LAPORAN KASUS GINEKOLOGI
MIOMA UTERI
PEMBIMBING : dr. I Made P.Juliawan, SpOG
OLEH : Zakiyyatun Humairah H1A 008 030
KEPANITERAAN KLINIK SMF OBGIN RSU PROVINSI NTB- FAKULTAS KEDOKTERAN MATARAM
2012
Mioma Uteri
Page 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya. Lapora Laporan n kasus kasus yang yang berjudu berjudull “Mioma “Mioma Uteri” Uteri” ini disusun disusun dalam dalam rangka rangka mengik mengikuti uti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/ SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis: 1. dr. I M. P. P. Juliawan, Juliawan, Sp.OG., Sp.OG., selaku superviso supervisor, r, selaku pembim pembimbing bing laporan laporan kasus kasus ini. 2.
dr. A. Rusdhy Hariawan Hamid, Sp.OG, selaku Kepala Bagian/ SMF
Kebidanan dan Kandungan RSUP NTB. 3.
dr.I dr.I Made Made Maha Mahaya yasa sa,, Sp.OG p.OG,, sela selaku ku Koor Koord dinat inator or Pend Pendid idik ikan an Bag Bagian/ ian/ SMF SMF
Kebidanan dan Kandungan RSUP NTB. 4.
dr. dr. H. H. Do Doddy ddy A.K A.K., ., Sp.O p.OG (K (K), sela selak ku su superv pervis isor or..
5.
dr. Ag Agus Th Thoriq, iq, Sp. Sp.O OG, se selak laku su superv pervis iso or.
6.
dr. dr. Ed Edi Pra Prase sety tyo o Wib Wibo owo, Sp.O p.OG, sela selaku ku supe superv rvis iso or.
7.
Semu Semuaa pihak pihak yan yang g tida tidak k dapa dapatt dise disebu butk tkan an satu satu per persa satu tu yan yang g tela telah h memb member erik ikan an
bantuan bantuan kepada kepada penulis. penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak kekurangan. Oleh Oleh karena karena itu, kritik dan saran saran yang yang bersifa bersifatt memban membangu gun n sangat sangat kami kami harapka harapkan n demi demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga Semoga laporan laporan kasus kasus ini dapat dapat member memberikan ikan manfaat manfaat dan tambah tambahan an penget pengetahu ahuan an khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari sebagai dokter. Terima kasih. Mataram, 31 Julim 2012
Penulis
Mioma Uteri
Page 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya. Lapora Laporan n kasus kasus yang yang berjudu berjudull “Mioma “Mioma Uteri” Uteri” ini disusun disusun dalam dalam rangka rangka mengik mengikuti uti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/ SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis: 1. dr. I M. P. P. Juliawan, Juliawan, Sp.OG., Sp.OG., selaku superviso supervisor, r, selaku pembim pembimbing bing laporan laporan kasus kasus ini. 2.
dr. A. Rusdhy Hariawan Hamid, Sp.OG, selaku Kepala Bagian/ SMF
Kebidanan dan Kandungan RSUP NTB. 3.
dr.I dr.I Made Made Maha Mahaya yasa sa,, Sp.OG p.OG,, sela selaku ku Koor Koord dinat inator or Pend Pendid idik ikan an Bag Bagian/ ian/ SMF SMF
Kebidanan dan Kandungan RSUP NTB. 4.
dr. dr. H. H. Do Doddy ddy A.K A.K., ., Sp.O p.OG (K (K), sela selak ku su superv pervis isor or..
5.
dr. Ag Agus Th Thoriq, iq, Sp. Sp.O OG, se selak laku su superv pervis iso or.
6.
dr. dr. Ed Edi Pra Prase sety tyo o Wib Wibo owo, Sp.O p.OG, sela selaku ku supe superv rvis iso or.
7.
Semu Semuaa pihak pihak yan yang g tida tidak k dapa dapatt dise disebu butk tkan an satu satu per persa satu tu yan yang g tela telah h memb member erik ikan an
bantuan bantuan kepada kepada penulis. penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak kekurangan. Oleh Oleh karena karena itu, kritik dan saran saran yang yang bersifa bersifatt memban membangu gun n sangat sangat kami kami harapka harapkan n demi demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga Semoga laporan laporan kasus kasus ini dapat dapat member memberikan ikan manfaat manfaat dan tambah tambahan an penget pengetahu ahuan an khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari sebagai dokter. Terima kasih. Mataram, 31 Julim 2012
Penulis
Mioma Uteri
Page 2
BAB I PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai, ditemukan satu dari empat wanita usia reproduksi aktif (Muzakir cit Robbins, 1997). Mioma uteri dikenal juga dengan dengan istilah istilah leiomio leiomioma ma uteri, uteri, fibromi fibromioma oma uteri uteri atau uterin uterin fibroid fibroid,, ditemuk ditemukan an sekura sekurangngkurangnya pada 20%-25% wanita di atas usia 30 tahun. (Muzakir cit Djuwantono, 2004).
