1 I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Keberhasilan dari suatu usaha budidaya sangat ditentukan oleh 3 faktor yang sama pentingnya yakni : Breeding (bibit), feeding (pakan), dan management . Namun jika dilihat dari total biaya produksi dalam usaha perikanan budidaya maka kontribusi pakan adalah yang paling tinggi yakni sekitar 60%. Pakan merupakan salah satu faktor pembatas dalam unit budidaya. Dimana pertumbuhan dan perkembangan serta kelangsungan hidup biota budidaya tergantung dari pakan ini. Budidaya perikanan secara intensif, biaya pakan merupakan biaya produksi terbesar. Pemanfaatan bahan pakan lokal hasil pertanian dan ikutannya seoptimal mungin dapat mengurangi biaya ransum. Ransum adalah faktor penentu terhadap pertumbuhan dalam teknologi budidaya. Optimalitas performan ternak ikan hanya dapat terealisasi apabila diberi ransum bermutu yang memenuhi persyaratan tertentu dalam jumlah yang cukup. Penggunaan bahan pakan penyusun ransum ikan yang umum digunakan, sering menimbulkan persaingan, sehinga harga ransum tinggi. Untuk itu, diperlukan upaya untuk mencari alternatif sumber bahan pakan yang murah, mudah didapat, kualitasnya baik, serta tidak bersaing dengan pangan. Ampas tahu merupakan bahan buangan dalam proses pembuatan tahu yang dapat mengganggu lingkungan karena baunya dan belum banyak dimanfaatkan. Maka, dapat dikembangkan suatu bentuk usaha baru yang memanfaatkan ampas tahu sebagai bahan subtitusi dengan tujuan selain sebagai salah satu upaya
2 mengurangi pencemaran dari limbah atau ampas tahu khususnya di daerah perairan, tapi juga mampu memberikan alternatif gizi sebagai sumber protein pada ikan. Pakan yang memiliki keseimbangan protein, lemak, dan serat untuk kebutuhan ikan tertentu akan memacu pertumbuhan ikan yang cepat besar, akan tetapi bila nutrisi yang dibutuhkan ikan kurang maka pertumbuhan ikan akan lambat hal ini akan berakibat pada biaya dan waktu panen yang cukup lama. Dengan pengelolaan yang baik dari segala sesuatu yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu ini, otomatis akan memberikan nilai tambah bagi produk tersebut dan lebih ramah Iingkungan. Ikan mempunyai pola tertentu dalam kegiatan makannya. Kebutuhan protein ikan dipengaruhi dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan pakan dan kandungan energinya. Sedangkan jumlah pemberian pakan selain dipengaruhi oleh kandungan energi, juga dipengaruhi kapasitas saluran pencernaan ikan. Ikan akan mengambil pakan dengan pola dan jumlah yang sesuai dengan kebiasaan dan kapasitasnya. Informasi mengenai mengenai pola konsumsi suatu jenis ikan sangat sangat diperlukan dengan tujuan untuk meningkatkan keefektifan dan keefisienan pemanfaatan pakan. Pola makan ikan dipengaruhi oleh : suhu, jenis pakan, ukuran pakan, dan berat badan ikan. ikan. Setelah ikan mengkonsumsi mengkonsumsi pakan, akan ada ada jeda waktu untuk penurunan isi kandungan perut. Laju Pengosongan Lambung menggunakan prinsip bahwa lambung yang pada awalnya penuh secara berangsur-angsur akan kosong kembali karena adanya proses pengangkutan makanan ( chime) menuju usus melalui segmen pilorus untuk diserap oleh tubuh. Lama waktu yang digunakan digunakan untuk mengosongka mengosongkan n lambung
3 ini dipengaruhi oleh jenis pakan dan faktor lingkungan. Tingkat kepenuhan lambung ini diekspresikan dalam nilai indeks kepenuhan lambung (ISC, index of stomach content ). ). Nilai ISC untuk setiap jenis ikan berbeda, sehingga penentuan
nilai ISC dengan metode laju pengosongan lambung sangat diperlukan dalam penentuan frekuensi pemberian pakan. 1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat di lakukan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui cara pemeliharaan ikan nila ( Oreochromis niloticus) yang baik di akuarium, melaksanakan proses fermentasi dengan baik, mengetahui banyak makanan yang di konsumsi ikan peliharaan dalam waktu 1 hari dan dapat mengetahui laju penceranaan ikan peliharaan.
