BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
I.1. ANATOMI TELINGA TENGAH
Telinga tengah merupakan suatu ruang di tulang temporal yang terisi oleh udara dan dilapisi oleh membran mukosa. Pada bagian lateral, telinga tengah berbatasan dengan membran timpani, sedangkan pada bagian medial berbatasan dengan dinding lateral telinga dalam. Teinga tengah terdiri dari dua bagian, yaitu kavum timpani yang seca secara ra lang langsu sung ng berb berbat atas asan an lang langsu sung ng deng dengan an memb membra ran n timp timpan anii dan dan resessus epitimpanika pada epitimpanika pada bagian superior. Telin Telinga ga tengah tengah terhub terhubung ung dengan dengan area area mastoi mastoid d pada pada bagian bagian poster posterior ior dan nasofa nasofari ring ng melalu melaluii suatu suatu kanal kanal yang yang disebut disebut tuba Eustachius (pharyngotympanic tube) pada bagian anterior. Kondisi ini memungkinkan transmisi getaran dari membran timpani melalui telinga tengah hingga mencapai telinga dalam. Hal ini dapat tercapai oleh adanya tulang-tulang yang dapat bergerak dan saling terhubung sehingga menjembatani ruang di antara membran timpani dan telinga tengah. Tulangtulang ini disebut juga osikulus auditorius, auditorius, terdiri terdiri dari malleu malleuss (terhubung dengan membran membran timpani, timpani, incu incuss (terhu (terhubun bung g dengan dengan malleu malleuss melalui persendian sinovial, dan stapes dan stapes (terhubung (terhubung dengan dengan incu incuss melalui persendian sinovial dan melekat pada bagian lateral telinga dalam pada jendela oval. !sikulus auditorius tersebut berfungsi untuk mentransmisikan getaran suara yang dihantarkan dari membran timpani ke telinga dalam (Tortora dkk, "##$% &rake dkk, "#'#.
1
Gambar 2.1. Anatomi Telinga Tenga (sumber )daptasi dari Kaneshiro, *. K.,"#'#. Ear K.,"#'#. Ear Infection – Acute Images: http.healthline.comimagesadambig Ear anatomy. anatomy. )dam, +nc. &iunduh dari http.healthline.comimagesadambig '#$".jpg &iakses "/ 0aret "#''1 I.1.1 ANT!UM MASTOI" "AN TUBA EUSTA#HIUS
)da beberapa daerah yang berdekatan dan secara langsung terhubung dengan telinga tengah. Kedua daerah ini adalah antrum mastoid dan tuba Eustachius. tuba Eustachius. 2erbeda denga dengan n yang yang lain lain,, kedua kedua area area ini ini tida tidak k memi memili liki ki membra membran n pemb pembat atas as sehi sehing ngga ga langsung terhubung dengan telinga tengah. )rea mastoid yang berada di dekat telinga tengah adalah antrum mastoid yang merupakan kavitas yang terisi dengan sel-sel mastoi mastoid d yang berisi berisi udara udara di sepanj sepanjang ang pars pars mastoi mastoideu deuss dari tulang tulang tempora temporal, l, termas termasuk uk bagian bagian pross prossess essus us mastoi mastoideus deus.. 3esuai 3esuai dengan dengan yang disebu disebutkan tkan diatas diatas,, antrum mastoid berhubungan dengan resessus epitimpanika pada bagian posterior melalui aditus. )ntrum mastoid juga berbatasan dengan fossa kranial media hanya oleh oleh tegm tegmen en timp timpan ani. i. 0emb 0embra ran n muko mukosa sa yang yang mela melapi pisi si sel sel udar udaraa mast mastoi oid d bersambungan dengan membran mukosa yang melapisi telinga tengah. !leh karena itu, otitis media dapat dengan mudah menyebar menyebar ke area mastoid. mastoid. 3eperti 3eperti yang sudah disebut disebutkan, kan, tuba tuba Eustachius (pharyngotympanic tube) menghubungkan menghubungkan nasofaring nasofaring dan telinga tengah serta menyetarakan tekanan pada kedua sisi membran timpani.
2
0uara tuba Eustachius yang terletak di telinga tengah berada pada dinding anterior dan dari sini akan memanjang ke arah depan, medial, dan ke baah hingga memasuki nasofaring. Tuba Eustachius terdiri dari dua bagian, yaitu '.bagian yang memiliki struktur tulang, terletak pada bagian sepertiga mendekati telinga tengah ".bagian yang memiliki struktur kartilaginosa, terletak pada bagian dua pertiga yang mendekati nasofaring 3ecara umum, tuba Eustachius cenderung selalu menutup. &engan adanya kontraksi dari m. tensor veli palatini, tuba Eustachius dapat terbuka pada saat menelan, menguap, atau membuka rahang sehingga terjadi keseimbangan tekanan atmosfer antara kedua ruang diantara membran timpani (4evine dkk, '$$5.