Berdasarkan otopsi Novak menemukan 27 % wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak lagi. Mioma uteri belum pernah dilaporkan dilaporkan terjadi sebelum menarki. menarki. Setelah menopause menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7 % dari semua penderita penderita genekologi genekologi yang yang dirawat dirawat .(Hanifa .(Hanifa dkk, dkk, 2008) 2008)
Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri uteri dengan dengan estroge estrogen. n. Mioma Mioma uteri uteri dilapo dilaporka rkan n belum belum pernah pernah terjadi terjadi sebelu sebelum m menark menarkee dan menopause (Anonim, 2008).
Penelitian Ran Ok et-al di Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17% kasus mioma uteri dari 4784 kasus-kasus bedah ginekologi yang diteliti (Muzakir cit Ran Ok et-al , 2007). 2007). Menuru Menurutt penelit penelitian ian yang di lakuka lakukan n Karel Karel Tangku Tangkudun dung g (1977 (1977)) di Suraba Surabaya ya angka angka kejadian mioma uteri adalah sebesar 10,30%, sebelumnya di tahun 1974 di Surabaya penelitian yang dilakukan oleh Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar 11,87% dari semua penderita penderita ginekologi ginekologi yang yang dirawat dirawat (Muzakir (Muzakir cit Yuad Yuad H, H, 2005). 2005).
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-50% dari tumor ini yang
Mioma Uteri
Page 3
menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat penekanan massa tumor (Muzakir cit Djuwantono, 2004).
Menoragia yang disebabkan mioma uteri menimbulkan masalah medis dan sosial pada wanita. Mioma uteri terdapat pada wanita di usia reproduktif, pengobatan yang dapat dilakukan adalah histerektomi, dimana mioma uteri merupakan indikasi yang paling sering untuk dilakukan histerektomi di USA (1/3 dari seluruh angka histerektomi) (Lacey.C.G., 2007).
Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 55 tahun dengan diagnosa mioma uteri dan anemia berat yang selanjutnya ditatalaksanai dengan laparotomi histerektomi. Selanjutnya akan dibahas apakah diagnosa, tindakan, penatalaksaaan ini sudah tepat dan sesuai dengan literatur.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Mioma Uteri
Page 4
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.(Hanifa dkk, 2008) II.2 Epidemiologi
Berdasarkan otopsi Novak menemukan 27 % wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak lagi. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarki. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7 % dari semua penderita genekologi yang dirawat .(Hanifa dkk, 2008) II.3
Etiopatogenesis
Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta adanya faktor predisposisi yang bersifat herediter. Pada ilmuwan telah mengidentifikasi kromosom yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Beberapa ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah menopause, sehingga diperkirakan dipengaruhi juga oleh hormon-hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain itu, sangat jarang ditemukan sebelum menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama kehamilan dan kadang mengecil setelah menopause (Hakim, 2009). Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawankawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati dari pada
Mioma Uteri
Page 5
miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur (Hanifa, 2008). II.4 Klasifikasi Mioma Uteri Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain: 1. Mioma submukosa 2. Mioma intramural 3. Mioma subserosa 4. Mioma intraligamenter
Gambar 1. Gambar Jenis-jenis mioma uterus Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%) (Anonim, 2008). 1. Mioma submukosa
Mioma Uteri
Page 6
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas. 2. Mioma intramural Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma subserosa Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
Mioma Uteri
Page 7
4. Mioma intraligamenter Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wondering parasitis fibroid . Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan.
II.5 Perubahan Sekunder (Hanifa, 2008)
a) Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil. b) Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya, seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya. c) Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kistoma ovarium atau suatu kehamilan. d) Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto Rontgen.
