LAPORAN PENGUJIAN DAN EVALUASI TEKSTIL 2 IDENTIFIKASI ZAT WARNA BUBUK GOLONGAN I (DISPERSI, BEJANA, BELERANG, NAFTOL) & GOLONGAN II (REAKTIF, DIREK, ASAM, BASA)
Nama
: Rida Nadhira Daniati Daniati
NPM
: 16020108
Grup
: 2K4
Dosen
: Maya K., S.SiT. M.T.
Asisten
: 1. Kurniawan,S.T.,M Kurniawan,S.T.,M 2. Witri A. S., S.ST
POLITEKNIK STTT BANDUNG 2017
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Identifikasi zat warna bubuk digolongkan menjadi dua golongan : Golongan I : Zat warna yang berada pada lapisan eter metanol yaitu zat warna disperse, zat warna bejana, zat warna belerang dan zat warna naftol. Golongan II : Zat warna yang berada pada lapisan air yaitu zat warna direk, zat warna asam, zat warna basa dan zat warna reaktif. Maka dari itu, dilakukan pengujian terhadap dua golongan di atas agar kita dapat mengidentifikasi zat warna bubuk.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud :
Untuk mengidentifikasi jenis zat warna yang terdapat pada sampel zat warna bubuk.
Tujuan :
Untuk mengidentifikasi zat warna bubuk pada golongan I (Dispersi, Bejana, Belerang, Naftol) yang terdapat pada lapisan eter methanol.
Untuk mengidentifikasi zat warna bubuk pada golongan II (Reaktif, Direk, Asam, Basa) yang terdapat pada lapisan air.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar Teori
Identifikasi zat warna digolongkan pada dua golongan yaitu golongan zat warna yang berada dalam lapisan air dan golongan zat warna yang berada dalam lapisan eter. Zat warna yang berada dalam lapisan eter adalah zat warna dispersi, dispersi reaktif, belerang, bejana, bejana larut, bejana belerang, naftol As.zat warna tersebut dapat larut dalam eter-metanol karena bersifat hidrofob sehingga larut banyak dalam pelarut organik. Zat warna yang berada dalam lapisan air adalah zat warna reaktif, asam dan direk dan basa karena zat warna tersebut bersifat hidrofil yang dapat larut dalam air karena keempat jenis zat warna tersebut memiliki gugus pelarut. a. Zat warna larut dalam eter-metanol 1. Zat warna disperse Zat warna dispersi pertama kali dibuat pada tahun 1923 oleh Baddiley dan Shepherdson dari British Dyestuff. Zat warna ini kelarutannya kecil dalam air dan merupakan kelarutan dispersi, terutama digunakan untuk mewarnai serat-serat sintetik yang bersifat hidrofob, misalnya polyester, rayon asetat. Zat warna dispersi sebagian besar molekulnya tersusun oleh senyawa azo, antrakinon atau difenil amin dengan berat molekul yang kecil dan tidak mengandung gugus pelarut. Zat warna dispersi adalah zat warna organik yang dibuat secara sintesis, yang kelarutannya dalam air sedikit dan merupakan larutan dispersi. Zat warna tersebut digunakan untuk mewarnai serat-serat sintetis atau serat tekstil yan g bersifat hidrofob. Zat warna ini mempunyai berat molekul yang kecil dan tidak mengandung gugus pelarut. Dalam pemakaiannya diperlukan zat pembantu yang berfungsi untuk mendispersikan zat warna dan mendistribusikannya secara merata didalam larutan,
yang disebut zat pendispersi. Zat warna dispersi dapat mewarnai serat poliester dengan baik jika memakai zat pengemban atau dengan temperatur tekanan tinggi. Zat warna dispersi mula-mula diperdagangkan dalam bentuk pasta, tetapi sekarang dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Beberapa contoh zat warna dispersi yang dapat digunakan pada temperatur yang tinggi antara lain :
Dispersol fast yellow GR (C.I. Disperse Yellow 39)
Dispersol fast yellow A (C.I. Disperse Yellow 1
Dispersol fast Crimson B (C.I. Disperse red 13 )
Contoh struktur zat warna disperse:
NC O2N
N
N
N
C2H5 C2H5
CI. DIsperse Red 71
Zat warna dispersi adalah zat warna nonion yang terdiri dari inti kromofor azo dan antrakinon, sedangkan untuk beberapa warna kuning yang penting mengandung gugus difenilamina dan tidak mengandung gugusan-gugusan pelarut. Zat warna tersebut digunakan untuk mewarnai serat-serat tekstil yang hidrofob. Zat warna dispersi dalam perdagangan kebanyakan mengandung gugus aromatik dan alifatik yang mengikat gugus fungsional (-OH, -NH2, NHR, dan sebagainya) dan bertindak sebagai gugus pemberi (donor) hidrogen. Gugus aromatik dan alifatik tersebut menyebabkan zat warna dispersi sedikit larut didalam air. Sebaiknya molekul zat warna dispersi kecil supaya mudah terdispersi, karena molekulnya cukup kecil, zat warna dispersi mudah menyublim pada suhu tinggi. Maka untuk mencelup serat polyester harus dipilih zat warna yang tahan suhu tinggi. Penyerapan zat warna dispersi pada kesetimbangan adalah baik, tetapi difusi ke dalam serat sangat lambat maka tahan cucinya baik sekali. Kecepatan celup zat warna dispersi rendah sehingga tidah dijumpai kesukaran untuk memperoleh celupan rata, tetapi sebaliknya tidak mudah pula memperbaiki hasil celupan yang tidak rata.
