang jelas mengenai APAR. Klasifikasi kebakaran adalah suatu penggolongan bahaya kebakaran berdasarkan jenis bahan yang terbakar. Tujuan dilakukan Klasifikasi kebakaran adalah untuk menentukan media pemadam dan cara pemadaman yang tepat. Jenis media pemadam dibagi menjadi tiga besar : 1. Jenis cair
: Air, busa kimia, busa mekanis, dan AF3
2. Jenis padat : Dry chemical (Dry Powder) 3. Jenis gas
: CO2, N2 (Inergen), Halon
3. Hydrant Hydrant adalah suatu sistem penanggulangan kebakaran yang efektif dengan
menggunakan media air. Dalam mengevaluasi perencanaan instalasi pemadam dengan sistem hydrant kebakaran diperlukan perhitungan kebutuhan air pemadam, kehilangan tekanan, jenis dan spesifikasi pipa kebakaran, debit dan head pompa yang digunakan. Hydrant juga merupakan suatu sistem pencegah kebakaran yang membutuhkan pasokan air dan dipasang di luar bangunan. Hydrant ini biasanya digunakan oleh mobil PMK untuk mengambil air jika kekurangan dalam tangki mobil. Jadi hydrant pilar ini diletakkan di sepanjang jalan akses mobil PMK.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
38
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Gambar 4.3 Pelatihan Fire Fighting (Sumber: Dokumentasi Fire and Insurance Section) 4.1.2.2 F ire Patrol
Fire Patrol adalah kegiatan patroli berkeliling kilang yang rutin dilakukan oleh Fire and Insurance Section. Kegiatan ini rutin dilakukan di pagi, sore malam hari. Kegiatan ini berguna untuk memantau keamanan sekitar kilang dan melihat peralatan proteksi kebakaran dalam keadaan baik atau tidak. Apabila ditemukan ada peralatan kebakaran seperti APAR atau Hydrant sudah buruk keadaannya maka petugas fire akan mengganti dengan yang baru.
Gambar 4.4 Persiapan sebelum Fire Patrol di kilang RU IV (Sumber: Dokumentasi Fire and Insurance Section) IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
39
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
4.1.2.3 Test Alarm
Test Alarm adalah kegiatan yang rutin dilakukan oleh Fire and Insurance Section. Kegiatan ini rutin dilakukan satu kali dalam seminggu setiap hari jumat. Kegiatan ini bertujuan untuk memantau kondisi alarm yang ada di sekitar kilang sebagai salah satu bentuk proteksi kebakaran yang ada. Apabila ditemukan ada alarm yang sudah tidak dapat berfungsi dengan baik maka petugas fire akan mengganti dengan yang baru.
Pada saat Kami mengikuti kegiatan test alarm di beberapa area kilang PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, semua keadaan alarm masih bagus dan dapat berfungsi dengan baik. Sehingga setiap ada keadaan darurat alarm dapat mengeluarkan suara sebagai himbauan kepada seluruh pekerja dengan baik.
Gambar 4.5 Test Alarm di Area Kilang Refinery Unit IV (Sumber: Dokumentasi Fire and Insurance Section) 4.1.3 Safety Section 4.1.3.1 Safety Patrol
Safety Patrol adalah kegiatan patroli berkeliling kilang yang rutin dilakukan oleh Safety Section. Kegiatan ini rutin dilakukan di pagi dan siang hari. Kegiatan ini berguna untuk memantau kegiatan yang sedang berlangsung apakah ada pelanggaran mengenai keselamatan kerja atau tidak. Apabila ditemukan unsafe act maupun unsafe condition maka petugas Safety berkewajiban untuk menindak-lanjuti hal tersebut.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
40
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
4.1.3.2 Lock Out and Tag Out (LOTO)
LOTO merupakan suatu prosedur untuk menjamin mesin/alat berbahaya secara tepat telah dimatikan dan tidak akan menyala kembali selama pekerjaan berbahaya atapun pekerjaan perbaikan / perawatan sedang berlangsung sampai dengan pekerjaan tersebut telah selesai. Prosedur Umum LOTO (Lockout Tagout) antara lain : 1. Mengidentifikasi Sumber Energi 2. Mengisolasi dan mematikan Sumber Energi 3. Mengunci dan Memberi Tanda Bahaya pada Sumber Energi. 4. Memastikan Efektivitas Isolasi Sumber Energi. Petugas Safety Section berkeliling untuk melihat dan mengecek pekerjaan yang ada di area kilang dan disetiap panel room . Pada saat Kami mengikuti kegiatan patrol seluruh area kilang, menemukan penandaan LOTO pada panel room ada beberapa panel listrik yang diberi Lock (gembok) merah dari bagian listrik dan biru dari bagian MA. Kemudian pada pemberian Tagging warna hijau pada scaffolding diatas pipa sepanjang jalan menuju area 63 dan scaffolding di LOC II area yang sudah siap untuk digunakan pekerjaan. Pemberian LOTO diarea Refinery Unit IV diantaranya : a. Tagging hijau: yang artinya sudah aman dan dapat memulai pekerjaan. b. Tagging merah: yang artinya bahwa tidak boleh digunakan atau tidak aman untuk memulai pekerjaan. c. Tagging putih: yang berarti sedang dalam perbaikan sehingga tidak boleh digunakan selain orang yang sedang memperbaiki alat tersebut. d. Lock biru: dari MA e. Lock merah: dari bagian listrik f. Lock putih: dari petugas area bersangkutan Tujuan pemberian LOTO yaitu untuk mencegah terlepasnya potensi bahaya atau energi yang tersimpan secara tiba-tiba, menghindari pengoperasian mesin yang tidak terduga, menyebabkan terjadinya cidera pada pekerja atau, menyebabkan kerusakan pada alat itu sendiri.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
41
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
4.1.3.3 Penggunaan Scaffolding
Scaffolding merupakan suatu perancah atau pelataran platform yang dibangun sementara dan digunakan untuk penyangga tenaga kerja atau barang pada saat bekerja diatas ketinggian. Scaffolding ditujukan untuk meminimalkan risiko atau mencegah potensi-potensi bahaya yang diakibatkan oleh pekerja (pada pekerjaan yang dilakukan di ketinggian) dan juga untuk mencegah kerusakan peralatan atau asetaset perusahaan lainnya maupun lingkungan. Untuk pekerjaan yang membutuhkan perancah ( scaffolding ) harus mengacu pada persyaratan perancah (Scaffolding Requirement ).
Penggunaan scaffolding di area kilang PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap sangat sering dilakukan karena banyak pekerjaan yang membutuhkan alat bantu pada pekerjaan ketinggian. Sehingga penggunaannya sangat diperhatikan dan banyak peraturan yang terkait dengan penggunaan scaffolding . Saat berkeliling, Kami ikut memberikan checklist standart scaffolding yang akan digunakan untuk perbaikan pipa di area KPC. Semua yang akan dikerjakan harus sesuai dengan standar 4.2 Nilai Belajar Khusus 4.2.1 Keadaan Darurat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, darurat memiliki tiga arti penting secara harfiah, antara lain keadaan sukar atau sulit yang tidak tersangka-sangka (dalam bahaya, kelaparan, dan lainnya) yang memerlukan penanggulangan segera. Dalam hal ini Pemerintah harus dapat bertindak cepat untuk mengatasi keadaan tersebut. Kedua adalah keadaan terpaksa dimana Pemerintah dapat segera memutuskan tindakan yg tepat, dan yang ketiga adalah keadaan sementara dimana mereka ditampung di suatu bangunan (KBBI, 2012) Menurut Federal Emergency Management Agency (FEMA) dalam Emergency Management Guide for Business and Industry (1993) keadaan darurat (emergency) merupakan segala kejadian yang tidak direncanakan yang dapat menyebabkan kematian atau cidera serius pada pekerja, pelanggan/klien atau masyarakat umum, atau yang dapat mematikan bisnis atau usaha, menghentikan kegiatan operasional, menyebabkan kerusakan fisik atau lingkungan, atau sesuatu yang dapat mengancam kerugian finansial atau citra perusahaan di mata masyarakat. Keadaan darurat menurut David A. Colling dalam Franky Septiadi (2008) adalah segala situasi yang memerlukan respon dengan segera dikarenakan bencana yang tidak dapat diduga, tidak diharapkan, dan tidak memuaskan yang dapat menyebabkan kerusakan yang besar dan kerusakan lainnya.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
42
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
4.2.1.1 Kategori/Jenis Keadaan Darurat
Berdasarkan NFPA (1992) Keadaan darurat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a. Keadaan darurat besar Apabila keadaan darurat yang terjadi diperkirakan dapatmempengaruhi jalannya operasi perusahaan atau mempengaruhi tatanan lingkungan sekitar dan penanggulangannya diperlukan pengerahan tenaga yang banyak dan besar. b. Keadaan darurat kecil Apabila keadaan darurat yang terjadi dapat diatasi sendiri oleh petugas setempat dan tidak membutuhkan tenaga banyak Berdasarkan Departemen Tenaga Kerja (1987) Keadaan darurat dapat dibagi menjadi tiga kategori antara lain: a. Keadaan Darurat Tingkat I : Keadaan darurat tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam jiwa manusia dan harta benda (aset) yang secara normal dapat diatasi oleh personil jaga dari suatu instansi atau pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan tanpa perlu adanya regu bantuan yang di konsinyalir. Keadaan darurat tipe ini termasuk dalam kategori kecelakaan kecil yang menempati suatu daerah tunggal (satu sumber saja), kerusakan aset, dan luka korban terbatas, dan penanganannya cukup dilakukan oleh petugas yang ada di perusahaan. Akan tetapi pada tipe ini kemungkinan timbulnya bahaya yang lebih besar dapat terjadi. Untuk itu, program pelatihan yang bermutu, konsisten, dan teratur sangat diperlukan untuk mencegah bahaya yang lebih besar. b. Keadaan Darurat Tingkat II : Keadaan darurat tingkat II ialah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas dibantu dengan peralatan dan material yang tersedia di instansi perusahaan tersebut tidak lagi mampu mengendalikan keadaan darurat seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat, bocoran bahan B3 yang kuat, semburan liar sumur minyak/gas dan lainnya, yang mengancam nyawa manusia/lingkungannya dan/atau aset dan instalasi/pabrik tersebut dengan dampak bahaya atas karyawan/daerah/masyarakat sekitarnya. Bantuan tambahan yang diperlukan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat dan masyarakat sekitarnya. Keadaan darurat kategori ini adalah suatu kecelakaan/bencana besar yang mempunyai konsekuensi antara lain sebagai berikut: 1. Terjadi beberapa korban manusia 2.Meliputi beberapa unit atau beberapaperalatan besar yang dapat melumpuhkan kerugian instalasi/pabrik
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
43
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
3. Dapat merusak harta benda pihak lain didaerah setempat (diluar daerah instalasi) 4. Tidak dapat dikendalikan oleh tim Kesiapsiagaan Keadaan Darurat dan dalam pabrik itu sendiri, bahkan harus minta bantuan pihak luar c. Keadaan darurat tingkat III : Keadaan darurat tingkat III adalah keadaan darurat berupa malapetaka/bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan Tier II dan memerlukan bantuan, koordinasi pada tingkat nasional. 4.2.1.2 Prioritas Kesiapsiagaan Keadaan Darurat
Tindakan-tindakan untuk menanggapi keadaan darurat harus selalu diambil berdasarkan pada urutan prioritas berikut ini: a. Keselamatan Jiwa : Sumber daya awal dari Kesiapsiagaan Keadaan Darurat akan difokuskan atau dikerahkan untuk menghitung dan memastikan atau mengamankan keselamatan dan kesehatan manusia atas kejadian kecelakaan termasuk jumlah resiko korban jiwa: pekerja, personil kesiapsiagaan keadaan darurat dan masyarakat umum yang terdampak dari kejadian tersebut. b. Stabilisasi Kejadian : Setelah sumber daya yang memadai dikerahkan untuk mengelola keselamatan jiwa, titik berat selanjutnya akan berada pada tindakan pengawasan dan pengendalian sumber kejadian secara langsung. Dapat diakui bahwa seringkali hal ini dan prioritas keselamatan jiwa harus diselesaikan secara serempak. c. Pengamanan Lingkungan : Hidup dan Aset Perusahaan Kejadian Kecelakaan tidak bisa dianggap terkendali sampai saat dimana sumber-sumber yang memadai dimobilisasi untuk menutup, mengontrol dan meminimalkan secara efektif pengaruh dari kejadian kecelakaan terhadap lingkungannya dan aset perusahaan. Hal ini dilakukan untuk kelangsungan bisnis perusahaan dan meminimalkan kemungkinan-kemungkinan tuntutan ganti rugi yang dapat berakibat kebangkrutan perusahaan. 4.2.2 E mergency Response and Pr eparedness
