Pembahasan Awetan Kering Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-spesimen spesimen -spesimen yang sulit di temukan di alam. Awetan spesimen dapat berupa awetan basah atau kering.untuk awetan kering, serangga diawetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ dalamnya menggunakan awetan basah, baik untuk hewan maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam seluruh spesimen dalam larutan formalin 4%.
Awetan kering serangga disebut Insektarium.
Untuk koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan dan penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula kelestarian objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan objek. Awetan jangkrik yang di tangkap di kebun biologi di lakukan dengan tahapan mendapatkan jangkrik yang masih hidup dan masih memiliki struktur tubuh yang sempurna tidak ada cacat sedikutpun. Tujuannya adalah supaya ketika ingin mengamati morfologi jangkrik, tidak harus menangkap jangkrik lagi dan dapat menggunakan awetan jangkrik jangkrik untuk bahan pengamatannya. Jakrik di bunuh dengan menggunakan klorform dan dimasukkan kedalam kantong plastik, selanjutnya menyuntikkan formalin 40% ke bagian abdomen jangkrik. Tujuan pemberian formalin 40% adalah untuk mengawetkan bagian organ dalam serangga dan menghindari adanya bau busuk saat pengawetan. Merentangkan tubuh jangkrik yang telah mati di atas papan perentang dengan posisi berdiri seperti saat jangkrik dalam keadaan hidup. Menusuk bagian thorak jangkrik dengan jarum dengan tujuan supaya jangkrik bisa tertancam di atas papan dan posisi jangkrik tidak berubah-ubah. Setelah Setel ah dirasa jangkrik pada posisi yang tepat, kemudian mengoleskan formain 5%. Pengawetan merupakan tindak lanjut setelah proses fiksasi, agar objek menjadi awet, tidak rusak jaringannya, tidak terjadi otolisis sel, dan terhindar dari serangan bakteri dan jamur. Hewan yang telah diawetkan disebut spesimen tidak akan mengalami pengkerutan atau rusaknya penyusunnya karena terbebas dari bakteri dan jamur. Bahan pengawet yang mudah adalah formalin (5 – 10 %), alcohol 70 %. Mengoven serangga awetan selama ± 3 hari, dengan tujuan mengeringkan serangga yang diawetkan. Setelah di oven warna tubuh jangkrik yang mulanya hitam dengan garis terang pada bagian abdomennya akan tampak lebih pucat dari sebelumnya. Memberi label tanggal dan tempat penangkapan pada serangga awetan.
Klasifikasi Jangkik Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Orthoptera
Famili
: Gryllidae
Genus
: Liogryllus
Spesies
: Liogryllus sp
Pada praktikum dilakukan penyuntikan pada kupu- kupu. Penyuntikan ini menggunakan formalin yang berfungsi untuk mengawetkan dan baun ya tidak busuk. Langkah selanjutnya yaitu merentangkan sayap. Menurut Ir. Jumar ( 2000 ) Bila menginginkan melihat sayap belakang yang branecus , maka sayap depan dapat dibuka dan sayap belakang direntangkan di papan perentang dan kemudian ditusuk dengan jarum. Pada praktikum penusukkan dilakukan setelah dilakukan penjepitan dengan kertas. Penusukan adalah cara terbaik untuk mengawetkan serangga – serangga bertubuh keras. Hal yang perlu ingat adalah bahwa semakin kecil ukuran tubuh serangga, jarum yang dipakai juga semakin kecil, Daerah penusukan jarum pada tubuh seranggga adalah bagian toraks ( Ir. Jumar, 2000 )
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Orthoptera
Famili
: Lycaenidae
Berdasarkan warna sayap yang ditemukan kupu-kupu ini masuk kedalam family Lyceanidae. Kupu-kupu ini memiliki ciri tubuh berwarna hitam dengan titik-titik putih, antenna berwarna hitam, sayap bagian atas berwarna hitam dan di bagian ujung terdapat titiktitik putih dan berwarna biru, sayap bagian bawah berwarna hitam dan memiliki titik-titik putih.
Manfaat dari membuat awetan basah dan kering serangga adalah serangga-serangga yang telah diawetkan dapat menjadi acuan pembelajaran tentang serangga, lebih dimudahkan karena tidak harus memakai serangga hidup setiap kali praktikum, dengan adanya awetan kita dapat melihat dan meneliti hewan yang sudah langka, sehingga kita tidak harus selalu mengambil sampel hewan yang sudah langka untuk di teliti.