Mioma Uteri
Page 8
e) Degenerasi merah (carneous degeneration): perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis: diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai. f) Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
II.6 Gejala Klinis
Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (servik, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Keluhan yang dirasakan penderita Mioma Uteri sebagai keluhan utama pada umumnya adalah : Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoraghi dan dapat juga terjadi metroragia . Hal ini sering menyebabkan penderita juga mengalami anemia dari perdarahan yang terus-menerus (Lacey.C.G., 2007). Mekanisme terjadinya perdarahan abnormal ini sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Beberapa pendapat menjelaskan bahwa terjadinya perdarahan abnormal ini disebabkan oleh abnormalitas dari endometrium (Lacey.C.G., 2007). Tetapi saat ini pendapat yang dianut adalah bahwa perdarahan abnormal ini disebabkan karena pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma, permukaan endometrium yang lebih luas, atrofi endometrium di atas mioma submukosum, dan miometrium tidak dapat
Mioma Uteri
Page 9
berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium . Pada Mioma Uteri submukosum diduga terjadinya perdarahan karena kongesti, nekrosis, dan ulserasi pada permukaan endometrium (Muzakir, 2008) Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore. Selain hal diatas, penyebab timbulnya nyeri pada kasus mioma uteri adalah karena proses degenerasi. Selain itu penekanan pada visera oleh ukuran mioma uteri yang membesar juga bisa menimbulkan keluhan nyeri.
Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga
menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada regio pelvis.(Muzakir, 2008) Efek penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh mioma uteri pada vesiko urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus urinarius, seperti perubahan frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio urin hingga dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis (Lacey.C.G., 2007).. Konstipasi dan tenesmia juga merupakan keluhan pada penderita mioma uteri yang menekan rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan pada vena-vena di regio pelvis yang bisa menimbulkan edema tungkai (Muzakir, 2008)
Gejala akibat Komplikasi Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh kasus mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya
Mioma Uteri
Page 10
baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Komplikasi ini dicurigai jika ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang semakin bertambah besar terutama jika dijumpai pada penderita yang sudah menopause (Lacey.C.G., 2007). Anemia
Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami perdarahan pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri akan mengakibatkan anemia defisiensi besi (Marjono, 2008) Torsi
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma abdomen akut, mual, muntah dan syok Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Penegakkan diagnosis infertilitas yang dicurigai penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan (Lacey.C.G., 2007).
II.7 Diagnosis
1. Anamnesis Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.
Mioma Uteri
Page 11
3. Pemeriksaan penunjang a.
Pemeriksaan laboratorium Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan
uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah darah lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien. b.
Imaging
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi. 2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil. 3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal. Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri. USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis.
II.8. Diagnosis banding (Marjono, 2008)
1. Adenomiosis 2. Neoplasma ovarium 3. Kehamilan
Mioma Uteri
Page 12
II.9. Penanganan Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Tidak semua mioma uteri memerlukan terapi pembedahan. Kurang lebih 55% dari semua kasus mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan apapun, apalagi jika ukuran mioma uteri masih kecil dan tidak menimbulkan keluhan.
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan terbagi atas : A. Penanganan konservatif Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut : -
Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
-
Monitor keadaan Hb
-
Pemberian zat besi
-
Penggunaan agonis GnRH, agonis GnRH bekerja dengan menurunkan regulasi gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Akibatnya, fungsi ovarium menghilang dan diciptakan keadaan ”menopause” yang reversibel. Sebanyak 70% mioma mengalami reduksi dari ukuran uterus telah dilaporkan terjadi dengan cara
Mioma Uteri
Page 13
ini, menyatakan kemungkinan manfaatnya pada pasien perimenopausal dengan menahan atau mengembalikan pertumbuhan mioma sampai menopause yang sesungguhnya mengambil alih. Tidak terdapat resiko penggunaan agonis GnRH jangka panjang dan kemungkinan rekurensi mioma setelah terapi dihentikan tetapi, hal ini akan segera didapatkan dari pemeriksaan klinis yang dilakukan (Muzakir cit Alexander, 2004). B. Penanganan operatif
Indikasi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah : - Perdarahan pervaginam abnormal yang memberat - Ukuran tumor yang besar - Ada kecurigaan perubahan ke arah keganasan terutama jika pertambahan ukuran tumor setelah menopause - Retensio urin - Tumor yang menghalangi proses persalinan - Adanya torsi (Muzakir cit Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa : -
Miomektomi Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus (Muzakir cit Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Suatu studi mendukung miomektomi dapat dilakukan pada wanita yang masih ingin be reproduksi tetapi belum ada analisa pasti tentang teori ini tetapi penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan (Muzakir cit Chelmow, 2005).