Menurutistilah Emergency atau ResponsePreparednessadalahpersiapan kesiapsiagaan atau kewaspadaan( preparedness) danrespon atau tanggap darurat (response) terhadap keadaan darurat (emergency). Kesiapsiagaan pada akhirnya akan meminimalkan dampak buruk dari bahaya yang mungkin timbul melalui tindakan berjaga-jaga yang efektif, serta memastikan bahwa organisasi dan pemberian respon darurat dilakukan secara tepat waktu, akurat, dan efisien menyusul munculnya dampak bencana ( An Overview of Disaster Management, UNDP: Disaster Management Training Programme dalam Susanto, 2006). IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
44
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Emergency Response and Preparedness atau sistem Kesiapsiagaan Keadaan Darurat merupakan kesatuan sistem yang diterapkan dan dilaksanakan oleh suatu industri, pemerintah beserta komponen masyarakat yang terintegerasi dalam suatu sistem dan prosedur kerja yang konkret, dalam rangka menghadapi keadaan darurat di suatu instansi, industri maupun sektor informal yang berpotensi menimbulkan gangguan bagi stabilitas keamanan (Kelly, 1998)
Kesiapsiagaan harus dilihat sebagai proses yang aktif dan berkelanjutan,sehingga memerlukan rencana dan strategi, namun keduanya harus bersifat dinamis yang harus secara berkala dikaji, dimodifikasi, diperbarui, dan diuji. Tujuan akhir dari kesiapsiagaan adalah efektivitas respon terhadap peringatan dan pengaruh keadaan darurat. Pada tahap tertentu dalam proses peringatan, respon yang sifatnya beragam ini harus dimobilisasi. Pentahapan respon menjadi faktor penting dalam merancang rencana kewaspadaan. Persiapan keadaan darurat tidak dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan dari manajemen puncak, dukungan yang paling utama adalah dengan mengeluarkan kebijakan dan komitmen terhadap program persiapan keadaan darurat tersebut. Dengan adanya dukungan dan komitmen maka dapat di bentuk fungsi khusus dan pengorganisasian yang menangani program persiapan keadaan darurat. Tujuan dilaksanakannya ERP ( Astra Green Company, 2003) adalah: a. Aspek kemanusiaan 1. Mencegah dan meminimalisir jatuhnya korban manusia 2. Menyelamatkan jiwa atau melindungi karyawan atau orang yang berada disekitar terjadinya kejadian tersebut 3. Memindahkan atau mengamankan sumber daya manusia atau aset ketempat yang lebih aman 4. Memberikan pertolongan pengobatan kepada korban-korban yang terluka b. Aspek pencegahan kerugian 1. Meminimalisir kerugian terhadap aset-aset perusahaan dan sekitar.
lingkungan
2. Mencegah menjalarnya keadaan darurat 3. Meminimalisir bahaya yang timbul akibat keadaan darurat tersebut, dan lain lain
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
45
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
c. Aspek komersial 1. Menjamin kelangsungan operasional perusahaan agar kegiatan bisnis dan produksi tidak terhenti 2. Memberikan informasi kepada seluruh penghuni gedung tentang bahaya industri dan cara-cara penanggulangannya Manfaat dilaksanakannya ERP (PT Pertamina, 2010) adalah: 1. Agar setiap individu baik pekerja maupun orang lain yang berada ditempat kerja mengetahui apa yang harus dilakukan serta tugas dan tanggung jawabnya dalam kondisi keadaan darurat. 2. Agar terjadi upaya sinergi diantara seluruh jajaran manajemen perusahaan dan pekerja dalam upaya menanggulangi keadaan darurat bersama sehingga penanggulangan keadaan darurat dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. 3. Terdapat hirarki (chain of command ) yang jelas dalam struktur organisasi keadaan darurat 4. Agar adanya prinsip bahwa penanggulangan keadaan darurat merupakan tanggung jawab bersama dalam menjaga kelangsungan hidup ( sustainability) perusahaan. 4.2.2.1 Prosedur E mergency Response and Preparedness
Prosedur keadaan darurat adalah tata cara pedoman kerja dalam menanggulangi keadaan darurat, dengan memanfaatkan sumber daya dan sarana yang tersedia untuk menanggulangi situasi yang tidak normal, untuk mencegah atau meminimalisir kerugian yang lebih besar (SPIJ, 2001). Pelaksanaan dan penerapan kebijakan perusahaan, meliputi penanggulangan dan kesiapsiagaan kondisi darurat (emergency response and preparedness) merupakan prosedur baku yang telah ditetapkan (Krakatau Steel, 1993). Setiap prosedur operasional Kesiapsiagaan Keadaan Darurat, harus memuat beberapa elemen penting (coVan, 1994), yaitu: a. Prosedur tersebut harus disusun sederhana, mudah dipahami seluruh tenaga kerja di suatu perusahaan (gambar dan diagram alir proses) b. Dalam penyusunan dan perencanaan awal, setiap tahapan harus mempunyai prosedur yang terencana, matang dan efektif dengan tetap melihat pada kondisi perusahaan
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
46
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
c. Prosedur ini disusun secara tertulis dan dijadikan record dokumen, bahasa umum dan mudah untuk dilaksanakan 4.2.2.2 Prosedur Kesiapsiagaan Keadaan Darurat Berlapis
Konsep Kesiapsiagaan Keadaan Darurat yang banyak digunakan kini berdasarkan pada konsep yang berlapis atau bertingkat (Tier). Perusahaan memerlukan tim bantuan untuk merespon dan mengelola skenario perkara terburuk pada saat keadaan darurat.
Gambar 4.6 Sistem Kesiapsiagaan Keadaan Darurat Berlapis (Sumber: Modul Kesiapsiagaan Keadaan Darurat PT Pertamina) Konsep respon dasar berlapis tiga berkenaan dengan pengelolaan Kesiapsiagaan Keadaan Darurat telah dikembangkan sebagai konsep perencanaan Kesiapsiagaan Keadaan Darurat yang sangat fleksibel, efisien, dan tepat guna dengan memanfaatkan semua sumber daya Kesiapsiagaan Keadaan Darurat disegala tingkat perusahan maupun kerja sama dengan pihak pemerintah dan perusahaan lainnya. Berikut merupakan Kesiapsiagaan Berlapis (PT Pertamina, 2010): a. Kesiapsiagaan Keadaan Darurat Tier 1 Kejadian atau respon Tier 1 adalah kejadian atau respon yang dapat dikelola atau diredakan oleh manajemen setempat bersama departemen operasional, personil atau sumberdaya setempat. ERT untuk tingkatan ini dikembangkan oleh organisasi setempat.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
47
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
b. Kesiapsiagaan Keadaan Darurat Tier 2 Kesiapsiagaan Keadaan Darurat Tier 2 melebihi kapabilitas Tier 1 dan memerlukan tambahan personil dan sumber daya wilayah lain untuk dikelola. Tim Pendukung Kesiapsiagaan Keadaan Darurat regional sebagai Tim Tier 2 terdiri dari personil atau sumber daya (resources) dari berbagai Departemen Operasional , Teknik/ Engineering, unit-unit bisnis atau anak perusahaan lainnya di dalam wilayah geografik tertentu untuk dimobilisasi guna memperkuat tim Kesiapsiagaan Keadaan Darurat Tier 1. c. Kesiapsiagaan Keadaan Darurat Tier 3 Pusat Kesiapsiagaan Keadaan Darurat Kejadian atau Kesiapsiagaan Keadaan Darurat Tier 3 melebihi kapabilitas dan sumber daya Tier 2 dan mungkin memerlukan personil global dan sumberdaya dari berbagai macam lokasi untuk dikelola. Kejadian Tier 3 meliputi pengelolaan insiden dan kapabilitas sumberdaya yang lebih luas baik dari luar perusahaan atau kerjasama dengan ahli-ahli (spesialis) Kesiapsiagaan Keadaan Darurat khusus seperti penanganan tumpahan minyak, kebakaran besar. Dengan demikian sumberdaya lainnya dari seluruh organisasi (Tingkat Perusahaan) dan dari luar harus diidentifikasikan, diberitahukan dan dimobilisasi ke tempat kejadian. 4.2.3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001
Keselamatan dan kesehatan kerja harus dikelola sebagaimana dengan aspek lainnya dalam perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber daya manusia, keuangan, dan pemasaran. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan seperti apa adanya tanpa adanya intervensi dari manajemen berupa upaya terencana untuk mengelolanya. Oleh karena itu, ahli K3 sejak awal tahun 1980an berupaya meyakinkan semua pihak, khususnya manajemen organisasi untuk menempatkan aspek K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi. Hal inilah yang mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai manajemen K3 (Soehatman Ramli, 2010). Mengingat banyaknya sistem manajemen K3 yang dikembangkan oleh berbagai institusi, timbul kebutuhan untuk manstandarisasikan sekaligus memberikan sertifikasi atas pencapaiannya. Dari sini lahirlah penilaian kinerja K3 yang disebut OHSAS 18000, yang terdiri dari dua bagian yaitu OHSAS 18001 sebagai standar atau persyaratan SMK3 dan OHSAS 18002 sebagai pedoman pengembangan dan penerapannya (Soehatman Ramli, 2010). 4.2.4 OHSAS 18001 Klausul 4.4.7 E mergency Response and Preparedness
Kesiapsiagaan Keadaan Darurat merupakan elemen penting dalam SMK3 dalam menghadapi setiap kemungkinan yang dapat terjadi. Tujuan SMK3 adalah untuk menciptakan suatu sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
48
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan (Departemen Tenaga Kerja, 1996). Namun demikian, jika sistem pencegahan mengalami kegagalan sehingga terjadi kecelakaan, hendaknya keparahan atau konsekuensi yang ditimbulkan dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan sistem Kesiapsiagaan Keadaan Darurat guna mengantisipasi berbagai kemungkinan seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, bocoran bahan kimia atau pencemaran. Aspek Kesiapsiagaan Keadaan Darurat sering diabaikan karena penuh dengan ketidakpastian. Kita tidak tahu kapan gempa bumi, badai, petir, atau ledakan akan terjadi. Kita juga tidak tahu bagaimana bentuk atau skala kejadiannya. Pilihan terbaik dari sisi K3 adalah bersiap menghadapi kondisi terburuk. Tanpa sistem Kesiapsiagaan Keadaan Darurat, jika kejadian menimpa, mereka tidak siap dan tidak mampu menghadapinya sehingga timbul korban dan kerugian yang lebih besar. OHSAS 18001 mensyaratkan agar organisasi mengembangkan prosedur Kesiapsiagaan Keadaan Darurat untuk mengidentifikasi kemungkinan keadaan darurat dan penanggulangannya (Soehatman Ramli, 2010). Pengembangan suatu sistem Kesiapsiagaan Keadaan Darurat sekurang-kurangnya meliputi elemen berikut: 1. Kebijakan Kesiapsiagaan Keadaan Darurat Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 5 Tahun 1996, kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen, dan tekad melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka, dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional, termasuk dalam hal ini adalah kebijakan penanganan tanggap darurat. Penanganan Kesiapsiagaan Keadaan Darurat harus merupakan kebijakan manajemen karena menyangkut berbagai aspek seperti organisasi dan sumber daya yang memadai. Tanpa kebijakan manajemen, program Kesiapsiagaan Keadaan Darurat tidak akan berhasil dengan baik. 2. Identifikasi Keadaan Darurat Langkah awal dalam pengembangan sistem Kesiapsiagaan Keadaan Darurat adalah melakukan identifikasi keadaan darurat yang mungkin terjadi dalam operasi atau kegiatan organisasi. Keadaan darurat dapat bersumber dari dalam atau luar organisasi ( Emergency Response Procedures, 2010). Keadaan darurat dapat dikategorikan atas bencana alam (natural disaster ), operasional, dan sosial:
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
49
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
a. Faktor Operasional 1. Kebakaran 2. Kebocoran Bahan Kimia 3. Gangguan operasi misalnya kerusakan alat b. Faktor Alam 1. Banjir 2. Topan 3. Gempa Bumi c. Faktor Sosial 1. Rumor 2. Perselisihan 3. Sabotase Sebagai langkah awal, semua kemungkinan keadaan darurat tersebut harus diidentifikasi, baik yang bersumber dari luar maupun dari dalam organisasi, baik yang berupa bencana alam, gangguan operasi, maupun sosial. 3. Perencanaan Awal ( Preplanning ) Setelah semua potensi keadaan darurat diidentifikasi, dilakukan perencanaan awal ( preplanning ) untuk mengetahui dan mengembangkan strategi pengendaliannya. Berbagai kemungkinan keadaan darurat disimulasikan dalam bentuk skenario keadaan darurat mulai dari yang kecil sampai kondisi terburuk yang dapat terjadi. Dari rencana awal ini dapat diketahui apa saja sumberdaya yang diperlukan, strategi pengendalian yang tepat, pengorganisasian dan system komunikasi serta dampak terhadap lingkungan sekitarnya (Departemen Tenaga Kerja, 1996). 4. Penyusunan Prosedur Keadaan Darurat Dari hasil preplanning disusun prosedur tetap penanganan keadaan darurat yang diperlukan. Prosedur keadaan darurat mencakup struktur organisasi, tugas, dan tanggung jawab tim, logistik, sarana yang diperlukan, jalur komando dan komunikasi, pengaman dan pengelolaan masyarakat sekitarnya (Carnegie Mellon University, 2010).
