BIOLOGI PERIKANAN – SB 091521 LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN
HIPOFISASI IKAN MAS
NAMA
:SYAYYIDA MUSLIMAH
NRP
: 1509100012
KELOMPOK : 6 ASISTEN
: AFTRIA RIZVIKA
DOSEN : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011
BAB I PENDAHULUAN
Hipofisa merupakan suatu kelenjar yang terletak didalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika berfungsi sebagai pelindung hipofisa dan memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang. Proses hipofisasi dapat mempercepat kematangan gonad 10 – 12 jam sebelum memijah. Kematangan gonad tergantung dari ukuran dan bentuk hewan Kelenjar hipofisa menghasilkan berbagai hormon di antaranya adalah GnRH, ACTH, TSH, FSH, LH, STH, MSH, Prolaktin, Vasopresin, dan Oksitosin (Afrianto,1998). Hormon – hormon tersebut dapat di donorkan dengan cara disuntikkan pada ikan lain sehingga dapat membantu proses pemijahan buatan. Pemijahan butan tersebut mampu merangsang ikan yang telah mendapat donor hipofisa untuk melakukan pemijahan lebih cepat. Praktikum ini dilakukan pengambilan kelenjar hipofisa pada ikan mas ( Cyprinus carpio) diutamakan yang berjenis kelamin jantan. Untuk dapat mengambil kelenjar
hipofisa ikan mas dapat dilakukan dengan pembedahan pada bagian kepala. Hal ini dilakukan karena kelenjar hipofisa terletak dibawah organ otak ikan.
1.2
Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam praktikum hipofisasi ini adalah bagaimana cara mengetahui perubahan dari pemijahan buatan pada ikan.
1.3
Tujuan
Tujuan dari praktikum hipofisasi ini adalah untuk mengetahui perubahan dari pemijahan buatan pada ikan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ikan mas (Cyprinus carpio)
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping (comprossed) dengan ukuran dan warna badan sangat beragam. Mulutnya terletak di bagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang terbentuk atas tiga baris gigi geraham.. Induk ikan mas bersifat non-guarders, tetapi pada beberapa spesies jantan biasa membangun sarang dan melindungi telur-telur. Ikan mas dapat ditemukan di lingkungan payau, dan air tawar dan air tawar terutama Primer. Dapat hidup pada kisaran suhu 3-35 ° C, toleran terhadap berbagai kondisi, berkembang di sungai keruh besar. Ikan termasuk omnivora, makan utama berupa serangga air, krustasea, annelida, moluska, tanaman air dan ganggang. Betina yang mencapai panjang 47 cm dapat memproduksi sekitar 300.000 telur (Prihatman, 2000).
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Classis
: Osteichthyes
Ordo
: Cypriniformes
Familia
: Cyprinidae
Genus
: Cyprinus
Spesies
: Cyprinus carpio (Anonim, 2011)
Menurut Prihatman (2000) ikan mas yang mencapai kematangan gonad ditandai dengan ciri-ciri pada betina berumur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 200 g/ekor; pada jantan umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 150 kg/ekor, bentuk tubuh secara keseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak cacat, dan tutup insang normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih. Ikan mas memiliki tipe sisik cykloid (lingkaran). Sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjari keras dan di bagian akhir (sirip ketiga dan keempat) bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sisip perut
(ventral). Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi. Garis rusuknya (linea lateralis atau gurat sisi) tergolong lengkap, berada di pertengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor. Ikan mas ( Cyprinus carpi ) merupakan ikan pemakan segala (omnivora) yang antara lain memakan serangga kecil, siput, cacing, potongan ikan, dan lain-lain (Prihatman, 2000).
2.2
Pembuahan (Fertilisasi)
Reproduksi pada ikan dikontrol oleh kelenjar pituitari yaitu kelenjar hipotalamus, hipofisis gonad, hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari lungkungan yaitu temperatur, cahaya, cuaca yang diterima oleh reseptor dan kemudian diteruskan ke sistem syaraf
kemudian hipotalamus
melepaskan hormon gonad yang merangsang kelenjar
hipofisa yang mengontrol perkembangan dan kematangan
gonad dalam pemijahan.