-
Histerektomi
Mioma Uteri
Page 14
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik sebahagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Muzakir cit Prawirohardjo, 2001). . Histerektomi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan pendekatan perabdominal (laparotomi), pervaginam, dan pada beberapa kasus secara laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi bila didapatkan keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius, dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu (Hadibroto, 2005). Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH). Masing-masing prosedur histerektomi ini memiliki kelebihan dan kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari risiko operasi yang lebih besar, seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan rektum. Namun dengan melakukan STAH akan menyisakan serviks, dimana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Dengan menyisakan serviks, menurut penelitian didapatkan data bahwa terjadinya dyspareunia akan lebih rendah dibandingkan dengan yang menjalani TAH sehingga akan tetap mempertahankan fungsi seksual. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi dimana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH (Hadibroto, 2005). Tindakan histerektomi juga dapat dilakukan melalui pendekatan vagina, dimana tindakan operasi tidak melalui insisi pada abdomen. Histerektomi pervaginam jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Secara umum, histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan
Mioma Uteri
Page 15
prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi. Selain itu, kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi juga lebih minimal. Masa penyembuhan pada pasien yang menjalani histerektomi vaginal lebih cepat dibandingkan dengan yang menjalani histerektomi abdominal (Hadibroto, 2005). . Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut : -
Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.
-
Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpalgumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
-
Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering (Muzakir cit Chelmow, 2005).
Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila janin imatur. Namun, pada torsi akut atau perdarahan intra abdomen memerlukan interfensi pembedahan. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri
Mioma Uteri
Page 16
menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik (Muzakir cit Taber, 2004).
BAB III LAPORAN KASUS I. IDENTITAS
Nama
: Ny. S
Usia
: 55 tahun
Pekerjaan
: IRT
Mioma Uteri
Page 17
Agama
: Islam
Suku
: Sasak
Alamat
: Gangga, KLU
Nama Suami
: Tn.M
Suku/Bangsa
: Sasak
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Status
: Suami
Alamat
: Gangga KLU
MRS
: 18/06/12 pukul 16.15 WITA
MR
: 042422
II. ANAMNESIS Keluhan Utama : perdarahan menstruasi yang lama dan banyak Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien rujukan RSUD Tanjung datang ke VK IRD RSUP NTB dengan diagnosa menometroragia et causa mioma uteri dengan anemia berat. Pasien mengaku menstruasi 1 bulan 2 kali selama ±10-15 hari dan keluar darah banyak sampai 3 kali ganti kain/hari sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan nyeri selama haid. Pasien mengaku haid tidak teratur sejak 9 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan munculnya benjolan pada perut bagian bawah yang tidak nyeri, pasien tidak tahu pasti sejak kapan benjolan tersebut muncul. Gangguan BAB dan BAK serta sesak disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa. Adanya riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal. Riwayat Penyakit Keluarga :
Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien. Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal.
Mioma Uteri
Page 18
Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan. Riwayat Kontrasepsi : Riwayat Perkawinan : suami ke I, menikah 1x selama 34 tahun Riwayat Obstetri :
Pasien mengatakan mengalami haid pertama (menarke) pada usia 15 tahun. Pasien memiliki siklus haid yang teratur (28 hari). Pasien memiliki riwayat kehamilan sebagai berikut : 1 anak laki-laki, sekarang berusia 33 tahun
III. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : lemah Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital -
Tekanan darah : 120/80 mmHg
-
Frekuensi nadi : 98 x/menit
-
Frekuensi napas
-
Suhu
: 24 x/menit
: 36,7oC
Pemeriksaan Fisik Umum -
Mata
: anemis +/+, ikterus -/-
-
Jantung
-
Paru
: vesikuler +/+, rhonki (-), wheezing (-)
-
Ekstremitas
: edema - -
akral teraba hangat + +
- -
+ +
: S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
IV. STATUS GINEKOLOGI Abdomen :
Inspeksi : Terlihat benjolan pada perut bagian bawah, tidak ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-).