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
50
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
5. Organisasi Kesiapsiagaan Keadaan Darurat Penanganan keadaan darurat dilakukan secara terorganisir dengan melibatkan berbagai fungsi dalam organisasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Menurut Kepmen No. KEP.186/MEN/1999, syarat dari organisasi tanggap darurat antara lain setiap anggota organisasi sudah mengetahui tugas masing-masing, setiap anggota organisasi sudah terlatihdan dilakukan peninjauan terhadap organisasi tanggap darurat. Penanganan keadaan darurat sekurang-kurangnya melibatkan fungsi berikut ini: a. Operasi, bertugas menjamin keamanan dan kelancaran operasi selama keadaan darurat berlangsung. b. Teknik, bertugas menjamin dan mendukung sarana teknis yang diperlukan untuk penanggulangan keadaan darurat. c. Security, bertugas menjaga keamanan selama keadaan darurat. d. Medis, untuk memberikan bantuan dan pertolongan medis terhadap korban. e. Pemadam kebakaran, bertugas menanggulangi keadaan darurat. f. Safety, bertugas menjaga dan memberikan saran dan pertimbangan keselamatan. g. Logistik, bertugas menyediakan perlengkapan dan kebutuhan logistik untuk penanggulangan. h. Transportasi, memberikan dukungan sarana transportasi dan alat- alat berat jika diperlukan. i.
Komunikasi, membantu kelancaran jalur penanggulangan baik internal maupun eksternal.
komunikasi
selama
j.
Humas, menjaga hubungan dengan semua pihak terkait khususnyadengan lingkungan, pemerintah dan masyarakat sekitarnya melalui informasi yang akurat dan jelas tentang keadaan darurat.
k. Dan lain-lainnya sesuai dengan keperluan.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
51
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
6. Sarana dan Prasarana Keadaan Darurat Kebutuhan sarana dan prasarana untuk penanggulangan keadaan darurat harus dipersiapkan dengan baik sesuai hasil identifikasi dan perencanaan awal ( Emergency Response Procedures, 2010). Prasarana mencakup berbagai aspek seperti: a. Sarana penanggulangan (kebakaran, pencemaran, ledakan,bocoran bahan kimia, bencana alam, dan lainnya) b. Sarana penyelamatan manusia (rescue) c. Peralatan dan sistem komunikasi d. Logistik, seperti kebutuhan material penanggulangan, konsumsi, transportasi dan lainnya. e. Sarana medis mencakup klinik atau rumah sakit, pertolongan pertama dan tenaga medis yang diperlukan. f. Pusat krisis (crisis centre) lengkap dengan fasilitasnya untuk mengendalikan keadaan darurat. Jika organisasi tidak mampu memenuhinya sendiri dapat dilakukan melalui kerjasama (mutual assistant ) dengan organisasi atau pemerintah daerah setempat. 7. Pembinaan dan Pelatihan Penanggulangan keadaan darurat tidak akan berhasil jika tidak ditangani oleh petugas atau SDM yang kompeten. Ciri khas dalam setiap penanggulangan keadaan darurat adalah terjadinya kepanikan, hilangnya rantai komando yang telah disusun dan kurangnya disiplin dan tanggung jawab. Untuk menjamin keberhasilan sistem manajemen darurat diperlukan upaya pembinaan dan pelatihan yang terencana dan berkesinambungan khusunya bagi mereka yang terlibat dalam rantai komando sehingga mengetahui peran dan tanggung jawabnya (Sahab, 1997). Tim pelaksana misalnya tim pemadam kebakaran, medis, keamanan dan lainnya juga perlu diberi pelatihan sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan tepat dan cepat. Pelatihan dapat dikemas dalam bentuk table desk simulation, permainan peran atau uji coba dalam kondisi dalam berbagai bentuk skenario. Pelaksanaan pelatihan mencakup beberapa hal, diantaranya adalah simulasi tanggap darurat industri, penyelamatan korban, pemakaian alat pemadam api, dan sistem pelaporan serta komunikasi bila terjadi kondisi darurat (OHSAS 18001: 2007, klausul elemen 4.4.7).
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
52
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
8. Komunikasi Komunikasi memegang peranan penting mendukung keberhasilan sistem Kesiapsiagaan Keadaan Darurat. Komunikasi dapat dikelompokkan atas komunikasi internal yaitu komunikasi kepada semua pihak dalam perusahaan dan komunikasi eksternal yaitu komunikasi kepada pihak pemerintah daerah dan masyarakat sekitar. Komunikasi internal harus dirancang mulai dari deteksi keadaan darurat sampai ke penanggulangannya. Perusahaan harus mempunyai prosedur untuk menjamin bahwa informasi tanggap darurat dikomunikasikan ke semua pihak dalam perusahaan (Departemen Tenaga Kerja, 1996). Ketentuan dalam prosedur tersebut dapat menjamin pemenuhan kebutuhan untuk: a. Mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, pertemuan audit dan tinjauan ulang manajemen pada semua pihak dalam perusahaan yang bertanggung jawab dan memiliki andil dalam kinerja perusahaan. b. Melakukan identifikasi dan menerima informasi keadaan darurat yang terkait dari luar perusahaan c. Menjamin bahwa informasi tanggap darurat dikomunikasin kepada orang-orang di luar perusahaan yang membutuhkannya. 9. Inspeksi dan Audit Secara berkala dilakukan audit dan inspeksi sistem Kesiapsiagaan Keadaan Darurat yang menyangkut prosedur, sarana prasarana, dan kemampuan petugas. Semua peralatan harus diperiksa secara berkala agar jika diperlukan siap untuk digunakan (OHSAS 18001:2007, klausal elemen 4.4.7). 10. Investigasi dan Pelaporan Setiap kejadian darurat harus diinvestigasi dengan teliti untuk mengetahui penyebab sekaligus juga untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam proses penanggulangannya. Dari setiap kejadian dapat diketahui tingkat kesiapan individu, kondisi sarana, kelancaran komunikasi, dan kecepatan gerak tenaga pendukung yang diperlukan. Hasil penanggulangan darurat harus dilaporkan kepada manajemen sebagai bahan evaluasi untuk peningkatannya (OHSAS 18001:2007, klausal elemen 4.4.7). 11. Evaluasi dan Rekomendasi Tindakan Perbaikan Setiap kegiatan yang dilakukan organisasi harus dilakukan evaluasi, baik yang sifatnya evaluasi penanggulangan keadaan darurat yang dilakukan IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
53
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
maupun evaluasi dari pelatihan yang dilakukan. Organisasi harus meninjau secara periodik dan bila diperlukan, merubah prosedur kesiapsiagaan dan tanggap darurat, secara khusus, setelah pengujian periodik dan setelah terjadinya keadaan darurat.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
54
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
BAB V ANALISIA
PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap sebagai penyuplai 33,33%PT Pertamina (persero) Refinery Unit IV Cilacap sebagai penyuplai 33,33% kebutuhan bahan bakar minyak di Indonesia dalam penerapan pengelolaan Sistem Managemen Mutu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Lingkungan mengadobsi ISO 9001:2008, OHSAS 18001:2007, dan ISO 14001:2004. Salah satu program kerja yang telah diterapkan adalah dengan menjalankan sistem kesiapsiagaan tanggap darurat. Oleh karena itu pemenuhan OHSAS 18001:2007 Klausul 4.4.7 Emergency Preparedness and Response (Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat) di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap merupakan suatu kewajiban. Beberapa tahapan dalam penyusunan rencana penanggulangan keadaan darurat yaitu dilakukan identifikasi keadaan darurat, kerjasama organisasi, komunikasi, sarana dan prasarana keadaan darurat. Untuk mengoptimalkan prosedur, dilakukan pelatihan dan simulasi yang melibatkan seluruh karyawan, yang kemudian dievaluasi untuk mendapatkanrekomendasi tindakan perbaikan. Pelaksanaan prosedur yang benar dapatmeminimalisasi kerugian manusia, aset perusahaan serta kerusakan lingkungan sekitar.Pemenuhan OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7 Emergency Response andPreparedness (Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat) meliputi: 5.1 Kebijakan Tanggap Darurat
Penerapan manajemen keadaan darurat didasarkan pada kebijakan dan komitmen yang tinggi dari manajemen perusahaan. Kebijakan manajemen keadaan darurat merupakan bagian dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diterapkan oleh perusahaan. PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memiliki kebijakanKeselamatan dan Kesehatan Kerja, salah satunya mengenai sistem kesiapsiagaan tanggap darurat. Kebijakan tersebut merupakan bukti dari komitmen manajemen untuk peduli terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja khususnya penerapan sistem Emergency Preparedness and Response . Salah satu bentuk komitmen dan kebijakan tersebut adalah menjalankan regulasi OHSAS 18001:2007 Klausul 4.4.7 Emergency Preparedness and Response. Bentuk lain dari komitmen perusahaan yaitu dengan telah ditandatanganinya piagam visi PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap oleh General Manager dan seluruh Manager dengan memasukkan aspek HSSE yang salah satunya mengenai Emergency Response ke dalam performa yang harus dilaksanakan perusahaan dalam menjalankan visi perusahaan (terlampir). Setiap unit diharuskan membuat Tata Kerja Organisasi (TKO) penanggulangan keadaan darurat, di dalam TKO tersebut terdapat seluruhpotensi keadaan darurat yang mungkin terjadi di lokasi masing-masing dan cara penanggulangannya. Regulasi lain yang telah dilaksanakan dalam mendukung kesiapsiagaantanggap darurat sebagai berikut: IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
55
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
1. 2. 3.