Hormon merupakan suatu senyawa yang diekskresi oleh lelenjar endokrin dimana kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu yang tidak memiliki saluran. Dan hormon merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas pada ikan. Dosis hormon yang diberikan sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan selanjutnya akan mempengaruhi nilai ekonomisnya, jika pemberian hormon dosisnya terlalu rendah maka akan menyebabkan proses sex reversal yang berlangsung kurang sempurna (Zairin , 2002). Fertilisasi atau pembuahan adalah proses bersatunya oosit (telur) dengan sperma yang membentuk zigot. Pada proses pembuahan terjadi pencampuran inti sel telur dan sperma. Kedua inti mengandung gen (pembawa sifat keturunan) sebanyak satu sel (haploid). Pembuahan (fertilisasi) dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Fertilisasi eksternal
Persatuan sperma dengan sel telur terjadi di luar tubuh induk.Contoh: Cyprinidae, Anabantidae, Siluridae, dll. Ikan yang melakukan pembuahan di luar disebut ikan jenis ovipar. Ikan jenis ovipar mengeluarkan telur dari dalam tubuhnya untuk dibuahi oleh “si jantan”. Proses pembuahan sel telur ( oosit) oleh sel sperma berlangsung diluar tubuh ikan dimana sperma memasuki sel telur melalui sebuah lubang yang disebut dengan mikrofil. Umumnya hanya satu sperma yang dapat masuk ke dalam sebuah sel telur. Oosit yang telah dibuahi oleh sel sperma disebut zigot (Sumantadinata, 1981).
b. Fertilisasi internal
Sel telur bersatu dengan sperma di dalam tubuh induk). Digunakan organ bantu pemijahan, seperti: gonopodium, myxopterygium , dan tenaculum. Contoh: Elasmobranchii, Anablepidae, Poecilidae. Ikan yang melakukan pembuahan di dalam disebut ikan jenis ovovivipar. Ikan jenis ini berkembang biak dengan cara melahirkan. Pembuahan terjadi di dalam tubuh ikan betina (internal fertilization). Embrio berkembang di dalam tubuh induk betina, kemudian melahirkan anak yang sudah berwujud mirip dengan induknya. Ikan yang berkembangbiak secara ovovivipar adalah ikan dari famili Poecilidae, seperti platy, guppy, dan molly. Kelangsungan hidup anakan memang baik, tetapi jumlah anakan yang dihasilkan setiap kelahiran tidak dapat banyak karena daya dukung induk terbatas (seperti pada halnya manusia) (Sumantadinata, 1981).
2.3 Metode Pemijahan
Metode pemijahan adalah suatu metode untuk Metode pemijahan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu sttriping dan hormon. 2.3.1 Stripping
Stripping adalah salah satu metode pemijahan dengan cara mengurut perut induk ikan, hal ini dilakukan untuk mengeluarkan telur dan semen (cairan sperma). Stripping dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Kering Sel telur hasil stripping dari induk betina dicampur dengan sperma jantan, pencampuran dilakukan dengan bulu ayam/bulu bebek, kemudian dibiarkan selama + 10 menit. Setelah itu dicuci dengan air laut yang telah disaring dan disterilisasi, baru telur dipindahkan ke bak penetasan. b. Basah Sel telur dan sperma hasil stripping dicampur dalam air laut yang telah disterilisasi dan dibiarkan selama + 10 menit, kemudian dicuci dan dipindahkan ke dalam bak penetasan. (Susanto, 2001) 2.3.2
Hormon
Berdasarkan tekniknya, pemijahan ikan dengan hormon dapat dilakukan dengan 3 macam cara yaitu:
Pemijahan ikan secara alami, yaitu pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia.