Palpasi : Teraba massa padat, kenyal, permukaan licin, mobile ukuran 8 x 8
cm, pada perut bagian bawah, nyeri tekan (-). Pemeriksaan Inspekulo :
Mioma Uteri
Page 19
Porsio ukuran normal, tampak licin, erosi (-), fluksus (-), livide (-), Ø OUE (-), fluor albus (-), perdarahan aktif (-), massa (-), peradangan (-). Pemeriksaan Dalam (VT) :
Dinding vagina normal, massa (-)
Porsio licin, Ø (-), nyeri goyang porsio (-)
Corpus uteri antefleksi ukuran lebih besar dari normal 12 minggu
Adneksa Parametrium dan Cavum Douglass dextra et sinistra dbn
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Darah Lengkap (18/06/12):
Hb
: 5,3 g/dL
RBC
: 3,01 M/µl
WBC
: 8,00 K/µl
PLT
: 466 K/µl
HCT
: 20,3 %
HbSAg: (-)
Ultrasonografi (USG) Abdomen :
Uterus antefleksi dengan ukuran membesar yaitu 80 mm x 75 mm
Adneksa kiri dan kanan normal
Kesan Mioma uteri
VI. DIAGNOSIS PRE OPERASI
Mioma uteri dengan anemia berat
VII. RENCANA TINDAKAN
Observasi keadaan umum dan vital sign pasien
Cek DL dan HbSAg
Konsultasi ke SPV, advice : transfusi PRC 2 kolf/hari sampai didapatkan Hb 8
g/dL atau 9 g/dL
Pro USG Mioma uteri pro laparatomi (histerektomi) apabila Hb mencapai
8 g/dL atau 9 g/dL
Mioma Uteri
Page 20
KIE pasien dan keluarganya
VIII. POST OPERASI Pemeriksaan Darah Lengkap pre op (23/06/12)
Hb
: 10,4 g/dL
RBC
: 4,67 M/µl
WBC
: 11,01 K/µl
PLT
: 352 K/µl
HCT
: 34,4 %
Tindakan Operasi : Histerektomi subtotalis Penemuan Intra Operasi :
Uterus ukuran 8 x 8 x 9 cm
Perdarahan ± 200 cc
Instruksi Post Operasi :
Pemeriksaan laboratorium post-operatif
Bila Hb < 8 g/dl, transfusi darah (PRC) hingga Hb 9-10 g/dl
Injeksi Ampisilin 1 gram per 6 jam
Asam Mefenamat 3x1
Observasi tanda vital dan keluhan pasien
2 jam post operasi •
Keadaan umum
•
Kesadaran
•
Tanda Vital - TD
: Baik : Compos mentis
: 110/70 mmHg
- HR : 88 x/menit - RR : 24 x/menit - Suhu : 36,7oC
Mioma Uteri
Page 21
Pemeriksaan Laboratorium post operasi
Hb
RBC
WBC : 13,32 K/µl
PLT
: 432 K/µl
HCT
: 33,3 %
: 10,2 g/dL : 4,84 M/µl
IX. 1 HARI POST OPERATIF
KU
: baik
Kes
: compos mentis
TD
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 36,4oC
BAB IV PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 55 tahun dengan diagnosa mioma uteri. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan
Mioma Uteri
Page 22
pemeriksaan fisik-ginekologik, serta pemeriksaan penunjang berupa USG dan pemeriksaan laboratorium. Dari hasil anamnesis didapatkan adanya keluhan menometroragi serta munculnya benjolan pada perut bagian bawah pasien. Ada beberapa kemungkinan diagnosis untuk pasien dengan menometroragi disertai benjolan pada perut bagian bawah antara lain yaitu mioma uteri dan endometriosis Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma (serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang ditimbulkan dapat digolongkan menjadi empat yaitu perdarahan abnormal, rasa nyeri, gejala dan tanda penekanan, serta infertilitas dan abortus. Pada kasus ini, beberapa dari gejala tersebut didapatkan pada Ny.”S”. Perdarahan abnormal berupa hipermenorhea dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium, permukaan endomerium yang lebih luas daripada biasa, atrofi endometrium diatas mioma submukosum, miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. Rasa nyeri yang dikeluhkan pasien dapat disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Gejala penekanan berupa gangguan BAB dan BAK tidak didapatkan pada pasien karena ukuran mioma yang tidak terlalu besar. (Hanifa dkk, 2008). Pemeriksaan status generalis menunjukkan keadaan umum serta vital sign pasien dalam batas normal sehingga menunjukkan gangguan perdarahan serta nyeri sudah berlangsung lama dan tubuh telah melakukan penyesuaian diri. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan konjunctiva tampak anemis. Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan
Mioma Uteri
Page 23
perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma menghasilkan eritropoeitin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Pada pemeriksaan abdomen, palpasi daerah suprapubik kesan uterus membesar dengan diameter 8x8 cm, padat, mobile serta permukaannya licin. Pada mioma uteri, perlunakan tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskuler. Uterus sering dapat digerakan, kecuali apabila keadaan patologik pada adneksa Pada pemeriksaan pelvis, serviks dalam batas normal. Namun, pada keadaan tertentu, mioma submukosa yang bertangkai dapat mengawali dilatasi serviks dan terlihat pada osteum servikalis. Pemeriksaan pelvis dilakukan dengan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan dalam vagina (VT / vaginal toucher). Hasil pemeriksaan inspekulo didapatkan bentuk, warna dan permukaan porsio dalam batas normal, tidak terlihat adanya fluksus yang berasal dari dalam (kanalis servikalis atau kavum uteri). Didapatkan pula sekret/lendir berwarna putih pada forniks dan dinding vagina. Hasil VT tidak ditemukan adanya kelainan ataupun nyeri pada dinding vagina, porsio, adneksa dan cavum Dauglas. Namun perabaan pada parametrium didapatkan massa padat dengan permukaan licin, terfiksir tapi tidak nyeri. Uterus antefleksi, konsistensi keras dengan ukuran sesuai umur kehamilan 12 minggu. Pemeriksaan penunjang dengan USG pada pasien ini didapatkan gambaran uterus antefleksi yang membesar berukuran 80x75 cm, dengan kesan mioma uteri. Penatalaksanaan mioma uteri berdasarkan besar kecilnya tumor, ada tidaknya keluhan, umur dan paritas penderita. Pada pasien ini dilakukan tindakan operatif mengingat pada hasil pasien memiliki keluhan subjektif berupa perdarahan pervaginam abnormal yang berat, terlihat dari hasil pemeriksaan Hb yang rendah. Pada pasien dilakukan tindakan histerektomi. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi bila didapatkan keluhan menorrhagia, metrorrhagia,
Mioma Uteri
Page 24
keluhan obstruksi pada traktus urinarius, dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu. Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH). Masing-masing prosedur histerektomi ini memiliki kelebihan dan kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari risiko operasi yang lebih besar, seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan rektum. Namun dengan melakukan STAH akan menyisakan serviks, dimana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Dengan menyisakan serviks, menurut penelitian didapatkan data bahwa terjadinya dyspareunia akan lebih rendah dibandingkan dengan yang menjalani TAH sehingga akan tetap mempertahankan fungsi seksual. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi dimana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.
Mioma Uteri
Page 25
Follow up patient TIME
18/06/2012
SUBJECTIVE OBJECTIVE Pasien rujukan RSUD Tanjung datang Keadaan umum : lemah
ke VK 16.15
diagnosa
IRD
RSUP
NTB
menometroragia
et
dengan Kesadaran causa
mioma uteri dengan anemia berat. Pasien mengaku menstruasi 1 bulan 2 kali selama ±10-15 hari dan keluar darah banyak sampai 3 kali ganti
ASSESSMENT
Suspek mioma uteri
: compos mentis
haid. Pasien mengaku haid tidak teratur sejak 9 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan munculnya benjolan pada perut bagian bawah yang tidak nyeri, pasien tidak tahu pasti sejak kapan benjolan tersebut muncul. Gangguan BAB dan BAK serta sesak disangkal
Tanda Vital berat
TD : 110/70 mmHg
Cek DL dan HbSAg
Konsultasi
ke
SPV,
HR : 100 x/menit
advice : transfusi PRC 2
RR : 24 x/menit
kolf/hari sampai didapatkan
Suhu : 36,7oC
Hb 8 g/dL atau 9 g/dL
Pemeriksaan Fisik Mata
: anemis +/+, ikterus -/-
Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-) Paru :
vesikuler +/+, rhonki (-),