Undang-undang No.1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja Undang-undang No.22 tahun 2001, tentang MIGAS Peraturan Pemerintah No.11 tahun 1979, tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi 4. Undang-Undang No. 21tahun 1992 tentang Pelayaran 5. Undang-Undang No.32tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup 6. Keputusan Presiden No. 18 tahun 1978 Tentang Pengesahan " InternationalConvention For The Prevention Of Pollution From Ships (MARPOL)1973/1978 Annex I dan II" 7. Keputusan Menteri Pertambangan No.04/P/M/Pertamb./ 1974 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Perairan Dalam Kegiatan Eksplorasi dan Exploitasi Minyak dan Gas Bumi 8. Keputusan Menteri Perhubungan No.KM.86 tahun 1990 tentang Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak di Kapal-Kapal 9. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air 10. Peraturan Pemerintah No.17 tahun 1974 tentang Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi Minyak Bumi di Daerah Lepas Pantai 11. Pedoman Pengendalian Bencana Direktorat Korporat No.A-002/I00200/2011-S0 12. Pedoman Penanggulangan Kebakaran Kapal dan/atau Tumpahan Minyak diPerairan Terminal Khusus Pertamina No.A-012/F20000/2011-S0 13. Pedoman Sistem Pelaporan HSE Corporate No.A-007/I00400/2009-S0 14. Pedoman Bencana Alam Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami No.A029/E14000/2006-S0 15. Pedoman Sistem Manajemen Terpadu Refinery Unit IV (SMT RU IV) No. A001/E14000/2011-S0 Terlaksananya sistem Emergency Preparedness and Response di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dengan menjalankan berbagai peraturan terkait, baik aturan yang bersifat internal, nasional, maupun internasional merupakan komitmen perusahaan dalam menjalankan visi sebagai kilang minyak dan petrokimia yang unggul di Asia pada tahun 2020.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
56
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
5.2 Identifikasi Keadaan Darurat
Identifikasi keadaan darurat merupakan langkah awal Sistem Kesiapsiagaan Keadaan Darurat di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Identifikasi potensi bencana atau keadaan darurat harus mengidentifikasi segala resiko sampai ke tingkat kemungkinan terburuk yang mungkin timbul dalam proses atau kegiatan operasional perusahaan. Hal ini penting untuk menentukan kesiapsiagaan dan fasilitas-fasilitas yang memadai dalam rangka penanggulangan.
Gambar 5.1 Contoh Matriks Penilaian Resiko (Sumber: Materi HSE Corporate) Setelah pelaksanaan identifikasi segala resiko, hal lain yang akandilakukan yaitu pembuatan tim, proses, rencana, dan prosedur yang ditetapkan dan dirancang agar berfungsi untuk segala jenis kejadian atau keadaan darurat apapun yang sudah teridentifikasi dari Penilaian Resiko ( Risk Assessment). Oleh karena itu identifikasi keadaan darurat merupakan poin penting yang dijadikan landasan perusahaan dalam perancangan dan pembentukan sistem Emergency Preparedness and Response di tahap selanjutnya. Salah satu alat yang digunakan PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dalam mengidentifikasi keadaan darurat yaitu dengan menggunakan Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Control (HIRADC) yang dilaksanakan setiap bagian yang ada di HSE Departement. Identifikasi dilakukan terhadap semua aspek perusahaan baik SDM, peralatan, dan finansial dalam menghadapi setiap kemungkinan keadaan darurat. Setelah melakukan identifikasi, maka selanjutnya menentukan prioritas-prioritas kejadiannya, kejadian-kejadian akan diurutkan berdasarkan resiko. Ranking resiko dan prioritas kejadian harus ditinjau secara periodik sesuai perkembangan kondisi yang ada atau ketika adanya perubahan yang signifikan.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
57
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap mengidentifikasi keadaan darurat yang mungkin terjadi dalam operasi atau kegiatan organisasi dengan baik yang bersumber dari dalam atau luar organisasi. Semua kemungkinan keadaan darurat sudah teridentifikasi. Hal tersebut telah sesuai dengan OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7 Emergency Response and Preparedness (Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat) yang menyebutkan bahwa organisasi harus membuat, menetapkan, dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi potensi keadaan darurat. Dalam pedoman kesiapsiagaan keadaan darurat perusahaan, keadaan darurat adalah suatu kondisi tidak normal meliputi kebakaran, tumpahan minyak, bocoran gas, kegagalan tenaga atau bahaya-bahaya yang dapat mengancam keselamatan operasi kilang, aset perusahaan, jiwa manusia dan lingkungan sekitarnya dimana sumber daya dan manajemen yang ada di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap masih mampu menanggulanginya berdasarkan prosedur tetap keadaan darurat yang ada. Berdasarkan eskalasi, Keadaan Darurat di PT Pertamina (Persero)Refinery Unit IV Cilacap terdiri atas: a. Keadaan Darurat Kecil ( Minor Emergency) Adalah keadaan darurat yang dapat ditanggulangi dengan menggunakan peralatan/sarana yang tersedia ditempat kejadian tersebut baik dengan atau tanpa bantuan Regu Pemadam Kebakaran. b. Keadaan Darurat Besar ( Major Emergency) / Level I(Ref Pedoman Tingkat Koorporat No.A.002/I00200/2011-S0) Adalah keadaan darurat yang tidak dapat ditanggulangi dengan menggunakan peralatan/sarana yang tersedia ditempat kejadian tersebut dan harus dilakukan dengan bantuan Tim Inti Pemadam Kebakaran ( Fireman) dan Tim Bantuan Keadaan Darurat serta ditandai dengan dibunyikannya sirine tanda keadaan darurat. c. Bencana ( Disaster ) / Level II & III(Ref Pedoman Tingkat Koorporat No.A.002/I00200/2011-S0) Adalah suatu kejadian yang tidak terkendali yang diakibatkan oleh alam atau perbuatan manusia termasuk bencana alam seperti kebakaran, pencemaran, gempa bumi, tsunami, banjir dan lain-lain yang menyebabkan korban kematian, luka-luka atau kerugian material dalam jumlah besar di Refinery Unit IV yang sedemikian rupa besarnya dan tidak dapat lagi ditanggulangi oleh Refinery Unit IV sehingga diperlukan bantuan dari pihak lain dan memerlukan koordinasi dengan otoritas yang lebih tinggi.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
58
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Pedoman penanggulangan keadaaan darurat Refinery Unit IV Cilacap mengklarifikasikan Jenis Kondisi Darurat sebagai berikut: a. Kebakaran Adalah suatu kejadian yang disebabkan karena adanya api yang tidak terkontrol dan dianggap dapat membahayakan serta dapat menganggu kegiatan operasional kilang. b. Kegagalan Tenaga ( Power Failure) Adalah gangguan di Pusat Pembangkit Tenaga yang dapat mengancam sebagian atau seluruh pasokan tenaga listrik, tenaga uap, air, dan tenaga angin. c. Tumpahan Minyak Adalah tumpahan minyak bumi karena sesuatu hal baik yang bersumber dari kilang maupun dari Kapal Tanker di perairan Pelabuhan Khusus Cilacap. d. Bocoran Gas Adalah terjadinya paparan gas/uap yang tidak terkendali dan membahayakan manusia serta lingkungan sekitarnya. e. Sabotase Adalah tindakan pengrusakan harta benda / penghalangan kelancaran pekerjaan atau yang berakibat turunnya nilai suatu pekerjaan yang dilakukan seseorang dalam usaha mencapai suatu tujuan yang menurut pendapat umum berlatar belakang politik yang berpotensi merugikan jalannya operasi kilang. f. Tsunami
Adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. g. Gempa Bumi Gempa bumi adalah pergeseran secara tiba-tiba dari lapisan tanah dibawah permukaan bumi yang menimbulkan getaran (gelombang seismic) menjalar menjauhi focus gempa ke segala arah didalam bumi sehingga dapat menyebabkan terganggunya operasional RU IV
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
59
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
h. Banjir Adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu tempat yang bersumber dari laut, sungai atau danau yang meluap dari batasan alaminya sehingga dapat menyebabkan terganggunya operasional RU IV. 5.3 Perencanaan Awal
Manajemen Keadaan Darurat di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IVCilacap melakukan perencanaan awal untuk menyusun strategi pengendalian keadaan darurat. Selain itu perencanaan awal juga dimaksudkan untuk menetapkan besarnya keadaan darurat yang terjadi serta disimulasikan dalam bentuk skenario penanganan dan penanggulangan yang paling efektif. Perencanaan awal meliputi menyusun daftar inventarisasi sarana dan prasarana keadaan darurat, sumber daya, teknologi, dan kerjasama dengan pihak- pihak yang relevan. Berbagai pihak relevan yaitu pemerintah setempat, rumah sakit rujukan, dan kepolisian, direncanakan untuk penanggulangan dan penanganan yang optimal. Hal tersebut telah sesuai dengan OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7 Emergency Response and Preparedness (Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat) yang menyebutkan bahwa dalam perencanaan tanggap darurat organisasi harus mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan pihak terkait yang relevan, misal jasa keadaan darurat dan masyarakat sekitar. 5.4 Penyusunan Prosedur Keadaan Darurat
Dalam OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7 Emergency Response andPreparedness (Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat) yang disebutkan bahwa organisasi harus membuat, menetapkan, dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi potensi keadaan darurat. Sistem Kesiapsiagaan Keadaan Darurat di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menyusun dan menetapkan prosedur persiapan dan penanganan keadaan darurat dengan baik. Lalu jika terjadi perubahan seperti perubahan nomor telepon maka akan segera diperbarui. Prosedur Kesiapsiagaan Tanggap Darurat yang ada di PT Pertamina(Persero) Refinery Unit IV Cilacap antara lain: a. Sistem Komunikasi Tujuan: Mengatur tata cara komunikasi pada saat penanggulangan keadaan darurat, sehingga memperlancar jalannya operasi penanggulangan. IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
60
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Tindakan: Bila terjadi keadaan darurat, dapat dilaporkan melalui: 1. Fire Station Telp. no.113 atau 8654 untuk Area Kilang, dan telp. no. 114atau 8655 untuk Area 70 atau menggunakan Lokal Zone Fire Alarm atau menggunakan Radio HT Channel FIRE . 2. Selama penanggulangan keadaan darurat hubungan Radio HT untuk FireShift menggunakan channel FF dan tim inti lainnya tetap berada di channel Fire. 3. Untuk fungsi lain yang bukan Tim Penanggulangan keadaan Darurat tetapmenggunakan Channel masing-masing. 4. Untuk Tim Management monitor di Channel DARURAT. 5. Petugas Fire Station/Station Officer memberitahu para Pejabat/TimOrganisasi Keadaan Darurat dan TBKD. 6. Petugas Komunikasi stand by beserta peralatannya untuk melaksanakanperbaikan terhadap sarana komunikasi bila terjadi gangguan selama penanggulangan keadaan darurat berlangsung. 7. Operator telepon harus memprioritaskan pengiriman atau penerimaan berita-berita yang berhubungan dengan keadaan darurat. 8. Koordinator untuk sistem komunikasi keadaan darurat adalah IT Manager. b. Sarana Komunikasi dan Tata Cara Pelaporan 1.