Terjadi secara alamiah ( tanpa pemberian rangsangan hormon) Pemijahan secara semi intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan
memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat
kematangan gonad, tapi
proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam. Pemijahan ikan secara intensif, yaitu memberikan rangsangan hormon untuk
mempercepat kematangan gonad serta ovulasinya. (Hadjamulia, 1970)
2.4
Hipofisa
Kelenjar hipofisa atau kelenjar pituitari merupakan organ yang relatif kecil ukurannya jika dibandingkan dengan ukuran tubuh, tetapi mempunyai pengaruh pada sejumlah proses vital dalam tubuh manusia maupun hewan. Pengaruh yang luas dari kelenjar hipofisa di dalam tubuh disebabkan olah kerja hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa tersebut. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa ada sembilan macam, yaitu: ACTH, TSH,FSH, LH, STH, MSH, Prolaktin, Vasopresin, dan Oksitosin FSH dan LH adalah dua hormon yang mempunyai daya kerja mengatur fungsi kelenjar kelamin. FSH mempunyai daya kerja merangsang pertumbuhan folikel pada ovarium dan pada testis memberikan rangsangan terhadap spermatogenesis. LH mempunyai daya kerja merangsang ovulasi dan menguningkan folikel ovarium dan pada hewan jantan. Hormon ini merangsang fungsi sel-sel interstisial pada testis serta mempertinggi atau meningkatkan produksi hormone steroid, baik pada hewan betina maupun hewan jantan. Pemberian hormon ini dapat dilakukan dengan cara menyuntikkan hormon pada ikan donor (MacLatchy et al, 2011).
2.5
Hipofisasi
Metode hipofisasi adalah usaha untuk memproduksi benih dengan menggunakan bantuan kelenjar hipofisa dari ikan donor yang menghasilkan hormon yang merangsang pemijahan seperti gonadotropin (Susanto, 1996). Hipofisasi adalah proses penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa kepada ikan untuk merangsang kematangan gonad pada induk ikan. Teknik hipofisasi dengan menyuntikkan kelenjar hipofisa. Tiga teknik penyuntikan Hipofisasi ada tiga macam menurut Hadjamulia, (1970) yaitu :
a. Teknik intra muscular (penyuntikan ke dalam otot) Teknik penyuntikan yang dilakukan dengan cara menyuntikan pada bagian otot punggung atau otot batang ekor. b. Teknik intra peritorial (penyuntikan pada rongga perut) Teknik penyuntikan ke dalam rongga perut, lokasi penyuntikan antara kedua sirip perut sebelah depan dan atau antara sirip dada sebelah depan sejajar dengan dinding perut. c. Teknik intra cranial (penyuntikan di kepala) Teknik penyuntikan ke dalam rongga otak melalui tulang occipital bagian yang tipis. (Hadjamulia, 1981). Dari ketiga teknik penyuntikkan yang paling umum dan mudah dilakukan adalah teknik intra muscular, karena pada bagian ini tidak merusak organ yang penting bagi ikan dalam melakukan proses metabolisme seperti biasanya dan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan dengan lainnya. Penyuntikan secara intra muscular yaitu pada 5 sisik ke belakang dan 2 sisik ke bawah bagian sirip punggung ikan (Herlina, 2002). Ada dua metode yang biasa dilakukan dalam mengawetkan kelenjar hipofisa, yaitu: a. Metode kering Metode kering dilakukan dengan menggunakan larutan aseton. Kelenjar hipofisa direndam dalam larutan aseton selama 8-12 Jam, kemudian larutan aseton dibuang dan kelenjar hipofisa dikeringkan lalau disimpan (Susanto, 2001). b. Metode basah Metode basah digunakan dengan larutan alkohol pekat. Kelenjar hipofisa dimasukan dalam larutan alkohol selama 24 jam. Dalam proses perendaman alkohol diganti selama 23 kali. Setelah 24 jam kelenjar hipofisa dibiarkan terendam larutan alkohol sampai akan digunakan (Susanto, 2001).
BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan bahan 3.1.1
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah kolam perkawinan/akuarium besar, timbangan, pisau pemotong, telenan, alat pembedahan, tissue, kain lap, gelas penggerus, sentrifugase dan alat suntik/spet.
3.1.2
Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum adalah ikan mas ( Cyprinus carpio) 2 ekor yaitu ikan resipien yang matang yang gonad (siap kawin) dan ikan pendonor (ikan mas) yang sudah dewasa dan aquabidest
3.2 Cara kerja 3.2.1
Menyiapkan induk ikan mas jantan dan betina yang siap kawin
Induk betina ikan mas ( Cyprinus carpio) yang sudah matang gonad dan berperan sebagai ikan resipien ditimbang dengan timbangan, begitu pula dengan ikan donor juga ditimbang. Kemudian dicatat berat masing-masing ikan mas ( Cyprinus carpio). Dosis antara induk betina dibanding donor yaitu 1:2/ berat tubuh
3.2.2
Cara mengambil kelenjar hipofisa
Ikan donor dibunuh dengan cara memotong bagian kepalanya. Kepala yang telah terpotong diletakkan dengan posisi mulut menghadap keatas. Pemotongan berikutnya yaitu pada bagian di atas mata sedikit ke arah bagian belakang. Setelah tulang tengkorak terbuka maka akan nampak otak sedangkan kelenjar hipofisa terdapat di bawah otakdan berwarna putih. Otak diangkat, tempatnya dibersihkan dengan tissue agar bersih dari darah dan lemak. Kemudian kelenjar hipofisa tersebut diambil secara hati hati dengan pinset. Kelenjar hipofisa jangan sampai pecah
3.2.3
Preparasi larutan hipofisa
Kelenjar hipofisa diambil dengan hati hati dengan pinset dan diletakkan di tepi alat penggerus. Kemudian kelenjar hipofisa digerus dengan cara memutar-mutar alat penggerus ke lubang dasar gelas penggerus. Kemudian ditambahkan aquabidest 1,5 ml dan
disentrifuse selama 3 menit. Diamkan sebentar agar terbentuk dua lapisan (cairan bening dan endapan). Cairan yang bening dimabil dengan spet, cairan inilah yang akan digunakan untuk menyuntik induk ikan mas. Penyuntikan dilakukan di bawah sirip dorsal bagian depan.
3.2.4
Cara penyuntikan
Sisik diangkat sedikit jangan sampai lepas. Jarum spruit ditusuk pada daging diujung bawah sisik (jangan sampai menusuk sisik karena kalau tertusuk sisik akan lepas). Induk betina yang sudah disuntik dimasukkan kedalam kolam perkawinan yang sudah disiapkan lengkap dengan induk betina dan induk jantan dengan perbandingan induk jantan dan induk betina 1:1/ berat tubuh.
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
No. 1.
Perlakuan
Pengamatan
Induk betina ikan mas ( Cyprinus carpio) betina
yang sudah matang gonad dan berperan sebagai ikan resipien serta ikan donor
jantan
disiapkan. Ikan mas jantan berwarna lebih cerah dibandingkan ikan mas betina dan ukuran tubuh ikan mas betina lebih besar dibandingkan ukuran tubuh ikan mas jantan. 2.
Ikan mas resipien dan ikan pendonor ditimbang dan dicatat beratnya. Dengan dosis antara induk betina dibanding donor yaitu 1:2/ berat tubuh
Ikan resipien
Ikan donor
Ikan resipien : 850 gr Ikan donor 3.
: 720 gr
Ikan mas (donor) yang siap kawin disiapkan dan diletakkan pada papan lilin.
Lalu
dibunuh
dengan
cara
memotong pada bagian kepalanya. Proses pemotongan kepala
Pemotongan
pada
Kepala ikan yang sudah terpotong
bagian
kepala
bertujuan karena kelenjar hipofisa
berda pada bagian kepala dibawah otak. 4.
Kepala yang telah terpotong diletakkan dengan posisi mulut menghadap ke atas. Pemotongan
berikutnya
yaitu
pada
bagian di atas mata sedikit ke arah bagian belakang.