wheezing (-) Ekstremitas edema
: :
-
- -
pasien. akral teraba hangat :
+
+
+ +
Mioma Uteri
Page 26
STATUS GINEKOLOGI Abdomen :
Terlihat benjolan pada perut bagian bawah, teraba massa padat, kenyal, permukaan licin, mobile ukuran 8 x 8 cm, pada perut bagian bawah, nyeri tekan (-). Pemeriksaan Inspekulo :
Porsio ukuran normal, tampak licin, erosi (-), fluksus (-), livide (-), Ø OUE (-), fluor albus (-), perdarahan aktif (-), massa (-), peradangan (-). Pemeriksaan Dalam (VT) :
Dinding vagina normal, massa (-), Porsio licin, Ø (-), nyeri goyang porsio (-), Corpus uteri antefleksi ukuran lebih besar dari normal sesuai 12 minggu, Adneksa Parametrium Cavum Douglass dextra et sinistra dbn
Mioma Uteri
PLANNING Observasi keadaan
umum dan vital sign pasien dengan anemia
kain/hari sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan nyeri selama
Page 27
Pro USG
STATUS GINEKOLOGI Abdomen :
Terlihat benjolan pada perut bagian bawah, teraba massa padat, kenyal, permukaan licin, mobile ukuran 8 x 8 cm, pada perut bagian bawah, nyeri tekan (-). Pemeriksaan Inspekulo :
Porsio ukuran normal, tampak licin, erosi (-), fluksus (-), livide (-), Ø OUE (-), fluor albus (-), perdarahan aktif (-), massa (-), peradangan (-). Pemeriksaan Dalam (VT) :
Dinding vagina normal, massa (-), Porsio licin, Ø (-), nyeri goyang porsio (-), Corpus uteri antefleksi ukuran lebih besar dari normal sesuai 12 minggu, Adneksa Parametrium Cavum Douglass dextra et sinistra dbn
Mioma Uteri
Page 27
Pemeriksaan Darah Lengkap (18/06/12)
Hb
:
5,3
RBC
:
3,01
WBC
:
8,00
PLT
:
466
HCT
: 20,3 %
g/dL
M/µl
K/µl
K/µl
19/06/12
-
HbSAg: (-) Keadaan umum : baik Kesadaran
Mioma uteri dengan
: compos mentis
observasi
tanda-tanda
vital anemia berat
TD : 110/70 mmHg HR : 88 x/menit RR : 20 x/menit
•
pro laparatomi
•
pro transfusi PRC 2 kolf
•
Suhu : 36,5oC
PRC kolf I masuk pukul
22.00 wita
Konjungtiva anemis Ultrasonografi (USG) Abdomen :
Mioma Uteri
•
Page 28
Pemeriksaan Darah Lengkap (18/06/12)
Hb
:
5,3
RBC
:
3,01
WBC
:
8,00
PLT
:
466
HCT
: 20,3 %
g/dL
M/µl
K/µl
K/µl
19/06/12
-
HbSAg: (-) Keadaan umum : baik Kesadaran
Mioma uteri dengan
: compos mentis
•
observasi
tanda-tanda
vital anemia berat
TD : 110/70 mmHg HR : 88 x/menit RR : 20 x/menit
•
pro laparatomi
•
pro transfusi PRC 2 kolf
•
Suhu : 36,5oC
PRC kolf I masuk pukul
22.00 wita
Konjungtiva anemis Ultrasonografi (USG) Abdomen :
Mioma Uteri
Page 28
Uterus antefleksi dengan ukuran membesar yaitu 80 mm x 75 mm
Adneksa kiri dan kanan normal
Kesan Mioma uteri
Mioma uteri dengan anemia berat •
Keadaan umum : baik 20/06/12
-
Kesadaran
observasi
tanda-tanda
vital
: compos mentis
pro laparatomi
TD : 110/80 mmHg
•
HR : 84 x/menit
•
RR : 24 x/menit
15.00 wita
PRC kolf II masuk pukul
o
Suhu : 36,6 C Konjungtiva anemis
21/06/12
-
Keadaan umum : baik Kesadaran
Mioma uteri dengan
: compos mentis
•
observasi
tanda-tanda
vital anemia berat
TD : 110/70 mmHg
•
HR : 80 x/menit
•
RR : 24 x/menit
pro laparatomi PRC
kolf
III
masuk
pukul 21.00 wita
o
22/06/12
.
Suhu : 36,4 C Keadaan umum : baik Kesadaran
Mioma uteri dengan
: compos mentis
observasi
tanda-tanda
vital anemia berat
TD : 110/70 mmHg
•
HR : 80 x/menit
Mioma Uteri
•
•
Page 29
pro laparatomi PRC
kolf
III
masuk
Uterus antefleksi dengan ukuran membesar yaitu 80 mm x 75 mm
Adneksa kiri dan kanan normal
Kesan Mioma uteri
Mioma uteri dengan anemia berat •
Keadaan umum : baik 20/06/12
-
Kesadaran
observasi
tanda-tanda
vital
: compos mentis
pro laparatomi
TD : 110/80 mmHg
•
HR : 84 x/menit
•
RR : 24 x/menit
15.00 wita
PRC kolf II masuk pukul
Suhu : 36,6oC Konjungtiva anemis
21/06/12
-
Keadaan umum : baik Kesadaran
Mioma uteri dengan
: compos mentis
•
observasi
tanda-tanda
vital anemia berat
TD : 110/70 mmHg
•
HR : 80 x/menit
•
RR : 24 x/menit
pro laparatomi PRC
kolf
III
masuk
pukul 21.00 wita
o
22/06/12
.