Telepon : Bila terjadi Keadaan Darurat Telepon yang harus dihubungi adalah: Area Kilang
: Telepon No. 113 atau 8654
Area 70
: Telepon No. 114 atau 8655
Dengan pemberitaan singkat, contoh pada saat kejadian kebakaran: Kebakaran di
:....................................
Nama pelapor
:....................................
Jenis yang terbakar
:...................................
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
61
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
2.
Handy Talky Channel Fire
Kebakaran di
:....................................
Nama pelapor
:.....................................
Jenis yang terbakar
:....................................
3. Lokal Zone Fire Alarm Jika terjadi keadaan darurat, gunakan Fasilitas Alarm pemberitahuan
dengan cara memecahkan kaca dan menarik handel fire alarm pada zone terdekat dengan lokasi kejadian. Pengetesan Fire Alarm dilakukan setiap hari jumat.
4. Telphone Alarm System ( TAS ) Fasilitas sarana telepon tersentral yang diletakkan di Fire Station akan digunakan untuk memanggil & meberitahukan melalui telepon rumah dinas perusahaan kepada: Crew HSE, TIM TBKD & Tim Management. 5. Sirine & Lampu Darurat
Sirine dibunyikan bila dinyatakan Keadaan Darurat Besar (Major Emergency) oleh ERC.
Dibunyikan bergelombang selama 1 menit (6 kali 10 detik).
Untuk Keadaan Aman sirine akan dibunyikan selama 30 detik tanpa gelombang.
Lampu Petunjuk Kebakaran/Keadaan Darurat : Merah : Kebakaran/Keadaan Darurat di Area Kilang Hijau
: Kebakaran/Keadaan Darurat di Terminal Crude Area 70
Pengetesan sirine dan lampu darurat dilakukan setiap hari jumat
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
62
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
c. Perintah Membunyikan Alarm Alarm keadaan darurat dibunyikan oleh petugas HSE yang berada di ruang jaga Fire Station atas perintah/seijin pejabat berwenang, yaitu General Manager (GM) Sebagai Emergency Respons Commander . Perintah untuk membunyikan alarm keadaan darurat harus menyebutkan Nama dan Jabatan untuk menghindari keraguan petugas jaga Fire Station. d. Transportasi Keefektifan dan kecepatan sistem pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat salah satunya sangat ditentukan juga oleh tersedianya sarana transportasi yang memadai, guna memobilisasikan sumber daya manusia dan peralatan. Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi adalah antara lain: 1. Warehouse & Service Section Head harus menyiapkan mobil angkutan barang/orang dan segera mengirimkan ke Fire Station. 2. Segera mengirim Bus angkutan pekerja ke pintu-pintu utama masukKilang guna menjemput pekerja yang terlibat dengan melalui jalur yang telah ditentukan atau stand by di tempat penjemputan yang telah ditentukan di Area Perumahan 3. Maintenance Execution harus segera menyediakannya dan menyiapkanalat berat (Crane, Forklift, Boom Truck ) apabila sewaktu-waktudiperlukan 4.
Apabila hendak meninggalkan kendaraan di dalam area Kilang, makakendaraan harus diparkir di tempat yang aman, tidak menggangu kelancaran mobilitas kendaraan emergency, kunci kendaraan harus tetap berada di tempatnya, mematikan mesin serta dilarang mengunci pintukendaraan
5. Koordinator untuk transportasi keadaan darurat adalah Procurement Manager e. Pelayanan Medis Sistem Pelayanan Medis yang cepat dan tepat dapat menghindari atau mengurangi tingkat keparahan, cedera, cacat atau gangguan kesehatan lain pada korban yang terkena akibat dari keadaan darurat. Oleh sebab itu maka PHC perlu membuat Sistem dan Tata Kerja Intern guna mengantisipasi dan mempersiapkan semua peralatan medis serta tenaga apabila terjadi Keadaan darurat.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
63
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Didalam STK Intern tersebut mencakup beberapa hal berikut antara lain: 1. Mengatur pergerakan mobil ambulance dari Rumah Sakit ke Fire Station atau MEC atau sebaliknya. 2. Untuk bantuan pelayanan medis di Area Perairan, Pihak RSPP dapat mengirimkan dan mengikut sertakan Paramedisnya guna stand-by di atas kapal. 3. Mengatur tugas dari tenaga para medis guna membantu perawatan korban akibat Keadaan Darurat. 4. Mengatur sistem kerjasama antar Rumah sakit terdekat. 5. Mengatur sistem pelayanan medis terhadap semua korban baik dari pihak Pertamina maupun penduduk sekitar yang terkena Dampak Keadaan Darurat, serta pelayanan medis yang dibutuhkan apabila diperlukan tindakaan evakuasi. 6. Mengatur sistem kerjasama dan koordinasi dengan RS Pertamina Pusatsebagai Rumah Sakit Rujukan ataupun Rumah Sakit diluar Pertamina. 7. Koordinator untuk pelayanan medis keadaan darurat adalah Hospital Director. f. Penyelamatan Jiwa Manusia dan Barang (rescue and salvage) Salah satu antisipasi yang perlu dipersiapkan dalam system Penanggulangan Keadaan Darurat adalah tindakan pencarian. Hal ini bertujuan untuk menyelamatkan jiwa manusia, harta benda, dokumen dan Aset perusahaan lainnya agar kelangsungan kegiatan operasi perusahaan dapat terjamin. Beberapa hal penting yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan ini adalah: 1. Informasi yang tepat mengenai korban, peralatan dan dokumen yang perludiselamatkan seperti informasi Jumlah, lokasi, jalur masuk dan lain sebagainya. 2. Mempersiapkan anggota tim yang telah terlatih. 3. Mempersiapkan peralatan-peralatan penyelamatan yang diperlukan termasuk peralatan proteksi bagi anggota tim. 4. Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka dibutuhkan orang-orang yang terlatih dalam penggunaan peralatan penyelamatan atau bahkan alat-alat berat jika diperlukan. 5. Koordinator untuk penyelamatan dokumen & Administrasi adalah HRManager
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
64
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
6. Koordinator untuk penyelamatan manusia adalah Safety SH g. Evakuasi , Pengamanan, dan Dokumentasi 1. Evakuasi Tindakan evakuasi diperlukan bertujuan untuk menghindari kemungkinan jatuhnya korban manusia yang dapat diakibat oleh Keadaan Darurat. Oleh sebab itu maka semua pekerja yang tidak terlibat dalam penanggulangan keadaan darurat harus diungsikan ke tempat yang aman dari pengaruh keadaan darurat. 2. Pengamanan atau Security Menjamin keamanan di lokasi keadaan darurat selama penanggulangan maupun sesudahnya serta mengatur kelancaran lalu-lintas yang menuju ke tempat atau lokasi terjadinya keadaan darurat 3. Dokumentasi Mendokumentasikan semua peristiwa keadaan darurat sejak awal kejadian sampai selesai, untuk dijadikan sumber informasi dalam penyusunan laporan dan untuk dokumentasi. h. Tahap Rehabilitasi & Pemulihan Kejadian bencana disamping mengakibatkan kerusakan aset perusahaan juga kemungkinan dapat berdampak kerusakan harta benda, masyarakat bahkan jiwa manusia dan lingkungan disekitarnya. Dalam kejadian bencana yang mengakibatkan kerusakan lingkungan disekitarnya, apabila tidak diantisipasi dengan baik dalam upaya reklamasi dan rehabilitasinya, maka dapat menurunkan citra perusahaan dimata masyarakat yang sekaligus akan menurunkan daya saing dalam bisnis perusahaan kedepan. 1. Penjelasan kepada masyarakat/wartawan dan LSM ( Press Release) 2. Pemulihan lingkungan yang terkena dampak i. Penyelidikan Kejadian Menyelidiki setiap kejadian keadaan darurat besar untuk mendapatkan datadata penyebab kejadian dan untuk menentukan besarnya kerugian. Dalam rangka penyelidikan tersebut dibentuk tim khusus, Man. Engineering and Development sebagai ketua tim, dan Man HSE sebagai wakil.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
65
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
j. Kaim Asuransi Dalam mempersiapkan klaim asuransi data yang harus dipersiapkan adalah: polis asuransi, laporan kronologis kejadian beserta foto dokumentasi, upaya penanggulangannya, kerugian akibat kejadian, dan lain-lain. Untuk dapat memperoleh data yang lengkap dalam waktu yang cepat, maka perlu dibentuk tim khusus yang menangani klaim asuransi dengan melibatkan antara lain; fungsi HSE, Operasi, Teknik, Asuransi keuangan, PR, Kesehatan serta fungsi- fungsi yang terkait dengan penyiapan klaim asuransi. PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menerapkan regulasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7 Emergency Response and Preparedness (Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat) yang disebutkan bahwa organisasi harus membuat, menetapkan, dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi potensi keadaan darurat. Prosedur keadaan darurat mencakup struktur organisasi, tugas, dan tanggung jawab tim, logistik, sarana yang diperlukan, jalur komando dan komunikasi, pengaman dan pengelolaan masyarakat sekitarnya. 5.5 Organisasi Keadaan Darurat
Manajemen Keadaan Darurat di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memiliki organisasi keadaan darurat. Berikut adalah Pimpinan danLokasi Penanggulangan Keadaan Darurat: a. Emergency Response Commander (ERC) - GM RU IV Adalah Koordinator dan Pimpinan dalam semua kegiatan operasi Pengendalian dan Penanggulangan Keadaan Darurat serta bertindak sebagai Pimpinan Management Emergency Center (MEC) Jabatan ini dipegang oleh GENERAL MANAGER . Kode Panggil untuk jabatan ini dapat menggunakansebutan ERC. b. Deputy ERC - SMOM RU IV Adalah Wakil pimpinan tertinggi dalam operasi pengendalian keadaan darurat di Management Emergency Center (MEC) yang dijabat oleh Senior Manager Operation & Manufacturing (SMOM). c. Incident Commander (IC)- HSE Manager Adalah Komandan Penanggulangan Keadaan Darurat dan bertindak sebagai Pimpinan Command Center keadaan darurat. Jabatan ini dipegang oleh HSE Manager Kode Panggil untuk jabatan ini dapat menggunakan sebutan Incident Commander atau IC.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
66
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Note: Untuk Kejadian Keadaan Darurat di perairan IC adalah SMOM (Ref
Pedoman PKKTMT No.A-012/F20000/2011-S0) d. On Scene Commander (OSC) Pimpinan yang langsung berhadapan dengan situasi keadaan darurat dilapangan/lokasi kejadian dengan persyaratan memiliki kecepatan reaksi dan menunjukkan kepemimpinan dalam melaksanakan control, serta memformulasikan strategi dan mengembangkan taktik pengendalian di lapangan. Jabatan ini dipegang oleh Fire & Insurance Section Head - HSE. Kode Panggil untuk jabatan ini dapat menggunakan sebutan ON SCENE COMMANDER, atau OSC (Petugas ERC,IC dan OSC tidak dapat dirangkap oleh satu orang). Note:
Untuk Kejadian Keadaan Darurat di perairan OSC adalah Marine Manager (Ref Pedoman PKKTMT No.A-012/F20000/2011-S0)
e. Tim Inti Penanggulangan Keadaan Darurat Adalah personal-personal dari HSE yang terlibat dalam aksi penanggulangan keadaan Darurat sesuai dengan Emergency Response Procedure HSE RU IV. Khusus untuk Jumlah Anggota Regu Pemadam Inti ( Fire Brigade) Minimum 7 orang dalam satu 1 case fire yang terdiri: 1 Fire Shift Supervisor 1 Station Officer 2 Nozzleman 2 Helper 1 Operator Mobil Pemadam Fire ( Truck ).