4 II. TINJAUAN PUSTAKA
Proses makan ( feeding) adalah aktivitas yang komplek, yang meliputi mencari makanan, mengamati, pergerakan, aktifitas sensorik, memakan dan mencerna. Dalam saluran pencernaan makanan dan zat-zat makanan diserap dan dimetabolismekan. Semua proses ini dapat mempengaruhi konsumsi makanan dalam jangka pendek ( short term basis) (Hernawati, 2011). Ampas tahu merupakan limbah dalam bentuk padatan dari bubur kedelai yang diperas dan tidak berguna lagi dalam pembuatan tahu dan cukup potensial dipakai sebagai bahan makanan ternak karen ampas tahu masih mengandung gizi yang baik dan dapat digunakan sebagai ransum ternak besar dan kecil. Penggunaan ampas tahu masih sangat terbatas bahkan seririg sekali menjadi limbah yang tidak termanfaatkan sama sekali (Nurdiansyah, 2011). Ampas tahu dalam keadaan segar berkadar air sekitar 84,5% dari bobotnya. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan umur simpannya pendek. Ampas tahu kering mengandung air sekitar 10,0-15,5%, sehingga umur simpannya lebih lama dibandingkan dengan dengan ampas tahu segar (Mairizal, (M airizal, 1991). Menurut Cullison (1978), ampas tahu mengandung unsur-unsur mineral mikro maupun makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 515 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm. Di samping memiliki kandungan zat gizi yang baik, ampas tahu juga memiliki antinutrisi berupa asam fitat yang akan mengganggu penyerapan mineral bervalensi 2 terutama mineral Ca, Zn, Co, Mg, dan Cu, sehingga penggunaannya penggunaannya untuk unggas perlu hati-hati.
5 Ampas tahu segar memiliki tekstur yang kokoh walaupun mempunyai kadar air yang tinggi. Hal ini mungkin disebabkan adanya serat kasar yang mengikat air secara hidrofilik dan kompak. Ampas tahu yang berasal dari perasan bubur kedelai masak mempunyai daya tahan selama 24 jam dalam keadaan terbuka bebas. Ampas tahu dapat diawetkan dengan mengubahnya menjadi tepung. Pengawetan dilakukan dengan cara ampas tahu segar diperas sehingga mengurangi kandungan air, selanjutnya dijemur (dengan sinar matahari) atau dikeringkan dengan bantuan oven pada suhu 45-50 oC setelah kering kemudian digiling sampai menjadi tepung (Lavinia, 2011). Fermentasi adalah perombakan anaerob karbohidrat yang menghasilkan pembentukan produk fermentasi yang stabil. Contoh produk fermentasi oleh mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan meliputi barang-barang seperti etil alkohol, asam laktat, gliserol dan lain-lain (Darisa, ( Darisa, 2011). Proses fermentasi akan menyederhanakan menyederhanakan partikel bahan pakan, sehingga akan meningkatkan nilai gizinya. Bahan pakan yang telah mengalami fermentasi akan lebih baik kualitasnya dari bahan bakunya. Fermentasi ampas tahu dengan ragi akan mengubah protein menjadi asam-asam amino, dan secara tidak langsung akan menurunkan kadar serat kasar ampas tahu (Poultryindonesia, 2010). Fermentasi dapat memecah selulosa, hemiselulosa, dan polimernya menjadi gula sederhana atau turunannya serta mampu meningkatkan nutrisi bahan asal, karena mikroba bersifat katabolik selain juga dapat mensintesis vitamin seperti riboflavin, vitamin B12 dan pro vitamin A. Salah satu bahan untuk fermentasi adalah ragi oncom yang mengandung kapang Neurospora sitophila,