Suhu : 36,4 C Keadaan umum : baik Kesadaran
Mioma uteri dengan
: compos mentis
•
HR : 80 x/menit
•
Mioma Uteri
tanda-tanda
pro laparatomi PRC
kolf
III
masuk
Page 29
RR : 20 x/menit
-
observasi
vital anemia berat
TD : 110/70 mmHg
23/06/12
•
pukul 21.00 wita
Suhu : 36,7oC Keadaan umum : baik Kesadaran
Mioma uteri
: compos mentis
•
observasi
tanda-tanda
vital
TD : 110/70 mmHg
•
pro laparatomi
HR : 80 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36,7oC Pemeriksaan Darah Lengkap pre op (23/06/12)
Hb
:
10,4
RBC
:
4,67
WBC
:
11,01
PLT
:
352
g/dL
M/µl
K/µl
K/µl
24/06/12
-
HCT Keadaan umum : baik Kesadaran
: 34,4 % Mioma uteri
Histerektomi subtotalis
: compos mentis Penemuan Intra Operasi :
Mioma Uteri
Page 30
RR : 20 x/menit
23/06/12
-
pukul 21.00 wita
Suhu : 36,7oC Keadaan umum : baik Kesadaran
observasi
•
Mioma uteri
: compos mentis
tanda-tanda
vital
TD : 110/70 mmHg
•
pro laparatomi
HR : 80 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36,7oC Pemeriksaan Darah Lengkap pre op (23/06/12)
Hb
:
10,4
RBC
:
4,67
WBC
:
11,01
PLT
:
352
g/dL
M/µl
K/µl
K/µl
24/06/12
-
HCT Keadaan umum : baik Kesadaran
: 34,4 % Mioma uteri
Histerektomi subtotalis
: compos mentis Penemuan Intra Operasi :
Mioma Uteri
Page 30
TD : 110/80 mmHg
HR : 84 x/menit
cm
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,7oC
Uterus ukuran 8 x 8 x 9
Perdarahan ± 200 cc
Instruksi Post Operasi :
Pemeriksaan
laboratorium
post-operatif
Bila Hb < 8 g/dl, transfusi darah (PRC) hingga Hb 9-10 g/dl
Injeksi Ampisilin 1 gram per 6 jam
25/06/12
nyeri luka operasi
Keadaan umum : baik Kesadaran
1 hari post
Asam Mefenamat 3x1
Observasi tanda vital dan
keluhan pasien Injeksi Ampisilin 1 gram per
: compos mentis
6 jam laparatomi
TD : 110/70 mmHg HR : 84 x/menit RR : 24 x/menit
Asam Mefenamat 3x1
Observasi tanda vital dan keluhan pasien
Suhu : 36,6oC
Mioma Uteri
Page 31
TD : 110/80 mmHg
HR : 84 x/menit
cm
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,7oC
Uterus ukuran 8 x 8 x 9
Perdarahan ± 200 cc
Instruksi Post Operasi :
Pemeriksaan
laboratorium
post-operatif
Bila Hb < 8 g/dl, transfusi darah (PRC) hingga Hb 9-10 g/dl
Injeksi Ampisilin 1 gram per 6 jam
25/06/12
nyeri luka operasi
Keadaan umum : baik Kesadaran
1 hari post
Asam Mefenamat 3x1
Observasi tanda vital dan
keluhan pasien Injeksi Ampisilin 1 gram per
: compos mentis
6 jam laparatomi
TD : 110/70 mmHg HR : 84 x/menit
Asam Mefenamat 3x1
Observasi tanda vital dan
RR : 24 x/menit
keluhan pasien
Suhu : 36,6oC
Mioma Uteri
26/06/12
Nyeri luka operasi
Page 31
Keadaan umum : baik Kesadaran
2 hari post
: compos mentis
Injeksi Ampisilin 1 gram per 6 jam
laparatomi
TD : 110/70 mmHg HR : 80 x/menit
Asam Mefenamat 3x1 Observasi tanda vital dan
RR : 20 x/menit
keluhan pasien
Suhu : 36,5oC
Mioma Uteri
Page 32
26/06/12
Nyeri luka operasi
Keadaan umum : baik Kesadaran
2 hari post
: compos mentis
Injeksi Ampisilin 1 gram per 6 jam
laparatomi
TD : 110/70 mmHg HR : 80 x/menit
Asam Mefenamat 3x1 Observasi tanda vital dan
RR : 20 x/menit
keluhan pasien
Suhu : 36,5oC
Mioma Uteri
Page 32
Mioma Uteri
Page 33