f. Tim Bantuan Keadaan Darurat (TBKD) / Auxiliary Team Tim khusus yang ditunjuk dengan SK GM dan dilatih untuk membantu regu inti penanggulangan keadaan darurat. g. Rescue & Salvage Team
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
67
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Adalah tim yang ditunjuk dengan SK GM untuk menanggulangi rescue & salvage. h. Management Emergency Center (MEC) Adalah pusat pengendalian Keadaan Darurat yang berada di suatu tempat yang merupakan pusat koordinasi antar fungsi dan pusat pelaporan selama operasi pengendalian dan penanggulangan. MEC bertempat di Ruang Rapat I Head Office kecuali ditentukan lain oleh Pimpinan tertinggi (MEC dapat dialihkan ketempat lain sesuai situasi dan kondisi). MEC dilengkapidengan sarana dan peralatan yang diperlukan seperti sarana komunikasi,CCTV, Infocus, gambar P&ID, PFD, Blok Diagram dan lain-lain. Note : Jika Keadaan Darurat terjadi dilaut / perairan, MEC berlokasi diruang Rapat Marine.
i. Command Center (CC) Adalah Pusat Komando Penanggulangan Keadaan Darurat yang ditempatkan berdekatan dengan lokasi keadaan darurat dengan diberi tanda khusus agar mudah terlihat. Command Center berada di lokasi yang aman dekat lokasi kejadian sehingga dapat memantau perkembangan kegiatan penanggulangan. Command Center dapat berupa Mobil Komando yang dilengkapi dengan sarana dan peralatan Komunikasi, P3K, Emergency Tool dan lain sebagainya. Penempatan dan posisi COMMAND CENTER ditentukanoleh pejabat ON DUTY HSE .
Selain membentuk tim internal tanggap darurat, PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga telah berkoordinasi dengan tim penanggulangan keadaan darurat dari pemerintah Jawa Tengah dan tentunya Pertamina Pusat. Regulasi OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7 Emergency Response and Preparedness (Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat) yang menyebutkan bahwa penggulangan keadaan darurat harus terorganisir dan melibatkan berbagai fungsi telah diterapkan PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
68
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
5.6 Sarana dan Prasarana Keadaan Darurat
PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memiliki peralatanpenanganan keadaan darurat. Peralatan tersebut mencakup peralatan untuk menangani seluruh keadaan darurat yang telah diidentifikasi di seluruh area. Berdasarkan pengamatan, berikut sarana dan prasarana keadaan darurat yang ada di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap:
Gambar 5.2 Fire Station PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap (Sumber: Dokumentai Pribadi) a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) APAR adalah suatu peralatan ringan yang berisi tepung, cairan atau gas yang dapat disemprotkan bertekanan, untuk tujuan pemadaman kebakaran. Hasil pengamatan dan interview, PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap untuk mengantisipasi dan mengendalikan bahaya kebakaran tahap awaldisediakan alat pemadam api ringan (APAR) yang ditempatkan disetiap unit atau lokasi. Jenis APAR yang tersedia adalah foam, dry chemical , CO2, dan AFF11E. Pemeriksaan APAR sendiri dilakukan setiap 6 bulan sekali, dengan penempatan APAR 125 cm diukur dari dasar lantai dan menggantung pada gantungan atau bracket. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 04/PERMEN/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan terutama pada pasal 4 tentang peletakan ketinggian APAR 125 cm dari dasar lantai. Peletakan IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
69
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
APAR diletakkan menggantung pada gantungan yang telah disediakan pembuat, yang sering disebut dengan bracket ini sesuai pada Bab II pasal 6 ayat 1 setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci. Pasal 6 juga menerangkan mengenai perawatan yang dilakukan 2 kali dalam satu tahun. Persyaratan pemasangan APAR dan perawatan di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, telah sesuai dengan peraturan tersebut dan telah dilaksanakan. b. Hydrant Hydrant merupakan salah satu peralatan pemadam kebakaran yang digunakan untuk mengeluarkan air pemadam yang bertekanan dari suatu instalasi jaringan pipa air pemadam. Pipa terpasang tetap yang dihubungkan dengan sumber air melalui sistem perpipaan yang fungsinya sebagai sumber air yang dibutuhkan untuk pencegahan atau pemadam kebakaran. Air pemadam yang disuplai oleh hydrant merupakan air pemadam yang bertekanan ( Fire Water Outlet ), dimana air tersebut berasal dari jaringan pipa air pemadam yang mendapat suplai air bertekanan dari pompa utama pemadam kebakaran.
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi Pasal 34 ayat 2 Pengusaha wajib menyediakan alat pemadam kebakaran beserta perlengkapan penyelamat yang baik yang setiap saat siap untuk digunakan, termasuk instalasi air yang permanen dengan tekanan yang diperlukan lengkap dengan hydrant secukupnya, mobil pemadam kebakaran dengan air dan bahan kimia dalam jumlah yang cukup dan apabila diperlukan, instalasi permanen untuk pemadam kebakaran dengan bahan kimia. Sarana fasilitas kebakaran yaitu Hydrant di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah sesuai dengan peraturan tersebut dimana penyediaan Hydrant dalam jumlah yang sudah memadai dan dalam kondisi baik.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
70
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Gambar 5.3 Hydrant PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap (Sumber: Dokumentai Pribadi) c. Foam Chamber Fire Protection yang digunakan di PT Pertamina (Prsero) Refinery Unit IV Cilacap salah satunya adalah Foam Chamber . Foam chamber adalah alat pemadam api yang terpasang pada tangki-tangki kilang yang apabila tejadi kebakaran maka kaca foam chamber mendapat tekanan dari saluran hydrant yang dibuka, setelah itu foam chamber akan mengeluarkan busa dan masuk kedalam tangki-tangki lewat pipa besi. Busa dari foam chamber berasal dari FPT ( Foam Pressure Proportioning Tank). FPT adalah tabung yang digunakan tempat untuk mengolah air dan foam konsentrat dan akan menghasilkan foam solution. d. Sprinkler
Penggunaan Sprinkler yaitu baik di dalam gedung maupun pada area kilang, akan otomatis menyembur apabila mencapai suhu tertentu dengan mekanisme spray untuk membantu pendinginan pada tanki atau pemadaman di ruangan.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
71
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
e. Smoke dan Heat Detector Penggunaan alat ini sebagai pendeteksi dini ketika terjadi kebakaran yang ditandai dengan adanya asap dan panas dari sumber api. Alat ini terhubung ke sistem sprinkler dan fire alarm. Smoke dan heat detector dipasang terutama pada area control panel , namun juga dipasang diruangan dan di area kilang lainnya. f. Radio Radio adalah alat komunikasi yang diletakkan di fire station , ketikaterjadi keadaan darurat maka salah satu alat komunikasi yang digunakan melalui radio untuk menginformasikan suatu kejadian.
Gambar 5.4 Radio Fire Station (Sumber: Dokumentasi Pribadi) g. Fire Truck
PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap memiliki 8 armada, saat dilakukan observasi tiga armada dalam keadaan baik, empat dapat digunakan namun dengan catatan, dan satu dalam perbaikan. Setiap armada dilakukan perawatan secara rutin dan sudah terjadwal yang diharapkan dapat menjaga kelayakan mobil dalam upaya kesiapan menanggulangi keadaan darurat. Perawatan yang dilakukan secara berkala seperti mengganti oli,pemeriksaan pompa pada mobil, dan peralatannya serta servis suku cadangnya. IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
72
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Gambar 5.5 Fire Truck PT. Pertamina RU IV (Sumber: Dokumentasi Pribadi) Mobil pemadam kebakaran rangkaian dari beberapa unit system yang secara garis besar terdiri dari: 1) Engine dan Chasis kendaraan 2) Pompa dan PTO ( Power Take Off )
Bagian tersebut dirangkai melalui sistem mekanik elektrik, konstruksibodi dan sistem perpipaan, sehingga merupakan suatu unit secara utuh dan berfungsi sebagai kendaraan pemadam kebakaran dan media pemadam sesuai dengan kebutuhan. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian Dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi Pasal 34 ayat 2 menyebutkan pengusaha meyediakan alat kebakaran berupa mobil pemadam kebakaran dengan air dan bahan kimia dalam jumlah yang cukup dan apabila diperlukan. Pengadaan mobil pemadam kebakaran di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah sesuai dengan peraturan tersebut, pengusaha telah menyediakan alat pemadam kebakaran seperti yang tertulis dalam peraturan. Jumlah mobil pemadam kebakaran beserta alat pelengkap yang tersedia juga sudah memenuhi aturan.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
73
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
h. Fire Alarm System
PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap menyediakan saranaalarm system yang digunakan sebagai tanda atau sinyal adanya bahaya yang sedang terjadi dengan isyarat bunyi. Selain itu instalasi alarm sudahmengguakan sistem otomatik yang terhubung ke fire stastion
Gambar 5.6 Fire Alarm Automatic System (Sumber: Dokumentasi Pribadi) Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per -02/MEN/1983Tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatik yang disebutkan bahwa, "Setiap bangunan ruangan harus dilindungi secara tersendiri dan detektor tersebut harus dipasang pada bagian bangunan, kecuali apabila bagian bangunan tersebut telah dilindungi sebelumnya dengan sistem pemadam kebakaran otomatik. Fire alarm yang telah terpasang pada PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap jika dilihat dari Menteri Tenaga Kerja No. Per/02/MEN/1983 tentang Instalansi Alarm Kebakaran Otomatik, telah sesuai pemasangannya mulai dari panel, indikator alarm, sumber energi dan sirene. Selain itu dilakukan pengetesan fire alarm setiap hari jumat pagi. i. Tanda Petunjuk Keluar dan Pintu Darurat Arah jalan keluar diberi tanda sehingga dapat mudah ditemukan terutama penunjuk arah untuk pintu darurat. Keadaan darurat atau terancam orang lebih cenderung untuk melakukan tindakan ceroboh dalam menentukan jalan mana yang harus ditempuh. Hal ini dapat mengakibatkan dampak buruk atau cenderung berbahaya.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
74