I.2 OTITIS ME"IA AKUT $OMA% I.2.1 "e&ini'i ( Etiologi OMA
!titis media akut (!0) atau !titis 0edia 3upuratif )kut (!03) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba 6ustachius, antrum mastoid yang berlangsung kurang dari tiga minggu. ()boet, "##7% &jaafar,"##5% &onaldson, "#'#. 3alah satu penyebab !0) yang cukup sering adalah infeksi oleh berbagai mikroorganisme. )boet ("##7 dan 8amakrishnan,dkk ("##5 menyatakan baha 3. pneumoniae, H. influen9ae, dan 0. catarrhalis merupakan penyebab utama !0). Hal yang sama juga didapati oleh &onaldson ("#'#, yang mendapati baha ketiga organisme tersebut merupakan patogen yang paling sering menyebabkan !0), ditambah dengan 3treptococcus pyogenes. &onaldson mendapati baha patogen tersebut merupakan mikroorganisme yang sering menyebabkan !0) pada anak-anak, terutama pada pasien usia kurang dari 7 minggu. 3. pneumoniae dan H. influen9ae merupakan patogen yang paling sering menyebabkan !0) dan invasif pada anak-anak dan paling sering menyebabkan rekurensi !0). 3. pneumoniae sendiri sebenarnya merupakan patogen yang paling sering menjadi penyebab !0) untuk berbagai usia. 3ementara itu, H. influen9ae terutama terjadi pada anak-anak
3
usia pra-sekolah. 0. catarrhalis juga dilaporkan menyebabkan !0), meskipun tidak sering dan pada dasarnya merupakan flora normal dari traktus respiratorius atas. 3treptococcus pyogenes merupakan patogen yang juga dilaporkan memicu !0), meskipun tingkat kekerapannya tidak setinggi tiga patogen sebelumnya. 0eskipun demikian, patogen ini dapat memicu nekrosis yang cukup cepat dan signifikan dibandingkan patogen lainnya pada telinga tengah, yaitu perforasi yang moderat atau besar. Patogen lain yang pernah ditemukan memicu !0) adalah 3taphylococcus aureus,
3treptococcus viridans, 0. tuberculosis, :hlamydia
pneumonia, dan Pseudomonas aeruginosa.
Gambar 2.). Otiti' Me*ia A+,t $OMA%
(sumber )daptasi dari Kaneshiro, *. K., "#'#. 6ar +nfection ; )cute +mages 0iddle ear infection (otitis media. )dam, +nc. &iunduh dari http.healthline.com imagesadambig'$<"=.jpg I.2.2 -a+tor !e'i+o OMA
>aktor genetik, infeksi, aspek imunologi, dan faktor lingkungan merupakan beberapa faktor predisposisi yang dapat memicu terjadinya !0). Pada beberapa situasi tertentu, alergi atau infeksi saluran nafas atas dapat menyebabkan kongesti dan pembengkakan dari mukosa nasal, nasofaring, dan tuba 6ustachius. Hal ini dapat
4
memicu obstruksi tuba 6ustachius dan membuat cairan sekresi di telinga tengah terakumulasi. +nfeksi sekunder oleh bakteri dan virus pada efusi tersebut dapat menghasilkan
supurasi dan
tanda-tanda
!0) (8amakrishnan
dkk,
"##5.