6 kapang ini memiliki aktivitas lipolitik yang tinggi, yaitu memproduksi lipase yang menghidrolisa trigliserida menjadi asam-asam lemak bebas (Sudikdo, 1983). Komunitas ikan dapat dikelompokkan menjadi kelompok ikan herbivora atau detritivora, karnivora dan omnivora berdasarkan bahan makanan yang dimakannya. Kelompok ikan herbivora atau detritivora memakan detritus dan plankton sebagai makanan utamanya. Kelompok ikan omnivora memakan pakan alami berupa serangga air, udang, anak ikan dan tumbuhan air. Sedangkan ikan karnivora makanan utamanya ialah udang dan anak ikan (Purnomo, Satria dan Azizi, 1992). Dilihat dari kebiasaan makannya, nila termasuk jenis omnivora, yaitu pemakan tumbuhan dan hewan. Jenis makanan yang dibutuhkan tergantung umurnya. Pada stadia larva pakan utamanya adalah alga bersel tunggal crustacea kecil dan benthos. Ukuran benih sampai fingerling lebih menyukai zooplankton. Sedangkan Sedangkan ukuran pembesaran menyukai pakan buatan (Sudjana, 1988). Aspek fisiologi pencernaan dan pakan merupakan faktor penting untuk memacu pertumbuhan, karena menurut Wiadnya, Haratati, Suryanti, Subagyo, dan Hariati (2000), lambatnya pertumbuhan diduga disebabkan dua faktor utama, yaitu : a. Kondisi internal ikan sehubungan dengan kemampuan ikan dalam mencerna dan memanfaatkan pakan untuk pertambahan bobot tubuh. b. Kondisi eksternal pakan, yang formulasinya belum mengandung sumber nutrien yang tepat dan lengkap bagi ikan sehingga tidak dapat memacu pertumbuhan pada tingkat optimal.
7 Pengolahan bahan yang akan dimanfaatkan sebagai pakan ikan sangat penting dilakukan sebab bahan-bahan tersebut pada umumnya tidak segera digunakan (Anonmous, 1994). Secara umum dusahakan bahan pakan berada dalam keadaan layak smpan dengan kadar ar 10%. Keberadaan ikan pada suatu perairan sangat tergantung ter gantung pada ketersediaan makanan yang dibutuhkannya. Makanan adalah salah satu aspek ekologis yang mempunyai peranan penting dalam menentukan besarnya populasi, pertumbuhan dan reproduksi ikan (Nikolsky, 1963). Makanan yang dimakan oleh ikan dapat diketahui dari analisis isi lambungnya. Jika suatu macam organisme makanan ikan banyak terdapat dalam suatu perairan belum tentu menjadi bagian penting dalam komposisi makanan ikan. Ikan memilih makanan tertentu, yaitu dengan ditemukannya macam makanan tersebut sebagai bagian makanan terbesar di dalam lambungnya (Effendie, 1992). Ukuran lambung dipunyai dipunyai oleh ikan sangat sangat berpengaruh terhadap terhadap daya tampung ikan tersebut menampung makanan yang masuk. Lambung merupakan tempat dimulainya proses pencernaan secara kimiawi dengan bantuan enzimenzim sesuai dengan Brett dan Groves (1979) lambung merupakan tempat untuk menyimpan
makanan
dan
proses
permulaan
dari
perencanaan
dengan
mencampurkan bahan makanan yang ditelan dengan lelehan gastrik dan organ ini dapat membesar dan mengembang atau mengecil sesuai dengan makanan yang dimakannya.
8 III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan tempat
Praktikum Nutrisi ikan yang pertama berjudul Percobaan Feeding Trial di laksanakan pada hari rabu tanggal 24 Oktober 2012 dan 31 Oktober 2012, praktikum kedua Fermentasi pada hari rabu tanggal 07 November 2012, praktikum ketiga Percobaan Konsumsi Harian Ikan pada hari rabu tanggal 14 November 2012 dan praktikum ke empat Laju Pengosongan Lambung Ikan pada hari kamis tanggal 22 November 2012. Praktikum pertama, kedua dan ketiga di laksanakan pada pukul 13.00 wib
– 15.00 wib sedangkan pada praktikum ke empat di laksanakan pada pukul 08.00 wib s/d yang bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 3.2. Bahan dan Alat
Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini untuk Percobaan Feeding Trial adalah akuarium, pakan ikan, ikan Nila ( Oreochromis niloticus), yang berukuran 3-8 cm, timbangan OHAUS, saringan, dan wadah
timbangan. Pada praktikum Fermentasi adalah ampas tahu, ragi, kantong plastik, kompor, timbangan, kukusan, dan blender. Pada praktikun Pecobaan Konsumsi Harian Pakan adalah ikan nila, pakan ikan, akuarium, aerator, tinbangan, tangguk dan selang sifon. Dan pada praktikum Laju Pengosongan Lambung Ikan adalah Ikan nila, pakan ikan, timbangan, akuarium, gunting bedah, dan tangguk.