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian Dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi pasal 26 ayat 1 poin "a" sekurang-kurangnya harus terdapat 2 (dua) pintu yang terbuka keluar dan bebas dari rintangan. Hasil observasi yang dilakuakan, penunjuk arah keluar dan pintu darurat PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap sesuai dengan peraturan tersebut dengan adanya 2 pintu darurat yang bebas rintangan di setiap bangunan. j. Peta Evakuasi Peta evakuasi adalah gambar arah penyelamatan diri pada saat terjadikeadaan darurat berupa arah keluar seperti yang ditunjukkan didalam peta. Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 3 (d) yang menyatakan "Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian- kejadian lain yang berbahaya", tujuannya yaitu mempermudah penyelamatan ketika terjadi keadaan darurat. PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah melaksanakanaturan tersebut dengan peletakan peta evakuasi di dinding sebelah pintu, tujuannya agar mudah terlihat. k. Assembly Point and Muster Area Assembly point adalah tempat berkumpul aman pada saat keadaandarurat yang mempunyai tujuan melindungi pekerja maupun penghuni gedung setelah dilakukan evakuasi, sedangkan Muster area adalah tempat berkumpul setelah dari evakuasi di assembly point , sebagai tempat berkumpul utama. Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam penentuan letak dan ruang sebagaititik assembly point adalah:
1. Cukup menampung para tenaga kerja yang disesuaikan denganpembagian area kerja masing-masing. 2. Penentuan titik assembly point ini harus diperkirakan aman dan jauh dari sumber bahaya yang ada, Menentukan jarak aman assembly point . Jarak aman assembly point sesuai NFPA 101 tahun 2000 yaitu memperhatikan arah angin. 3. Untuk jenis industri yang mencakup aktivitas dan karakteristikproses produksi yang mempunyai potensial bahaya tinggi, harusmempunyai beberapa titik assembly point yang memadai 4. Mudah untuk dijangkau dan mudah dipahami oleh setiap karyawan apabila berada dalam kondisi darurat. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
75
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Kerja Republik Indonesia No. : KEP.186/MEN/1999Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja, untuk bangunan dengan resiko bahaya kebakaran ringan maksimal lamanya evakuasi adalah 3 menit,bangunan dengan resiko bahaya kebakaran sedang adalah 2,5 menit dan untuk bangunan dengan tingkat bahaya kebakaran tinggi adalah 2 menit 5. Harus diberi tanda yang jelas, mudah dibaca, papan nama yangbesar dan disertai dengan layout yang jelas. Berdasarkan aturan di atas, PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memenuhi aturan tersebut. Peta letak assembly point dan muster area terlampir. l. Tanda Peringatan Tanda peringatan adalah tanda peringatan untuk larangan atau himbauan yang menyatakan keadaan kondisi area tersebut, sehingga harus mematuhinya sesuai yang tertulis pada tanda peringatan. Larangan itu seperti dilarang merokok, dilarang mengaktifkan handphone di kawasan kilang dan slogan pemakaian APD, dilakukan untuk pencegahan terjadinya keadaan darurat yang tidak diinginkan seperti kebakaran. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian Dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi pasal 36 ayat 3 Dilarang membawa atau menyalakan api terbuka, membawa barang pijar atau sumber yang dapat menimbulkan percikan api di dalam tempat pemurnian dan pengolahan, kecuali di tempat-tempat yang ditentukan atau dengan izin Kepala Teknik. Untuk keperluan tersebut Kepala Teknik wajib menunjuk petugas- petugas yang berhak memeriksa setiap orang. Petugas-petugas tersebut harus dicatat dalam Buku Pemurnian dan Pengolahan, pasal yang sama didalam ayat 6 menyatakan bahwa pada tempat-tempat tertentu yang dianggap perlu dan dimana dapat timbul bahaya harus dipasang papan peringatan atau larangan yang jelas dan mudah terlihat. Pelaksanaan di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah sesuai dengan aturan tersebut, saat memasuki area kilang terdapat petugas yang berjaga dan terpasang dengan jelas tanda peringatan. Selain itu tanda peringatan juga terpasang pada setiap unit yang dianggap berbahaya. m. Alat Pelindung Diri Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian Dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi Pasal 40 ayat 1 dan 2 menyatakan, Pengusaha wajib menyediakan dalam jumlah yang cukup alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuaikan dengan sifat pekerjaan yang
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
76
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
dilakukan oleh masing-masing pekerja. Alat-alat termaksud pada ayat (1) setiap waktu harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja yang telah ditentukan.
Gambar 5.7 Salah Satu APD Pakaian Tahan Api (Sumber: Dokumentasi Pribadi) PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah menyediakanAPD secara lengkap dan cuma-cuma kepada seluruh karyawan. APD yang digunakan karyawan sesuai dengan karakteristik unit di setiap area kerja ssuai dengan peraturan di atas. n. Management Emergency Center (MEC) Adalah pusat pengendalian Keadaan Darurat yang berada di suatu tempat yang merupakan pusat koordinasi antar fungsi dan pusat pelaporan selama operasi pengendalian dan penanggulangan. MEC PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap bertempat di Ruang Rapat I Head Office kecuali ditentukan lain oleh Pimpinan tertinggi (MEC dapat dialihkan ketempat lain sesuai situasi dan kondisi). MEC dilengkapi dengan sarana dan peralatan yang diperlukan seperti sarana komunikasi, CCTV, Infocus, gambar P&ID, PFD, Blok Diagram dan lain-lain. Note : Jika Keadaan Darurat terjadi dilaut/perairan, MEC berlokasi diruang Rapat Marine
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
77
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
o. Kotak P3K Kotak P3K ditempatkan disetiap tempat kerja yang merupakan sarana kelengkapan medis dengan kelengkapan obat standar. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Per- 15/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja pasal 8 ayat 1b tentang kotak P3K dan isi, pasal 10 menyebutkan tentang isi yang harus sesuai dengan kebutuhan P3K dan penempatan kotak P3K di tempat kerja. Pelaksanaan di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah sesuai dengan peraturan tersebut.
Gambar 5.8 Kotak P3K (Sumber: Dokumentasi Pribadi) Selain perlatan di atas, terdapat juga peralatan medis yang lengkap sertasebuah mobil ambulance yang siap digunakan sebagai pertolongan lanjutan dari pihak medik PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah mempersiapkan sarana dan prasarana dalam menanggapi keadaan darurat yang berpotensi terjadi. Dengan peralatan dan prasarana penanggulangan yang lengkap, diharapkan dapat mengurangi kerugian atau dampak yang ditimbulkan dari keadaan darurat tersebut. Hal tersebut sesuai dengan OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7 Emergency Response and Preparedness (Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat) yang menyebutkan bahwa organisasi harus menanggapi keadaan darurat aktual dan mencegah atau mengurangi akibat-akibat penyimpangan terkait dengan dampak Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
78
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
5.7 Pendidikan dan Pelatihan
Dalam OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7 Emergency Response and Preparedness (Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat), disebutkan bahwa pembinaan dan pelatihan yang terencana dan berkesinambungan, selain itu disebutkan pula bahwa organisasi harus secara berkala menguji prosedur untuk menanggapi keadaan darurat, jika dapat dilakukan, melibatkan pihak-pihak terkait yang relevan sesuai keperluan. PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah melaksanakanprogram pendidikan dan pelatihan sebagai beikut: 1. Pendidikan (sertifikasi training/kursus) Semua anggota Tim OKD (Organisasi Keadaan Darurat) & Operasi PKKTMP TERSUS/TUKS Migas Pertamina, wajib mengikuti Sertifikasi Training/Kursus Fire Safety dan Oil Spill Response sesuai tingkatan atau klasifikasi yang diperlukan, yang diselenggarakan di Pertamina Health SafetyEnvironment Training Center (HSE TC) Sungai Gerong diantaranya : a. Sertifikasi (A) Hard & Soft untuk General Manager dan para Manager b. Sertifikasi On Scene Commander Untuk semua Section Head di fungsi HSE c. Sertifikasi Pemadam tingkat A untuk Fire & Insurance Section Head d. Sertifikasi Pemadam tingkat B untuk para Leader Fire Shift . e. Sertifikasi Pemadam tingkat C untuk para Fireman dan TBKD f. Sertifikasi Pemadam tingkat D untuk tenaga bantuan dan evakuasi.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
79
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Gambar 5.9 Contoh Program Pelatihan atau Sertifikasi (Sumber: Arsip HSE PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap) 2. Pelatihan Penanggulangan Keadaan Darurat (drill / exercise) Untuk meningkatkan kemampuan ketrampilan SDM, kehandalan peralatan serta kesiapsiagaan tim penanggulangan keadaan darurat maka diperlukan suatu pelatihan atau drill keadaan darurat yang berkala. Ada beberapa macam latihan jenis penanggulangan keadaan darurat dianntaranya: a. Communication Drill Tujuan latihan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kerja sama tim dalam berkomunikasi effektif pada saat terjadi keadaan emergency. Peserta latihan adalah Tim OKD (Organisasi Keadaan Darurat). Koodinatorlatihan adalah F & I Section Head . Latihan dilakukan 1 x dalam seminggu.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
80
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
b. Table Top Management Tujuan latihan ini adalah untuk meningkatkan kesiap-siagaan, tanggap,serta meningkatkan kemampuan kerjasama tim manajemen untuk mengelola menajemen krisis keadaan darurat baik internal maupun eksternal secara cepat dan tepat. Peserta latihan adalah Tim Manajemen. Koordinator Latihan HSE, OPI. Latihan dilakukan minimal 1 x dalam setahun. c. Fire Drill Tujuan latihan ini adalah untuk meningkatkan kesiap-siagaan, tanggap,serta meningkatkan kemampuan kerjasama tim penanggulangan keadaan darurat dengan pihak terkait secara cepat dan tepat. Peserta latihan adalah Deputy ERC , IC, OSC, Section Head Terkait, AstOSC, Station Officer, Shift Superintendent, Fire Brigade, Security, Tim Medis. Koordinator Latihan HSE. Latihan dilakukan 12 x dalam setahun.
d. General Fire Drill Tujuan latihan ini adalah untuk meningkatkan kesiap-siagaan, tanggap,serta meningkatkan kemampuan kerjasama tim penanggulangan keadaan darurat dengan pihak terkait secara cepat dan tepat. Peserta latihan adalah TIM OKD RU IV. Koordinator Latihan HSE, OPI, Marine (untuk diperairan). Latihan dilakukan minimal 1 x dalamsetahun.