6monts,dkk ("##5 menemukan adanya keterkaitan yang cukup kuat antara faktor genetik sehingga dapat mengakibatkan !0), bahkan sering terjadi secara rekuren. 3tudi yang dilakukannya menunjukkan adanya keterkaitan gen imunoresponsi T*>), +47, +4'#, dan T48= dalam kecenderungan terjadinya !0) dan hal ini juga membuat !0) terjadi secara episodik. Tabel ".". >aktor 8esiko ?ang 2erkaitan &engan Kejadian !0) >aktor 8esiko @sia
Komentar +nsidensi maksimal berkisar antara enam sampai "= bulan, karena tuba 6ustachius lebih pendek dan lebih landai. >ungsi fisiologis dan imunologi yang masih rendah membuat anak rentan
2reastfeeding
terkena infeksi 0enyusui minimal tiga bulan dapat memberikan proteksi pada
Penitipan anak
anak, disamping kandungan yang ada pada )3+ Kontak dengan beberapa anak dapat meningkatkan penyebaran virus
6tnis Paparan asap rokok
)nak-anak )merika, )laska, dan +nuit Kanada memiliki insidensi yang lebih tinggi +nsidensi meningkat dengan adanya asap rokok dan polusi udara
Aenis Kelamin 8iayat penghuni
4aki-laki memiliki insidensi lebih tinggi 8esiko kegagalan pengobatan antibiotik meningkat
rumah B' Pemakaian dot 8iayat antibiotik 8iayat !0) 0usim Patologi lain yang
+nsidensi meningkat 8esiko kegagalan pengobatan antibiotik meningkat 8esiko kegagalan pengobatan antibiotik meningkat +nsidensi meningkat di musim gugur dan musim dingin +nsidensi meningkat pada anak-anak dengan rinitis alergi, cleft
mendasari palate, dan &on syndrome (sumber )daptasi dari 8amakrishnan, K., 3parks, 8. )., 2erryhill, C. 6., "##5. &iagnosis and Treatment of !titis 0edia. )merican >amily Physician, 57 ('' '7/'.
5
I.2.2.1 U'ia Sebagai Sala Sat, -a+tor !e'i+o OMA
Pada kondisi normal, telinga tengah biasanya dijaga agar tetap steril, sekalipun terdapat mikroorganisme di nasofaring dan faring yang dapat bermigrasi ke telinga tengah. Hal ini disebabkan silia mukosa tuba 6ustachius, en9im, dan antibodi secara fisiologis memiliki mekanisme untuk mencegah masuknya mikroba ke dalam telinga tengah. Hal ini juga berlaku pada saat seseorang mengalami infeksi saluran nafas atas. 3elain itu, en9im penghasil mukus, seperti muramidase, dan antibodi juga merupakan tambahan dalam mekanisme proteksi telinga tengah yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan bila telinga terpapar dengan patogen pada saat menelan. &i sisi lain, telinga tengah juga memiliki anyaman kapiler subepitel pada bagian permukaannya yang penting karena menyediakan faktor humoral, leukosit polimorfonuklear, dan sel fagosit lainnya. Keseluruhan sistem proteksi ini akan dapat melindungi telinga tengah dari berbagai infeksi jika dapat berfungsi secara optimal (4evine dkk, '$$5% &onaldson, "#'#. Kegagalan salah satu atau kombinasi fungsi fisiologis tersebut mengakibatkan terjadinya kecenderungan terjadinya !0) menjadi meningkat. Pada aal perkembangan anatomi dan fisiologi tubuh manusia, mekanisme tersebut belum sepenuhnya matang pada masa neonatus, bayi, dan anak-anak. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan struktur anatomi dari tuba 6ustachius pada masa anak-anak dan orang deasa. Pada anak-anak, tuba 6ustachius lebih pendek, lebar, dan terletak cenderung lebih hori9ontal jika dibandingkan tuba 6ustachius pada orang deasa (&jaafar dkk, "##5. Kondisi ini membuat inflamasi pada tuba 6ustachius menjadi sangat sering terjadi pada anakanak. +nflamasi tersebut akan memicu gangguan fisiologis tuba 6ustachius dalam memproteksi telinga tengah sehingga kecenderungan terjadinya infeksi pada telinga tengah meningkat. 3eiring dengan perkembangan anak-anak, tuba 6ustachius akan bertambah panjang dan sempit serta lebih mengarah ke medial sehingga fisiologi tuba 6ustachius akan lebih adekuat. !leh karena itu, secara umum insidensi !0) akan menurun seiring dengan peningkatan usia manusia (4evine dkk, '$$5. 3elain itu, kejadian !0) juga
6