9 3.3. Metode Praktikum
Metode yang digunakan pada semua praktikum nutrisi ikan ini adalah metode pengamatan secara lansung pada objek yang bersangkutan yaitu berupa ikan-ikan uji. 3.4. Prosedur Pratikum 3.4.1. Percobaan Feeding Trial
1. Ikan yang diuji diadaptasikan dengan makanan dan wadah percobaan. Kedalam wadah percobaan diisi air sebanyak 72 liter dan di beri aerasi.padat aerasi.padat tebar ikan sebanyak 20 ekor setiap wadah. 2. Pada setiap wadah di beri makanan pellet yang mengandung protein sebanyak 25%. 3. Perlakuan dalam percobaan ini adalah jumlah makanan sebanyak 3% dari berat badan ikan, yang di beri sebanyak 2 kali perhari. 4. Setiap hari makanan makanan yang tersedia pada hari sebelumnya di buang dengan cara penyiponan dan 20% dari air media di ganti. 5. Kemudian setelah seminggu berat ikan di timbang lagi, guna untuk penyesuaian jumlah pakan yang akan di berikan. 3.4.2. Fermentasi
1. Ampas tahu yang akan di fermentasi terlebih dahulu dikeringkan sehingga kadar air mencapai lebih kurang 50% kemudian di kukus 10 menit untuk mematikan mikro organisme yang ada dan tidak di ingini. Setelah dingin di beri ragi sebanyak 5 gr untuk 1 kg ampas tahu dan di aduk rata. Bahan yang telah diberi ragi dan di aduk rata dibungkus plastik yang telah dipersiapkan dan diberi tusukan sonde untul pertukaran udara dengan oksigen bebas
10 selama fermentasi berlangsung. Bahan disimpan pada rak fermentasi dan di inkubasi selama 24 jam pada suhu kamar. 2. Akhir fermentasi bahan dikukus kembali selama 10 menit untuk mengentikan proses fermentasi. Bahan yang sudah dikukus kemudian di keringkan dan dihaluskan untuk digunakan selanjutnya. 3.4.3. Percobaan Konsumsi Harian Ikan
1. Ikan uji pada praktikum sebelumnya di gunakan lagi. 2. Berat ikan ditimbang secara keseluruhan. 3. Ikan diberi makan 3 kali sehari. 4. Makanan tambahan diberikan sebanyak 10% dari bobot biomassa. 5. Lama pemeliharaan 3 hari. 6. Ikan dikembalikan kedalam akuarium stok dan makanan yang tersisa di hitung berapa butir kemudian jumlah butiran pakan sisa dikali kan dengan 0,001 karena berat dari 1 butir pakan tersebut 0.001 gr. 7. Hitung jumlah pakan yang di komsumsi ikan per hari (I) % bb adalah: 3ma – 3 m I=
x 100 % Wo
Keterangan ; Ma = jumlah pakan yang diberikan Ms = Pakan sisa Wo = berat biomassa ikan pada ikan uji I
= Jumlah pakan yang dikonsumsi dikonsum si
11 3.4.4. Laju Pengosongan Lambung
1. Ikan uji pada praktikum sebelumnya di puasakan terlebih dahulu selama 24 jam sehingga lambung ikan menjadi menjadi kosong. 2. Pengambilan sampel dilakukan secara acak 3 ekor ikan dengan menggunakan tangguk. 3. Lalu ikan ditimbang beratnya. 4. Pemberian makanan ikan uji diberi makanan selama 1 jam atau sampai lambung ikan di asumsikan telah terisi penuh oleh makanan. 5. Kemudian setelah satu jam, ikan di bedah. 6. Pembunuhan sebelum di bedah terlebih dahulu ikan dimatikan dengan cara menusuk atau dengan mengorek bagian kepalanya. 7. Pembedahan
untuk
mendapatkan
lambung
ikan
dilakukan
dengan
menggunakan gunting yang tajam. 8. Pemotongan lambung, pengambilan lambung ikan dilakukan dengan hatihati dengan menggunakan gunting. 9. Penimbangan lambung ikan dilakukan dalam keadaaan berisi dan kosong secara teliti dengan timbangan yang akurat. 10. Pembedahan ikan di lanjutkan lagi setiap 2 jam sekali sampai 3 kali.