Pendidikan dan Pelatihan yang dilaksanakan secara umum tujuannya adalahuntuk meningkatkan kesiapsiagaan, koordinasi antar fungsi dan menentukan langkah-langkah atau tindakan yang tepat dan efektif dalam penanggulangan keadaan darurat, serta untuk mengetahui tingkat kehandalan sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran atau keadaan darurat.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
81
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Dari hasil observasi yang dilakukan, program pendidikan atau trainingtanggap darurat di PT Petamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap, setiap fungsi organisasi mempunyai tingkatan pelatihan tersendiri, sehingga pelatihan yang diterima lebih efisien karena sesuai kebutuhan di masing-masing fungsi atau jabatan. General Fire Drill dan Table Top Management berjalan sesuai pedoman yaitu sekali dalam setahun. Poin terakhir yaitu Fire Drill, dari segi kuantitas pelaksanaannya sudah baik, bahkan melebihi pedoman dengan melaksanakan tiga puluh dua kali fire drill dalam setahun. Selain melaksanakan pelatihan internal, beberapa kali PT Pertamina
(Persero) Refinery Unit IV Cilacap juga melibatkan tim tanggap darurat Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Kendala dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan adalah karena padatnya jadwal kerja yang karyawan, baik dari tim HSE, operasi, maupun non operasi. Informasi tambahan mengenai pelaksanaan general fire drill maupun fire drill, HSE PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap menggunakan software ARCHIE ( Automated Resource for Chemical Hazard Incident Evaluation), software ini dapat memperkirakan bahaya yang mungkin akan timbul dan jarak aman pemada
Gambar 5.10 Layout Pemadaman Kebakaran di SRU (Sumber: Arsip HSE PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap)
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
82
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Gambar 5.11 Penggunaan Sofware ARCHIE (Sumber: Arsip HSE PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap) Secara keseluruhan, pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan keadaandarurat di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap belum berjalan dengan baik. OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7 Emergency Response and Preparedness (Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat) disebutkan bahwa pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan mencakup beberapa hal, diantaranya adalah simulasi tanggap darurat industri, penyelamatan korban, pemakaian alat pemadam api, sistem pelaporan, dan komunikasi bila terjadi kondisi darurat. 5.8 Komunikasi
Komunikasi memegang peranan penting dalam proses penanganan keadaandarurat yang bertujuan untuk mengatur tata cara komunikasi pada saat penanggulangan keadaan darurat, sehingga memperlancar jalannya operasi penanggulangan. PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap menerapkan sistem komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal merupakan bentuk sosialisasi mengenai semua hal yang terkait dengan persiapan dan perencanaan tanggap darurat. Komunikasi internal dilakukan pada saat safety induksi, safety talk, safety breafing , dan melalui pemberitahuan dalam bentuk surat undangan maupun email mengenai program ERP yang akan dilaksanakan. Jika terjadi keadaan daruratdilapangan seperti kebakaran kecil, maka karyawan di unit setempat dapat segera menanggulangi kejadian tersebut. IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
83
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Hal ini sudah terlaksana dengan baik. Lalu komunikasi eksternal dilakukan dengan instansi-instansi yang relevan, seperti Pemerintah setempat, Polisi, maupun jasa penanganan keadaan darurat, hal ini untuk mengkordinir agar dapat meminimaisir dampak dari keadaan darurat. Hubungan antar instansi ini selalu terjaga, karena pada hakikatnya PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dengan instansi terebut saling membutuhkan, terutama saat terjadi keadaan darurat. Sistem komunikasi saat terjadi keadaan darurat sudah di jelaskan pada bagaian prosedur penanggulangan keadaan darurat pada poin satu, yaitu tentang sistem komunikasi keadaan darurat. Selain itu, dalam melaksanakan komunikasi keadaan darurat ke berbagai instansi lainnya di luar PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap bisa dilakukan melalui telpon. Setiap instansi yang harus dihubungi telah tercatat nomor-nomornya dan selalu di update. Pelaksanaan sistem komunikasi dengan menggunakan kode panggil seperti dalam pedoman keadaan darurat tidak terlaksana, karena keadaan yang sedemikian mendesak sehingga kode panggil tersebut biasanya dengan menggunakan nama seperti keseharian. Secara keseluruhan, pelaksanaan elemen komunikasi telah sesuai dengan OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7 Emergency Response and Preparedness (Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat) yang menyebutkan bahwa adanya komunikasi internal dan eksternal, melaukan sosialisasi ke masyarakat, dan organisasi harus mempertimbangkan kebutuhan pihak terkait yang relevan. 5.9 Inspeksi dan Audit
PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap melaksanakan audit internal (inspeksi) dan eksternal secara berkala yaitu masing-masing dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun. Audit internal dilakukan oleh perusahaan di luar fungsi HSE dan audit eksternal dilakukan oleh orang atau institusi di luar perusahaan. Pelaksanaan audit internal dilakukan untuk mempersiapkan pelaksanakan audit eksternal yang biasanya dari pihak asuransi. Selain dari pihak asuransi, audit juga bisa berasal dari berbagai institusi apabila diperlukan. Beberapa poin yang di audit antara lain prosedur, sarana prasarana, dan kemampuan petugas. Hasil dari audit tersebut akan dijadikan evaluasi dan landasan untuk perbaikan. PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah memenuhi OHSAS 18001:2007 Klausul 4.4.7 Emergency Response and Preparedness (Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat) yang menyebutkan bahwa perusahaan harus melaksanakan inpeksi secara berkala. 5.10 Investigasi dan Pelaporan
PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap menindaklanjuti setiap kejadian dengan melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab kejadian, efektifitas pelaksanaan penanggulangan, dan efektifitas sistem penanganan keadaan
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
84
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
darurat yang berlaku. Kemudian hasil investigasi dilaporkan pada manajemen untuk dilakukan evaluasi dan tindakan perbaikannya. Pelaporan Kejadian Keadaan Darurat di PT Pertamina (Persero) RefineryUnit IV Cilacap terbagi menjadi tiga yaitu: 1. Laporan Kejadian ke Internal Setiap terjadi keadaan darurat diwilayah operasi RU IV Cilacap yang menimbulkan biaya dibawah U$ 1.000.000 dilaporkan oleh HSE Manager selaku IC ( Incident Commander ) kepada HSSE Refening Direktorat dengan cc VP.HSSE Corporate dalam bentuk laporan bulanan. 2. Laporan Kejadian ke Eksternal Setiap terjadi keadaan darurat diwilayah operasi RU IV Cilacap, yang menimbulkan biaya diatas U$ 1.000.000 segera dilaporkan oleh General Manager selaku Emergency Response Commander kepada HSSE Refening Direktorat, VP.HSSE Corporate, SVP RO, Refinery Director, General Affair Director, Corporate Secretary, Ditjen MIGAS, Direktur Teknik Pertambangan MIGAS dan Kepala DISNAKERTRANS setempat dalam jangka waktu 1x 24 Jam 3. Laporan PenanggulanganSetelah selesai kegiatan penanggulangan, ERC, IC & OSC dibantu fungsi terkait membuat laporan meliputi : 1. Laporan Penanggulangan Keadaan Darurat 2. Berita Acara Penanggulangan 3. Laporan Analisa Biaya - Pemakaian Peralatan - Jasa Personil - Rekapitulasi biaya
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
85
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Gambar 5.12 Contoh Bentuk Pelaporan Kejadian (Sumber: Dokumentasi Pribadi) Dari hasil observasi dan wawancara, pelaksanaan pelaporan kejadianinternal, ekstenal, dan laporan penanggulangan sudah sesuai dengan pedoman kesiapsiagaan tanggap darurat yang ada. Pelaporan kejadian internal dilaporkan oleh HSE Manager selaku IC ( Incident Commander ) kepada HSSE Refening Direktorat dengan cc VP.HSSE Corporate dalam bentuk laporan bulanan. Lalu pelaporan kejadian eksternal dilaporkan oleh General Manager selaku Emergency Response Commander kepada HSSE Refening Direktorat, VP.HSSE Corporate, SVP RO, Refinery Director, General Affair Director, Corporate Secretary, Ditjen Migas, Direktur Teknik Pertambangan Migas dan Kepala Disnakertrans setempat dalam jangka waktu 1x24 Jam. Sistem Komunikasi pelaporan antara pusat dan daerah dapat dilakukan dengan sarana komunikasi yang ada seperti telepon, fax, maupun e- mail. Pelaporan harus disertai dengan segala pemenuhan aspek yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan, termasuk inventarisasi barang dan kerugian akibat keadaan darurat. Berisi tentang deskripsi kejadian, langkah pengendalian, jumlah kerugian (lost time injury dan accident ), dampak terhadap lingkungan, kegiatan investigasi yang berperan, nama pembuat laporan dan memuat tanggal kejadian. Namun karena adanya keterlambatan informasi dari pihak yang bersangkutan, misal terkait biaya, maka pelaporan bulanan tidak mencantumkan biaya kerugian.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
86
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Pelaporan yang sudah dilaksanakan dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk peningkatan. Menurut data pelaporan, hal ini sudah terbukti dengan ada nya penurunan tingkat kejadian seperti kecelakaan dan kebakaran kecil yang terjadi di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap dari tahun 2000 sampai sekarang. Pelaksanaan elemen investigasi dan pelaporan di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah sesuai dengan OHSAS 18001:2007 klausul 4.4.7 Emergency Response and Preparedness (Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat). 5.11 Evaluasi dan Rekomendasi Tindakan Perbaikan
Manajemen Keadaan Darurat di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap melakukan evaluasi terhadap setiap kegiatan yang telah dilakukan, untuk mengetahui kekurangan atau kejadian yang menyimpang yang tidak sesuai dengan harapan. Kemudian dari evaluasi dibuatlah suatu rekomendasi tindakan perbaikan untuk meningkatkan keefektifitasan program-program persiapan penanggulangan keadaan darurat. Rekomendasi tindakan perbaikan berupa poin-poin penting yang harus dilakukan dan memiliki target waktu pemenuhan. Dengan demikian PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telahmemenuhi OHSAS 18001:2007 Klausul 4.4.7 Emergency Response andPreparedness (Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat) bahwa organisasi harusmeninjau secara periodik dan bila diperlukan, merubah prosedur kesiapsiagaan dan tanggap darurat, secara khusus, setelah pengujian periodik dan setelah terjadinya keadaan darurat.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
87
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
1. Emergency Response and Preparedness merupakan kesatuan sistem kerja terintegrasi dalam rangka menghadapi keadaan darurat melalui tata cara atau pedoman kerja dengan memanfaatkan sumber daya dan sarana prasarana yang tersedia untuk mencegah atau meminimalisir kerugian yang lebih besar. 2. OHSAS 18001:2007 Klausul 4.4.7 merupakan salah satu standar yang mengatur penerapan Emergency Response and Preparedness di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. 3. Secara keseluruhan implementasi OHSAS 18001:2007 Klausul 4.4.7 Emergency Response and Preparedness di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap telah terlaksana dengan baik. 6.2 Saran
Kepada PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap untuk mempertahankan dan meningatkan Kesiapsiagaan Keadaan Darurat dengan cara sebagai berikut: 1. Pelaksanaan maintenance sarana dan prasarana kesiapsiagaan keadaan darurat lebih ditingkatkan terutama pada peralatan yang berumur. 2. Untuk lebih menekan terjadinya first aid , maka harus memaksimalkan sosialisasimelalui safety talk , safety induction, safety breafing, media tertulis (poster), dan pemberian sangsi yang tegas. 3. Komitmen dalam melaksanakan communication drill agar sesuai rencana.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
88
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Emergency Response Procedures. Canning Vale: Market City. Astra Green Company. 2002. Pedoman pengelolaan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja, Jakarta. Carnegie Mellon University. 2010. Emergency Response Plan . Pittsburgh: Carnegie Mellon University. Retrived from http://www.cmu.edu/ehs/emergency- response/index.html James CoVan. 1994. Safety Engineering . New York: John Wiley & Sons, Inc. Kepmenaker No.Kep-186/MEN/1999 Tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja. 2007. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Depnakertrans RI Permenaker No. PER 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). 2007. Himpunan Peraturan Perundang- Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Depnakertrans RI Permenakertrans RI No.Per-04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan penempatan APAR. 2007. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Depnakertrans RI Permenaker RI No.Per-03/MEN/1998 Tentang tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan. 2007. Himpunan Peraturan PerundangUndangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Depnakertrans RI PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. 2011. Pedoman Penanggulangan Keadaan Darurat . Cilacap: PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001 . Jakarta: Dian Rakyat Robert B.Kelly. 1998. Industrial Emergency Preparedness. New York: Van Nostrand Nost Reinhold. Sahab, Syukri. (1996). Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan . Jakarta: CV Haji Mas Agung.
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
89
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
Sahab, Syukri. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja . Jakarta: Bina Sumber Daya Manusia. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 2007. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja . Jakarta: Depnakertrans RI United States Environmental Protection Agency (EPA). 2004. Emergency Response Plan Guidance for Small and Medium Community Water Systems to Comply with the Public Health Security and Bioterrorism Preparedness and Response Act of 2002. USA: EPA
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
90
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
LAMPIRAN
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
91
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
92
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
93
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
94
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
95
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
96
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
97
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
98
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
99
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
100
Universitas Islam Indonesia Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan 2016
IMPLEMENTASI OHSAS 18001:2007 KLAUSUL 4.4.7 EMERGENCY RESPONSE AND PREPAREDNESS
101