REVISI LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II
Topik
: Semen Glass Ionomer
Kelompok
: B6
Tgl. Praktikum: 16 Oktober 2014 Pembimbing
: Priyawan Rachmadi, drg., Ph.D.
Penyusun:
No. Nama
NIM
1. Wilda Ronaa Fadhilah
021311133085 021311133085
2. Retta Gabriella Pakpahan
021311133086 021311133086
3. Fika Rahma Fajriyany
021311133087 021311133087
4. Nancy Clara C. Rumbiak
021311133088 021311133088
5. Oyai Fredy Kromsian
021311133089 021311133089
DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2014
1. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu memanipulasi semen glass ionomer dengan cara yang benar dan tepat. b. Mahasiswa mampu membedakan setting time semen glass ionomer dengan variasi rasio bubuk/cairan.
2. ALAT DAN BAHAN 2.1 Bahan
a. Bubuk dan cairan glass ionomer tipe II GC Fuji II b. Vaselin 2.2 Alat
a.
Pengaduk plastik
b. Paper pad c.
Plat kaca
d.
Cetakan plastik ukuran diameter 10 mm, tebal 1 mm
e. Plastic filling instrument f.
Sonde
f
a c
e
b
d
g
Gambar 1. a. Bubuk dan cairan glass ionomer tipe II GC Fuji II b. Pengaduk plastik c.
Paper pad d. Plat kaca e. Cetakan plastik ukuran diameter 10 mm, tebal 1 mm f. Plastic filling instrument g. Sonde
2.3. Cara Kerja
a. Cetakan terbuat dari teflon berbentuk persegi panjang dengan dua lubang yang berdiameter 10 mm dan dengan tebal 1 mm diletakkan diatas plat kaca. b. Bubuk diambil 1 sendok takar dengan cara mengambil secara ringan tanpa ditekan pada dinding botol bubuk lalu bubuk diratakan menggunakan sekat horizontal pada mulut botol bubuk, letakkan diatas paper pad. c. Cairan diteteskan sebanyak 1 tetes diatas paper pad , dekat bubuk dengan cara botol dipegang secara vertikal, kemudian ditekan perlahan hingga menetes. d. Bubuk dibagi menjadi 4 bagian. Waktu awal pencampuran dicatat. Total mixing time maksimal 60 detik. e. Adonan dimasukkan ke dalam cetakan dengan menggunakan plastic filling instrument kemudian permukaan diratakan. f. Permukaan semen glass ionomer ditusuk sonde untuk memeriksa setting time semen dengan interval waktu 5 detik sampai tidak berbekas. Working time dicatat. g. Setelah setting , sampel dilepas dari cetakan. h. Setting time dicatat yang dihitung sejak awal pencampuran hingga semen mengeras. i.
Praktikum dilakukan sebanyak 3 kali, dengan variabel perlakuan: konsistensi kental (1 1/4 sendok takar), encer (3/4 sendok takar) dan normal (1 sendok takar).
3. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 1. Hasil Praktikum Manipulasi GIC dengan Berbagai Konsistensi Kental No. 1
2
Setti ng ti me
5 menit 29 detik (Wilda) 5 menit 10 detik (Retta)
Normal No. 1
2
3
3
4
4
rata
5 menit 11 detik (Wilda) 6 menit (Retta) 6 menit 5 detik (Fredi) 6 menit 50 detik (Nancy)
No. 1
2
3
Setti ng ti me
10 menit 10 detik (Fika) 7 menit 50 detik (Nancy) 7 menit 45 detik (Fredi)
4
10 menit 10 detik
5. Rata-
Setti ng ti me
Encer
(Fika) 5 menit 20 detik
Ratarata
6 menit 51 detik
Ratarata
8 menit 35 detik
4. ANALISA HASIL PRAKTIKUM
Pada praktikum kali ini dilakukan manipulasi semen glass ionomer dengan tanggal kadaluwarsa yang berbeda dan diberi tiga perlakuan dengan rasio w/p yang bervariasi. Proses manipulasi untuk menghitung setting time dilakukan mulai dari proses pencampuran bubuk dan cairan (mixing time) selama 30-60 detik, dilanjutkan dengan working time, dan setting time. Rasio w/p yang digunakan pada percobaan adalah 1:1, 1: 5/4, dan 1: ¾. Penghitungan setting time dimulai dari proses bercampurnya bubuk dan cairan, kemudian dilanjutkan dengan pengadukan selama 30 sampai 60 detik menggunakan spatula plastik, lalu waktu pengerjaan dengan memasukkan adonan ke dalam cetakan, meratakan permukaan, kemudian setting time diukur dengan cara menggoreskan sonde pada permukaan semen untuk memeriksa kekerasan permukaan semen sampai tidak berbekas.