12 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 4.1.1. Percobaan Feeding Trial
Jumlah ikan = 20 ekor Minggu pertama Berat ikan = 157,4 gr Pemberian pakan 2 x sehari, 3% dari bobot tubuh ikan. Pakan yang diberikan dalam 1 hari = 157,4 x
= 4,722 gr/hari
Pakan yang diberikan diberikan selama 7 hari = 4,722 x 7 hari = 33,054 gr /7 hari Pakan yang diberikan pada 1 x makan = 4,722/2 = 2,361 gr /1 x makan Minggu ke 2 Berat ikan = 210,4 gr Pakan yang diberikan dalam 1 hari = 210,4 x
= 6,312 gr/hari
Pakan yang diberikan diberikan selama 7 hari = 6,312 x 7 hari = 44,184 gr /7 hari Pakan yang diberikan pada 1 x makan = 6,312 /2 = 3,156 gr /1 x makan Minggu ke 3 Berat ikan = 220,6 gr Pakan yang diberikan dalam 1 hari = 220.6 x
= 6,618 gr/hari
Pakan yang diberikan diberikan selama 7 hari = 6,618 x 7 hari = 46,326 gr /7 hari Pakan yang diberikan pada 1 x makan = 6,618/2 = 3,309 gr /1 x makan Setelah 1 minggu kemudian ikan di timbang t imbang beratnya menjadi 246,6 gr Jadi pertumbuhan ikan ikan selama 21 hari pemeliharaan pemeliharaan = berat akhir – berat awal = 246,6 gr – 157,4 gr
13 = 89.2 gr 4.1.2. Fermentasi
Berat ampas tahu setelah dikukus 500 gr. Dibagi 2 menjadi 250gr berat ragi 2,5 gr. 4.1.3. Percobaan Konsumsi Harian Ikan
Berat ikan uji = 246,6 gr Data pakan yang tidak dikosumsi oleh ikan Hari senin: 08.00 wib : 364x 0,01 = 3,64 gr 10.00 wib : 310x 0,01 = 3,10gr 16.00 wib : 336x 0,01 = 3,36gr Total : 10,1 gr Hari selasa 08.00 wib : 287x 0,01 = 2,78 gr 10.00 wib : 317x 0,01 = 3,17gr 16.00 wib : 294x 0,01 = 3,946gr Total : 8,98 gr Hari rabu 08.00 wib : 300x 0,01 = 3 gr Total : 3 gr Hari senin
= 3 ma – 3 ms /100 x 100% = 3 (10,1gr) – 3(23,4gr) / 246,6 x100% = 30,3 – 70,2 / 246,6 x 100% = - 0,161 gr
14 Hari selasa
= 3 ma – 3 ms / 100 x 100% = 3(8,90gr) -3 (23,4gr) / 246,6 x 100% = 26,7 -70,2 /246,6 x 100% = - 43,5 /246,6 = - 0,176 gr
Hari rabu
= 3 ma – 3ms /100 x 100% = 3 (3 gr) – 3( 7,8 gr) / 246,6 x 100% = 9 – 23,4 / 246,6 = - 0,058
4.1.4. Laju Pengosongan Lambung Ikan
Berat ikan sebelum makan = 34 gr Berat ikan setelah makan = 87,5 gr Ikan uji jam 08.wib Ikan 1 = TL: 13,5 cm = BDH : 3,5 cm Berat lambuung berisi : 1,176 gr Berat lambung kosong : 0,272 gr Ikan 2 = TL: 13 cm = BDH : 3,5 cm Berat lambuung berisi : 1,656 gr Berat lambung kosong : 0,300 gr Ikan 3 = TL: 10 cm = BDH : 3 cm Berat lambuung berisi : 1,022 gr Berat lambung kosong : 0,164 gr Jam 11.00 wib