didukung oleh gangguan sistem imun pada tubuh pasien (&jaafar, "##5. Kombinasi keseluruhan dari seluruh fungsi fisiologis tersebut dapat memicu kejadian !0). >aktor imunologis pada tuba 6ustachius juga berperan dalam terjadinya !0). 0aturitas perkembangan sistem imun pada anak masih sangat minimal dan sedang berkembang, termasuk dalam proses pembentukan +mmunoglobulin (+g di dalam tubuh. 8endahnya +g), +gD", dan +gD= pada anak, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, meningkatkan kecenderungan terjadinya !0) pada anak dibandingkan kalangan usia yang lebih tua. Hal ini juga ditemukan pada anakanak yang mengalami kelainan immunodefisiensi kongenital, seperti pada kasus &on 3yndrome. Kondisi immunodefisiensi ini menyebabkan !0) karena infeksi lebih rentan terjadi pada usia yang lebih muda. Hal yang berbeda terjadi pada orang deasa, dimana perkembangan sistem immunologis telah berkembang lebih adekuat sehingga invasi mikroorganisme dapat diantisipasi lebih baik (&onaldson, "#'#. 3ecara umum, angka kejadian !0) bervariasi pada berbagai tingkat usiamanusia. &onaldson di dalam penelitiannya menyatakan baha anak-anak berusia 7-'' bulan lebih rentan terkena !0), dimana frekuensinya akan berkurang seiring dengan pertambahan usia, yaitu pada rentang usia 'E-"# bulan. Pada usia yang lebih tua, beberapa anak cenderung tetap mengalami !0) dengan persentase kejadian yang cukup kecil dan terjadi paling sering pada usia empat tahun dan aal usia lima tahun. 3etelah gigi permanen muncul, insidensi !0) menurun dengan signifikan, alaupun beberapa individu yang memang memiliki kecenderungan tinggi mengalami otitis tetap sering mengalami episode eksaserbasi akut hingga memasuki usia deasa. Kadang-kadang, individu deasa yang tidak pernah memiliki riayat penyakit telinga sebelumnya, namun mengalami +nfeksi 3aluran Pernafasan )tas (+3P) yang disebabkan oleh adanya infeksi virus juga mengalami !0) (&onaldson, "#'#. Kaneshiro, 4anphear, dan &onaldson melakukan suatu studi yang juga mempertimbangkan faktor usia dengan terjadinya !0). Kaneshiro menyatakan baha !0) merupakan penyakit yang umum terjadi pada bayi, balita, dan anak anak,
7
sedangkan kasus !0) pada orang deasa juga pernah dilaporkan terjadi, namun dengan frekuensi yang tidak setinggi pada anak-anak (Kaneshiro, "#'#. &i )merika 3erikat, 4anphear, dkk menyatakan baha otitis media merupakan diagnosis yang paling sering ditegakkan pada anak-anak pra-sekolah, bahkan kejadiannya meningkat selama dekade terakhir (4anphear dkk, '$$5. &onaldson ("#'# bahkan menunjukkan baha 5#F dari anak-anak mengalami G ' kali serangan !0) sebelum usia " tahun. &i Kanada, &ube, dkk ("#'' melakukan studi di uebec dan mendapatkan baha pada usia < tahun, 7#-5#F anak telah mengalami minimal ' kali episode !0).
Gambar 2.. Perban*ingan T,ba E,'ta/i,' Pa*a Ana+ *an "e0a'a
(sumber )daptasi dari Kaneshiro, *. K., "#'#. 6ar +nfection ; )cute +mages 6ustachian
tube.
)dam,
+nc.
&iunduh
dari
http.healthline.comimagesadambig'$/$7.jpg &iakses "/ 0aret "#'' I.2. Pato&i'iologi OMA
3ecara umum, !0) didasari inflamasi pada tuba 6ustachius. Hal yang paling sering memicu kondisi tersebut sehingga terjadi !0) adalah infeksi saluran
8
pernafasan atas yang melibatkan nasofaring, alaupun beberapa kondisi lainnya seperti infeksi (terutama infeksi virus, alergi, dan kondisi inflamasi lainnya yang berkaitan dengan tuba 6ustachius juga akan memicu manifestasi yang sama. 0anifestasi inflamasi dalam hal ini akan menjalar dari nasofaring hingga mencapai ujung medial tuba 6ustachius atau secara langsung terjadi di tuba 6ustachius, sehingga memicu stasis sehingga mengubah tekanan di dalam telinga tengah. &i sisi lain, stasis juga akan memicu infeksi bakteri patogenik yang berasal dari nasofaring dan masuk ke dalam telinga tengah dengan cara refluks, aspirasi, atau insuflasi aktif. 2eberapa variasi juga terdapat pada anakanak yang cenderung mengalami otitis (otitis-prone children. Pada pasien ini, adanya gangguan neuromuskular atau atau abnormalitas pada tuba 6ustachius (tuba 6ustachius cenderung terbuka membuat konten nasofaring dapat dengan mudah mengalami refluks ke telinga tengah, termasuk bakteri patogenik yang berada di nasofaring. Pada akhirnya, semua kondisi ini akan memicu reaksi inflamasi akut yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi, invasi leukosit, fagositosis, dan respon imun lokal yang terjadi di telinga tengah, yang akan bermanifestasi pada gejala-gejala klinis !0). +nfeksi virus pada telinga tengah cukup sering terjadi pada pasien !0) dan umumnya diikuti dengan infeksi bakteri. Kondisi demikian disebabkan virus memfasilitasi bakteri supaya melekat di mukosa dan memicu inflamasi. &alam hal ini, virus akan terlebih dahulu merusak lapisan mukosa sehingga mukosa menjadi terpapar dan kondisi ini akan memicu bakteri menjadi patogenik dengan cara melakukan adhesi di permukaan mukosa nasofaring, tuba 6ustachius, dan telinga tengah yang sudah mengalami kerusakan. &ata lain juga menunjukkan baha kerusakan mukosa juga dapat diakibatkan endotoksin oleh invasi bakteri sehingga pada akhirnya patogen dapat melekat di permukaan mukosa (&onaldson, "#'#.