Proses pemotongan
Tulang tengkorak terbuka
Otak terlihat dan kelenjar hipofisa terletak
di
bagian
bawah
otak
berwarna putih. 5.
Kelenjar hipofisa
dan otak diambil Letak
secara hati-hati dengan pinset.
kelenjar hipofisa
Kelenjar hipofisa berwarna putih dan oatk berwarna merah muda. Otak berukuran
lebih
besar
daripada
kelenjar hipofisa dan kelenjar hipofisa berwarna lebih bening. 6.
Kelenjar hipofisa dan otak diletakkan cawan
Petri,
kemudian
ditetesi
aquabidest sebanyak 1,5 ml.
Kelenjar hipofisa 7.
Kelenjar
hipofisa
menggunakan
dan
mortir,
otak
digerus
dengan
cara
memutar-mutar alat penggerus ke lubang dasar gelas penggerus. Kelenjar hipofisa menjadi lebih halus
8.
Kemudian ekstrak kelenjar hipofisa dan otak dimasukkan dalam tabung reaksi.
Penuangan 9.
Ekstrak
kelenjar
hipofisa
dan
otak
disentrifuse selama 3 menit.
Sentrifu e den an kece atan 2500 10
Ekstrak
kelenjar
hipofisa
didiamkan
bening
sebentar agar terbentuk dua lapisan (cairan bening dan endapan) 11
Ekstrak kelenjar hipofisa yang berwarna bening diambil dengan jarum suntik.
12.
Jarum suntik ditusuk pada daging di bawah sirip punggung bagian depan
keruh
4.2.1
Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pemijahan buatan dengan hipofisasi. Hipofisa adalah suatu kelenjar endokrin yang terletak dalam sella tursika, yaitu lekukan dalam tulang stenoid. Menurut Hoar (1957), hipofisa terdiri dari dua kelenjar hipofisa yaitu neuron dan adenohypofisa yang merupakan bagian terbesar dari kelenjar dan memiliki tiga ruangan yaitu proximal pars distalis, rostal pars distalis, dan pars intermedia Hipofisa terletak pada bagian bawah otak dan menghasilkan hormon GnRH, ACTH, TSH, FSH, LH, STH, MSH, Prolaktin, Vasopresin, dan Oksitosin. Secara umum, hormon tersebut berfungsi mengatur pertumbuhan, perkembangan, metabolisme, reproduksi, tingkah laku, dan homeostatis. Menurut Susanto, (2001) metode hipofisasi adalah usaha untuk memproduksi benih dengan menggunakan bantuan kelenjar hipofisa dari ikan donor yang menghasilkan hormon yang merangsang pemijahan seperti gonadotropin. Praktikum ini diawali dengan cara menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Setelah itu disiapkan ikan donor dan ikan resipien. Ikan donor merupakan ikan yang nantinya diambil kelenjar hipofisanya dan didonorkan pada ikan resipien. Sedangkan ikan resipien merupakan ikan yang nantinya akan menerima suntikan hipofisa dari ikan donor. Pada praktikum ini menggunakan ikan mas ( Cyprinus carpio) sebagai ikan donor dan ikan resipiennya. Ikan donor diambil ikan yang berjenis kelamin jantan dan untuk ikan resipien diambil ikan yang berjenis kelamin betina. Ikan mas merupakan ikan donor universal artinya dapat digunakan secara efektif pada berbagai jenis ikan baik dalam satu famili maupun tidak satu famili. Ikan donor adalah ikan yang sengaja dikorbankan sebagai sumber gonadotropin. Hormon tersebut dihasilkan dan sengaja disimpan di kelenjar hipofisa yang terletak di tengkorak kepala di bawah otak dan berwarna putih. Kelenjar hipofisa