Sifat-sifat umum zat warna dispersi : a)
Tidak larut dalam air, karena tidak mempunyai gugus pelarut didalam struktur
molekul b)
Pada umumnya zat warna dispersi berasal dari turunan azo, antrakwinon/nitro
akril amina dengan berat molekul rendah c)
Mempunyai titik leleh yang cukup tinggi yaitu 1500C dengan ukuran partikel
antara 0,5-2 mikron d)
Bersifat non-ionik, walaupun mengandung gugus-gugus – NH2 – NHR – OH
e)
Selama proses pencapan dengan zat dispersi tidak mengalami perubahan kimia
Penggunaan Zat Warna Dispersi :
Penggunaan Zat Warna Dengan Molekul Kecil Beberapa zat warna dispesi tertentu mempunyai ukuran molekul sangat kecil sehingga difusinya lambat dapat diatasi dengan mencelup serat dengan komponen – komponen pembentuk zat warna kemudian membentuknya didalam serat. Serat dikerjakan dengan fenol dan diamina lalu diazotasi dan dikoplingkan dalam serat membentuk azoik.
Penggunaan Zat Pengemban (Carrier) Penggunaan carrier berfungsi untuk menambah absorpsi zat warna ke dalam serat dan mempertinggi kelarutan zat warna.
Penggunaan Temperatur Tinggi Sistem termosol yaitu pemanasan bahan tekstil kering yakni tidak didalam satu larutan pada suhu tinggi, jadi zat warna akan melarut ke dalam serat karena pengaruh panas, biasanya digunakan untuk pencelupan kain kontinyu. Pada suhu lebih dari 180⁰C serat melunak kemudian zat warna yang memilki ketahanan sublimasi tinggi akan mudah berpenetrasi ke dalamnya “solid solution”. Zat warna dispersi dapat dibedakan menjadi tiga bagian berdasarkan perbedaan anti kromofor, yaitu:
1. Kromofor Golongan Azo
2. Kromofor Golongan Antakrinon
3.Kromofor Golongan Nitroanilin
Reaksi :
2. Zat warna bejana Zat warna bejana tidak larut dalam air, oleh karena itu dalam pencelupannya harus dirubah menjadi bentuk leuko yang larut. Senyawa leuko tersebut memiliki substantivitas terhadap selulosa sehingga dapat tercelup. Adanya oksidator atau oksigen dari udara, bentuk leuko yang tercelup dalam serat tersebut akan teroksidasi kembali kebentuk semula yaitu pigmen zat warna bejana. Senyawa leuko zat warna bejana golongan indigoida larut dalam alkali lemah sedangkan golongan antrakwinon hanya larut dalam alkali kuat dan hanya sedikit berubah warnanya dalam larutan hipiklorit. Umunya zat warna turunan tioindigo dan karbasol warna hampir hilang dalam uji hipoklorit dan didalam larutan pereduksi warnanya menjadi kuning. Ikatan zat warna bejana dengan serat antara lain ikatan hydrogen dan ikatan sekunder seperti gaya-gaya Van der Waals.hanya saja karena zat warna bejana tidak larut dalam air maka ketahanan luntur dan cucinya tinggi. Larutan ekstrak contoh uji yang telah larut ditambah Na2S2O4, dan dilakukan pencelupan kapas dengan bantuan NaCl. Kemudian kapas dioksidasi dengan NaNO2 dan Na2Cr2O7 dalam asam asetat warna akan timbul kembali. Reaksi Pembuatan Leuko (pembejanaan) Na2SO4 + 2NaOH + 2H2O D = C = O + Hn
2Na2SO4 + 6Hn D≡C – OH
(zw bejana) D≡C – OH + NaOH
D≡C – ONa (garam leuko larut)
Reaksi Pengoksidasian D≡C – ONa + H2O2 D≡C – OH + On
D≡C – OH D=C=O
3. Zat warna belerang Termasuk zat warna yang tidak larut dalam air, warnanya terbatas dan suram, tetapi ketahanan lunturnya tinggi kecuali terhadap khlor (kaporit). Harganya relatf murah, dan warna yang paling banyak digunakan adalah warna hitam. Zat warna belerang