I.2.) "iagno'i' OMA
9
Kriteria diagnostik !0) mencakup adanya onset gejala yang cepat atau akut, efusi telinga tengah, dan tanda serta gejala inflamasi telinga tengah, seperti eritema membran timpani atau otalgia yang mempengaruhi tidur dan aktivitas sehari-hari. !0) juga ditandai dengan kelainan pada membran timpani, yaitu adanya penonjolan membran timpani, keterbatasan atau ketidakmampuan pergerakan membran timpani, atau adanya air-fluid level di belakang membrane timpani. Pemeriksaan membran timpani untuk mengetahui kondisi tersebut dapat diketahui dengan menggunakan kombinasi otoskopi, otoskopi pneumatik, dan timpanometri. Dejala non-spesifik seperti demam, sakit kepala, iritabilitas, batuk, rinitis, anoreksia, emesis, dan diare umum terjadi pada bayi dan anak-anak. !talgia jarang terjadi pada anak-anak berusia kurang dari dua tahun dan lebih sering terjadi pada remaja dan deasa (8amakrishnan, "##5. 3ecara lebih akurat, Timpanocentesis merupakan Igold standardJ untuk mengetahui mengidentifikasi patogen spesifik yang menyebabkan !0) (4insk dkk, "##". Hal ini diperlukan untuk mengetahui antibiotik serta terapi lain yang diperlukan untuk pasien !0) I.2. Kla'i&i+a'i
)da / stadium !0) berdasarkan pada perubahan mukosa telinga tengah, yaitu '. 3tadium !klusi
10
3tadium ini ditandai dengan gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan negatif telinga tengah. 0embran timpani kadang tampak normal atau
berarna suram. ". 3tadium Hiperemis Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di sebagian atau seluruh membran timpani, membrane timpani tampak hiperemis disertai edem.
<. 3tadium 3upurasi 3tadium ini ditandai edem yang hebat telinga tengah disertai hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani sehingga membran timpani tampak menonjol (bulgingke arah liang telinga luar.
11
=. 3tadium Perforasi Pada stadium ini terjadi ruptur membran timpani sehingga nanah keluar dari telinga tengah ke liang telinga.
/. 3tadium 8esolusi Pada stadium ini membran timpani berangsur normal, perforasi membran timpani kembali menutup dan secret purulen tidak ada lagi. 2ila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi alaupun tanpa pengobatan. I.2.. Pengobatan
Penatalaksanaan !0) tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium aal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian
12
antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan pengobatan pada otitis media adalah untuk menghindari komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang mungkin terjadi, mengobati gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius, menghindari perforasi membran timpani, dan memperbaiki sistem imum lokal dan sistemik (Titisari, "##/. Pada stadium oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. &iberikan obat tetes hidung H:l efedrin #,/ F dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari '" tahun atau H:l efedrin ' F dalam larutan fisiologis untuk anak yang berumur atas '" tahun pada orang deasa. 3umber infeksi harus diobati dengan pemberian antibiotik (&jaafar, "##5. Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. &ianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Aika terjadi rseistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. @ntuk terapi aal diberikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. )ntibiotik diberikan minimal selama 5 hari. 2ila pasien alergi tehadap penisilin, diberikan eritromisin. Pada anak, diberikan ampisilin /#-'## mgkg22hari yang terbagi dalam empat dosis, amoksisilin atau eritromisin masing-masing /# mgkg22hari yang terbagi dalam < dosis (&jaafar, "##5. Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur (&jaafar, "##5. Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut atau pulsasi. &iberikan obat cuci telinga (ear toilet H"!"