tumbuh seiring dengan perkembangan kedewasaan ikan. Semakin besar ukuran tubuh ikan dan semakin dewasa ikan maka semakin besar dan berat pula hipofisa ikan tersebut. Kelenjar hipofisa tersebut tidak dapat diidentifikasi pada ikan muda. Kelenjar hipofisa tampak jelas setelah ikan memasuki perkembangan kedewasaan. Jumlah hormon gonadotropin yang dihasilkan berfluktusi sesuai dengan tingkat kematangan gonad dan periodisasi pemijahan. Kualitas hormon gonadotropin akan turun drastis pada induk ikan yang baru saja memijah dan meningkat drastis pada induk ikan yang siap berpijah ( Sugiharto, 1986). Berdasarkan perkembangan kelenjar hipofisa dan fluktuasi hormon tersebut, maka syarat ikan donor yang dipersiapkan adalah ikan mas yang telah dewasa dan matang gonad,
diutamakan berjenis kelamin jantan karena lebih cepat dewasa dan periodisasi pemijahannya cukup pendek sehingga kualitas hormon cukup stabil setiap saat. Ikan donor sebaiknya sejenis dengan ikan resipien, sehingga dapat meminimalkan kemungkinan ketidak cocokan antara hormonnya. Ukuran ikan donor harus lebih besar dari pada ikan resipien dengan perbandingan berat 2:1. Ikan donor yang baik dapat ditangkap dari perairan alam maupun dari kolam pemeliharaan yang dikelola secara intensif, asalkan umurnya tidak kurang dari 1 tahun. Ikan donor yang diambil dari kolam pemelihara memiliki kelebihan karena dapat diketahui secara pasti umur ikan tersebut dan dapat dipilih ikan yang berkualitas baik. Ikan donor harus dalam kondisi sehat, tidak ada luka fisik atau cacat karena dapat menimbulkan infeksi dan penularan bibit penyakit (Sugiharto, 1986). Persyaratan bagi ikan resipien atau ikan penerima hipofisa dari ikan lain adalah berasal dari induk jantan dan betina yang matang kelamin dan siap untuk dipijahkan. Induk resipien merupakan hasil ikan budidaya dan domestikasi. Memiliki badan sehat dan tidak cacat. (Sugiharto, 1986). Ciri induk ikan yang matang kelamin dapat dilihat dengan tanda – tanda : Pada ikan jantan jika distriping akan keluar cairan putih juga semen pada bagian anus. Tanda-tanda ikan siap distripping ditunjukkan oleh gelisahnya ikan,
kemudian
bergerak ke permukaan air dan mengibas-kibaskan ekornya, ukuran tubuh ikan jantan memanjang, umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 0,5 kg/ekor , tubuhnya dari sisiknya menunjukan warna yang terang dan alat kelamin tampak meruncing, relative kecil dan seolah-olah menyatu. Sedangkan pada ikan betina bentuk tubuhnya lebih membulat, umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor, bagian perut akan mengembang atau membesar, agak lembek dan tubuhnya tampak berisi dari ujung posterial sampai lubang kelamin serta berwarna kemerah-merahan , lubang saluran telur terlihat berwarna merah dan membengkak , bentuk alat kelamin bundar, membengkak dan menonjol, berwarna kemerahan (reddish) dan bagian tepinya berkerut mirip punggung ulat pada lubangnya
agak membesar. Apabila distripping akan keluar cairan yang berwarna
kekuningan (Susanto, 2001).