15 Ikan 1 = TL: 9cm = BDH : 3 cm Berat lambuung berisi : 0,210 gr Berat lambung kosong : 0,065 gr Ikan 2 = TL: 8,5,5 cm = BDH : 2,7 cm Berat lambuung berisi : 0,115gr Berat lambung kosong : 0,059 gr Ikan 3 = TL: 7,5cm = BDH : 2,1 cm Berat lambuung berisi : 0,106 gr Berat lambung kosong : 0,34 gr Jam 15.00 wib Ikan 1 = TL: 10 cm = BDH : 3 cm Berat lambuung berisi : 0,721gr Berat lambung kosong : 0,213 gr Ikan 2 = TL: 8,1cm = BDH : 2,5 cm Berat lambuung berisi : 0,327 gr Berat lambung kosong : 0,098 gr Ikan 3 = TL: 8 cm = BDH : 2 cm Berat lambuung berisi : 0,419 gr
16 Berat lambung kosong : 0,734 gr 4.2. Pembahasan
Pada praktikum percobaan feeding trial di dapati angka pertumbuhan ikan yang bagus yaitu 89,2 gr selama 21 hari dengan frekuensi pakan 3% dari bobot tubuh. Pertumbuhan ikan tidak hanya di pengaruhi oleh pakan, tapi juga lingkungan sangat berperan. Terutama kualitas airnya, selama pemeliharaan penyiponan di lakukan 2 x sehari pada pagi dan sore. Hal tersebut di lakukan agar menjaga kualitas air yang bagus terutama terhindar dari amoniak yang dapat terjadi karena sisa makanan dan feses dari ikan. Pada praktikum fermentasi behasil di lakukan sehingga menjadi butiranbutiran halus seperti tepung. Tetapi ampas tahu harus di kukus terlebih dahulu guna untuk menghilangkan zat antinutrisi nya hal ini juga di utarakan oleh Cullison (1978), ampas tahu mengandung unsur-unsur mineral mikro maupun makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm. Di samping memiliki kandungan zat gizi yang baik, ampas tahu juga memiliki antinutrisi berupa asam fitat yang akan mengganggu penyerapan mineral bervalensi 2 terutama mineral Ca, Zn, Co, Mg, dan Cu, sehingga penggunaannya untuk unggas perlu hati-hati. Menurut Darisa (2011) proses fermentasi tidak hanya menimbulkan efek pengawetan tetapi juga menyebabkan perubahan tekstur, cita rasa dan aroma bahan pangan yang membuat produk fermentasi lebih menarik, mudah dicerna dan bergizi. Islamiyati, Jamila dan Hidayat (2011) Menyatakan emakin tinggi level ragi tempe yang diberikan pada fermentasi ampas tahu, meningkatkan
17 kandungan bahan kering, BETN dan menurunkan kandungan serat kasar, bahan organik, protein kasar dan lemak kasar. Pada praktikum Laju Pengosongan Lambung ikan Nila bisa lebih dari 24 jam lambungnya bisa kosong hal ini karena jenis atau ukuran lambung l ambung dari ikan nila tersebut sesuai dengan Brett dan Groves (1979 ukuran lambung dipunyai oleh ikan sangat berpengaruh terhadap terhadap daya tampung ikan ikan tersebut menampung menampung makanan yang masuk. Lambung merupakan tempat dimulainya proses pencernaan secara kimiawi dengan bantuan enzim-enzim lambung merupakan tempat untuk menyimpan
makanan
dan
proses
permulaan
dari
perencanaan
dengan
mencampurkan bahan makanan yang ditelan dengan lelehan gastrik dan organ ini dapat membesar dan mengembang atau mengecil sesuai dengan makanan yang dimakannya.