13
Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. 2ila tidak terjadi resolusi biasanya sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran timpani. )ntibiotik dapat dilanjutkan sampai < minggu. 2ila keadaan ini berterusan, mungkin telah terjadi mastoiditis (&jaafar, "##5. 3ekitar E#F kasus !0) sembuh dalam < hari tanpa pemberian antibiotik. !bservasi dapat dilakukan. )ntibiotik dianjurkan jika gejala tidak membaik dalam dua sampai tiga hari, atau ada perburukan gejala. Ternyata pemberian antibiotik yang segera dan dosis sesuai dapat terhindar dari tejadinya komplikasi supuratif seterusnya. 0asalah yang muncul adalah risiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotic meningkat. 0enurut )merican )cademy of Pediatrics ("##= dalam Kerschner ("##5, mengkategorikan !0) yang dapat diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut. &iagnosis pasti !0) harus memiliki tiga kriteria, yaitu bersifat akut, terdapat efusi telinga tengah, dan terdapat tanda serta gejala inflamasi telinga tengah. Dejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam kurang dari <$: dalam "= jam terakhir. 3edangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang-berat atau demam <$:. Pilihan observasi selama =E-5" jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan sampai dengan dua tahun, dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun. >ollo-up dilaksanakan dan pemberian analgesia seperti asetaminofen dan ibuprofen tetap diberikan pada masa observasi (Kerschner, "##5. 0enurut )merican )cademic of Pediatric ("##=, amoksisilin merupakan firstline terapi dengan pemberian E#mgkg22hari sebagai terapi antibiotik aal selama lima hari. )moksisilin efektif terhadap 3treptococcus penumoniae. Aika pasien alergi ringan terhadap amoksisilin, dapat diberikan sefalosporin seperti cefdinir. 3econd-line terapi seperti amoksisilin-klavulanat efektif terhadap Haemophilus influen9ae dan 0oraLella catarrhalis, termasuk 3treptococcus penumoniae (Kerschner, "##5. Pneumococcal 5- valent conjugate vaccine dapat dianjurkan untuk menurunkan prevalensi otitis media ()merican )cademic of Pediatric, "##=.
14
I.2..1 Pembe*aan
Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani !0) rekuren, seperti miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan adenoidektomi (2uchman, "##<. '. 0iringotomi 0iringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, supaya terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. 3yaratnya adalah harus dilakukan secara dapat dilihat langsung, anak harus tenang sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik. 4okasi miringotomi ialah di kuadran posteriorinferior. 2ila terapi yang diberikan sudah adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus di telinga tengah (&jaafar, "##5. +ndikasi miringostomi pada anak dengan !0) adalah nyeri berat, demam, komplikasi !0) seperti paresis nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. 0iringotomi merupakan terapi third-line pada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu episode !0). 3alah satu tindakan miringotomi atau timpanosintesis dijalankan terhadap anak !0) yang respon kurang memuaskan terhadap terapi second-line, untuk menidentifikasi mikroorganisme melalui kultur (Kerschner, "##5. ". Timpanosintesis 0enurut 2luestone ('$$7 dalam Titisari ("##/, timpanosintesis merupakan pungsi pada membran timpani, dengan analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan pemeriksaan. +ndikasi timpanosintesis adalah terapi antibiotik tidak memuaskan, terdapat komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau pasien yang sistem imun tubuh rendah. 0enurut 2uchman ("##<, pipa timpanostomi dapat menurun morbiditas !0) seperti otalgia, efusi telinga tengah, gangguan pendengaran secara signifikan disbanding dengan plasebo dalam tiga penelitian prospertif, randomi9ed trial yang telah dijalankan. <. )denoidektomi
15
)denoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media dengan efusi dan !0) rekuren, pada anak yang pernah menjalankan miringotomi dan insersi tuba timpanosintesis, tetapi hasil masih tidak memuaskan. Pada anak kecil dengan !0) rekuren yang tidak pernah didahului dengan insersi tuba, tidak dianjurkan adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi jalan napas dan rinosinusitis rekuren (Kerschner, "##5.
I.2.3 Kom4li+a'i
3ebelum adanya antibiotik, !0) dapat menimbulkan komplikasi, mulai dari abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis. 3ekarang semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapat pada otitis media supuratif kronik. 0engikut 3hambough ("##< dalam &jaafar ("##/, komplikasi !0) terbagi kepada komplikasi intratemporal (perforasi membran timpani, mastoiditis akut, paresis nervus fasialis, labirinitis, petrositis, ekstratemporal (abses subperiosteal, dan intracranial (abses otak, tromboflebitis.