Pengambilan hipofisa dilakukan dengan cara memasukkan jari ke dalam mulut ikan agar tidak bergerak kemudian memotong bagian kepalanya. Pemotongan ini dilakukan saat ikan masih hidup agar diperoleh kelenjar hipofisa yang segar. Pemotongan kepala ini dilakukan pada bagian belakang operculum. Setelah kepala terlepas dari badan ikan, mulut ikan dihadapkan ke atas dan mulai dipotong pada bagian nostril dengan arah tegak lurus ke bawah (pada bagian di atas mata sedikit agak ke arah bagian belakang). Pemotongan dengan arah tersebut untuk memudahkan saat kelenjar hipofisa sudah mulai terlihat. Setelah tulang tengkorak terbuka, terlihat otak yang dibawahnya terdapat kelenjar hipofisa berwarna putih dengan ukuran kecil. Otak diambil dengan menggunakan tusuk gigi atau piset yang yang berujung tumpul agar jika tidak sengaja terkena kelenjar hipofisa maka kelenjar tersebut tidak pecah atau hancur. Kemudian rongga otak dibersihkan dengan menggunakan tissu supaya kelenjar hipofisanya dapat terlihat. Setelah kelenjar hipofisa terlihat, diambil dengan menggunakan tusuk gigi dan diletakkan di dalam mortar untuk digerus. Pengambilan kelenjar yang digunakan untuk memicu proses pemijahan ini dilakukan pada kelenjar hipofisa karena hipofisa bersifat sangat vital pada kehidupan kelangsungan ikan. Hipofisa dapat dihasilkan berbagai hormon yang memicu terhadap sex reversal ikan seperti hormon somatotropin berfungsi untuk hormone pertumbuhan badan. Kemudian prolactin yang berperan untuk mengatur kegiatan hormon-hormon sex dan terakhir adalah hormon gonadotropin untuk merangsang terjadinya perubahan untuk memijah pada saat ikan siap memijah dan sudah matang kelamin (Gordon, 1982). Penggerusan ini dilakukan agar hipofisa halus serta untuk memperkecil dan memperhalus ukuran kelenjar hipofisa sehingga mudah apabila akan diinjeksikan pada ikan yang siap kawin. Saat penggerusan ditambahkan aquabidest sebanyak 2 ml. Penambahan aquabidest ini digunakan sebagai larutan fisiologis sehingga bentuk sel dari kelenjar hipofisa tersebut tidak rusak selain itu juga sebagai pelarut dan pengencer. Kemudian larutan kelenjar hipofisa dimasukkan ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes supaya memudahkan pemindahan larutan hipofisa kemudian disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 2500 rpm. Perlakuan ini bertujuan untuk memisahkan antara endapan dan supernatan. Setelah terpisah, larutan bening atau supernatannya diambil dengan menggunakan spet (jarum suntik) dan disuntikkan ke dalam tubuh induk resipien.
Menurut Sumantadinata (1981), penyuntikkan ini dilakukan pada bawah sirip punggung bagian depan merupakan area yang dekat dengan otak yang merupakan area penerima rangsang (hipotalamus) yang juga disebut sebagai master of glands yaitu pengatur semua kelenjar. Selain itu pnyuntikkan dan tidak boleh menyuntikkan pada bagian sisik karena sisik dapat terlepas dan menyebabkan ikan tersebut stres. Cara penyuntikkan dilakukan dengan cara mengangkat sedikit sisik kemudian dimasukkan jarum suntik sampai menembus dagingnya. Kemudian ikan recipien ini diletakkan di dalam aquarium. Mekanisme pemijahan dimulai dari ekstrak kelenjar hipofisa yang disuntikkan akan menimbulkan rangsangan pada hipotalamus. Rangsangan dibawa akson yang berakhir pada penonjolan tengah di dasar ventral ketiga hipotalamus. Hormon FSH dan LH bekerja merangsang perkembangan gonad dan merangsang ovulasi. FSH dan LH juga merangsang perkembangan fungsi testis. FSH meningkatkan ukuran saluran semini ferus dan LH merangsang sel intestinum dari testis untuk memproduksi hormon kelamin jantan Pembuahan ikan dilakukan di luar tubuh. Masing-masing ikan jantan dan betina mengeluarkan sperma dan ovum. Keduanya dapat dipicu dengan menggunakan teknik hipofisasi. Keberhasilan ovulasi tergantung dari keberhasilan proses pematangan akhir oosit. Oosit yang telah siap diovulasikan akan terjadi jika telah mendapat rangsangan hormon yang sesuai. Rendahnya hormon gonadotropin yang masuk dalam darah dapat menyebabkan kemampuan hormon gonadotropin untuk mengovulasikan telur sangat terbatas (Sutisna, 2005). Kelebihan dari metode pemijahan dengan penyuntikkan hormon hipofisa adalah hormon ini dapat disimpan dalam waktu lama sampai dua tahun. Penggunaan hormon ini juga relatif mudah (hanya membutuhkan sedikit alat dan bahan), tidak membutuhkan refrigenerator dalam penyimpanan, dosis dapat diperkirakan berdasar berat tubuh donor dan resepien, adanya kemungkinan terdapat hormon hormon lain yang memiliki sifat sinergik. Kekurangan dari metode pemijahan dengan penyuntikkan hormon hipofisa adalah adanya kemungkinan terjadi reaksi imunitas (penolakan) dari dalam tubuh ikan terutama jika donor hipofisa berasal dari ikan yang berbeda jenis, adanya kemungkinan penularan penyakit, adanya hormon hormon lain yang mungkin akan merubah atau malah menghilangkan pengaruh hormon gonadotropin (Bachtiar, 2002).
BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa proses pemijahan dapat dipercepat dengan striping dan penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa atau yang sering disebut dengan metode hipofisasi. Striping dapat dilakukan dengan cara pemijatan pada bagian perut ikan sedangkan hipofisasi dengan cara pengambilan kelenjar hipofisa dari ikan donor yang disuntikkan dalam tubuh ikan resipient. Kelenjar hipofisa menghasilkan hormone gonadotropin, ACTH, TSH, FSH, LH, STH, MSH, Prolaktin, Vasopresin, dan Oksitosin yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan, metabolisme, reproduksi. Persyaratan bagi ikan donor yang digunakan harus dalm keadaan dewasa dan matang gonad, memiliki berat badan dua kali lipat dari ikan resipien, diutamakan berjenis kelamin jantan, dalam kondisi sehat dan tidak terkena infeksi, dan berasal dari species yang sejenis agar tidak terjadi penolakan sdalam tubuh ikan resipien. Persyaratan bagi ikan recipient yaitu dewasa dan matang gonad, siap untuk dipijahkan, berat badan yang dimiliki harus setengahnya dari berat badan ikan donor, merupakan hasil ikan budidaya dan domestikasi dan memiliki badan sehat dan tidak cacat. Keberhasilan ovulasi tergantung dari keberhasilan proses pematangan akhir oosit.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, I. dan Liviawati, E. 1998. “Beberapa Metode Budidaya Ikan”. Yogyakarta : Kanisesis (Anggota IKAPI).
Bachtiar, Y. 2002. “Pembesaran Ikan Mas di Kolam Perkarangan”. Agromedia Pustaka : Jakarta.
Hadjamulia. A. 1970. “Pengamatan Budidaya Ikan Merangsang Pemijahan Hormon Hypofisa”. Kontribusi Lembaga Penelitian Perikanan Darat No.19 : Bogor.
Gordon, M.S. 1982. “Animal Physiology Principle”. Mc Millan Publishing Company: New York.
Hoar , W. S. 1957. “The Endocryne Organs”. Academic Press : New York.
MacLatchy, et al. 2011. “Fundulus Heteroclitus: Ovarian Reproductive Physiology And The Impact Of Environmental Contaminants”. Comparative Biochemistry and Physiology, Part C 154 (2011) 278 – 287.
Prihatman, Kemal. 2000. “Budidaya Ikan Mas”. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas. Jakarta
Sugiarto. 1986. Teknik Pembenihan Ikan. CV. Simplex, Jakarta.
Sumantadinata, K .1981. “Perkembangbiakan Ikan–Ikan Pelihara Indonesia”. Fakultas Perikanan : Bogor.
Susanto, H. 2001. “Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis”. Penebar Swadaya : Jakarta. Sutisna, D. H. 2005. “Pembenihan Ikan Air Tawar”. Kanisius : Yogyakarta.
Zairin M. 2002. Sex Reversal Memproduksi Benih Ikan Jantan dan Betina. Penebar Swadaya, Jakarta.