5. PEMBAHASAN
Semen glass ionomer (GIC ) merupakan nama umum untuk material yang didasarkan pada reaksi antara bubuk semen glass ionomer dan asam poliakrilik.
Semen ini berkembang sejak tahun 1970-an untuk meningkatkan kinerja klinis dari semen silikat dan untuk mengurangi resiko kerusakan pulpa. Semen glass ionomer telah digunakan untuk restorasi estetik
pada gigi anterior seperti klas III dan V,
sebagai semen luting, fissure sealant , liner, dan basis. Semen ini dibagi menjadi tiga tipe yaitu tipe pertama untuk luting, tipe kedua untuk restorasi, dan tipe ketiga untuk liner dan basis. (Anusavice, 2013) GIC tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan atau sebagai campuran bubuk dengan air. Dalam percobaan yang digunakan yaitu bubuk dan cairan. (Mc Cabe, 2008) Komposisi bubuk GIC mengandung Natrium aluminosilicate glass dengan sekitar 20% CaF dan, sedikit bahan tambahan lainnya yaitu Silika 41.9%, Alumina 28.6%, Aluminium Fluorida 1.6%, Kalsium Fluoride 15.7%, Natrium Fluorida 9.3%, Aluminium Fosfat 3.8%. Cairan GIC mengandung larutan dari asam akrilik/asam kopolimer itakonik atau Larutan dari polimer asam maleik atau kopolimer maleik/akrilik dan tartaric acid dalam beberapa produk untuk mengontrol karakteristik setting . (Mc Cabe, 2008) Dalam bubuk GIC, alumina berfungsi untuk meningkatkan opaque, silica untuk meningkatkan translusen. Fluorida berfungsi untuk mengurangi efek thermal, antikariogenesis, meningkatkan translusen dan meningkatkan kekuatan. Kalsium fluoride untuk meningkatkan opacity dan berfungsi sebagai flux. Alumunium fisfat berfungsi untuk mengurangi efek termal dan meningkatkan translusen. (Singh, TR. Mahesh, 2011) Dalam pencampuran, poliakrilik dan asam tartaric bereaksi dengan glass, meleaching ion kalsium dan alumunium dari permukaan, yang mengalami cross-link molekul polyacid menjadi gel. Tartaric acid menyebabkan peningkatan working time dan setting yang tajam dengan membentuk kompleks ion metal. (O’Brien, 2002). Proses setting semen glass ionomer meliputi tiga tahap berikut: 1. Dissolution Ketika cairan dicampur dengan bubuk, asam masuk ke dalam larutan dan bereaksi dengan lapisan luar calcium fluoroaluminosilicate glass sehingga terjadi pelepasan ion aluminium, kalsium, natrium, dan fluor. Ion hidrogen yang dilepaskan dari
tartaric
acid
menggantikan
ion-ion
yang
terlepas.
Biasanya, setting
time
membutuhkan 3 sampai 6 menit tergantung apakah itu adalah filling atau semen luting. (Noort, 2007) 2.