I.2.5 Pen/egaan
Terdapat beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya !0). 0encegah +3P) pada
bayi
dan
anak-anak,
menangani
+3P) dengan
pengobatan
adekuat,
menganjurkan pemberian )3+ minimal enam bulan, menghindarkan pajanan terhadap lingkungan merokok, dan lain-lain (Kerschner, "##5.
16
BAB II LAPO!AN KASUS
II.1.
I*entita'
*ama
Tuan Aoko 3antoso
@sia
=< Tahun
Aenis Kelamin 4aki-4aki )gama
+slam
)lamat
2oto #" #5 2ancak
Pekerjaan
Kuli 2angunan
*o. 80
#"#/"'
17
II.2. Anamne'i' II.2.1. Kel,an Utama
Pasien merasa nyeri pada telinga kanan sejak ' minggu yang lalu dan nyeri di telinga kiri sejak " hari yang lalu. II.2.2. Kel,an Tambaan
Terdapat carian berupa darah yang keluar dari telinga sebelah kanan, terdapat penurunan pendengaran di " telinga. II.2.. !i0a6at Pen6a+it Se+arang
Pasien datang pada ' &esember "#'= dengan keluhan nyeri pada telinga kanan ' minggu yang lalu dan telinga kiri sejak " hari yang lalu. Pasien sering menggunakan cotton bud untuk membersihkan telinganya. Pasien merasa telinga kanannya keluar cairan berarna merah dan berbau sejak ' minggu yang lalu. Pasien merasa pada telinga kirinya tersumbat dan terjadi penurunan pendengaran. Pasien menyanggkal adanya batuk pilek.
II.2.). !i0a6at Pen6a+it "a,l,
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien menyangkal memiliki alergi, riayat hipertensi, dan diabetes melitus. II.2.. !i0a6at Pen6a+it Kel,arga
Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien. II.2.. !i0a6at Pengobatan
Pasien mengaku penyakitnya belum pernah diobati.
II.. Pemeri+'aan -i'i+
18
II..1.Stat,' Generali' Keadaan @mum Tampak sakit ringan Kesadaran :ompos mentis Tanda Mital Tekanan darah '=#$# mmHg (pre-hipertensi *adi 5E kalimenit Pernapasan '7 kalimenit 3uhu )febris Kepala 2entuk kepala *ormocephale 0ata Konjungtiva anemis (-, Nclera ikterik (-,nistagmus(- Digi-0ulut 4engkap, mulut basah 4eher KD2 tidak membesar Thoraks Aantung 2unyi jantung normal, murmur (-, gallop (- Paru 2unyi napas vesikuler pasa seluruh lapang paru, ronkhi (-
(-, hee9ing (-(- )bdomen &alam batas normal 6kstremitas 6dema (-(-, sianosis (-, capillary refill time O" detik II..2.Stat,' Lo+ali' Telinga &aun telinga Tragus 4iang telinga luar 0astoid &ischarge 0embran timpani Tumor !toskopi
Kanan *yeri Tarik ( *yeri tekan ( 4apang *yeri Tekan ( &arah Perforasi 3entral 3erumen ( 0T Perforasi 3entral
Kiri *ormal *ormal @dem *ormal -
Hiperemis 3erumen ( 0T Hiperemis
Hi*,ng
Hidung luar :avum nasi 3eptum nasi &ischarge 0ukosa Tumor
Kanan Kiri *ormal *ormal 4apang 4apang Tidak ada deviasi septum nasi 0erah muda 0erah muda -
19
Konka 3inus
*ormal *ormal Tidak ditemukan nyeri tekan pada sinus
Tenggoro+an Carna 0ukosa &inding belakang faring 3uara
merah muda normal normal normal
Ton'il
Pembesaran Hiperemis Permukaan mukosa Kripta &etritus
Kanan Tidak rata (merah muda Tidak melebar Tidak ada
Kiri Tidak rata (merah muda Tidak melebar Tidak ada
Pemeriksaan Tambahan Q->oto 0astoid 0astoid air cell kanan berkurang d an tampak sklerotik Dambaran mastoiditis kanan Tak tampak detruksi tulang II.). "iagno'i' II.).1."iagno'i' Ban*ing !03K dengan peforasi • !0) efusi • II.).2."iagno'i' Ker7a !titis 0edia )kut dengan Perforasi 3entral 3uspect 0astoiditis )&
II.1. Tatala+'ana II..1.-arma+ologi' :iprofloLacin tab " kali sehari selama / hari • 0etilprednisolon tab = mg < kali ' hari selam / hari • II..2.Non8-arma+ologi' 6ar toilet )&3 •
20
• •
3uction )&3 6dukasi kuping kanan jangan sampai kemasukan air, gunakan penutup telinga saat bekerja, jangan menggunakan cotton bud dahulu.