banyak digunakan untuk pencelupan serat kapas kualitas menengah
kebawah. Struktur molekul zat warna belerang terdiri dari kromogen yang mengandung belerang yang dihubungkan dengan kromogen lainnya melalui jembatan disulfida ( S-S-), sehingga strukturnya menjadi relatif besar. Zat warna belerang adalah zat warna yang mengandung unsur belerang sebagai kromofor. Struktur molekulnya merupakan molekul yang kompleks dan tidak larut dalam air oleh karena itu dalam pencelupannya diperlukan reduktor nnatrium sulfide dan soda abu untuk melarutkannya. Untuk membentuk zat warna maka perlu proses oksidasi baik dengan udara maupun dengan bantuan oksidator-oksidator lainnya. Reaksi zat warna belerang dengan serat kapas ZW – S – S – ZW + 2H+ + NaOH Sel + 2 ZW SNa + H2O Sel - 2 ZW – SH
2 ZW – SNa + H2O
Sel – 2 ZW – SH + NaOH Sel – ZW – S – S – ZW
Uji Penentuan : ZW – S – S – ZW + NaOH
(Tinggal S dari ZW)
ZW – S – S – ZW + HCl + Pereduksi (SnCl2) H2S + Pb(CH3COO)2
PbS
2 ZW – SH + H2S + Hn
(Cokelat/hitam) + 2 CH3COOH
Dalam Oksidator ZW – S – S- ZW + NaOCl NaOCl
warna hilang
NaCL + On
ZW – S – S – ZW + On
2 ZW – SOOH
ZW + SO2
4. Zat Warna Naftol Zat warna naftol merupakan zat warna yang terbentuk dalam serat pada waktu pencelupan dan merupakan hasil reaksi antara senyawa naftol dengan garam diazonium (kopling). Zat warna tersebut atau sering disebut ingrain colours karena terbentuk dalam serat dan tak larut dalam air. Atau azoic colours karena senyawa yang terbentuk mempunyai gugus azo. Para-red merupakan zat warna naftol yang pertama dikenal orang dan merupakan hasil reaksi kopling senyawa beta-naftol yang telah dicelup pada bahan tekstil kapas dengan base para-nitro anilin yang diazotasikan. Dalam reaksi diazotasi kerapkali memerlukan es untuk memperoleh temperature yang rendah. Maka zat warna golongan ini sering disebut zat warna es atau es colours. Sifat-sifat umum dari zat warna naftol :
tidak luntur dalam air
luntur dalam piridin pekat mendidih
bersifat poligenetik dan monogenetic
karena mengandung gugus azo, maka tidak tahan terhadap reduktor
Tahan gosok (basah) kurang tetapi tahan sinar baik sekali
b. Zat warna yang larut dalam air 1. Zat warna direk Zat warna direk bersifat larut dalam air, sehingga dapat langsung dipakai dalam pencelupan serat selulosa seperti katun, rayon dan rami. Zat warna direk relatif murah harganya dan mudah pemakaiannya, tetapi warnanya kurang cerah dan tahan luntur hasil celupannya kurang baik. Zat warna Direk mempunyai daya afinitas yang besar tehadap serat selulosa, beberapa zat warna direk dapat mencelup serat binatang berdasarkan ikatan hidrogen. Kebanyakan zat warna direk merupakan senyawa azo yang disulfonasi. Kelarutan zat warna direk merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan karena zat warna direk yang kelarutannya tinggi akan memudahkan dalam pemakaiannya, dan pada proses pencelupannya relatif lebih mudah rata, tetapi dilain