18 V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pada praktikum feeding trial pertumbuhan positif pada ikan yang di tunjukkan dengan angka pertumbuhan yang bagus yaitu 89,2 gr selama 21 hari. Pada praktikum fermentasi terjadi penyusutan berat ampas tahu sebelum di olah dengan sesudah di olah menjadi tepung fermentasi, hal ini di karenakan ampas tahu banyak mengandung air sehingga di perlukan fermentasi untuk meningkatkan kadar protein. Pada praktikum percobaan konsumsi harian ikan dapat di simpulkan bahwa pemberian pakan pada ikan tidak boleh melebihi dari 10%, karena akan banyak sisa pakan yang tidak di manfaatkan oleh ikan. Dan pada praktikum laju pengosongan lambung di dapati ikan nila sangat lama lambung nya kosong, mungkin bisa lebih dari 24 jam. 5.2. Saran
Dalam praktikum nutrisi ikan ini, hendaknya praktikan betul-betul mengerjakan semua percobaan dengan benar misalnya pemberian makan ikan tepat waktu, perhitungan konsumsi harian ikan harus dengan ketelitian, proses fermentasi yang tepat agar hasilnya benar-benar menjadi tepung, dan melihat laju pengosongan pengosongan lambung ikan dengan seriuss sehingga hasil yang didapat betul-betul nyata agar dapat di jadikan acuan untuk kedepannya jika ingin memelihara i kan.
19 DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1994. Kimia Makanan Ternak. Bagan Kimia Makanan dan Pengolahan Bahan Makanan Ternak . Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi. Brett, J.R. dan T.D.D.Groves 1979. Physiological energetics dalam W.S. Hoar, D.J. Darisa,
Fermentasi. D, R. 2011. http://www.scribd.com/doc/76636915/TINJAUAN-PUSTAKAfermentasi#download . [27 November 2012].
Effendie, M.I. 1992. Metoda Biologi Perikanan. Penerbit Yayasan Agromedia. Bogor. Hernawati. 2011. Teknik Analisis Nutrisi Pakan, Kecernaan Pakan, dan Evaluasi Energi Pada Ternak . http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19700331 1997022-HERNAWATI/FILE_5.pdf 1997022-HERNAWATI /FILE_5.pdf . [27 November 2012]. Islamiyati. R, Jamila, Hidayat. A.R.. 2011. Nilai Nutrisi Ampas Tahu Yang Difermentasi Dengan Berbagai Level Ragi Tempe. Penebar Swadaya. Jakarta. Lavinia, F. 2011. Pemanfaatan Ampas Tahu Sebagai Bahan Baku Pembuatan Kecap dengan Penambahan Tepung Tapioka. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345 http://repository.ipb.ac .id/bitstream/handle/123456789/51204/F1 6789/51204/F11fla_BA 1fla_BA B%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?se B%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=6 quence=6 . [27 November 2012]. Mairizal, 1991. Penggunaan Ampas Tahu Dalam Ransum Unggas. Poultry Indonesia, No. 133. Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press. New York. Nurdiansyah A. 2011. Pemanfaatan Ampas Tahu Sebagai Pakan Unggas. http://central-ternak.blogspot.com/2011/09/pend http://central-ternak.blogspo t.com/2011/09/pendahuluan-ransu ahuluan-ransummmerupakan-salah-satu.html . [27 November 2012]. Poultryindonesia. 2010. Ampas Tahu Tingkatkan Produksi Http://www.Poultryindonesia.com . [27 November 2012].
Broiler.
Purnomo, K.H. Satria dan A. Azizi. 1992. Keragaan Perikanan di Danau Semayang dan Melintang. Kalimantan Timur . Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1992 / 1993. Hal. : 299-308.
20 Rosadi
Laporan Pakan dan Nutrisi Ikan. T. 2011. http://perikananunram.blogspot.com/20 http://perikananunram.blogspot.com/2011/06/laporan-paka 11/06/laporan-pakan-dan-nutrisin-dan-nutrisiikan.html [25 november 2012]
Sudigdo, E.M. 1983. Kedelai Dijadikan Lebih Bergizi. Cetakan ke-2. Terate, Bandung. Wiadnya, D.G.R, Hartati, Y. Suryanti, Subagyo, dan A.M. Hariati. 2000. Periode Pemberian Pakan yang mengandung Kitin untuk Memacu Pertumbuhan dan Produksi Ikan Gurame (Osphronemus goramy Lac.). Jurnal Peneltian Perikanan Indonesia, 6(2) :62-67.
21 LAMPIRAN
1.Alat-alat dan Bahan Yang Digunakan Di gunakan Selama Praktikum
Ikan Nila
Akuarium
Tangguk
Ampas Tahu
Timbangan Ohaus
Selang Sifon
Pellet ikan
Aerator
Ragi
22
Kompor
`Kantong Plastik
Blender
Kukusan
Gunting Bedah