II.2. Progno'i'
&ubia ad bonam
BAB III ANALISA KASUS
III.1. S,b7e/ti9e Pasien datang pada hari 8abu tanggal ' &esember "#'=. Pasien mengaku
telinga kanannya nyeri sejak ' minggu yang lalu dan nyeri pada telinga kiri
21
pada " hari yang lalu. *yeri pada telinga kanan terasa di belakang telinga, tragus dan ketika telinga di tarik. Pasien merasa baha telinga kanannya keluar cairan darah dan berbau. Pasien merasa kedua telinganya mengalami penurunan pendengaran. Pasien mengakui baha suka menggunakan cotton bud jika ingin membersihkan telinganya. Pasien mengaku bekerja sebagai tukang bangunan yang lingkungan kerjanya bising. III.2. Ob7e/ti9e Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda vital dalam batas normal. 3tatus generalis dalam batas normal. Pada inspeksi ditemukan telinga luar dalam batas normal. Pada pemeriksaan otoskop didapatkan liang telinga kanan tampak sedikit serumen dan bekas darah mengering, setelah dilakukan ear toilet terlihat membran timpani mengalami perforasi dibagian sentral, dan pada telinga kirinya didapatkan sedikit serumen dan 0T stadium hiperemis. III.. A''e'ment 2erdasarkan gejala dan tanda yang ditemukan pada anamnesa maupun
pemeriksaan, maka dapat disimpulkan pasien mengalami otitis media akut stadium perforasi dengan mastoiditis )&, dan !0) stadium hiperemis )3. III.). Plan Pasien
diberikan
tatalaksana
farmakologis
berupa
antibiotik
ciprofloLacin tab " kali sehari selama / hari dan anti-radang (kortikosteroid yaitu metilprednisolon tab < kali sehari selama / hari. Pasien diminta kontrol.
"A-TA! PUSTAKA
)boet, )., "##7. Terapi pada !titis 0edia 3upuratif )kut. 0ajalah Kedokteran *usantara, <$ (< 7. 2adan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan &epartemen Kesehatan 8+, "##". Perokok Pasif 2eban ?ang Terlupakan. Aakarta.
22
2al9anelli, :., Damba, P., 8edaelli de Rinis, 4. !., "##<. )cute !titis 0edia and 2ylander, )., Disselsson-3olen, 0., Cilhelmsson, :., Hermansson, ). 0elhus, )., "##5. Aournals of :linical 0icrobiology, =/ ($ <##< ; <##/. &ahlan, 0. 3opiyudin., "#'#. Konsistensi M 0enentukan 2esar 3ampel. &alam Hariyanto, 2., 8iefmanto, ed. 4angkah-langkah 0embuat Proposal Penelitian 2idang Kedokteran dan Kesehatan 3eri 6vidence 2ased 0edicine 3eri < cetakan ". Aakarta 3egung 3eto, E<. &epartemen Kesehatan 8+, "##=. Kebijakan &epartemen Kesehatan tentang Peningkatan Pemberian )ir 3usu +bu ()3+ Pekerja Canita. Aakarta. &epartemen Kesehatan 8+, "##=. 2eban Kesehatan )kibat Penggunaan Tembakau. Aakarta. &jaafar, R.)., Helmi, 8estuti, 8. &., "##5. Kelainan Telinga Tengah. &alam 3oepardi, 6. )., +skandar, *., 2ashiruddin, A., 8estuti, 8. &., ed. 2uku )jar +lmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan 4eher 6disi Keenam. Aakarta 2alai Penerbit >K@+, 7= ; 77 Torpy, A. 0., "#'#. )cute !titis 0edia. The Aournal of the )merican 0edical )ssociation (A)0), <#= ('$ "'$=. Tortora, D. A., &errickson, 2. H., "##$. The 3pecial 3enses. &alam 8oesch, 2., dkk, ed. Principles of )natomy and Physiology '"th edition +nternational 3tudent Mersion Molume '. Hoboken Aohn Ciley and 3ons, +nc, 7"# ; 7"'. Cilliamson, +., dkk, "##7. :onsultations for middle ear disease, antibiotic prescribing and risk factor for reattendance a case-linked cohort study. Corld Health !rgani9ation (CH!., "##7. Primary 6ar and Hearing :are Training 8esource )dvanced 4evel. CH! Press '= ; '/.
23