pihak kelarutan yang tinggi akan mengurangi substantifitas zat warna dan tahan luntur warna terhadap pencucian hasil celupnya lebih rendah. Penggolongan zat warna direk : Golongan A Yaitu zat warna yang mudah bermigrasi, maka mempunyain perata yang tinggi. Pada permulaan pencelupan mungkin diperoleh celupan yang tidak rata, tetapi hal ini mudah diatasi yaitu dengan pendidihan yang lebih lama. Golongan B Yakni zat warna yang mempunyai daya perata yang rendah, sehingga penyerapan harus diatur dengan penambahan suatu elektrolit. Bila pada permulaan pencelupan zat warna memberikan hasil pencelupan yang tidak rata, maka sukar memperbaikinya. Golongan C Yaitu zat warna dengan adanya perata yang rendah tetapi mungkin daya serap yang baik meskipun tidak dengan penambahan sesuatu elektrolit. Penyerapan dapat diatur dengan penaikan temperatur larutan celup. Reaksi : D – SO3 – Na + Sel – OH
DSO3 Na – OH
NH2 NH2 N=N
N=N
+ Sel - OH
SO3Na
2. Zat warna asam Zat warna asam mengandung asam-asam mineral / asam-asam organic dan dibuat dalam bentuk garam-garam natrium dari organik dengan gugus anion yang merupakan gugus pembawa warna (kromofor) yang aktif. Struktur kimia zat warna asam menyerupai zat warna direk merupakan senyawa yang mengandung gugusan sulfonat atau karboksilat sebagai gugus pelarut. Zat warna asam dapat mencelup serat-serat binatang, poliamida dan poliakrilat berdasarkan ikatan elektrovalen / ikatan ionic dimana gugus ion pada zat warna akan berikatna dengan gugus amina pada struktur serat protein. Dengan ekstrak hasil pelunturan dengan Amonia 10%, dilakukan uji pencelupan dengan penetralan larutan dengan H2SO4 10 %, diujikan serat kapas, wol dan akrilat. Dengan dipanaskan jika wol tercelup warna tua menunjukkan zat warna asam (+).
3. Zat warna basa Zat warna basa adalah zat warna yang mempunyai muatan positif/kation. Zat warna basa merupakan suatu garam ; basa zat warna basa yang dapat membentuk garam dengan asam. Asam dapat berasal dari hidroklorida atau oksalat. Zat warna basa mampu mencelup serat-serat protein sedangkan pada serat poliakrilat yang mempunyai gugus-gugus asam dalam molekulnya akan berlaku/bersifat seperti serat-serat protein terhadap zat warna basa. Seperti halnya zat warna asam, zat warna basa akan berikatan secara ionik denga bahan pada gugus karboksilat serat. Sehingga tahan luntur dan tahan cucinya sama dengan zat warna asam. Dasar dari pengujian ini adalah mendapatkan endapan zat warna dari contoh uji yang telah direduksi dengan aklohol. Kemudian ditambahkan air, NaOH 10 % dan
eter. Eter akan terpisah, kemudian pindahkan lapisan eter yang ditambahkan Asam asetet 10 %. Larutan asam mewarnai contoh uji karena perputaran ikatan silang. Pada uji penentuan, larutan ekstraksi digunakan untuk mencelup serat akrilat maka serat tercelup, zat warna basa (+). Dalam bentuk basa, zat warna basa termasuk zat warna yang tidak larut, tetapi dalam larutan yang bersifat asam zat warna akan berubah menjadi bentuk garam yang mudah larut. Zat warna basa secara alami bersifat kationik karena zat warna basa adalah zat warna yang mempunyai muatan positif pada gugus pewarnanya, sehingga dapat digunkan untuk mencelup serat akrilat, wool, sutra, dan nylon, dimana zat warna basa akan berikatan secara ionik dengan gugus-gugus sulfonat atau karboksilat yang ada dalam serat sehingga tahan lunturnya cukup baik. Zat warna ini mempunyai ketahanan luntur dan tahan cuci yang kurang, sehingga oleh karena ketahanan luntur yang kurangnya, maka zat warna ini tidak banyak digunakan di bidang tekstil, tetapi sering digunakan dalam hal yang lainnya, misalnya saja digunakan untuk mencelup kulit dan kertas dikarenakan oleh hasil warnanya yang kuat dan cemerlang, selain itu juga digunakan sebagai tinta cap perangko, pita ketik, kertas karbon, semir sepatu, pelitur kayu dan lain sebagainya. Zat warna basa merupakan garam basa, zat warna basa umumnya mempunyai rumus molekul sebagai berikut : NH2 – R – (C6H6) – NH2 Yang dapat membentuk garam dengan asam, dengan reaksi sebagai berikut : ZW – NH2 (tidak larut)