Gelation Initial set adalah akibat aksi cepat dari ion kalsium bereaksi dengan asam poliakrilik. Hal ini merupakan fase gelation dari reaksi setting . (Noort, 2007)
3. Hardening Setelah fase gelation terdapat fase hardening yang dapat bertahan selama tujuh hari. Membutuhkan waktu 30 menit untuk menyerap ion aluminium menjadi signifikan, namun ion aluminium yang menyediakan kekuatan akhir untuk semen, karena mereka bertanggung jawab untuk pengenalan crosslink tersebut. (Noort, 2007)
Hal ini terjadi karena perbedaan laju pada setiap ion yang dilepaskan dari kaca dan laju pada setiap garam matriks yang terbentuk. Ion kalsium lebih cepat dilepas daripada ion aluminium. Hal ini karena ion kalsium hanya terikat longgar dalam struktur kaca, sedangkan ion aluminium merupakan bagian dari jaringan kaca, yang lebih sulit untuk memecah. Kalsium dan ion aluminium pada akhirnya akan membentuk matriks garam. Ion natrium dan fluorin tidak mengambil bagian dalam proses setting tetapi bergabung untuk dilepaskan sebagai natrium fluorida. (Noort, 2007)
Gambar 2.1 Diagram ilustrasi setting GIC. (McCabe, 2008)
Pada percobaan yang kami lakukan, konsistensi kental menggunakan jumlah bubuk yang lebih banyak dengan jumlah cairan yang sedikit, sedangkan pada konsistensi encer menggunakan jumlah bubuk yang lebih sedikit dari basis dan jumlah
cairan yang lebih banyak. Hal ini menyebabkan manipulasi untuk konsistensi kental lebih cepat setting dibandingkan manipulasi pada konsistensi encer, yaitu 5 menit 20 detik dan 8 menit 35 detik. Setting time yang didapatkan pada percobaan manipulasi semen glass ionomer konsistensi normal adalah 6 menit 51 detik. Hal ini menunjukkan bahwa hasil praktikum sesuai dengan teori, yaitu setting time pada konsistensi normal dicapai antara 6-8 menit dari mulai mengaduk. Pada menit ke-7 terjadi initial set yang ditandai dengan mulai mengerasnya adonan. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya sedikit goresan pada saat memeriksa kekerasan permukaan dengan menggunakan sonde, masih terlihat sedikit bekas tusukan sonde pada cetakan. (Craig, 2002) Semen glass ionomer dengan konsistensi encer lebih lama mencapai setting time karena sisa reaksi lebih banyak terbentuk, sebagai akibat dari banyaknya jumlah sisa asam poliakriliat. Hal ini berakibat pada pembentukan salt gel matrix yang akan menjadi berjauhan karena banyaknya sisa reaksi yang berada diantara celah partikel. Hal ini menyebabkan Semen glass ionomer konsistensi encer lebih lama setting timenya. Pada praktikum kali ini pencampuran cairan dan bubuk diatas paper pad . Glass slab tidak digunakan sebagai tempat mixing dikarenakan semen glass ionomer dapat melekat erat pada permukaan kaca sehingga akan sulit untuk diambil dan dibersihkan apabila telah setting . Paper pad cukup untuk melakukan pencampuran. Glass slab yang dingin dan kering dapat digunakan untuk memperlambat reaksi dan memperpanjang working time. Glass slab tidak boleh digunakan jika suhunya dibawah dew point . Bubuk dan cairan tidak boleh dikeluarkan ke glass slab sebelum prosedur pencampuran dimulai. Kontak yang terlalu lama dengan atmosfer dapat mengubah rasio asam/air pada cairan (Anusavice, 2003). Dari seluruh hasil percobaan diatas, hasil yang diperoleh sesuai dengan teori yang ada. Rasio bubuk dan cairan mempengaruhi setting time dari semen glass ionomer. Semakin kental rasio bubuk dan cairan, maka semakin cepat dari kontrol rasio normal. Begitu juga sebaliknya, semakin encer rasio bubuk dan cairan maka setting time semen glass ionomer pun semakin lama dari patokan rasio normal.
6. KESIMPULAN
Semakin besar perbandingan cairan:bubuk maka setting time semakin lambat begitu pula sebaliknya.
7. DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, KJ, Shen, C & Rawls, HR. 2013. Phillip’s Science of Dental Material . 12thedn. Saunders Elsevier, Missouri. pp. 320, 322. McCabe, J. F and Wall, Angus. 2008. Applied Dental Materials. Ninthedition. Victoria: Blackwell. pp. 247, 248. O’Brien W.J. Dental Material and Their Selection. 3rd ed. 2002. Michigan. Quintessence Publishing Co Inc. Craig, Robert G and Powers, John M. 2002. Restorative Dental Materialselevent edition. Mosby: USA. p. 615 Noort, Richard van. 2013. Introduction to dental materials. 4th ed. Edinburgh ; New York : Mosby Elsevier. Singh, TR. Mahesh . March-May 2011 . GLASS IONOMER CEMENTS (GIC) IN DENTISTRY: A REVIEW. USA . International Journal of Plant, Animal and Environmental Sciences