ZW – NH3+ + CH3COO(larut)
Sifat utama zat warna basa adalah mempunyai kecerahan dan intensitas warna yang tinggi. zat warna basa segera larut dalam alkohol tetapi pada umumnya tidak mudah larut dalam air sehingga seringkali terbentuk gumpalan. zat warna basa memiliki ketahanan sinar yang jelek dan ketahanan cuci yang kurang. Serat-serat protein afinitas terhadap zat warna basa adalah besar karena terbentuk ikatan ionik yang dapat digambarkan sebagai berikut :
W – COO- + (Kation – ZW)+
W – COO (Kation – ZW)
3. Zat warna reaktif Zat warna reaktif adalah zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan serat, sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat (ikatan kovalen). Oleh karena itu zat warna ini mempunyai ketahanan cuci yang baik ( tahan luntur tinggi ) . Zat warna ini mempunyai berat molekul yang kecil oleh karena itu kilapnya lebih baik dibandingkan dengan zat warna direk. Sifat-sifat umum : - larut dalam air - berikatan kovalen dengan serat - karena kebanyakan gugusnya azo maka zat warna ini mudah rusak oleh reduktor kuat - tidak tahan terhadap oksidator yang mengandung klor ( NaOCl ) Zat warna reaktif dikenal sebagai zat warna yang dapat bereaksi secara kimia dengan serat selulosa dalam ikatan yang stabil. Ikatan ini memberikan sifat tahan luntur warna yang baik terhadap pelarut organik dan air. Karena tidak ada cara yang khusus untuk menguji zat warna reaktif, maka perlu diadakan dulu pengujian yang menunjukkan zat warna tersebut adalah zat warna reaktif.
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan Alat :
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet tetes
Pipet volume 10 mL
Pembakar bunsen
Penangas listrik
Penjepit kayu
Batang pengaduk
Gelas piala 600 ml
Filler / bola hisap
Kassa
Kaki tiga
Oven
Bahan : Uji Golongan I :
Sampel zat warna bubuk (sampel no. 40,57, 122 & 132)
Kain rayon asetat
Kain kapas putih
Kertas saring
Pereaksi uji pendahuluan : - Air panas
- Eter metanol
Pereaksi uji zat warna dispersi : - Air
Pereaksi uji zat warna bejana : - Air - Na2S2O4 - NaOH 10 % - NaOCl
Pereaksi uji zat warna belerang : - Air - NaOH 10% - Na2S - NaOCl - HCl 16 % - SnCl2 - Pb Asetat
Pereaksi uji zat warna naftol : - Alkohol - NaOH 10% - Garam diazonium
Uji Golongan II :
Sampel zat warna bubuk (sampel no. 150,170, 200 & 218)
Kain kapas putih
Serat wol
Serat akrilat
Pereaksi uji pendahuluan : - Air panas - Eter metanol
Pereaksi uji zat warna direk : - NaCl
Pereaksi uji zat warna asam : - CH3COOH pekat
Pereaksi uji zat warna basa : - CH3COOH pekat - NaOH 10 % - Eter metanol - CH3COOH 10 %
Pereaksi uji zat warna reaktif : - Na2CO3 10 % - Penetrasi TN - NaOCl
3.2. Cara Kerja Uji Pendahuluan :
1. Dibuat larutan induk zat warna dengan cara melarutkannya dalam air panas (cu*). 2. Dimasukkan larutan cu* ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 3 mL campuran eter methanol (3:1), dikocok. 3. Dibiarkan terpisah Apabila lapisan eter metanol terwarnai tua maka kemungkinan : zat warna dispersi, naftol, belerang, bejana, beberapa zat warna basa.
Zat warna bejana, kadang – kadang mengendap pada lapisan antara eter metanol.
Zat warna basa dengan penambahan asam cuka akan berpindah pada lapisan air.
Zat warna lainnya berada pada lapisan air.
Uji Zat Warna Dispersi :
1. Eter diambil dari sisa uji pendahuluan. 2. Dicuci dengan air dan eter diuapkan.
3. Ditambahkan serat rayon asetat dan sedikit air kemudian dipanaskan. 4. Dicuci serat rayon asetat dan diamati. 5. Apabila serat rayon asetat terwarnai, menunjukkan zat warna dispersi.
Uji Zat Warna Bejana :
1. Dimasukkan cu* dalam tabung, ditambahkan NaOH 10% dan Na2S2O4 dan 2 kapas, dipanaskan selama 15 menit, warna akan berubah (menjadi leuko zat warna). 2. 1 kapas dicuci dan di oksidasi udara, warna akan kembali. 3. 1 kapas direndam dalam NaOCl. 4. Apabila kapas tidak luntur dalam NaOCl menunjukkan zat warna bejana.
Uji Zat Warna Belerang :
1. Dimasukkan cu* dalam tabung, ditambahkan 1 Ml NaOH 10% dan Na2S dan 2 kapas, dipanaskan selama 15 menit 2. 1 kapas dicuci dan di oksidasi udara. 3. 1 kapas direndam dalam NaOCl. 4. Apabila kapas luntur dalam NaOCl menunjukkan zat warna belerang. Uji Penentuan : 1. Dimasukkan cu* ke dalam tabung, ditambahkan 1 mL HCl 16% dan 1 mL SnCl2. 2. Ditutup mulut tabung dengan kertas Pb Asetat kemudian dipanaskan. 3. Apabila kertas Pb Asetat terwarnai coklat, menunjukkan zat warna belerang.
Uji Zat Warna Naftol
1. Dimasukkan cu* dalam tabung, ditambahkan 1 Ml NaOH 10% dan 2 mL alkohol dan 2 kapas, dipanaskan selama 15 menit. 2. 1 kapas dicuci dan di oksidasi udara. 3. 1 kapas ditambahkan garam diazonium, warna akan menjadi merah.
Uji Golongan II Uji Zat Warna Direk
1. Dimasukkan cu* dalam tabung, ditambahkan ½ mL NaCl dan dimasukkan kapas, wol, akrilat, dipanaskan selama 15 menit dan kemudian dicuci. 2. Apabila kapas terwarnai tua menunjukkan zat warna direk.
Uji Zat Warna Asam
1. Dimasukkan cu* dalam tabung, ditambahkan ½ mL CH3COOH pekat dan dimasukkan kapas, wol, akrilat, dipanaskan selama 15 menit dan kemudian dicuci. 2. Apabila wol terwarnai tua menunjukkan zat warna asam.
Uji Zat Warna Basa
1. Dimasukkan cu* dalam tabung, ditambahkan ½ mL CH3COOH pekat dan dimasukkan serat akrilat, dipanaskan selama 15 menit dan kemudian dicuci. 2. Apabila akrilat terwarnai tua menunjukkan zat warna basa. Uji Penentuan :
1. Sisa uji pendahuluan ditambahkan eter metanol dan NaOH 10% kemudian dikocok, warna berada pada larutan eter. 2. Larutan eter diambil dan ditambahkan CH3COOH 10% warna akan pindah ke lapisan asam.
Uji Zat Warna Reaktif
1. Dimasukkan cu* dalam tabung, ditambahkan ½ mL Na2CO3 dan dimasukkan 3 serat kapas, dipanaskan selama 15 menit dan kemudian dicuci dan dikeringkan. 2. 1 kapas ditambahkan penetrasid TN dan dipanaskan. 3. 1 kapas direndam NaOCl.
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, Hariyanti. 1993. Penuntun praktikum evaluasi kimia tekstil. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. https://www.scribd.com/document/328965982/Lap-identifikasi-Zw-Pada-Poliester-Dan-ZwBubuk (Kamis, 23 November 2017 Pukul 17.15 WIB) https://www.scribd.com/mobile/document/334829767/Zat-Warna-Bubuk (Kamis, 23 November 2017 Pukul 17.18 WIB)